Di sebuah istana yang indah dan megah, terdapat keluarga kerajaan yang sedang merayakan hari ulang tahun putri bungsu mereka. Senyum lebar terukir indah di bibir putri itu, menggambarkan betapa bahagianya ia di sana. Kali ini, ulang tahunnya hanya dirayakan oleh mereka sekeluarga saja, tidak lagi mengundang rakyat. Itu atas kemauan putri sendiri. Ia hanya sedang ingin menghabiskan ulang tahunnya yang ke-14 tahun ini tidak se-mewah tahun tahun sebelumnya.
Namun, di tengah kebahagiaan tersebut, tiba-tiba anak panah masuk melewati sela sela jendela ke dalam dan menancap langsung pada Sang Raja, yaitu Raja Darren Castiel. Melihatnya membuat mereka semua tersentak, mata melebar dengan mulut menganga.
"AYAAHHH!!!" Pekik mereka semua.
"A-AYAH!!!"
Raja Darren pun tersungkur dengan banyak darah di sekitar dada sebelah kirinya yang tertancap panah. Dengan sigap pengawal yang menjaga di sana serta kedua putra kembarnya—Pangeran Axel dan Pangeran Noxien—pun mengeluarkan pedangnya begitu pula si sulung—Putri Calissa—mengeluarkan panahnya. Mereka bertiga menatap sekeliling ruangan dengan was-was, mencari dari mana anak panah itu berasal. Sedangkan Ratu Catrina bersama dua putri lainnya segera menghampiri Raja Darren.
"Siapa di sana??!!" Tanya Noxien dengan lantang.
"Darren, apa kau bisa mendengarku?" Tanya Ratu Catrina sembari menggoyang-goyangkan tubuh Raja Darren, namun itu tidak berpengaruh apa-apa. Raja Darren tetap diam dengan mata terbuka, mereka yang melihatnya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Melihat itu, sangat menyayat hati. Perlahan-lahan air mata turun membasahi pipi mereka.
Tiba-tiba Noxien berlari mengejar seseorang yang sempat dilihat olehnya. Axel, Calissa dan beberapa pengawal pun mengikutinya di belakang. Kemudian Deroxia—si putri kedua—berdiri, ia mengambil pedangnya, mengelap air mata lalu ikut menyusul mereka.
"Ayah, bangun ayah," lirih si bungsu yang bernama Anastasya. Ratu Catrina pun menutup kedua mata suaminya tersebut dengan telapak tangannya yang bergetar, isak tangisnya semakin terdengar menyakitkan.
Tak disangka, Raja Darren akan pergi secepat ini meninggalkan keluarganya. Mereka bahkan belum mengucapkan selamat tinggal sekali pun, tiba-tiba hal ini terjadi begitu saja. Harusnya ini menjadi hari terbahagia bagi Anastasya, namun ternyata malah sebaliknya.
Saat keluar istana, Axel, Noxien, Calissa dan Deroxia terkejut melihat puluhan rakyat Eastria yang diikat oleh pasukan Kerajaan Westria. Mereka pun memberhentikan langkahnya.
"Apa-apaan ini?!" Bentak Noxien tak terima, ia menatap tajam semua pasukan-pasukan tersebut. Lalu tatapan mereka beralih ke Pangeran Harixon yang juga ada di sana, masih senantiasa membawa tongkat sakti hijaunya dengan muka menyebalkan.
Tunggu, Isabel tidak mengingat bagian ini. Ia tidak ingat kalau Harixon akan datang bersama pasukannya untuk mengikat rakyat Eastria. Ia juga tidak ingat kalau Raja Darren akan terbunuh secepat ini. Lantas, sebenarnya apa yang akan terjadi selanjutnya?
"Ini pilihanmu, Putri Deroxia. Kau menikah denganku, atau aku akan membawa mereka ke istanaku dan menenggelamkan mereka di kolam besi panas yang mendidih di bawah tanah. Blek blek blek... hahahah!!!" Ancam Harixon dengan tawa jahat di akhir ucapannya.
"Luar biasa. Setelah kau membunuh ayah kami, sekarang kau ingin membunuh mereka juga?! Manusia yang sangat tidak beradab!" sindir Noxien dengan nada penekanan di setiap katanya. Suaranya bergetar, matanya juga sudah memerah begitu pula yang lain.
"Biarkan mereka pergi! Jangan sangkut pautkan mereka dengan urusan kita. Mereka tidak ada hubungannya," mohon Calissa.
Mendengar itu, Harixon malah tersenyum miring. "Maka dari itu ini pilihanmu, Deroxia. Kau akan menikah denganku, atau mereka akan aku bunuh. Lihatlah sebagian rakyatmu ini, mereka tidak berdaya. Mereka tidak bersalah, sayang. Keselamatan mereka semua ada di tangan kamu, Putri Deroxia Castiel."
Deroxia menggeleng pelan, dia tidak bisa menikah dengan Pangeran menyebalkan itu. Tapi ia tak bisa membiarkan Harixon untuk membunuh rakyatnya yang tidak ada salah apa-apa.
"Jadi, bagaimana sayang?" Tanyanya. Deroxia terdiam sebentar kemudian menawab,
"y–ya!"
Bagaikan petir di siang bolong, jawaban Deroxia membuat semua orang di sana kaget dan tak percaya. Salah satu pemuda yang diikat di sana memberi kode pada Deroxia untuk menolak Pangeran, namun Deroxia mengabaikannya. Dia tidak peduli tentang dirinya sekarang, yang penting orang-orang tak bersalah itu bisa bebas.
"Kau serius?"
"Ya! Apa jawaban itu tidak cukup untukmu? Lepaskan mereka semua dan bawa aku sekarang!" Ucapnya dengan lantang, ia berusaha menahan rasa takut dalam dirinya. Namun, Harixon malah tertawa tidak jelas yang membuat Deroxia kesal.
Tetapi tiba-tiba Deroxia merasa waktu terulang, ia mengerutkan keningnya melihat dirinya bersama ketiga saudaranya serta para pengawal di belakangnya mundur kembali dengan sendirinya, dan kini mereka semua kembali berada di dalam istana yang akan berlari mengejar salah satu prajurit Westria. Seakan-akan waktu baru saja terulang kembali.
'What??? Kenapa waktunya keulang lagi?' Tanya Deroxia dalam hati dengan tidak terima sekaligus bingung. Ia sudah lama sekali tidak mengalami hal ini.
"Kau salah, Isabel. Deroxia menolak menikahi Harixon, ia membiarkan rakyat Eastria dibawa pergi olehnya," ucap seseorang di kepala Deroxia. Deroxia melotot, ia tak percaya kalau di dalam film Deroxia malah membiarkan rakyat Eastria dibawa ke Westria. Ini artinya ia mau tidak mau harus membiarkan rakyat itu dibawa agar tidak mengubah alur cerita, atau waktu akan terulang-ulang terus tanpa henti.
"Tolak dia, Isabel!" perintahnya.
"Kakak, ayo bangunlah!"
Aish, kenapa pagi cepat sekali datangnya? Aku masih mengantuk. Bisakah kasih aku waktu 5 menit lagi?
"Mmm... 5 menit lagi, Do," gumamku kemudian berbalik memunggungi adik laki-lakiku yang bernama Aldo. Rasanya sangat malas sekali untuk memulai hari. Lagi pula kelasku kan dimulai nanti jam 11 siang.
"Do? Siapa Do?"
Aku terdiam mendengar pertanyaan aneh itu. Bahkan yang lebih anehnya lagi, suaranya bukan seperti suara adikku. Suara itu adalah suara anak perempuan! atau jangan-jangan... Aldo sedang cosplay menjadi bencong?!
Khawatir Aldo beneran cosplay menjadi bencong, aku pun cepat-cepat menoleh ke belakang. Tidak, itu bukan Aldo yang cosplay menjadi bencong. Itu anak perempuan sungguhan! Sepertinya berumur kisaran 12 atau... 10 tahun?
Tunggu, siapa dia dan kenapa ada di kamarku?!
"Siapa kamu!!!" pekikku tertahan lalu dengan sigap mengambil bantal untuk aku lempar nanti padanya jika dia berbuat macam-macam. Masalahnya aku tak kenal siapa anak ini, yah meskipun dia terlihat tidak seperti penjahat, karena dia memakai gaun berwarna kuning cerah, rambutnya juga pirang dan warna matanya biru. Dia juga memakai tiara yang berkilau, dia sangat cantik. Tapi siapa tau itu hanya akal-akalannya saja untuk menipuku.
"A-aku? Aku kan adikmu, Kak. Tasya, aku Tasya. Kakak habis bermimpi apa sih?" kekehnya, kemudian pergi begitu saja meninggalkanku yang melongo dibuatnya. Rasanya ada yang aneh di sini, dari hawanya, suasananya, bahkan aku juga baru menyadari kalau suaraku sedikit berbeda. Tunggu, bahkan bantal ini sepertinya bukan milikku! Ukurannya jauh lebih besar dan lebih empuk, bukan seperti milikku yang busanya sudah gepeng.
"Apa yang terjadi?" gumamku sembari memperhatikan sekeliling kamar. Kamar ini lebih luas daripada kamarku yang seharusnya. Dindingnya berwarna biru cerah dan terdapat hiasan bunga-bunga berwarna putih. Lantainya berwarna putih yang sangat berkilau, seperti selalu dipel tiga kali sehari. Satu lagi yang menarik perhatianku, ada tulisan indah yang terdapat di salah satu pintu di sana: 'Deroxia Neevanaya Castiel'.
Ah, aku seperti pernah mendengar nama itu! Nama anak perempuan bernama Tasya tadi pun rasanya sangat familiar. Tapi, dengar darimana ya?
Saat kulihat jendela, sepertinya ini bukan pagi hari melainkan sore hari. Karena matahari yang sedang terbenam itu terlihat jelas dari jendela kamarku dengan warna jingga kemerahan di sekitarnya. Syukurlah, kalau pagi hari tidak akan ada sinar menyilaukan yang masuk ke kamar.
Lalu tatapanku terpaku pada diriku sendiri di cermin, hampir saja aku ingin teriak namun cepat-cepat aku tahan dengan tanganku, takutnya teriakanku ini menarik perhatian orang lain.
Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Kenapa rambutku yang tadinya pendek sebahu, sekarang menjadi lebih panjang dan bergelombang? Warna rambutnya juga pirang. Kulitku yang tadinya coklat kini menjadi putih, bahkan mataku berwarna biru laut yang cerah. Aku sangat mirip dengan anak tadi, bedanya aku ini lebih dewasa darinya.
Ini sangat aneh, tadinya aku mirip seperti monyet liar yang kabur dari pinggir jalan raya Puspiptek yang tak jauh dari rumahku, namun sekarang aku mirip seperti putri cantik yang ada di film-film. Apa ini mimpi?
Aku berusaha mengingat-ingat apa yang aku lakukan terakhir kali sebelum terbangun di sini. Yang aku ingat... Kemarin aku sedang pergi bersama pacarku, Leon. Lalu kami menonton film di bioskop, kemudian pulang. Aku tidur di rumah lalu bangun di sini.
Ah iya! Aku menonton film bertema kerajaan bersama Leon. Jangan-jangan, aku masuk ke dunia kerajaan itu sekarang dan menjadi si tokoh utama, Putri Deroxia Castiel?! Kalau iya, itu akan menjadi masalah besar karena hidup seorang Putri Deroxia sangat memprihatinkan! Dalam film, dia dipaksa untuk menikah dengan Pangeran Harixon sedangkan dia sedang jatuh cinta dengan Pangeran lain, yaitu Pangeran Feroxan.
Yang benar saja, sekarang aku menjadi seorang putri?!
Tiba-tiba pintu diketuk pelan lalu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang cantik. Dia menunduk hormat padaku kemudian tersenyum dan berkata, "selamat sore Tuan Putri, sebaiknya anda segera bersiap-siap karena nanti malam diundang untuk makan malam bersama di Kerajaan Southernria."
Baru saja aku berharap-harap kalau ini hanyalah mimpi, namun ternyata takdir berkata lain. Namaku bukan lagi Isabel, melainkan Deroxia. Dan aku baru saja memulai awal cerita yang ada di dalam film, yaitu pergi ke Kerajaan Sou---apalah itu namanya. Kenapa nama istananya sangat susah sekali untuk diucapkan?! Atau aku yang bodoh tidak bisa mengucapkannya.
Sepertinya aku yang bodoh. Buktinya bukannya menjawab si wanita itu atau hanya sekedar memberi anggukan saja, aku malah melongo. Masih berusaha mencerna apa yang terjadi di sini.
...------->>><<<-------...
Sedari tadi aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari jalanan yang sedang aku lewati. Yang aku ingat, istanaku ini terletak di suatu daerah bernama Eastria. Dan sekarang, kami sedang menaiki kereta kuda menuju daerah Southernria untuk ke istananya. Istana di mana Pangeran Feroxan tinggal. Kami semua diundang untuk makan malam bersama keluarga mereka.
Dalam film yang ku tonton, Putri Deroxia memiliki 4 saudara. Anak pertama itu Calissa, dia berusia 23 tahun dan satu kendaraan denganku sekarang bersama si bungsu. Anak yang kedua adalah aku, lalu yang ketiga dan keempat itu kembar laki-laki namanya Axel dan Noxien. Mereka berumur 17 tahun. Terakhir, si bungsu namanya Anastasya atau biasa dipanggil Tasya oleh orang-orang terdekatnya. Ternyata dia sudah berusia 13 tahun, tak seperti dugaanku di kamar tadi saat pertama kali melihatnya.
Putri Calissa—yang sekarang akan kupanggil Kak Lissa—dan Tasya sedari tadi tidak henti-hentinya menggodaku mengenai Pangeran Feroxan. Aku tak sabar ingin melihat seperti apa Pangeran Feroxan jika dilihat secara langsung! Dalam film dia digambarkan sangat tampan, lebih tampan malah dari Pangeran Harixon; Pangeran dari daerah Westria yang terlihat sangar menurutku. Entahlah, not my type.
Rasanya asing sekali berada di sini, aku seperti baru saja menemukan suasana baru dan lingkungan baru yang indah! Entah ini mimpi atau kenyataan, tapi kalau ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku dulu!
Akhirnya kami telah sampai di istana Southernria. Kak Lissa turun terlebih dahulu, disusul aku lalu yang terakhir adalah Tasya. Sedangkan dua adik laki-lakiku ada di kereta kuda yang lain. Tidak susah juga kok membedakan dua kembar itu; Axel yang rambutnya coklat seperti rambut Kak Lissa, kalau Noxien rambutnya pirang. Raja dan Ratu yang merupakan orang tua kami, berada di kereta kuda lainnya.
Istana ini cukup indah, sangat megah dan asri. Dia memiliki lebih banyak tanaman tanaman hijau. Karena sekarang sudah malam, banyak lilin-lilin yang menghiasi sekitaran halaman istana yang luas itu. Banyak juga pengawal yang mengikuti kami masuk ke istana. Ah, apa wajahku terlihat seperti orang bodoh? Sedari tadi aku tidak henti-hentinya berdecak kagum menatap seisi istana tersebut.
Aku jadi bertanya-tanya, apakah setiap malamnya mereka akan selalu memasang lilin di halaman ini, atau hanya karena kami datang?
Jantungku semakin berdetak tak karuan saat memasuki istana itu, di depan sana Raja Darren bersama Ratu Catrina (orang tuaku) sedang berjabat tangan dan memberi sapaan pada Raja Olian, Raja yang memimpin istana Southernria.
Tak lama kami semua dipersilahkan untuk duduk di meja makan istana tersebut. Tadinya aku cukup khawatir takut kursinya tidak cukup, lagian ribet banget kenapa mereka harus mengundang kami sekeluarga. Kami kan lima bersaudara, ditambah Raja dan Ratu jadinya tujuh. Untungnya, kursi di ruang makan itu banyak.
Mataku berbinar saat melihat banyaknya makanan lezat yang tersedia di atas meja, bahkan meja penuh dengan makanan dari ujung ke ujung! Seperti Harry Potter saja.
Bahkan, banyak juga barang-barang yang terbuat dari emas.
Saat aku hendak duduk, tiba-tiba ada seseorang juga yang baru saja ingin duduk di sebrangku. Aku pun mendongak menatapnya. Ah, pasti dia Pangeran Feroxan. Warna mata hazelnya sangat indah.
Tiba-tiba, tatapan kami bertemu. Rasanya jantungku ingin copot! Kenapa tatapannya bisa seperti itu? Bikin aku gila, aku tak mau jantungku pindah ke ginjal! Dia benar-benar tampan.
Anehnya, dia menatapku dengan... tak percaya? Kenapa sih? Apa pakaianku aneh? Dalam film kan aku dengannya juga sudah cukup dekat, harusnya dia tidak terkejut lagi melihatku. Jangan-jangan dia tau kalau aku bukan Deroxia yang asli?!
"Silahkan duduk," ucap Raja Olian sembari tersenyum ramah. Aku perlahan-lahan duduk di kursiku bersama keluargaku yang lain. Sedangkan di seberangku, laki-laki itu masih terdiam menatapku.
SEBENTAR....
Wajah dia ini mengingatkanku akan seseorang. Atau ternyata memang benar dialah orangnya yang menjadi Pangeran Feroxan?
Dia... Leon?
...-TBC-...
-Flashback, beberapa jam sebelumnya-
Di suatu sore yang cerah, terdapat seorang pemuda berusia 20 tahun yang masih tertidur nyenyak di kamarnya. Kamar yang megah, penuh dengan barang-barang yang tentunya juga mewah dan berkilau. Tak lama datanglah seorang gadis kecil berambut hitam berusia 9 tahun, dia naik ke kasur pemuda itu dan melompat-lompat di atasnya.
"Kakak bangun!!"
"Bangun Kakak!"
"Kakak!!"
Merasa terusik, lelaki itu pun membuka matanya. Gadis kecil itu cepat-cepat turun dari kasur seraya tertawa.
"Ish apaan sih Del!" Keluhnya pada si adik perempuannya, mendengar itu adiknya malah menghentikan tawanya.
"Del? Kok malah memanggilku Del sih Kak?" Tanyanya membuat lelaki itu sadar bahwa suaranya terdengar asing. Ia pun menatap gadis itu kemudian tersentak kaget.
"Astaga! Siapa lo masuk-masuk ke sini!"
"Ish kakak! Apa sih?"
Saat itu juga lelaki itu sadar bahwa ia tidak berada di kamarnya. Dia menatap sekeliling kamar asing tersebut dengan bingung sekaligus kagum. Jangan heran, di kamar itu banyak barang-barang yang terbuat dari emas. Kalau dia bawa dua atau tiga barang saja dari sana, pasti dia sudah kaya raya.
Kasurnya juga tiga kali lipat lebih besar dari kasur di rumah aslinya. Jadi pertanyaannya, di mana dia sekarang?
"I-ini di mana..."
"Ini... kamar."
"Ya tapi di mana?!"
"Istana?" Jawab adiknya yang nampak seperti pertanyaan, heran dengan kakaknya yang tiba-tiba lupa ingatan itu. Padahal, kakaknya sudah tinggal di sana selama 20 tahun lamanya dari dia masih bayi. Bisa-bisanya dia lupa begitu saja.
"Istana?!"
Pemuda itu kembali menatap sekeliling dengan mulut menganga, mana bisa dia tiba-tiba berada di istana bersama gadis kecil yang asing—dia bukanlah adiknya, adik perempuannya lebih tua dari gadis kecil itu dan namanya adalah Adelia. Dia pun kembali menatap gadis kecil tersebut, gadis itu mengenakan gaun berwarna putih yang dihiasi bunga-bunga indah. Rambutnya berwarna hitam, dan matanya berwarna hijau. Dari penampilannya, sudah jelas dia adalah seorang putri kecil yang menggemaskan. Berbanding terbalik dengan adik kandungnya yang ogah-ogahan memakai dress. Dari gaya berpakaiannya, Adelia lebih tomboy dari kebanyakan cewek biasanya.
"Memangnya di mana lagi, Kak? Sudah jelas di istana. Ayo siap-siap, sebentar lagi akan ada tamu dari Kerajaan Eastria. Nanti malam kan ayah mengundang semua anggota kerajaan Eastria untuk makan malam bersama, pasti istana ini akan ramai."
Kemudian gadis kecil yang belum ia tau namanya melenggang pergi. Pemuda itu pun terdiam sebentar, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi di sekitarnya. Apa gadis kecil itu baru saja bilang Eastria? Dia merasa tidak asing dengan nama itu.
Benar, pemuda itu adalah kekasih Isabel yang bernama Leon. Namun kini, Leon sudah tak menjadi dirinya. Ada beberapa perubahan mulai dari warna rambutnya yang kini lebih coklat, juga matanya berwarna hazel cerah. Sama seperti Isabel, Leon juga tak kalah terkejut melihat perubahan pada dirinya di cermin besar.
"Ini kan kayak... yang di film. Aku jadi si pangerannya itu?! Eeee siapa sih namanya ya lupa—"
Ceklek....
"Oh, kau sudah bangun rupanya. Cepatlah bersiap-siap, Feroxan. Tadi Ibu sudah meletakkan pakaian yang cocok untukmu nanti malam di atas meja," ucap seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat sehat dan bugar, dengan mahkota di kepalanya juga pakaian layaknya bangsawan.
Leon gelagapan, ia tak tau harus berkata apa. Hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menjawab, "O-oke.... Ayah?"
Lelaki paruh baya itu tersenyum, kemudian kembali menutup pintu.
Aku baru aja berubah jadi Pangeran Feroxan? Di pertengahan abad ini?!
"Alah ini paling cuma mimpi. Ini semua pasti ga nyata kan? Ada-ada aja aku bisa ada di sini." Leon menampar pipinya, bahkan sampai berulang kali namun naasnya pipinya terasa sakit dan panas, begitu juga tangannya.
Merasa tak sesuai ekspetasinya, ia membenturkan kepalanya ke dinding yang malah membuat kepalanya pusing kepalang. Semua rasa sakit itu terasa nyata.
"Yang bener aja, pusing banget! Ga mungkin ini nyata!"
Tiba-tiba terlintas sesuatu yang lebih liar di kepalanya. Butuh beberapa detik untuk memikirkan hal konyol itu, sampai akhirnya ia tetap melangkah mendekati meja samping tempat tidur. Ia ambil lentera padam yang ada di sana lalu melemparnya cukup keras ke lantai sampai hancur berkeping-keping. Kemudian, ia ambil kaca dengan ujung yang tajam dan menggoreskannya pada lengannya.
"AKHH!! AISH SIAL!"
Lengannya benar-benar berdarah, dan benar-benar bisa ia rasakan sakitnya. Cepat-cepat ia lempar kaca itu jauh-jauh lalu berlari ke luar kamar sambil terus memegangi lengannya. Beberapa pengawal maupun pembantu yang berada di sana mengerutkan kening, terheran-heran dengan tingkah dan ekspresi Tuan Pangerannya sore ini yang tidak biasa. Bukankah ia selalu terlihat elegan, bukannya berlarian dengan wajah konyol seperti itu?
"BENERAN BERDARAH! BENERAN BERDARAH! SIAPA PUN TOLONG INI SAKIT BANGET SIAL!!!"
------->>><<<-------
"Ayah, apa ayah sudah mendengar pengumumannya?" Seorang pemuda tampan berambut ikal yang dikuncir, dia mengenakan tiara di kepalanya. Pintu ruangan singgasana ayahnya terbuka lalu dia masuk menghampirinya.
"Pengumuman apa?" tanya ayahnya yang duduk di singgasana. Dia adalah Raja Tearnade, Raja yang memimpin daerah Westria. Sedangkan pemuda tersebut adalah anaknya, siapa lagi kalau bukan Pangeran Harixon yang tak kalah tampan dari Pangeran Feroxan yang berasal dari daerah Southernria. Mereka hanya berbeda penampilan.
Dengan jengkel, Harixon pun menceritakan pengumuman yang baru saja didengarnya. "Aku baru saja dengar dari prajurit Eastria tadi, dia datang ke Westria dan memberi tau pengumuman kalau Pangeran Feroxan dengan Putri Deroxia akan menikah 3 minggu lagi. Bahkan dia mengundang semua rakyat Westria untuk datang."
Raja Tearnade terdiam sebentar mendengar berita itu. Sebenarnya sudah tidak terkejut lagi, karena akhir-akhir ini sudah banyak rumor kedekatan Pangeran Feroxan dengan Putri Deroxia. Jadi, tidak heran kalau tiba-tiba ada pengumuman yang menyatakan kalau 3 minggu lagi mereka akan menikah. Tapi yang mengherankan adalah wajah tak suka dari anaknya selama memberitahukan hal itu pada dirinya.
"Pernikahan Pangeran Feroxan dengan Putri Deroxia ya? Menarik juga. Kau mau datang memangnya? Siapa tau kita mendapat makanan lebih banyak dan mewah daripada rakyat rakyat itu," jawabnya sambil terkekeh kecil. Pemuda itu menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya dengan kesal.
"Bukan itu, ayah! Harusnya Putri Deroxia bersamaku! Aku sudah menyukainya sejak dulu, tapi dia malah bersama si bodoh itu!"
"Jadi apa maumu, Harixon? Mereka sudah bertunangan dan 3 minggu lagi akan menikah. Sudah tak ada yang bisa kau lakukan. Tak semua rasa cintamu bisa dibalas setimpal, mau kau sudah menyebrang samudera untuknya sekalipun," kekeh ayahnya lagi dengan tatapan remeh. Tapi tidak salah juga, sudah tidak ada yang bisa Harixon perbuat.
"Ada, asalkan ayah mau membantuku pasti masih ada kesempatan! Aku akan merebut Putri Deroxia dari Pangeran Feroxan. Bantu aku, ayah."
"Apa yang harus ayah lakukan?"
"Ayah harus memaksa Raja Darren agar menjodohkan aku dengan Putri Deroxia. Paksa dia, ayah! Ancam bila perlu," usulnya. Raja Tearnade terdiam mendengar usul tak terduga dari anaknya itu. Namun, dia juga menyetujuinya. Putri Deroxia adalah sosok yang cantik, dia dengan saudara-saudaranya juga sangat ahli berpedang. Jadi, tak jarang banyak yang mengagumi mereka, bukan karena kecantikan/ketampanan ataupun tahta mereka saja, tapi karena skill yang mereka punya.
"Memangnya kau mencintainya?"
"Tentu saja, siapa sih yang tidak jatuh cinta pada sosok seperti Putri Deroxia Castiel? Aku jijik kalau melihatnya dengan Pangeran Feroxan. Mereka jelas terlihat sangat tidak cocok, bandingannya seperti bidadari dan kotoran kuda," ejek Harixon sambil memutar bola matanya. Membayangkan mereka berdua berjalan bersama saja sudah membuatnya ingin muntah.
Sedangkan Raja Tearnade malah tertawa-tawa, kemudian dia menganggukkan kepalanya. "Baiklah, ayah akan lakukan yang terbaik untukmu, Harixon."
Harixon tersenyum puas, dia menunduk hormat lalu berlalu dari sana. "Lihat saja, Putri Deroxia. Aku akan membuatmu cinta padaku."
...-TBC-...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!