NovelToon NovelToon

Suami Bayaran

Kejadian tidak terduga

"Tuan,". Pria yang sedang berdiri sambil membelakangi mereka pun membalikan tubuhnya dan melihat ke arah mereka bertiga. Pandangannya pun langsung mengarah ke arah Zein yang memang terlihat tampan dan juga gagah.

"Woooww, lumayan." ucapnya.

"Ayah, ada apa ini? Siapa dia?" tanya Zein,

"Dia ..." Tama terlihat ragu mengatakannya, ada sedikit rasa tidak tega pada putranya itu. Jadi ia pun bingung bagaimana menjelaskannya pada Zein. Melihat suaminya yang hanya diam saja, maka Mirna lah yang menjawab pertanyaan Zein.

"Dia adalah calon mertuamu," jawab Mirna.

"Apa!!!" Zein benar-benar dibuat terkejut oleh penuturan ibu sambungnya. Calon mertua, apa maksud dari ucapan ibu sambungnya ini. Pandangan Zein pun langsung mengarah ke arah ayahnya yang terus menunduk tak berani melihat ke arahnya.

"Ayah...'" panggil Zein, tetapi yang dipanggil hanya diam saja. Zein pun kini mulai mengerti jika ia kini sudah tertipu oleh ayah kandungnya sendiri.

"Ini benar-benar gila," gumam Zein.

*

*

*

Flash back

MAlam ini Zein baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya, dan berniat langsung tidur karena ia merasa lelah. Siang hari ia selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah untuk mengisi waktunya. Karena setelah kakaknya menikah ia memang merasa kesepian. Akan tetapi Zaira setiap hari selalu menelepon dan menanyakan bagaimana kabarnya dan apa yang dilakukan olehnya.

Tapi dibalik itu semua Zein sangat bahagia karena Kakak kesayangannya mendapatkan suami yang sangat mencintainya, dan juga sangat peduli kepada Zein. Namun, untuk tinggal di bersama di rumah keluarga Guntara ia masih belum siap. Entahlah, ia masih merasa sungkan dan hidupnya mungkin tak akan sebebas jika ia hidup sendiri.

Baru saja ia akan memejamkan matanya, terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Tidak biasanya ada orang yang bertamu malam-malam, hingga Zein pun merasa heran. Akan tetapi tidak mungkin itu hantu atau pun orang jahat. Karena selama Zein tinggal di sana ia tidak pernah mendapatkan gangguan dari hantu. Dan jika itu orang jahat, itu juga tidak mungkin dimana kos-kosan yang Zein tempati adalah tempat yang sangat aman.

Di sana tidak pernah mengijinkan sembarangan tamu, mereka akan diperiksa terlebih dahulu. Untuk itu, Zein pun kemudian terbangun dari tidurnya dan kemudian pergi ke depan untuk membuka pintu kamarnya.

Perlahan Zein membuka kunci dan kemudian membuka knop pintu kamarnya, saat pintu terbuka terlihatlah wajah orang yang selama ini tidak pernah Zein lihat. Seseorang yang seharusnya berperan penting dalam hidupnya, akan tetapi terasa seperti figuran yang hanya sekedar singgah.

Ya dia adalah Tama, ayah dari Zaira dan juga Zein, pria yang masih terlihat tampan di usianya ini kini sedang berdiri dihadapan Zein. Dengan senyum yang terus mengembang ia melihat putranya yang terlihat semakin tampan dan gagah.

"Ayah," panggil Zein.

"Zein, bolehkah ayah masuk?" tanyanya.

"Iya ... ayo silahkan masuk," jawab Zein dan mempersilahkan ayahnya masuk. Tama pun langsung masuk ke kosan Zein yang terlihat seperti kosan mewah dan juga sangat mahal. Tentu saja, tempat itu mewah dan mahal karena semua itu pemberian dari Zayan, yang akan memastikan hidup Zein nyaman dan tidak kekurangan sesuatu apapun.

"Silahkan duduk Yah," ucap Zein dan mempersilahkan ayahnya duduk di sofa mini yang ada di kamarnya. Setelah itu Zein pun mengambil minuman dan memberikannya pada Tama.

"Silahkan diminum, Yah."

"Ahh, ya terima kasih jangan repot - repot. Kenapa kau terlihat sangat sungkan pada Ayahmu ini," kekeh Tama. Bagaimana Zein tida merasa sungkan, jika selama ini Tama tak pernah memperlakukannya seperti ayah yang memperlakukan putranya dengan baik. Hubungan mereka justru sangat renggang karena Tama tak pernah sekalipun ingin dekat dengan anak-anaknya. Yang ia pikirkan selama ini hanyalah Mirna, istrinya.

"Tidak masalah, ada apa Ayah datang kemari" tanyanya.

"Kenapa kau berbicara seperti itu pada Ayahmu, aku ini Ayahmu dan sudah lama kita tidak bertemu. Ayah sangat merindukanmu, Nak." ucap Tama.

"Rindu?" ucap Zein yang merasa aneh dengan ucapan ayahnya yang mengatakan jika ia merindukan anaknya. Sejak kapan Tama merindukannya, bahkan sudah hampir setahun ini Tama sama sekali tidak pernah menanyakan kabar putranya ini. Dan sekarang ia tiba - tiba datang dan mengatakan jika ia rindu pada Zein, sungguh hal yang sangat aneh karena kata itu tak pernah keluar dari mulut ayahnya selama ini.

Tama terlihat terdiam sejenak dan menghela napas kasar, terlihat gurat penyesalan di wajahnya. Sesaat kemudian ia pun melihat kembali ke arah putranya itu.

"Zein ... Ayah tahu, mungkin ini sudah terlambat. Akan tetapi, Ayah hanya ingin minta maaf padamu, Nak." ucapnya lemah. Zein pun langsung membuka matanya lebar, jujur saja ia merasa terkejut dengan Ayahnya yang tiba-tiba minta maaf. Apa benar yang diucapkan oleh Tama. Apa ia menyesal dengan apa yang telah ia lakukan selama ini kepadanya dan juga kakaknya.

"Maaf ...?" Tama pun mengangguk dan melihat Zein dengan wajah yang sedih.

"Maafkan atas sikap Ayah selama ini padamu, Nak. Maafkan karena selama ini Ayah tidak pernah memperhatikanmu dan juga Kakakmu, Ayah sungguh sangat menyesal." Tama tiba-tiba tergugu, Zein merasa tersentuh dengan apa yang diucapkan oleh Ayahnya. Memang benar selama ini jika ayahnya memang tak pernah memberikan kasih sayang kepada Zein maupun kepada Zaira, akan tetapi bagaimanapun juga Tama tetaplah ayahnya.

Mendengar ayahnya meminta maaf, ada sebuah kebahagiaan di hatinya yang tak pernah ia rasakan selama ini. Zein sangat terharu mendengarnya. Apakah sekarang kehidupannya akan sempurna seperti yang ia inginkan selama ini.

"Apa kau mau memaafkan Ayah Zein?" tanya Tama. Mata Zein berkaca-kaca, sungguh ia merasa terharu dengan sikap ayahnya. Akhirnya mimpinya bisa berkumpul dengan ayahnya kini telah terwujud.

"Tentu Yah ... Aku memaafkan Ayah, aku dan Kak Zaira sangat menyayangi Ayah. Kak Zaira pasti akan senang mendengarnya. Mendengar nama Zaira, Tama sedikit tersentak. Namun, ia mengembalikan lagi ekspresinya.

"Iya Nak, tapi jangan dulu beri tahu Kakakmu tentang ini dulu,"

"Kenapa?" tanya Zein.

"Karena kita akan memberi kejutan padanya," ucap Tama tersenyum. Zein pun kembali tersenyum dan kemudian memeluk Ayahnya.

"Kak Zaira pasti akan senang," ucapnya.

"Iya, Kakakmu pasti akan sangat senang." ucap Tama, setelah mengobrol lama dengan Zein akhirnya Tama memutuskan untuk pulang karena sudah larut malam.

"Namun, baru saja ia keluar dari Kosan Zein, tiba-tiba ponsel milik Tama berbunyi. Terdengar ia berbicara dengan seseorang.

"Semuanya sudah beres kau tenang saja," ucap Tama dan kemudian ia pun pergi meninggalkan kosan itu dan kembali pulang ke rumahnya.

****

Hai ... hai assalamualaikum, seperti janji Mimin. Mimin bakal up ceritanya Zein dan Aliana, Mimin bakal up dari awal aja ya biar ceritanya mengalir dengan teratur. Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak ya 😘😘😘 like dan komen ya 💃👯

Tipuan Tama

Tama yang baru sampai di rumah istrinya pun, langsung disambut oleh Mirna. Perempuan penuh ambisi itu langsung mencerca suaminya dengan banyak pertanyaan. Tak peduli jika suaminya itu merasa lelah, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana hari esok ia lalui dengan penuh kebahagiaan versi dirinya.

"Bagaimana, aku tidak ingin mendengar kegagalan." ucapnya pada Tama yang baru saja duduk dan mengistirahatkan sejenak tubuhnya.

"Rencana kita bahkan baru akan dimulai, dan sekarang kau bertanya rencana kita gagal atau tidak, dasar aneh." Tama berdecak dengan sebal pada istrinya yang selalu menuntutnya untuk memberikan apapun yang ia inginkan.

"Baiklah, bagaimana? Apa umpan sudah masuk kedalam jebakan kita?" tanyanya.

"Sudah," jawab Tama singkat, sebenarnya ia ragu untuk menjalankan rencana ini. Akan tetapi Mirna menyakinkan suaminya bahwa rencana yang akan ia jalankan saat ini adalah untuk kebaikan mereka semua. Tama pun pada akhirnya menurut saja, ia memang seperti kerbau yang di cocok hidungnya oleh Mirna. Apa pun yang ia katakan maka ia akan menurutinya.

Sebegitu besar rasa cinta yang ia rasakan untuk istrinya yang sangat egois ini, hingga ia sudah tidak peduli lagi bagaimana perasaan anak-anaknya. Bahkan saat Mirna berbohong tentang kehamilannya pun, ia sama sekali tidak marah dan langsung memaafkannya. Tama memang pria yang sangat bodoh. Ia bahkan menjadi seorang yang buta karena cintanya pada Mirna.

Flashback off

*

*

*

Paginya karena Zaira merasa tidak tenang ia pun langsung menghubungi adiknya dan menanyakan bagaimana keadaannya, akan tetapi sepertinya kekhawatirannya sama sekali tidak perlu ia takutkan. Karena pagi ini, Zein sepertinya sedang sangat bahagia. Itu terdengar dari suaranya yang sangat bersemangat saat mengobrol dengan Zaira.

"Hei, apa kau sedang jatuh cinta? Kenapa kau sangat bahagia sekali?" tanya Zaira. Akan tetapi, Zein hanya tertawa dibalik panggilannya itu.

Mendengar adiknya baik-baik saja, Zaira pun kini merasa tenang. Ia pun kemudian menghampiri suaminya dan langsung memeluknya dari belakang. Hingga perut Zaira yang kini sudah membesar itu pun menempel di punggung Zayan.

Sangat terasa sekali anaknya bergerak-gerak di sana, Zayan pun tertawa karena merasa geli dengan gerakan anaknya itu.

"Apa dia sedang bermain bola di dalam sana?" tanya Zayan.

"Kau pikir perutku seluas lapangan, hingga anakmu bisa bermain bola di dalam sana!" ucap Zaira dan langsung melepaskan pelukannya pada Zayan. Zayan pun membalikan tubuhnya dan melihat wajah Zaira yang semakin hari terlihat semakin menggemaskan.

"Kau jangan menggodaku pagi-pagi begini, aku takut tidak bisa menahannya," ucap Zayan dan mengecup bibir mungil istrinya ini.

"Dasar ayam mesum, perutku ini sudah sangat besar bahkan untuk bergerak saja susah. Kau malah mengajakku main kuda-kudaan, aku tidak mau perutku sakit," rengek Zaira.

"Baiklah - baiklah, sebagai Daddy yang baik aku tidak akan memaksa. Yang terpenting kau bahagia," ucap Zayan dan langsung menyambar bibir Zaira yang selalu membuatnya tergoda setiap waktu.

*

*

*

*

*

*

Saat berada di sekolah, Zein sudah sangat tidak sabar ingin segera pulang dan segera memberikan kejutan pada kakaknya Zaira. Karena Tama mengatakan jika saat nanti pulang sekolah mereka berdua akan memberikan sebuah kejutan untuknya.

Hingga saatnya tiba, bel waktu tanda pulang pun berbunyi. Seluruh siswa pun berhamburan keluar. Dan sesuai janjinya, Tama sudah menunggu kepulangan Zein di depan gerbang sekolah. Tama datang dengan menggunakan mobilnya, ia sengaja akan membawa putranya itu pergi ke sebuah tempat, yang Zein tahu tempat itu adalah tempat dimana ia akan menemui kakaknya tersayang.

Bayangan wajah Zaira yang terkejut kemudian bahagia, sudah tergambar dalam benak Zein. Itu membuatnya semakin bersemangat.

"Kau sudah siap?" tanya Tama.

"Aku sangat siap," jawab Zein, mereka berdua pun kemudian masuk ke dalam mobil Tama dan menuju ke sebuah tempat. Saat di dalam mobil Tama memberikan sebuah paper bag pada Zein yang berisikan sebuah pakaian. Namun, pakaian itu terlihat sangat resmi karena didalamnya ada sebuah kemeja jas dan juga celana.

"Nanti kau pakai, pakaian itu." ucap Tama sambil tersenyum manis pada putranya.

"Memangnya kita akan kemana? Kenapa pakaiannya harus resmi seperti ini?" tanya Zein.

"Zein, kita akan membuat kejutan untuk kakakmu, tidak mungkin kau akan memakai pakaian sekolah untuk datang ke tempat itu. Karena tempat yang ayah pesan adalah sebuah tempat istimewa apakah tidak lihat pakaian apa yang ayah pakai sekarang?" Zein pun kemudian melihat pakaian yang ayahnya pakai, ia sampai tidak sadar jika ayahnya ini memakai pakaian yang sangat rapi. Mungkin karena ia terlalu bahagia hingga ia tidak terlalu memperhatikan penampilan ayahnya.

Tanpa banyak bertanya Zein pun mengambil pakaian itu dan langsung memakainya di kursi belakang. Hingga saat Zein selesai menggunakan pakaian itu, ia terlihat sangat tampan dan terlihat seperti pria dewasa bukan terlihat seperti anak sekolahan. Tubuh Zein yang tinggi dan berotot itu karena ia adalah salah satu atlet taekwondo, seringnya latihan membuat tubuhnya terbentuk sangat indah dan membuatnya terlihat sangat gagah.

"Kau sangat tampan," puji Tama.

"Terima kasih,"

Tak lama setelah itu sampailah mereka di sebuah hotel yang terlihat sedang mengadakan sebuah pesta. Zein yang memang tidak menaruh curiga apa pun tak terlalu memperhatikan keadaan sekelilingnya.

Hanya saja saat suara familiar itu terdengar memanggil ayahnya, ia pun langsung menoleh pada Mirna yang sedang terburu-buru menghampiri mereka.

"Ya ampun, kalian ini kenapa baru datang cepatlah!" ucap Mirna sambil menuntun Zein diikuti oleh Tama. Hingga sampailah mereka di sebuah ruangan yang di sana terlihat seseorang sedang menunggu kedatangan mereka.

Sepertinya pria yang terlihat sedang menunggu mereka itu seusia dengan ayahnya, Tama. Jujur Zein masih belum paham dengan semua ini. Yang ia tahu hanyalah saat ini ia akan memberikan kejutan kepada Zaira.

"Tuan," panggil Tama. Pria yang sedang berdiri sambil membelakangi mereka pun membalikan tubuhnya dan melihat ke arah mereka bertiga. Pandangannya pun langsung mengarah ke arah Zein yang memang terlihat tampan dan juga gagah.

"Woooww, lumayan." ucapnya.

"Ayah, ada apa ini? Siapa dia?" tanya Zein,

"Dia ..." Tama terlihat ragu mengatakannya, ada sedikit rasa tidak tega pada putranya itu. Jadi ia pun bingung bagaimana menjelaskannya pada Zein. Melihat suaminya yang hanya diam saja, maka Mirna lah yang menjawab pertanyaan Zein.

"Dia adalah calon mertuamu," jawab Mirna.

"Apa!!!" Zein benar-benar dibuat terkejut oleh penuturan ibu sambungnya. Calon mertua, apa maksud dari ucapan ibu sambungnya ini. Pandangan Zein pun langsung mengarah ke arah ayahnya yang terus menunduk tak berani melihat ke arahnya.

"Ayah...'" panggil Zein, tetapi yang dipanggil hanya diam saja. Zein pun kini mulai mengerti jika ia kini sudah tertipu oleh ayah kandungnya sendiri.

"Ini benar-benar gila," gumam Zein.

****

Makasih buat yang udah mampir dan jangan lupa tinggalkan jejak 😘😘😘

Sah

Zein merasa sangat terkejut, karena ternyata dirinya dibawa bukan untuk bertemu dengan Zaira dan memberikan kejutan padanya. Akan tetapi ia dibawa untuk dinikahkan dengan seseorang yang bahkan ia sendiri pun tak tahu siapa yang akan menjadi istrinya.

Zein masih remaja, bahkan usianya saja belum genap delapan belas tahun ia juga masih berstatus pelajar. Tetapi ayahnya tiba-tiba memintanya untuk menikah, itu berarti ia akan menjadi seorang suami. Ya ... menjadi seorang suami yang calon istrinya pun ia tidak tahu. Bagaimana rupanya dan seperti apa orangnya.

Hancur sudah perasaan Zein, ia tidak pernah menyangka jika ayahnya akan tega melakukan semua ini padanya. Kenapa ia sangat tega kepada putranya sendiri. Kenapa ayahnya datang bukan untuk memberikan kebahagiaan padanya. Kenapa ia harus datang jika hanya akan menghancurkan hidupnya. Kenapa ia bodoh dan percaya begitu saja pada ayahnya yang jahat ini.

Rasa sesal kini telah menyergap hatinya, menyesal karena telah percaya pada orang yang bahkan selama hidupnya tak pernah memperlihatkan kasih sayang padanya. Kini hanya bayangan Zaira yang tersenyum padanya seolah sirna begitu saja. Berganti dengan bayangan - bayangan buram yang akan menjadi masa depan dan kehidupannya kelak.

"Kenapa ayah melakukan semua ini padaku?" tanya Zein sedih.

"Sebagai anak kau harus berbakti pada ayahmu, setidaknya anggaplah jika sekarang kau sedang balas budi pada ayahmu," jawab Mirna sekenanya, tanpa mempedulikan bagaimana perasaan Zein saat ini.

"Sudahlah, aku tidak ingin ada drama. Pernikahan sebentar lagi dimulai. Dan putriku sedang menunggu di sana." ucap pria yang katanya sebentar lagi akan menjadi mertuanya.

"Aku menolak pernikahan ini," ucap Zein.

"Itu berarti aku akan menghancurkanmu sekarang juga," ancamnya.

"Aku tidak peduli hancurkan saja hidupnya!" geram Zein.

"Zein!!!" sentak Mirna, bahkan wajah Tama pun kini sudah pucat, ia merasa takut jika ia akan dihaj4r habis-habisan oleh anak buah bos nya. Dan jangan lupakan, jika Zein sampai tidak jadi menikah maka ia pasti akan menjadi gelandangan.

"Zein! Jika kau berani menolak pernikahan ini maka Ayah akan memberitahukan masalah ini pada kakakmu. Apa kau ingin kakakmu menderita, apalagi saat ini ia sedang mengandung. Apa kau ingin terjadi sesuatu pada kakak dan juga keponakanmu!" ancam Tama.

Zein pun kembali berpikir, jika saat ini Zaira tahu maka Zaira pasti akan langsung menolongnya. Akan tetapi semua masalah ini akan mengganggu pikirannya, kandungannya juga sudah besar. Zein tidak mau terjadi sesuatu pada kakak dan juga keponakannya.

"Apa kau ingin merepotkan kakakmu dan membuatnya cemas berlebihan?" tanya Tama menakuti Zein.

"Kau tidak akan mudah keluar dari tempat ini. Karena aku tidak akan membiarkan kau lari begitu saja. Kau harus menikahi putriku atau tidak ..." beberapa pria berjas langsung mendekati Tama dan menodongkan sebuah senjata.

"Wuusshhh... ucapkan selamat tinggal pada ayahmu sekarang juga," ancamnya lagi. Sungguh Zein berada pilihan yang sulit. Bagaimana pun juga Zein tidak mau kehilangan ayahnya, setidaknya jangan dengan cara seperti ini. Ia tidak mau melihat ayahnya lenyap didepan matanya sendiri dengan cara yang mengerikan.

"Zein ... kau sangat jahat! Kau tega pada ayahmu!" sentak Mirna.

"Diam kau wanita sial4n!" tunjuk Zein.

"Aku yakin semua ini pasti ulahmu, karena ayahku yang bodoh itu selalu saja mengikuti perintahmu!" untuk pertama kalinya pemuda kalem ini mengeluarkan amarahnya.

"Habisi Tama sekarang juga!" sentak pria itu, hingga terdengar bunyi senjata itu dan hanya tinggal menarik pelatuknya. Maka ayahnya akan lenyap sekarang juga, perasaan Zein semakin kalut saat ini. Bahkan ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Zein tidak punya waktu berpikir, ancamannya pun tidak main-main.

"Zein, tolong ayah." ucap Tama gemetar.

"Habisi sekarang!"

"Tunggu!!"

"Baiklah, aku akan menikahi putrimu. Tapi lepaskan ayahku," ucap Zein lemah. Pria itu tersenyum penuh kemenangan. Ia akan melakukan apapun demi pernikahannya ini terjadi, ia tidak mau jika pernikahan putrinya gagal. Karena nama baiknya yang akan menjadi hancur, begitu pun nama putrinya. Ia tidak mau jika hal itu akan terjadi. Jadi pria ini akan melakukan apapun demi menyelamatkan nama baik keluarganya.

"Anak pintar ..." gumamnya.

*

*

*

Di rumah, entah kenapa perasaan Zaira menjadi tidak nyaman. Ia tiba-tiba merasa sedih, akan tetapi ia sendiri tidak tahu kenapa. Air matanya mengalir begitu saja, Nara yang melihat menantunya tiba-tiba menangis pun langsung menghampirinya.

"Zaira, ada apa sayang?" tanya Nara dan menghapus air mata di pipi Zaira. Zaira kembali meneteskan lagi air matanya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba sakit.

"Aku tidak tahu Mommy, tiba-tiba aku merasa sedih." jawabnya sambil menunduk. Nara pun kemudian memeluk menantunya dan mengusap rambut Zaira.

"Mungkin karena kehamilanmu, kau menjadi sensitif. Tidak apa-apa, itu sudah biasa. Jangan menangis lagi kasihan anakmu," ucap Nara. Zaira pun kemudian mengangguk.

"Kenapa hatiku tiba-tiba sakit," gumam Zaira dalam hati.

*

*

*

"Sah ..."

Terdengar sahutan orang-orang saat Zein selesai mengucapkan ijab kabul pernikahannya. Jika menikah adalah impian kebanyakan orang, maka lain halnya dengan Zein yang sejujurnya sangat tidak menginginkan pernikahan ini. Dan sepertinya bukan hanya Zein yang tidak menginginkan pernikahan ini. Akan tetapi juga perempuan yang kini menjadi istrinya juga, sepertinya sangat tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Terlihat jelas dari gurat wajahnya jika gadis ini menikah karena terpaksa.

Apa terjadi sesuatu pada gadis ini, hamil misalnya. Dan pria yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab. Astaga bahkan pikiran Zein sudah kemana-mana. Ia jadi membayangkan jika ia sebentar lagi akan menjadi seorang ayah sambung, sangat lucu pikirnya.

Bahkan sekolah saja ia belum lulus dan ia sudah menjadi seorang suami, ini sungguh gila pikir Zein. Apa ini yang dirasakan oleh Zaira saat itu. Tiba-tiba menikah dengan orang yang tidak dikenal. Hanya saja, cara Zein menikah lebih ekstrim karena di bawah ancaman. Hingga membuat jantungnya terasa sedang berlari-lari di dalam sana. Tapi ya sudahlah, menyesali nasibnya pun sudah tidak berguna.

Hanya saja mungkin ia akan meminta ijin jika ia masih ingin melanjutkan sekolahnya. Dan ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Zein tidak mau jika nanti ia kehilangan haknya untuk melanjutkan pendidikan.

Pesta pernikahan ini cukup megah dan juga meriah, hanya saja tak ada senyum dari sepasang pengantin baru itu. Sangat terlihat jika mereka tidak saling mencintai. Namun, siapa yang peduli pada mereka. Terdengar helaan napas dari keduanya.

"Aku tidak pernah menyangka aku akan menikah dengan anak kecil," gumamnya tapi masih terdengar jelas di telinga Zein. Perempuan yang baru saja menjadi istri Zein ini melihat Zein dengan tatapan mendelik kesal. Jujur saja sikapnya itu membuat Zein tersinggung. Memangnya siapa yang memaksa Zein menikah dengannya. Bahkan ayahnya yang kejam itu akan menembak ayah Zein jika ia tidak mau menikah dengannya

"Apa kau pikir aku bahagia menikah dengan gadis tua, yang menyamar jadi anak kecil!" balas Zein.

"Apa!"

***

Ya ampun Zein yang sabar yah, Mimin sayang sama Zein kok 🥺🥺🥺, dan buat Tama sama Mirna kalian bakal dapat karmanya tunggu aja 😑

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!