"Jabat tangan Papi, Nak!" ucap Papi Tama pada Prince Arryan yang kini sedang tersedu sambil memeluk Almaira yang baru saja berusaha ingin bunuh diri karena ditolak dan di tinggal menikah oleh Azka, lelaki yang Almira dan Alzana cintai.
"Hiks.. Iya Pi!" sahut Prince masih dengan memeluk erat tubuh Almaira yang masih bergetar.
"Baik, kita mulai ya?" ucap Pak Penghulu yang kini berada disana.
Seluruh keluarga sedang berada di kamar Almaira saat ini. Ada Alzana dan Azka yang berdiri mematung di depan pintu melihat kedua orang yang akan menikahinya itu.
Tak ada raut bahagia di wajah semua orang. Yang terlihat hanya raut wajah basah penuh air mata pada mereka semua.
Apalagi Mami Annisa dan Ummi Ira yang kini saling berpelukan dan menguatkan satu sama lainnya.
Kejadian nahas baru saja membuat semua keluarga shock berat. Mereka tidak menyangka jika di hari Alzana menikah dengan Azka malah menjadi tragedi berdarah yang dilakukan oleh Almaira.
Karena tidak sanggup menerima kenyataan jika orang yang sangat ia cintai lebih memilih menikahi adik kembarnya dibandingkan dirinya.
Almaira terluka begitu dalam hingga pikiran itu kalut dan muncullah ide untuk melenyapkan dirinya sendiri.
Terlambat sedikit saja Almaira pasti sudah tiada jika bukan Prince Arryan Abang sepupu nya datang untuk mencarinya karena adiknya itu tidak terlihat dimana pun saat pesta berlangsung.
Dan disinilah keduanya berada setelah kejadian itu. Prince Arryan terpaksa menikahi Almaira demi menyelamatkan kejiwaan sang adik yang terguncang akibat di tinggal nikah oleh orang yang ia cintai.
"Prince Arryan.."
"Saya, Pi!"
"Saya nikahkan dan saya Kawin kan Engkau dengan putri kandungku Almaira Puteri Pratama binti Adrian Pratama dengan mas kawin perhiasan emas seberat dua puluh gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!"
"Saya terima nikah dan kawinnya Almaira Puteri Pratama binti Adrian Pratama untuk saya, dengan mas kawin perhiasan emas seberat dua puluh gram dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!"
"Bagimana para saksi? Sah?"
"sah!"
"sah!"
"Alhamdulillahirobbila'alamin.. Barakallahu 'alaikuma wabaroka 'alaikuma fi khair.. Dan sekarang.. Almaira sudah sah menjadi istri dari Nak Prince yang merupakan sepupu Almaira sendiri dari anak Ibu Ira dan Juga Pak Raga. Kalian sudah sah saat ini.. Selamat nak!" ucap Kakek Madan, Abi Mami Maura dengan tulus walau dengan bibir bergetar.
Pecahlah sudah tangis semua orang.
Almaira dan Prince Arryan saling berpelukan dengan erat dan menangis bersama. Mami Annisa sampai pingsan dibuatnya.
Ummi Ira pun demikian. Keduanya pingsan bersamaan.
Semuanya tidak menyangka jika acara pernikahan Alzana juga menjadi pernikahan untuk Almaira yang hampir saja mati gara-gara ingin bunuh diri.
"A.. Hiks bang.." isak Almaira dalam dekapan Prince yang kini tersedu memeluk erat dirinya.
"Iya sayang. Ini Abang! Hiks.. Kamu jangan menangis lagi, hem? Abang sudah memenuhi janji kan ya?" ucapnya pada Almaira yang kini mengangguk walau masih tersedu.
"Hiks.. Jaa-ngan per-nah tinggalkan a-ku se-sepertinya Bang.. A-aku nggak sa-sanggup.." isaknya lagi yang semakin membuat semua orang tersayat hatinya saat mendengar suara lirih Almaira yang kini berada dalam pelukan Prince.
"Nggak! Nggak akan pernah! Abang tidak akan pernah meninggalkan mu sepertinya! Selamanya hanya kamu! Kamu satu-satunya adik sekaligus istri yang abang sayangi. Bagaimana mungkin Abang bisa meninggalkan mu demi yang lain.." lirih Prince di telinga Almaira yang membuat Almaira semakin tersedu.
Sungguh, jika bukan karena Prince, mungkin Maira saat ini sudah tiada karena tidak sanggup menahan luka hati akibat Azka, lelaki dewasa yang ia sukai ternyata lebih mencintai saudara kembarnya. Dan memilih menikah dengannya hari ini.
...****************...
Huaaaaa...
Othor nggak sanggup nulis part lanjutannya! Hiks..
Ini sequel Satu Hati dua Cinta ye?
Mana yang belum tahu, boleh mampir! Agar nyambung! 🤧🤧
Disini khusus cerita keduanya. sesekali akan ada Alzana muncul disini.
Hiks..
Dukung karya baru othor dengan cara Like, kome, lempar poin, koin juga boleh dan juga Vote!
Kalau kalian suka, jangan lupa tekan ❤
Agar kalian tahu kalau karya ini sudah update! 🤧🤧
So..
Happy reading..
😭😭😭😭😭😭
Nyesek banget loh! Sungguh! 😭😭😭
Dua jam sebelum pernikahan kilat keduanya.
"Ummi? Mami?" panggil Prince Arryan pada Ummi Ira dan mami Annisa yang kini sedang duduk berdampingan setelah acara akad dan resepsi yang kini sudah berjalan lancar.
"Iya Nak, ada apa? Kamu sudah makan? Kamu baru tiba loh.." jawab Ummi Ira yang dibalas anggukan sekaligus gelengan dari Prince yang membuat Mami Annisa tertawa melihat tingkah keponakannya itu.
Begitu pun Ummi Ira. "Kenapa??" tanya Ummi Ira saat melihat Prince sedang melihat sekeliling tetapi tidak juga menemukan apa yang ia cari.
Prince menoleh pada Ummi Ira dan mami Annisa, "Maira mana? Kenapa tidak terlihat disini? Biasanya dia yang paling heboh kalau Abang pulang dari Singapura? Mana pesan oleh-oleh banyak lagi!" keluhnya kesal mengingat adik sepupunya itu.
Mami Annisa terkekeh, "Mami kirain apaan! Maira sedang sakit. Ia tidak enak badan sejak acara pernikahan ini berlangsung. Bukan itu saja. Sejak Alzana merencanakan menikah dengan Azka, Maira lebih banyak mengurung diri. Ia lebih senang di kamarnya saja. Ketika mami tanya, jawabnya cuma nggak enak badan." Jawab mami Annisa sendu yang langsung disambut degupan jantung yang begitu kencang saat mengingat jika tadi malam sebelum ia naik ke pesawat Maira menghubungi nya dan mengatakan jika dirinya lebih memilih mati daripada harus setiap hari melihat Alzana dan Azka berada di rumahnya.
Prince menggeleng dengan air mata yang mendadak turun membanjiri wajahnya. Ia menangis. "Nggak! Nggak mungkin! Maira nggak mungkin seperti ini!" imbuhnya dengan segera berlari keluar dari ballroom ruangan dan menuju kamar khusus yang Prince sendiri sudah tahu jika saudara sepupunya itu pasti disana saat ini.
Ia berlari kencang meninggalkan dua paruh baya yang terkejut melihat kepergian putra mereka. Abi Raga mendekati keduanya dan bertanya.
"Ada apa? Kenapa Price berlari seperti itu Hunny? Dek?" tanya nya pada kedua orang yang kini mematung melihat kepergian Prince yang berlari dengan basah air mata.
Papi Tama yang berada di atas sana sedang menyambut tamu pun segera turun saat melihat Prince berlari begitu kencang mengabaikan panggilan dari adik sepupunya, Alzana.
"Sayang, Prince kenapa??" tanya Papi Tama yang tak di jawab oleh Mami Annisa dan ummi Ira.
Kedua paruh baya itu spontan berdiri dan berlari mengejar Prince yang sudah lebih dulu menuju kamar Almaira.
Kedua lelaki itu terkejut bukan main. Mereka ikut berlari mendekati keduanya menuju ruangan lain yang membuat para tamu dan pengantin yang sedang berbahagia itu keheranan melihat pemilik acara itu berlarian.
Sementara Prince yang sudah berada di depan pintu kamar Almaira terkejut bukan main saat mendengar suara pecahan kaca dari dalam kamar pintu yang tertutup milik Almaira.
Tanpa berkata apapun, Prince segera menendang pintu kamar itu hingga terbuka secara paksa dengan engsel pintu kamar hotel milik Papi Tama itu terlepas seketika saking kuatnya tendangan Prince baru saja.
Braaakkk!!"
Deg!
Deg!
"Astaghfirullah! Maira!!!" pekiknya saat melihat Almaira sedang tersedu dengan sebilah kaca yang segera ia goreskan di urat nadinya.
"Hiks.. Nggak ada gunanya aku hidup, kalau cintaku sudah pergi meninggalkan ku dan lebih menikah dengan adikku! Apa kurang nya aku, huh? Kenapa semua orang lebih memilih Alzana dibandingkan denganku? Hiks.. Bang Prince.. Adek nggak kuat.. Adek lebih memilih mati saja.. Selamat tinggal semuanya.."
Srakk..
"Allahu akbar!" pekik Prince begitu terkejut melihat aksi spontan dari sepupunya itu.
Plak!
Prince menangkis tangan Almaira.
Pyar..
Pecahan kaca itu jatuh kebawah bersamaan dengan kaca yang lain yang kini berserakan di lantai itu.
Grep!
"A-abang.." lirihnya dengan rasa sakit yang sangat di urat nadinya saat melihat Prince merengkuh tubuhnya dan ia dudukkan diranjang.
"Astagfhfirullah Dek! Nyebut kamu! Nyebut kamu! Istighfar Dek! Yang kamu lakukan ini dosa sayang!"
Deg!
Deg!
Lagi, sakit dihati itu semakin terasa saat kata-kata sayang keluar dari bibir Prince untuknya.
"Astagfhfirullah Dek! Nyebut kamu! Nyebut kamu! Istighfar Dek! Yang kamu lakukan ini dosa sayang!"
Deg!
Deg!
Lagi, sakit dihati itu semakin terasa saat kata-kata sayang keluar dari bibir Prince untuknya. Bukan dari bibir orang yang dicintainya. Bahu Maira bergetar lagi.
Prince pun ikut bergetar. Ia menangis melihat tangan Maira dipenuhi dengan darah di lengan kirinya semakin banyak keluar.
Prince panik. Ia tidak tahu harus apa. Bingung, akhirnya ia mengambil hijab pashmina milik Maira yang tersampir di kepala ranjang. Ia mengikatnya dengan erat, guna untuk menghentikan darahnya.
Setelahnya ia mengambil hijab Maira yang lain dan memakaikannya bertepatan dengan ke empat orang tua itu mematung melihat Prince dengan wajah basah air mata sedang menggenakan hijab di kepala Maira yang terbuka dengan rambut panjang yang terurai.
Prince mengikat rambut itu terlebih dahulu. Baru kemudian ia menggenakan hijab Maira yang membuat gadis cantik itu semakin tersedu dan memeluk Prince dengan erat.
Keduanya menangis bersama. Prince memeluk Maira dengan sangat erat.. rasanya tidak ingin ia lepaskan sekalipun.
Rasa nyaman dari pelukan Prince begitu terasa hingga menelusup ke hati Maira. Ia juga memeluk Prince semakin erat dengan terus menangis sesegukan di dalam pelukan saudara sepupunya itu.
"Hiks.. Kenapa kamu melakukan ini sayang, hem? Kan abang udah bilang hiks.. Kalau Abang pulang hari ini dan akan menemani kamu sampai kapan pun! ingat loh.. Kamu udah janji loh.. Hiks.. Kok bisa begini sih?" protes Prince pada Maira yang kini semakin sesegukan.
"A-aku nggak kuat Bang.. Lebih baik aku mati daripada harus melihat mereka bahagia.. sakit Bang! Hiks.. Adek nggak kuat.." jawabnya terisak di pelukan Rayyan.
Prince menggeleng. "Nggak sayang! Kenapa kamu pikir jika kematian lebih baik? Tidakkah kamu pikir, jika perbuatan mu ini dosa? Apa tempatnya bagi orang yang melakukan bunuh diri? Secara kamu tahu jika bunuh diri itu dilarang di dalam islam karena kita memotong takdir yang Allah berikan kepada Kita!"
Maira tidak menjawab. Ia terus sesegukan di pelukan Prince yang kini juga memeluk dirinya. Keduanya masih saja sesegukan.
Ke empat paruh baya itu mematung melihat keduanya.
Prince.
Putra kebanggan Ummi Ira kini sedang menenangkan sang adik. Tapi karena hal apa? Pikir Ummi Ira dan Abi Raga.
Begitu juga dengan Papi Tama dan Mami Annisa. Kedua orang tua itu menatap sendu pada putrinya.
Mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi sengaja menutupinya. Karena tidak ingin hari bahagia putrinya yang lain rusak gara-gara kecemburuan Almaira.
"Bawa aku pergi bang.. Hiks.. Aku nggak kuat tinggal dirumah.."
"Ja-jangan tinggalkan aku sepertinya Bang. Jangan tinggalkan aku.. Aku lebih baik mati jika Abang pun pergi juga.. Hiks.. Aku nggak sanggup! Aku nggak sanggup! Aku nggak sanggup!! Haaaaaaa.... Aaaaaa... Aaaaaa... Aaaa.. Aku ingin mati saja!!! Aku ingin mati!!!"
Ddduuaaarr!!
Ke empat paruh baya itu tersentak mendengar ucapan Maira yang kini sedang mengamuk dan meronta di pelukan Prince.
"Nggak! Kamu nggak boleh Mati sayang! Masih ada Abang yang bisa menemani kamu!"
"Nggak mau!! Aku maunya dia Bang!! Aku cinta sama dia!! Tapi dia lebih memilih Alzana dibandingkan diriku!! Apa kurang nya aku Bang? Huh?! Huaaaaaa... Aaaaaaa... Aaaaaaa..." Maira mengamuk lagi
Ia semakin meronta-ronta di dalam pelukan Prince yang kini kepayahan menenangkannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!