Hai-hai
Selamat bertemu dengan cerita baru Yanktie ya
Jangan lupa kasih subscribe dan kirim setangkai mawar cantik dan Vote setiap hari Senin ya.
Selamat membaca cerita sederhana ini.
'*Akhirnya pekerjaanku selesai juga. Aku akan berangkat besok pagi yang indah buat memberi kejutan padamu Mas*,' Adinda Suryani atau yang biasa dipanggil Dinda senang dia akan menyusul suaminya ke lokasi proyek mereka di Bengkulu.
Adinda Suryani adalah wakil direktur sebuah perusahaan multinasional direktur sekaligus CEO-nya adalah Eudyanto Alkaf ayah mertuanya dan Radite Alkaf suaminya adalah manajer marketing.
Sudah satu minggu Adit suaminya pergi ke Bengkulu untuk mendalami proyek yang ada di sana.
Dinda yang akan menyusul Adit pun segera bersiap pulang. Dinda sudah beli tiket pesawat untuk besok pagi.
"Kamu jadi berangkat besok pagi Din?" tanya papa mertuanya saat dia menyerahkan berkas pada sang mertua.
"Jadi Pa. Papa jangan bilang apa pun ke mas Adit ya," pinta Dinda.
"Iya," kata Eddy, panggilan akrab Eudyanto.
"Aku pulang duluan ya Pa," pamit Dinda.
'*Dinda adalah orang kepercayaanku. Dia memang lebih bagus untuk memimpin daripada anak lelakiku. Itu sebabnya aku sangat senang dia jadi menantuku. Jika aku meninggal kelak, perusahàn akan aman ditangan dingin Dinda daripada ditangan Adit yang tak bisa kerja sama sekali*,' batin Eddy sambil memandang Dinda yang menuju pintu ruangannya.
\*\*\*
"Mana Adit?" Tanya Eddy saat melihat hari ini Dinda sudah masuk kantor. Mereka bertemu di lift khusus direksi.
"Mas Adit masih betah disana Pa. Rasanya dia pindah kesana selamanya juga akan betah." Sahut Dinda dengan senyum getir.
"Apa maksudmu Dind?" Eddy malah bingung dengan sikap tangan kanannya itu.
"Kita bicara di ruang Papa aja," pinta Dinda.
\*\*\*
"Ada apa?" Tanya Eddy.
"Aku mau ajukan resign Pa. Ini surat pengunduran diriku. Ini kunci rumah dan kunci mobilku," Dinda menyerahkan semuanya.
"Apa maksudmu Dind, jangan main-main," bentak Eddy tak sadar. Dia tak percaya *anak perempuannya*, wakil dirinya, juga otak perusahaan akan mundur!
"Àku kerja bukan cari harta. Walau aku butuh. Aku tak mau diinjak-injak. Jadi lebih baik aku kembali ke desa dan berkarya disana."
"Apa maksudmu. Jangan muter-muter. Siapa yang nginjek-nginjek kamu?" Kejar Eddy.
Dinda mengambil ponselnya. "Selamat siang Pa," Dinda meninggalkan berkas pengunduran dirinya serta kunci rumah dan kunci mobilnya.
Eddy melihat banyak video yang Dinda kirim.
'*Bagaimana mungkin ini bisa terjadi*?'
'*Artinya semua teamnya Adit terlibat karena Adit di lokasi proyek tidak sendirian*.'
Eddy merasa kecolongan!
"Ke ruangan saya sekarang juga! Bawa laptop datamu."
"Panggil bu Dinda sekarang juga!"
"Ke ruangan saya sekarang juga! Bawa laptop datamu."
"Saya minta dua orang terbaik datang ke kantor saya. Maksimal 70 menit dari saya tutup pembicaraan."
"Saya minta dua orang terbaik datang ke kantor saya segera." Eddy melakukan lima kali panggilan untuk lima orang berbeda.
Tak lama wakil direktur yaitu Adinda, manager HRD yaitu Utoro Bilowo, dan manager keuangan yaitu Rizaldy Thohir tiba di ruangan Eddy.
"Bismillah. Saya minta semua siap ya. Saya akan adakan perubahan sangat besar."
"Ro, saya minta semua data pegawai teamnya Radite yang berangkat ke Bengkulu atau semua team lainnya yang biasa pergi dengan Radite." Pinta Eddy pada Utoro.
"Zal, saya minta data pengeluaran survey teamnya Radite di tiga proyek terakhir dan tiga proyek terbesar."
"Kalian langsung print rangkap tiga agar kita semua pegang data masing-masing untuk kita diskusikan."
Utoro menuju pojok ruang dimana printer terletak. Di hubungkan laptopnya dengan printer dan dia print data yang diminta oleh pak Eddy.
Sementara Rizaldy atau Rizal masih merangkum data yang diminta oleh pak Eddy.
Tepat saat Utoro selesai ngeprint, Rizal selesai merangkum sehingga dia siap nge print.
"Di depan anda ada data teamnya Radite. Di keseharian apa kehidupan mereka terlihat lebih tinggi dari income yang mereka miliki?"
Utoro dan Rizaldy juga orang kepercayaan Eddy selain sekretarisnya yang bernama Sindhu Cahyadi.
"Beberapa memang terlihat wah dengan outfitnya. Tapi yang lain terlihat wah dengan daya belinya Pak," Rizal memberi penilaiannya.
Eddy mencoret-coret semua data yang Utoro berikan dengan pencil.
"Buatkan SK jabatan posisi baru bagi mereka sesuai dengan yang saya tulis."
"Kalau yang ada kendaraan inventaris minta dikembalikan paling lama 1 x 24 jam. Dan berikan sanksi sangat berat bila melanggar."
"Kalau yang tinggal di rumah dinas atau mess harus segera keluar dari sana dalam waktu juga tak boleh lebih dari 1 x 24 jam."
"Zal, sesuaikan gaji mereka dengan posisi barunya. Bila ada pinjamaan minta segera lumasi semua dengan waktu pengembalian 1 x 24 jam."
"Semua tak ada toleransi. Dan beri sanksi seberat mungkin bagi yang melanggar walau sanksi itu tak masuk akal."
"Dan buat SK untuk Radite jadi staff gudang. Ambil rumah dinas dan mobil dinasnya. Dan tuliskan di SK Radite bahwa mulai bulan depan semua gajinya langsung ditransfer ke rekening istri sahnya!"
"Saya rasa cukup sampai sini. SK harus ready besok untuk saya tanda tangani dan berlaku mundur sejak hari ini. Tak boleh ada info keluar sebelum dari saya atau keluarga anda semua saya hancurkan!"
"Ok, sekarang saya akan bertemu dengan tamu gelombang selanjutnya. Dind untuk pembicaraan yang selanjutnya kamu masih terlibat sampai di pembicaraan dua team lagi," Eddy meminta Dinda tetap di ruangannya.
Utoro dan Rizaldy keluar bersamaan dengan Sindhu masuk mengantar dua orang masuk sebagai teman diskusi Eddy berikutnya.
\*\*\*
"Periksa data itu dan buat perhitungan real yang seharusnya bisa saya lakukan. Saya tunggu hasilnya besok pagi jam sembilan. Berikan pada Shindu!" Eddy memberikan semua data yang dia dapat dari Rizaldy.
"Saya minta data compare dengan slip yang seharusnya."
Eddy menutup pertemuan dengan dua orang auditor yang tadi dia minta datang ke kantornya.
Tinggal menunggu team selanjutnya yang dia undang.
\*\*\*
"Ndu, kita break makan siang dulu sebelum tamu berikutnya."
"Baik Pak."
"Dind, kamu tahu besok Adit akan mendapat SK bila dia kembali dari Bengkulu. Jadi kamu persiapkan barangmu lebih dulu pindah ke apartemen."
"Saya tidak terima resignmu. Kita balas perbuatan Adit dan Shalimah bersama-sama. Benar Adit anak Papa. Tapi Papa tak pernah mengajari dia untuk menyakiti seorang istri."
"Menyakiti istri, sama saja dia menyakiti ibunya!"
"Besok berikan copy KK dan dua buku nikah kalian pada Papa."
"Baik Pa. Hari ini aku mau pulang cepat untuk beberes pakaian dan surat-suratku di rumah."
\*\*\*
"Dit kamu masih lama di proyek?"
"Kenapa Pa?"
"Kamu sudah 10 hari di lapangan. Apa masih butuh waktu lagi?" Tanya Eddy pada Radite.
"Besok aku kembali Pa. Lusa bisa masuk kantor."
"Ok, Papa tunggu di kantor."
Sehabis Eddy telepon, Dinda langsung menghubungi Adit.
"Hallo Mas, teleponmu sibuk banget." Rajuk Dinda.
"Aku telepon papa."
"Apa papa bilang soal penugasanku?"
"Papa cuma tanya kapan Mas pulang. Mas bilang besok pulang dan lusa bisa langsung ke kantor."
"Kenapa enggak besok langsung masuk kantor? Bukankah Mas ambil penerbangan pagi?"
"Mas butuh istirahat dulu lah."
"Baiklah. Aku tunggu di rumah besok pagi sesuai jadwal penerbanganmu. Apa perlu aku jemput di bandara?"
"Enggak. Enggak perlu kamu jemput di bandara," jawab Radite gugup.
"Baik. Sampai ketemu di rumah besok pagi."
Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
"Papa minta kamu ke kantor Papa sekarang."
"Aku lagi menginap di rumah temanku di Cirebon Pa. Paling cepat lusa aku baru bisa kembali."
"Kamu di Cirebon? Papa titip batik Cirebon. Belikan yang di toko BT atau batik trusmi. Jangan di toko lain. Kemeja tangan panjang biru dan coklat terbaik ya. Papa minta struk aslinya. Pastinya tanggal hari ini. Sekarang masih pagi jadi kamu bisa belikan Papa segera."
"Baik Pa," Shalimah lemas mendapat perintah papa angkatnya.
Selanjutnya Eddy dan Dinda juga Shindu bicara serius dengan team pengacara kantor.
\*\*\*
"Ini berkasnya. Saya mau dibuatkan secepatnya tanpa pihak kedua tahu. Buat secepat mungkin. Kalau bisa dua minggu sudah selesai. Maksimal satu bulan."
Eddy memberikan berkas yang Dinda berikan pagi ini. Kemarin team kedua yang bertemu setelah makan siang merekomendasikan tamunya pagi ini sebagai team pengacara selanjutnya.
\*\*\*
Sore hari Radite baru tiba di rumah, bersamaan dengan Dinda yang baru pulang kerja.
Dinda menyambutnya dengan ramah.
"Wah capek Mas?"
"Ya lumayan lah," jawab Radite sambil mengulurkan tangan saat Dinda ingin salim padanya. Dinda mencium tangan suaminya dengan takzim.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Dinda sambil berlalu ke kamar mandi untuk langsung mandi. Dinda membawa baju ganti lengkap dan mengunci kamar mandi.
\*\*\*
"Papa bilang kita meeting besok siang. Papa tanyain hasil laporanmu hari ini."
"Oke siap. Aku hari ini mau istirahat dulu ya capek."
"Oke," Dinda langsung menuju ke ruang makan mau nyiapin makan malam.
"Kok baru sampai sih Mas?" Ternyata Radite mengekor di belakang Dinda. Dinda pikir Radite mau tidur.
"Aku lihat tiketmu pagi loh," kata Dinda santai.
"Terus dari pagi ke mana aja?" Dinda mempersiapkan slice daging untuk dia masak teriyaki.
"Itu tadi aku ada bertemu teman di bandara lalu ya ngobrol lah," jawab Radit sedikit gugup.
"Gila juga ya ngobrol sama temannya dari pagi sampai hari gini," Dinda mengupas bawang bombay dan mengiris tipis.
"Ya maklumlah teman lama," jawab Radite.
"Baguslah kalau teman lama. Mungkin saking lamanya tidur bareng kali ya Mas," kata Dinda geram. Dia tak habis pikir dengan alasan yang Adit katakan. Teman lama seperti apa misal memang dia bertemu seseorang? Masa ngobrol koq dari pagi sampai sore.
"Ngawur kamu!" Sangkal Radite.
"Ya siapa tahu," Kata Dinda jenaka. Dia sudah tak punya rasa pada suaminya. Dia santai saja karena semua telah terprogram.
"Ngapain aku tidur bareng sama orang lain? Aku udah punya kamu yang paling segalanya," Radite memeluk Dinda dari belakang.
"Maaf, aku lagi libur." Dinda menampik pelukan suaminya.
"Loh kok libur lagi?" Radite kecewa karena harus libur dari jatah bertempur dengan Dinda.
"Enggak tahu jadwalku sekarang nggak teratur. Makanya aku mau kita cek kesehatan."
"Ngapain?" Tanya Radite malas.
"Ya cek kesehatan secara menyeluruh terutama kesuburan. Tadi aku udah bilang sama papa sih, saat dia baru selesai meeting dengan auditor."
"Papa menyuruh aku bawa kamu cek ke dokter."
"Beneran papa nyuruh?"
"Kalau nggak percaya tanya Papa aja. Papa minta kita tes kesuburan. Kita udah satu tahun nikah tapi belum punya anak."
"Belum dikasih kali. Mas subur koq," jawab Radite dengan percaya diri.
"Enggak apa apa kita mengikuti perintah Papa aja. Kalau aku mandul kan jadi jelas," kata Dinda datar.
"Mas yakin kalau Mas subur. Apa ada perempuan lain yang sudah berhasil Mas tebar benihnya dan hamil serta punya anak? Apa anak itu punya Mas? Sudah pasti punya Mas dengan bukti test DNA?" Tanya Dinda.
"Ngaco kamu. Mana ada perempuan lain dan anak diantara kita." Radite jadi serba salah.
"Kita bicara secara logika aja Mas. Kalau anak itu beneran anak Mas dengan hasil DNA yang valid, papa pasti kasih perusahaan buat dia. Jadi aku enggak kebeban seperti sekarang." Dinda memang hanya wakil direktur. Tapi sesungguhnya semua gerak dan otak perusahaan ada di otak dan tangannya.
Itu sebabnya Radite mendekati dan menikahi Adinda. Radite tahu Dinda orang kesayangan papanya. Untuk bisa mengambil hati papanya, Radite harus memberinya hadiah terindah yaitu menikahi orang kesayangan sang papa agar tak dipinang perusahaan lain yang mengincar Dinda.
Kalau Dinda terikat pernikahan dengan dirinya, tentu Dinda tak akan resign dan pindah ke perusahaan kompetitor.
"Tadi kamu bilang, kamu meeting dengan auditor, ada apa?"
"Yang meeting dengan auditor tu papa dan pak Rizal. Aku hanya diberi tembusan saja. Tadi aku seharian full meeting buat kegiatan amal perusahaan dua minggu lagi."
Radite ingat kegiatan amal yang diketuai Adinda memang rutin dilakukan satu tahun sekali tepat hari ulang tahun mamanya. Ulang tahun perempuan yang paling Eddy cintai.
\*\*\*
Esok paginya Radite dan Dinda ke dokter yang ditunjuk oleh Eddy.
"Kenapa kesini?"
"Ini rekomendasi dari papa. Nanti hasil check juga akan langsung diserahkan ke papa," jawab Dinda.
Radite dan Dinda banyak melakukan tes untuk mengetahui kesuburan.
"Hasilnya lima hari lagi ya Bu. Dan tadi pak Shindu bilang hasil akan langsung diambil pak Shindu."
"Oh iya Dok," Dinda tak mengerti mengapa papa mertuanya meminta dia melakukan test di dokter ini dan hasilnya akan langsung diambil Shindu.
"Kita langsung ke kantor nih?" tanya Radite. Kalau pergi bersama Adit memang Dinda tak mengendarai mobilnya sendiri.
"Iya langsung. Papa barusan dah telepon. Kita ditunggu di ruang meeting."
"Bukannya masih satu jam lagi ya waktu meetingnya." kata Radite.
"Memang Mas mau ke mana? Satu jam lagi pas kan sama waktu kita sampai dikantor."
"Mas ada janji dengan perempuan lain?" Pancing Dinda.
"Kamu tuh dari kemarin ngomongnya gitu aja," Radite jadi serba salah. Biasa dia makan siang selalu di luar.
"Ya kali aja," kata Dinda santai.
"Ya udah ayo kita ke kantor," Radite . Radite tak mau membahas hal yang sensitif.
Radite melajukan mobilnya dengan perlahan di siang yang panas dan padat lalu lintasnya ini.
Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
"Kok rapatnya kayak gini?" Bisik Radite pada Dinda saat mereka masuk ruang meeting. Memang pertemuan bukan diadakan di ruangan Eddy.
"Mana aku tahu. Papa yang atur kok," jawab Dinda. Dia menuju kursinya yaitu di sebelah kanan kursi Eddy karena sebelah kiri adalah kursinya Sindhu sekretaris Eddy.
Di ruang meeting sudah ada Utoro, manager HRD, ada Rizaldy manajer keuangan dan dua orang lain yang Radite belum kenal tapi Dinda tahu mereka adalah akuntan publik yang mengaudit data dari Eddy.
Yang pasti Sindhu juga sudah hadir. Mereka sekarang tinggal menunggu Eddy. Sebentar lagi pasti Eddy masuk ruangan karena Sindhu sudah memberitahu kedatangan Radite.
\*\*\*
"Selamat siang saya ingin kita langsung aja. Bagaimana kemarin laporan hasil manajer marketing kita di Bengkulu?" tanya Eddy.
'*Mengapa ada kejanggalan meeting kali ini? Biasanya kan laporanku hanya tinggal aku serahkan personal tanpa meeting*.' Radite mulai merasa ada yang tak beres.
Radite lalu menjabarkan semua pencapaian yang dihasilkan selama 11 hari di Bengkulu dengan gamblang dan lancar.
"Sebelas hari hasilnya seperti ini? Kayaknya ini tiga hari aja selesai lho," kata Rizal sang manajer keuangan. Saat Radite selesai melaporkan pencapaian hasil kerjanya dan Sindhu mempersilakan semua memberi penilaian.
"Lalu ini juga biaya makannya gede juga ya sendirian," kata manajer keuangan lagi.
"Sebenarnya ada apa ini?" tanya Radite emosi.
"Sabar pak Radit. Saya hanya memberi pandangan pribadi saya."
"Saya lihat pekerjaan seperti ini sudah kita compare dan cari rujukan pada orang yang mengerti, pekerjaan anda itu bisa diselesaikan 3 hari saja, tidak butuh 11 hari."
"Kalau menurut keuangan 8 harinya itu pembengkakan biaya."
"Kalau dari 3 hari membengkak menjadi 4 hari atau 5 hari itu masih wajar. Tapi bila membekaknya hampir 4x lipat waktu yang diperlukan itu pemborosan buat perusahaan."
"Kalau saya sih no problem karena perusahaan ini bukan milik saya," Eddy hanya diam saja. Dia meneliti ekspresi wajah Radite dengan saksama.
"Dikerjakan dengan tempo hampir 4x dari waktu yang seharusnya, hasilnya bagaimana menurut ahlinya?" Eddy baru bertanya pada dua orang yang tidak Radite kenal itu.
"Kalau menurut saya ini seperti ini Pak," orang tersebut lalu menjabarkan lah apa yang dihasilkan oleh Radite ke Bengkulu selama 11 hari.
Radite pucat pasi saat hasil laporannya dikupas tuntas oleh dua orang yang dipanggil Eddy untuk rapat.
Belum lagi rincian pengeluarannya selama sebelas hari di Bengkulu dikupas habis.
Dan dua orang itu juga bertanya dua tiket free di luar anggota team yang masuk anggaran pengeluaran atas nama Shalimah dan Bramantyo.
"Saya terima hasil resumenya jadi Pak Radite hasil kerja anda 11 hari itu bisa diselesaikan dalam 3 hari atau bahkan biaya yang anda lakukan hampir 4 x lipat dan menurut marketing baru yang saya pilih ini mereka bilang itu kerjaannya sangat minus hasilnya tidak baik."
"Jadi Pak Utoro tolong camkan keputusan saya hari ini. Saya mencopot Radite Alkav dari jabatan manajer marketing. Berikan SK-nya langsung."
"Kedua saya menugaskan pak Radite menjadi staff administrasi gudang ya, bukan manajer atau kepala gudang tapi staff administrasi gudang!"
"Ketiga tidak ada jam keluar kantor dari *eight to five* bagi pak Radite apa pun alasannya.
"Dari jam delapan pagi hingga jam 05.00 dia tidak boleh meninggalkan kantor sama sekali." Radite pucat. Bagaimana dia akan menghampiri Shalimah seperti rutinitasnya tiap hari?
Sebagai manager marketing dia selalu beralasan keluar lapangan untuk pulang ke rumah keduanya.
"Selanjutnya semua fasilitas sebagai manajer marketing saya tarik. Semua fasilitas tidak ada satu pun yang tidak saya tarik. Jadi untuk bagian Finance pak Rizaldy anda perhatikan Kalau ada pembayaran kartu kredit itu sudah bukan urusan kantor lagi. Semua sudah tanggungan pribadi dan saya minta kebagian keuangan, gaji untuk pak Radite langsung transfer ke rekening Ibu Adinda sebagai istrinya."
"Istri sahnya!" Semua gaji ditransfer tanpa sisa sedikit pun."
"Kenapa Pa," tanya Dinda kaget sehingga tanpa sadar dia memanggil Eddy dengan sebutan papa di forum resmi.
"Itu kebijakan Papa kamu tidak boleh protes," padahal Dinda tahu maksudnya agar Radite tak punya income sama sekali. Cuma dia pura-pura tidak tahu.
"Semua berlaku hari ini."
"Baik saya bacakan keputusan rapat kali ini bahwa mulai hari ini pak Radite dicopot dari jabatan marketing manager dan dipindah menjadi staf administrasi gudang."
"Tidak ada pembayaran Kredit card atau apa pun dari kantor untuk kartunya pak Radite. Mobil dan rumah di tarik. Tidak boleh keluar kantor dari jam 08.00 hingga jam 05.00. Lalu gaji langsung masuk ke rekening Bu Dinda." Demikian Sindhu membacakan point yang ia catat selama meeting.
"Panggilkan kepala gudang sekarang. Saya tidak mau dia berada dibawah perintah staff barunya kalau tak mau saya pecat atau mutasi seperti semua team Radite yang sudah ikut membohongi saya!" Perintah Eddy.
Radite mau protes nggak enak karena banyak orang. Dia bingung sendiri bagaimana dia menafkahi Shalimah dan anaknya kalau semua gaji masuk ke rekening Dinda. Apa lagi gajinya cuma gaji staff administrasi gudang. Dia tak punya penghasilan lain, kartu kredit juga harus dia bayar sendiri.
'*Satu-satunya jalan aku harus melobby Dinda agar dia memberi keringanan padaku agar aku masih bisa memegang gajiku sebagai staf administrasi itu*,' pikir Radite.
\*\*\*
"Usman, mulai hari ini Radite akan bertugas sebagai staff administrasi gudang. Ingat, sebagai staff administrasi gudang dia bukan sebagai anak saya. Perlakukan dia seperti staff lainnya tak ada dispensasi. Bila kamu melakukan dispensasi akan banyak karyawan lain yang sudah saya minta melapor ke HRD."
"Saya akan pecat siapa pun yang berniat melawan saya dengan sembunyi-sembunyi menggerogoti perusahaan dan menyimpan rahasia busuk atasannya dari saya."
"Kamu bisa pikirkan hal itu atau nasibmu akan sama dengan empat belas orang teamnya Radite yang saya mutasi ke bagian housekeeper. Kalau tidak terima silakan mengundurkan diri!"
Mengundurkan diri pasti tanpa pesangon apa pun, belum lagi mereka telah dilaporkan dengan kasus penggelapan selama jadi teamnya Radite.
Radite memang memanjakan semua anggota teamnya karena mereka menyimpan rahasia besarnya setiap mereka pergi ke lapangan dan setiap hari Radite bisa keluar kantor karena teamnya menunjang penuh kegiatan bos mereka.
Semua tak percaya sekarang mereka masuk kubur bareng-bareng.
"Baik Pak, jawab Usman gemetaran. Dia masih belum bisa memikirkan bagaimana dia harus bertindak dengan anak kandung pemilik perusahaan jadi staf di bawah kepemimpinannya.
"Selama ini apa kamu panggil pak atau bu pada anak buahmu?" Tanya Ebby.
"Pada yang lebih tua iya Pak, tapi pada yang lebih muda saya biasanya hanya sebut nama," jawab Usman.
"Sejak saat ini panggil Radite tanpa embel-embel Pak, saya akan umumkan pada staf lainnya untuk melaporkan kamu ke HRD bila masih memanggil Radite dengan panggilan Bapak!"
'*Sampai segitunya papa menjebloskan aku di kantor ini. Kalau aku resign. Aku cari kerja dimana? Sedang aku tak bisa apa apa*,' Radite tahu dia tak punya kemampuan apa pun. Itu sebabnya dia sembunyi di balik kenyamanan dengan menikahi orang kepercayaan papanya walau dia tak mencintai Dinda dengan tulus.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!