NovelToon NovelToon

Tertawan Pesona Sugar Daddy

Pengkhianatan Di Malam Pengantin.

Sebuah pelataran megah terlihat memenuhi rumah minimalis yang berada di kota Jakarta. Dekorasi serba putih menghiasi seluruh ruangan menandakan jika dirumah itu sedang ada cara. Tamu-tamu juga sudah sangat ramai menanti sepasang mempelai yang akan menikah hari ini.

Ya, hari itu adalah hari pernikahan Abian Dirgantara dengan Sukma Wardani. Sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan selama 3 tahun itu memutusakan untuk melanjutkan hubungan mereka kejenjang pernikahan.

Abian hanya seorang manager biasa yang bekerja di kantor swasta temannya sendiri. Ia memang bukanlah seorang dari keluarga kaya, tapi ia nekat melamar kekasihnya Sukma karena rasa cintanya yang besar. Kini, ia sudah berdiri gagah menunggu pengantinnya datang ke pelaminan untuk mengucapkan janji suci pernikahan.

Tidak selang beberapa lama, munculah seorang wanita yang sangat cantik dengan gaun pengantinnya yang indah. Sukma benar-benar sangat cantik sekali, tidak heran jika selama ini banyak lelaki yang berlomba untuk mendapatkannya. Tapi Abian lah yang menjadi pemenangnya karena berhasil menjadikan wanita cantik itu istrinya.

"Kau sangat cantik sekali Sukma, semoga pernikahan kita akan langgeng sampai maut memisahkan." Abian langsung menarik pinggang Sukma ketika wanita itu berada didekatnya. Wajahnya berseri-seri membuat siapapun tahu bagaimana bahagianya dia hari ini.

"Iya Mas, aku juga sangat berharap akan hal itu." Sukma menyahut dengan suaranya yang sangat merdu ditelinga Abian. Sepertinya apapun yang dilakukan Sukma akan sangat mengesankan dimata Abian.

Tidak lama setelah itu, Abian sudah duduk dengan gagah menghadap pak penghulu. Dengan disaksikan keluarga dan seluruh tamu undangan, Abian melantunkan bacaan akad nikah dengan tegas dan sangat lugas. Dengan begini, ia kini sudah sah mempersunting Sukma menjadi istrinya.

******

Malam harinya, pasangan yang baru saja menikah itu terlihat menikmati momen kebersamaan mereka. Malam sudah sangat larut tapi Abian dan Sukma masih belum masuk ke alam mimpi mereka.

"Sukma, hari ini kau sudah resmi menjadi istriku. Apakah aku boleh meminta hakku sekarang?" Abian bertanya dengan tatapan dalamnya, tangannya perlahan terulur untuk mengelus lembut rambut Sukma yang panjang.

"Boleh saja Mas, tapi hari ini aku masih halangan, Mas sabar menunggu kan?" Sahut Sukma memasang wajah tidak enaknya.

"Kau ini bicara apa? Menunggumu selama tiga tahun saja Mas bisa, kenapa sekarang tidak? Kalau belum bisa ya tidak apa-apa, kita bisa melakukannya nanti saat kita berbulan madu." Abian sama sekali tidak keberatan meski malam ini belum melakukan malam pengantin dengan istrinya, ia tidak seegois itu jika harus memaksa Sukma untuk melayaninya disaat wanita itu tengah berdarah-darah.

"Kita jadi bulan madu ke Bali kan Mas? Aku udah cerita sama temen-temen aku, mereka bilang disana itu tempatnya sangat bagus," ucap Sukma begitu bersemangat.

"Ya, kita akan ke Bali. Sekarang ayo kita tidur, besok kita harus pergi ketempat Ibuku dulu." Abian mengangguk mengiyakan perkataan istrinya itu. Ia lalu menarik Sukma kedalam dekapan hangatnya. Tidak lupa ia memberikan kecupan manis di dahi Sukma sebagai ritual wajib sebelum tidur.

Abian menghela nafas panjang, ia sebenarnya tidak banyak memiliki uang untuk mengajak istrinya ini berjalan-jalan ke Bali. Tapi apa mau dikata, Sukma bisa marah jika ia tidak menuruti keinginan wanita itu, apalagi selama ini Sukma juga tidak pernah menuntut hal lebih selama mereka berpacaran.

Namun, ada rahasia besar yang sebenarnya Abian sembunyikan dari Sukma. Ia belum berani mengungkapkannya sampai saat ini karena takut jika Sukma akan marah padanya.

"Terimakasih Sukma, terimakasih sudah menerima diriku apa adanya. Aku sangat mencintaimu," ucap Abian kembali mencium kening Sukma lalu ia ikut menyusul Sukma ke alam mimpinya.

Setelah mendengar dengkuran halus Abian, Sukma membuka matanya. Ia mengulas senyuman yang tidak biasa, pandangannya pada Abian tampak sangat sinis, berbeda sekali dengan Sukma yang tadi.

Sukma lalu beranjak dari kasurnya, ia berjalan keluar kamar dengan sangat berhati-hati. Semua lampu sudah dimatikan pertanda semua orang sudah tidur. Sukma terus berjalan ke area belakang rumah yang sangat sepi. Ia celingukan seperti mencari seseorang.

"Kemana sih, katanya mau dateng?" Sukma menggerutu kesal, ia baru saja akan kembali tapi sesaat kemudian tubuhnya tiba-tiba disambar oleh seseorang dari belakang.

"Akhhhhhhh!" Sukma berteriak terkejut.

"Sssshhh, ini aku Sayang." Terdengar suara berat seorang pria yang sangat Sukma kenali. Ia lalu melepaskan pelukan pria itu lalu memutar tubuhnya hingga berhadapan langsung dengan sosok pria jangkung dengan tampilan sangat modis itu.

"Regan, kenapa kau baru datang? Sungguh mengesalkan." Sukma langsung mengomel, wajahnya yang cantik kini berubah bersungut-sungut kesal.

"Ya, kau kan baru saja menikah, aku pikir kau akan menghabiskan malammu dengan Abian," ujar Regan memasang wajah cemberutnya.

"Astaga, mana mungkin aku akan melakukannya? Si bodoh itu sekarang sudah tidur." Sukma tergelak mendengar ucapan kekasihnya ini.

"Benarkah? Itu hal bagus, kita jadi bisa ...." Regan mengulas senyum manisnya, perlahan-lahan ia menarik tangan Sukma menuju sebuah kursi taman yang terlihat sangat gelap itu.

Disana Regan langsung saja memulai aksinya untuk membuka bajunya dan juga baju Sukma. Dengan bibir yang saling bertautan dan terjadilah sesuatu yang sangat mencengangkan.

"Regan a ... h ..." Suara Sukma terdengar ketika Regan menggarapnya dengan posisi berdiri.

"Jangan bersuara Sukma, nanti ada yang mendengarnya." Regan membungkam mulut kekasihnya itu agar tidak berisik.

Malam itu terasa sangat dingin, sedangkan Abian masih meringkuk dikamarnya tanpa tahu jika istri yang ia puja-puja telah bermain api dengan temannya sendiri Regan. Sebuah kursi yang bergoyang menjadi saksi pengkhianatan yang dilakukan Sukma dimalam pengantin mereka.

Namun, ketika Abian terbangun di pagi hari, Sukma bertingkah seolah tidak terjadi apapun. Bahkan pagi itu Regan sempat datang untuk mengucapkan selamat atas pernikahan mereka.

"Makasih, sebentar lagi aku yakin kau juga menyusul." Abian menanggapinya dengan senyuman tulus ketika Regan menjabat tangannya sembari memberikan pelukan hangat.

"Doakan saja yang terbaik, aku sedang mencari seseorang yang pas untuk menjadi pengantinku," sahut Regan dengan mata yang terkunci pada sosok Sukma yang kini berdiri dibelakang Regan. Ia menyempatkan dirinya untuk mengulurkan tangan untuk menyentuh wanita itu.

Sukma melotot memberikan kode kepada Regan agar tidak bertingkah sembrono. Ia sangat takut jika hubungan gelap mereka akan ketahuan sebelum waktunya tiba.

"Pasti banyak gadis yang mau denganmu, pilihlah salah satu dari mereka," ujar Abian melepaskan pelukannya.

"Hahaha, itu bisa saja aku lakukan. Tapi Bian, mendapatkan sesuatu yang sangat mudah pun tidak akan menjadi menyenangkan." Regan berkata dengan mata yang terus melirik Sukma.

Namun, Abian terlalu bodoh untuk menyadari kejanggalan itu. Ia malah terus percaya dengan Sukma tanpa tahu niat busuk hati wanita yang dicintainya itu.

Happy Reading.

TBC.

Hai Hai balik lagi ke cerita author Virzha ...

Eitsss ... kali ini author bawa cerita terbaru tapi ini edisi spesial collab sama teman author ya guys ...

Semoga kalian suka, lalu jatuh cinta ... Hehehe

Jangan lupa tekan tombol like, komen, dan subscribe nya ya guys.

Selamat membaca.

Bonus Visual Mas Abian nih_

Kehancuran Itu Tiba.

BRAKKK!!!!

Abian membanting sebuah figura foto besar yang baru saja dilihatnya. Matanya nyalang menatap kaca figura yang hancur berkeping-keping. Ia menarik satu batang rokok yang ada didekatnya lalu menyulutnya hingga asap mengepul disekitar wajahnya.

"Para pengkhianat itu harus dimusnahkan! Beraninya mereka berbahagia diatas luka yang telah mereka berikan." Abian mendesis penuh marah jika mengingat kebodohannya selama beberapa tahun silam.

Kini Abian tidak akan lagi tertipu dengan semua wanita yang hanya bermodal senyuman manis dengan kata-kata menghanyutkan. Baginya semua wanita di dunia ini sama saja, hanya seseorang yang datang hanya untuk memberikan luka.

"Tuan." Abian melirik sosok pria yang umurnya lebih muda darinya datang memasuki ruangannya.

"Ada kabar apa?" Abian bertanya dengan sangat datar dan dingin, tatapan matanya lurus pada pemandangan indah didepannya meski tidak pernah ia nikmati.

"Saham Perusahaan RGN resmi diakusisi oleh anak perusahaan kita. Sekarang Tuan Regan dan Nyonya Sukma sedang kalang kabut menutup semua hutang bank yang menjerat mereka. Bisa dipastikan saat ini mereka benar-benar bangkrut."

Abian mengulas senyuman liciknya, wajah tampannya itu terlihat begitu mengerikan. Akhirnya waktu pembalasan sudah tiba, ia bisa menghancurkan kedua manusia tidak tahu diri itu hingga sehancur-hancurnya.

"Bagus sekali, setelah ini pastikan tidak ada satupun orang yang bisa menolong mereka. Seorang pengkhianat memang sudah seharusnya mendapatkan kehancuran. Aku akan menunggu sampai mereka datang dan merangkak dibawah kakiku," ujar Abian menggebrak meja yang ada didepannya dengan keras, tangannya mengepal erat hingga urat-uratnya terlihat.

Delapan belas tahun dia menunggu saat ini tiba, ia datang dengan membawa seluruh luka dan dendam yang akan menghancurkan mereka hingga tidak tersisa. Abian benar-benar tidak akan melupakan bagaimana tawa mereka dan tatapan penuh ejekan yang diberikan ketika ia tahu kebohongan Sukma.

Sekarang, tidak ada lagi Abian yang berhati lembut dan penuh tawa, hanya ada tersisa sosok Abian yang dingin dan penuh dendam yang haus akan dituntaskan.

"Oh iya Boy, aku ingat dia punya anak perempuan, dimana anak itu sekarang?" Abian memutar tubuhnya menatap asistennya Boy.

"Ya, dia baru saja lulus SMA dan sekarang sedang mencari pekerjaan untuk membantu keluarganya," sahut Boy menjawab dengan lugas.

"Anak SMA ya?" Abian mengusap-usap dahinya, tiba-tiba wajahnya yang semula mengerikan berubah menjadi begitu licik.

"Aku mau kau mengirimkan datanya padaku, aku rasa mempunyai mainan baru akan sangat menyenangkan," ujar Abian dengan wajahnya yang sangat licik, ia seperti menemukan ide gila dikepalanya untuk membuat kehancuran keluarga pengkhianat itu semakin hancur.

******

"Mas! Pokoknya aku nggak mau kita hidup miskin Mas, apa kata teman-temanku nanti? Aku malu Mas."

Sukma tidak henti memarahi suaminya Regan saat tahu jika perusahaan mereka sudah bangkrut dan mereka terpaksa mengosongkan rumah megah yang mereka tinggali untuk membayar hutang. Apa yang akan dikatakan keluarganya jika tahu kalau mereka bangkrut, bisa-bisa dia akan menjadi bahan bulan-bulanan seluruh anggota keluarganya yang lebih kaya darinya.

Sukma tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi, ia sudah bersusah payah meninggalkan Abian untuk hidup enak bersama suami yang lebih kaya, tapi jika begini apa gunanya?

"Kamu sabar dong Sukma, untuk sementara ini kita tinggal dirumah kontrakan dulu. Aku pasti bisa mengembalikan semua kehidupan kita yang dulu," bujuk Regan mengelus lembut lengan Sukma yang sejak tadi marah-marah itu.

"Mau sampai kapan Mas? Sekarang saja kamu nggak punya apa-apa. Mau mengembalikan semuanya seperti apa?" Sukma malah berteriak berang, ia paling tidak suka hidup miskin, dan sekarang ia harus hidup miskin? Jangan harap dia mau!

"Bisa, kita pasti bisa Sukma. Kamu juga bantuin aku dong, selama ini aku udah ngasih apa yang kamu mau, sekarang gantian kamu yang bantuin aku," ujar Regan mulai pusing dengan tingkah istrinya ini, entah apa yang dulu ia pikirkan sampai jatuh cinta dengan wanita mata duitan seperti Sukma.

"Oh, jadi sekarang kamu mau hitung-hitungan Mas? Oke, kalau gitu mendingan kita pisah, biar aku bawa Ghea sama aku." Sukma kian meradang, ia mendorong tubuh Regan dengan kasar lalu bangkit untuk memanggil putrinya.

"Tidak, aku tidak mau berpisah denganmu. Enak saja setelah mendapatkan semuanya, kamu mau pergi meninggalkanku begitu saja, kamu harus tetap ikut bersamaku." Regan menahan tangan Sukma agar wanita itu tidak pergi, kemarahannya tidak terbendung lagi hingga rasanya ingin meledak saat itu juga.

"Enggak! Aku tetep mau pergi, aku nggak mau hidup miskin sama kamu Mas. Ghea!" Sukma berontak, ia memanggil putrinya agar mau ikut dengannya.

"Dasar wanita tidak tahu diri, aku tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun Sukma!" Regan gelap mata dan tidak bisa berpikir jernih, ia tiba-tiba mengambil sebuah vas bunga dimeja lalu menghantamkannya ke kepala Sukma.

"Arghhhhhhhh!"

"Mama!"

Tepat saat itu juga Ghea, putri semata wayang mereka turun dari lantai atas. Matanya terbelalak kaget demi melihat Ibunya tersungkur jatuh dengan kepala yang berdarah. Ghea lalu mengalihkan pandangannya pada sosok sang Ayah yang sama kagetnya dengan apa yang baru saja dilakukannya.

"Apa yang Papa lakukan?" Ghea berteriak seraya berlari menghampiri Sukma.

"Papa ..." Regan sampai tidak bisa berkata apapun, ia benar-benar reflek melakukan hal itu kepada Sukma.

"Mama, Mama, ayo bangun Ma." Ghea mengangkat kepala Ibunya, tangsinya pecah karena takut kehilangan Ibunya.

"Kita bawa ke rumah sakit sekarang, Ghea. Ayo bantu Papa." Regan segera membuang vas bunga yang masih ada darah Sukma itu. Ia lalu meminta bantuan putrinya untuk menggendong Sukma. Tubuhnya yang tidak lagi muda tidak kuat jika harus mengangkat Sukma sendirian.

Ghea mengangguk mengiyakan, ia menangis melihat kondisi keluarganya yang sangat kacau seperti ini. Keluarga yang semula penuh dengan kehangatan itu kini mulai menunjukkan keretakannya. Saat ini keluarganya benar-benar ada diposisi terendah hidup mereka.

Sesampainya dirumah sakit, ternyata Sukma masih harus mendapatkan perawatan karena lukanya cukup dalam. Regan mencoba mencari bantuan untuk meminjamkan uang untuk biaya pengobatan itu, tapi semua keluarganya justru menghina mereka.

"Aku akan bekerja, Pa." Ujar Ghea memutuskan.

"Kerja apa? Kamu baru lulus sekolah, seharusnya saat ini kamu kuliah, Ghea." Regan menjambak rambutnya frustasi, kenapa semuanya jadi kacau seperti ini?

"Apa saja, yang penting sekarang kita punya uang untuk pengobatan Mama. Papa tidak perlu khawatir, aku pasti bisa menjaga diriku, saat ini kesembuhan Mama yang lebih penting," tutur Ghea memegang tangan Regan dengan lembut, tidak masalah jika ia harus bekerja selama keputusannya itu akan memberikan jalan yang terbaik untuk keluarganya.

Regan tidak bisa menjawab apa-apa, saat ini memang hanya hal itu yang bisa ia lakukan. Mungkin nanti ia bisa mencoba kembali mencari bantuan kepada teman-temannya.

Happy Reading.

TBC.

Visual Ghea_

Insiden Kecil.

Di bawah teriknya matahari Ghea terus saja mengusap keringat yang terus saja mengalir dari pelipisnya, karena saat ini gadis 18 tahun itu sedang berusaha mencari pekerjaan. Namun, sampai siang begini ia tidak kunjung mendapat pekerjaan seperti yang gadis itu harapkan sehingga membuat Ghea mulai merasa berputus asa.

"Ya Tuhan, harus kemana lagi kaki ini melangkah untuk mencari pekerjaan?" Ghea bertanya pada dirinya sendiri sambil duduk berteduh di bawah pohon yang sangat rindang tepat di pinggir jalan.

"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Papa, kalau mencari pekerjaan itu tidaklah gampang," ucap gadis itu sambil melihat ijazah yang ia bawa di dalam tas selempangnya.

"Apalagi aku hanya lulusan SMA, mungkin saja tidak akan ada perusahaan yang menerimaku, karena aku hanya bermodal ijazah," sambung Ghea sambil menghela nafas dan mengeluarkannya secara kasar melalui mulut.

Semangat yang tadi berkobar-kobar kini malah menjadi padam, hanya karena ia tidak bisa menemukan pekerjaan sampai detik ini. Membuat seorang Ghea, gadis yang pantang menyerah kini malah menjadi benar-benar berputus asa di tambah saat ia mengingat keadaan sang ibu yang terbaring lemah di rumah sakit.

"Sudahlah Ghea, jika kamu terus-terusan begini dan berputus asa seperti ini, maka pekerjaan yang sedang menantimu di depan sana malah diisi oleh orang-orang yang pantang menyerah, ayo Ghea semangat! Demi Papa dan Mama, kamu pasti bisa." Ghea kini malah terdengar menyemangati dirinya sendiri. Karena ia berharap semangat yang tadi padam akan kembali lagi.

"Go, Ghea, jangan malah menjadi lemah seperti ini. Kamu bisa, kamu pasti bisa!" Ghea terus saja menyemangati dirinya sendiri sambil beranjak dari duduknya. "Pokoknya aku harus mendapat pekerjaan hari ini, pantang bagiku pulang sebelum mendapatkan pekerjaan apapun itu yang terpenting halal," kata gadis itu yang terlihat mulai melangkahkan kaki untuk kembali turun ke aspal yang berwarna hitam, sambil terus menyemangati dirinya sendiri di dalam benak.

"Iya, pokoknya aku harus mendapat pekerjaan, ha–" Kalimat Ghea terputus tatkala sebuah mobil sport berwarna silver, tiba-tiba saja malah menyerempet kaki gadis itu hingga Ghea langsung saja jatuh dan terdengar suara gadis itu meringis.

"Akkhhh … kakiku sakit sekali," ringis Ghea sambil terus saja memegang kakinya. "Kakiku, akhh …." Saat Ghea masih saja meringis kesakitan. Terlihat seorang laki-laki bertubuh kekar serta menggunakan setelan jas yang sangat rapi turun dari dalam mobil sport itu dan tidak lama laki-laki itu terlihat berjongkok di sebelah gadis itu demi melihat Ghea yang terus saja memegang kaki.

"Nona apa Anda baik-baik saja?" tanya laki-laki itu yang ternyata adalah Boy sang sekertaris yang sengaja di utus oleh Abian.

Ghea yang dari tadi menunduk, mengangkat kepalanya supaya ia bisa melihat laki-laki yang tadi sempat menyerempetnya. Namun, anehnya Ghea sama sekali tidak marah-marah ataupun mencaci-maki Boy yang tadi membuatnya jatuh. Ghea malah terdiam sambil terus saja mengurut kakinya sendiri.

"Nona, apa Anda baik-baik saja?" Boy malah mengulangi pertanyaannya sekali lagi. Sebab Ghea tidak meresponnya.

"Nona," panggil Boy.

"Mari saya bantu Anda untuk berdiri." Boy kini terlihat menyentuh lengan Ghea. Namun, pada detik itu juga Ghea malah menepis tangan Boy.

"Jangan menyentuhku!" ketus Ghea menepis tangan Boy dan ia terlihat mencoba untuk berdiri. Akan tetapi, karena diserempet tadi kaki Ghea malah menjadi terkilir menyebabkan gadis itu tidak bisa berdiri.

"Mari Nona, saya bawa Anda ke rumah sakit, bentuk tanggung jawab saya. Karena tadi saya tidak sengaja menyerempet Anda," ujar Boy yang masih saja berusaha membantu Ghea untuk berdiri. Namun, lagi-lagi gadis yang di bantu malah menepis tangan Boy berulang-ulang kali.

"Aku bisa sendiri! Sana kau pergilah!" Ghea sekarang malah mengusir Boy dengan nada suara yang masih terdengar ketus.

"Mari Nona, kita ke rumah sakit saja. Jangan sampai gara-gara masalah ini saya nanti malah masuk penjara," ucap Boy tiba-tiba.

Ghea yang dari tadi menolak malah berpikiran kalau dia sakit, maka otomatis ia tidak akan bisa mencari pekerjaan ditambah lagi gadis itu sama sekali tidak mempunyai uang untuk membawa dirinya sendiri untuk berobat.

"Sepertinya aku harus menerima tawaran laki-laki ini untuk pergi ke rumah sakit, karena tidak mungkin aku bisa pulang ataupun mencari pekerjaan dalam keadaan begini," gumam Ghea di dalam benaknya. "Apalagi kalau sampai Papa tahu, pasti beban pikiran Papa akan bertambah. Baiklah, aku terima saja tawaran laki-laki ini, toh ini juga salah laki-laki ini yang menyerempet ku," lanjut Ghea membatin.

"Nona, kita pergi ke rumah sakit sekarang." Kalimat Boy membuat lamunan Ghea manjadi buyar. "Nona, ayo," ucap Boy sekali lagi.

"Baiklah, ayo kita pergi ke rumah sakit," timpal Ghea yang sekarang terlihat mengulurkan tangan pada Boy.

Boy tanpa mengucap sepatah kata langsung saja membantu Ghea untuk berdiri.

*****

"Terima kasih, karena sudah membawaku kerumah sakit," kata Ghea saat ia dan Boy masih di dalam mobil. Karena saat ini Boy akan mengantar Ghea pulang setelah tadi mereka sempat pergi ke rumah sakit.

"Tidak usah berterima kasih Nona, karena memang ini salah saya maka saya harus bertanggung jawab," balas Boy menimpali Ghea. "Oh ya, maaf tadi saya tidak sengaja melihat ijazah Anda, dan boleh saya tahu mau kemana Anda membawa ijazah itu?" Boy sekarang malah menanyakan tentang ijazah yang tadi sempat berserakan jatuh ketika mereka ada di rumah sakit.

Ghea sebenarnya sangat malas membuang-buang tenaga hanya untuk menjawab pertanyaan Boy. Akan tetapi, tiba-tiba saja Ghea merasa kalau Boy bisa membantunya mencari pekerjaan maka dari itu ia menjawab.

"Aku sedang mencari pekerjaan, tapi gara-gara kau menyerempetku, sekarang aku malah tidak bisa mencari pekerjaan lagi." Ghea membuang pandangan ke luar jendela. Saat gadis itu menjawab Boy, karena Ghea benar-benar tidak nyaman hanya berduaan dengan laki-laki asing seperti saat ini.

"Mana kakiku jadi terkilir, pokoknya ini hari sial bagiku," gerutu Ghea.

"Anda serius ingin mencari pekerjaan?"

"Iya," jawab Ghea singkat padat dan jelas.

Boy terlihat mengeluarkan kartu tanda pengenal. "Kalau Anda benar-benar mecari pekerjaan, Anda boleh datang ke perusahaan yang alamatnya sudah tertulis di belakang kartu tanda pengenal saya itu," ucap Boy yang terlihat memberikan Ghea kartu itu.

"Tapi tunggu kaki Anda sembuh dulu Nona, baru Anda boleh datang ke perusahaan," lanjut Boy.

Tidak lama tangan Ghea terulur untuk mengambil kartu itu sambil berkata, "Aku hanya lulusan SMA, apa bisa bekerja di perusahaan itu?"

"Anda datang saja Nona, karena di perusahaan tempat saya bekerja sedang mencari karyawan," jawab Boy yang saat ini fokus menatap lurus ke depan.

Happy Reading.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!