NovelToon NovelToon

Tempatku Untuk Pulang

Bab 1. Malam yang pahit

Kepala Kasih terasa sangat berat. Bahkan sekujur tubuhnya kini terasa sangat sakit terutama di bagian intinya.

Dia hendak bergerak namun sesuatu mengikat tangan dan kakinya membuatnya tak bisa berkutik.

Dia berusaha membuka matanya yang sembab karena menangis semalaman.

Saat menundukkan kepala dia melihat tubuhnya yang hampir telanjang dan sangat mengenaskan. Bajunya terkoyak sana sini.

Kulit putihnya terdapat beberapa bekas cakaran serta tamparan di kedua pipi dan dadanya masih terasa sangat panas.

Dia hanya bisa nelangsa meratapi nasibnya setelah apa yang telah diperbuat oleh seorang pria yang tak dikenal.

Berteriak pun tak bisa karena pria itu menyumpal mulut Kasih dengan kain entah darimana dapatnya.

Hatinya bak teriris sembilu saat mengingat pe le cehan yang dia alami baru saja. Yang ada di pikirannya saat ini adalah berharap Felix sang suami datang menolongnya.

Sementara Felix saat ini sedang ada acara bersama teman-temannya di luar. Kasih sengaja tidak ikut karena merasa dirinya kurang enak badan.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam dan Felix baru saja sampai rumah.

Dia merasa heran karena sudah tengah malam namun pintu rumahnya masih terbuka. Apa mungkin Kasih ketiduran.

Felix berjalan menuju kamar dan saat membuka pintunya dia dibuat terkejut dengan keadaan istrinya yang sangat mengenaskan.

Kaki dan tangannya diikat serta mulutnya disumpal kain.

"Hhhmmmm... Hhhmmmm..." Kasih mencoba berteriak namun tertahan oleh peyumpal mulutnya.

"Sayang, apa yang terjadi" Felix langsung menghampiri istrinya. Membuka mulutnya serta melepas ikatan di tangan dan kakinya.

Kasih langsung menangis sejadi-jadinya sembari memeluk Felix.

"Aku... Aku takut.... Mas Felix aku takut" Kasih terus terisak dengan tubuh gemetar.

"Sayang.. Aku disini. Sudah jangan takut ya.." Felix terus memeluk Kasih. Dia tak kuasa menahan kesedihan serta rasa bersalahnya karena telah meninggalkan Istrinya sendiri di rumah.

Perlahan Felix menyeka dan membersihkan tubuh Kasih kemudian dia mengganti pakaiannya. Kasih tampak lemah di dalam pelukan Felix.

Ditatap wajah istrinya itu yang ujung bibirnya tampak terluka.

Sesekali Kasih mengigau dan menangis. Sepertinya dia benar-benar trauma atas kejadian yang baru saja dia alami.

"Maafkan aku Kasih... Maafkan aku..." gumam Felix sembari mengusap kepal istrinya tersebut.

...****************...

Seminggu berlalu sejak kejadian itu Kasih menjadi seorang yang sangat tertutup. Dia enggan keluar rumah juga tidak mau lebih lama ditinggal Felix.

Sebenarnya Felix ingin melaporkan kejadian ini ke Polisi namun Kasih menolak karena dia tidak ingin berita ini tersebar luas.

Alhasil dia hanya bisa berdiam diri dan meratapi semua yang telah dialaminya.

"Sayang aku harus mengecek beberapa gerai. Tidak apa kan aku tinggal sebentar?" Felix mengusap lembut kepala Kasih. Kasih hanya menjawab dengan anggukan pelan. Meski berat namun dia sadar akan tugas Felix yang menumpuk.

"Jangan lupa pintunya dikunci dari dalam ya, jika ada orang tak dikenal yang mengetuk pintu lebih baik tidak usah dibuka" ujar Felix sembari mengecup lembut kening Kasih.

Setelah keluar rumah Felix mendapati ponselnya tengah berdering. Dia mengecek siapa yang menelepon ternyata adalah David Ayahnya.

"Halo ayah, ada apa?" ucap Felix sedikit ketus. Karena selama ini komunikasi mereka sangat buruk.

"Felix. Ada yang ingin ayah sampaikan kepadamu. Tolong jika ada waktu segera temui ayah" ujar David.

"Baiklah setelah pekerjaanku selesai aku akan mampir" ujar Felix sebelum menutup teleponnya.

Felix pergi menuju kantornya dan melakukan pekerjaannya. Hingga pukul tiga sore akhirnya dia baru menyelesaikan pekerjaannya.

Meski enggan namun kali ini Felix akhirnya datang ke rumah ayahnya. Sejak Menikah dia sangat jarang datang ke rumah orang tuanya karena pernikahan Felix dan Kasih tak pernah direstui.

Felix berjalan melintasi beberapa staf yang ada di kantor ayahnya. Dia mengumbar senyum tatkala para staf menyapanya.

Akhirnya sampai juga Felix di ruangan ayahnya. Ruangan direktur utama yang seharusnya Felix tempati namun urung karena dia menikahi Kasih.

TOK.. TOK.. TOK..

Felix mengetuk pintu ruangan itu. Tak berselang lama suara seseorang dari dalam mempersilahkan masuk.

"Ayah, ada perlu apa?" ujar Felix saat baru memasuki ruangan itu.

"Duduklah dulu nak" ujar Bramantyo, Ayah Felix.

Kemudian Felix duduk di sofa ruangan itu. Dia menatap sekilas wajah ayahnya.

"Jadi, ada perlu apa ayah memintaku kesini?" tanya Felix.

"Ceraikan Kasih, Felix" ujar Bramantyo.

Tentu saja mendengar ucapan ayahnya Felix langsung bangkit dari duduknya.

"Apa-apaan ayah ini? Tidak ada angin tidak ada hujan bisa-bisanya menyuruhku bercerai dengan Kasih" Felix mulai meninggikan suaranya.

"Jika kamu bercerai dengan Kasih maka Ayah akan serahkan jabatan direktur utama kepadamu. Ayah serahkan perusahaan ini untukmu" ujar Bramantyo.

"Tapi aku mencintai istriku yah, aku mencintai Kasih" suara Felix mulai gemetar.

"Apa kamu masih mencintai istrimu sementara dia sudah ditiduri oleh pria lain?" Ucapan Bramantyo kini seolah menyentil keras Felix.

"Da_darimana ayah tahu?" padahal Felix dan Kasih berusaha menutup rapat kejadian itu.

"Apapun ayah tahu tentang kamu dan Kasih. Semuanya ayah tahu" Bramantyo tersenyum miring.

Felix mengepalkan tangannya. Hatinya mulai memanas. Memang benar Kasih telah dinodai oleh orang lain namun hal itu karena istrinya mengalami musibah.

"Kasih tidak sepenuhnya mengalami musibah itu. Bisa jadi pria itu memang memiliki hubungan dengan Kasih, namun karena rasa cemburunya kepadamu membuat pria itu membeberkan hubungannya seolah istrimu yang di le cehkan." Bramantyo sengaja mengarang cerita agar putra semata wayangnya mau bercerai.

"Ayah... Apa yang ayah katakan itu?" Felix menggertakkan giginya menahan amarah yang sedari tadi melandanya.

"Tergantung padamu sekarang. Kau ceraikan istrimu itu dan hidup enak seperti ini atau selamanya akan terjebak dengan wanita ular itu" ujar Bramantyo.

Sejenak ucapan ayahnya itu mulai menggoyahkan kepercayaan Felix.

"Tapi ayah, aku mencintai Kasih. Salah apa dia sampai ayah sangat membencinya" ujar Felix.

"Salah, karena dia tidak sederajat dengan kita" ujar Bramantyo bersungut-sungut.

"Dan kau pikir usahamu itu akan mengungguli semua yang ayah miliki? Bahkan ayah bisa membuatmu bangkrut seketika jika mau." Bramantyo tersenyum miring melihat ekspresi Felix yang mulai bingung.

Sejenak Felix terdiam. Dia menundukkan kepalanya dan memikirkan banyak hal.

"Lalu, jika aku menceraikan Kasih aku harus memakai alasan apa?"

Bramantyo kemudian menghampiri Felix dan mengusap bahunya.

"Seperti yang ayah bilang. Kasih sudah ditiduri oleh pria lain jadi kau tidak mau lagi menyentuhnya." ujar Bramantyo Meyakinkan Felix.

...****************...

Malam itu, setelah Felix berpamitan kepada Kasih untuk menghadiri pertemuan dengan rekan-rekannya. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengetuk pintu.

"Siapa malam-malam mengetuk pintu." Kasih segera berjalan keluar untuk membuka pintu.

Saat dibuka terlihat seorang pria mengenakan pakaian kurir pengantar barang.

"Selamat malam, benar dengan ibu Kasih?" tanya pria tersebut.

"Iya, benar dengan saya sendiri. Ada apa mas?" tanya Kasih.

"Ini ada paket untuk anda. Mohon diterima" ujar pria itu.

Namun karena Kasih tidak merasa memesan apapun sehingga dia masih ragu antara menerima atau tidak.

"Mungkin ini mas Felix yang beli" gumam Kasih yang akhirnya menerima paket itu.

Saat dia hendak berbalik tiba-tiba seseorang memukul punggungnya hingga dia jatuh tersungkur.

Pria pengantar paket itu langsung merangsek masuk dan mengunci pintu rumah Kasih.

Kasih yang kesakitan pun tak berdaya akan perlakuan pria itu. Dia sempat meronta namun kekuatan pria itu jauh lebih kuat darinya.

"Siapa kamu, mau apa kamu hah?" dengan gemetar Kasih mencoba untuk mencari tahu siapa pria itu. Air mata sudah mulai terurai dari netranya.

Tanpa menunggu lama pria itu langsung mengikat tangan dan kaki Kasih dengan tali yang dia keluarkan dari tasnya. Tak lupa menyumpal mulut Kasih dan membopongnya ke dalam kamar.

Perbuatan be jat pria itu pun tak terhindarkan.

bab 2. Berat untuk mengungkapkan

"Selamat ya mas, aku bangga atas pencapaian kamu. Ini adalah cabang ke sepuluh gerai kita" ujar Kasih penuh semangat.

"Iya sayang, gak nyangka usaha kita bisa sebesar ini dalam waktu singkat." Felix memeluk Kasih istrinya.

Pernikahan mereka memang terbilang baru dua tahun. Namun Kasih dan Felix menjalin hubungan sudah lama yaitu sejak mereka sama-sama kuliah.

Saat itu Kasih baru saja masuk kuliah sementara Felix sudah tiga tahun di atasnya. Namun cinta Felix pada pandangan pertama tak urung membuatnya bertekad mendapatkan Kasih.

Meski pada awalnya banyak rintangan dalam hubungannya terutama masalah restu orang tua Felix.

Felix adalah anak tunggal dari pasangan pengusaha yang mana memiliki aset perusahaan di bidang konstruksi juga beberapa Hotel berbintang. Sementara Kasih hanyalah anak hasil adopsi dari keluarga sederhana.

Karena rasa cintanya kepada Kasih maka Felix rela meninggalkan keluarganya dan hidup mandiri.

Kini berkat kegigihan mereka berdua akhirnya usaha frozen food nya mengalami kesuksesan dan memiliki cabang hingga sepuluh gerai.

Saat ini usia Kasih menginjak dua puluh tiga tahun dan Felix berusia dua puluh enam tahun.

Kasih baru saja menyelesaikan kuliahnya melalui jalur beasiswa dengan nilai sangat memuaskan. Felix pun selalu membanggakan prestasi istrinya tersebut.

Karena usaha yang mereka rintis juga tak jauh dari campur tangan Kasih yang pandai mengelola keuangan serta kemampuan public speaking nya dalam memasarkan produk sehingga menjadi laris di pasaran.

Namun terlepas dari itu semua Felix dan Kasih sepakat untuk melakukan perjanjian pra nikah diantaranya jika salah satu dari mereka berselingkuh atau berhubungan dengan orang lain maka saat perceraian tak akan mendapat jatah gono gini apapun.

Sebenarnya hal itu dilakukan keduanya agar mereka tetap menjalani pernikahan yang setia dan jauh dari orang ketiga.

Namun kini agaknya pernikahan keduanya mengalami kesulitan terlebih ketika Ayah Felix terus mendesaknya untuk bercerai.

Ancaman akan membuat bangkrut usaha Felix tentu saja membuatnya bingung. Sebagai seorang yang tak terbiasa hidup susah tentunya Felix sangat khawatir jika sampai bangkrut.

Tak dipungkiri Felix juga sangat menginginkan jabatan CEO di perusahaan ayahnya.

Meski dia juga sangat mencintai kasih namun cinta saja tak cukup untuk dirinya bahagia.

...****************...

Felix kembali ke rumah dalam keadaan yang cukup kacau. Seharian dia memikirkan tentang bagaimana dia merangkai kata-kata untuk berbicara dengan Kasih.

"Mas, sudah pulang? Yuk udah aku siapin makan malam." Kasih langsung menyambut kedatangan Felix.

"Iya Kasih, aku mau mandi dulu" ucap Felix pelan.

Meski Kasih menyadari perubahan sikap Felix namun dia tak mau berpikir macam-macam.

Dia menganggap bahwa Felix mungkin sedang kelelahan dengan pekerjaannya.

Tak berselang lama Felix sudah selesai mandi. Dia memakai kaos hitam polos serta celana pendek selutut.

Kasih segera mengambilkan nasi serta lauk pauk ke piring Felix, seperti biasa penuh perhatian.

"Mas mau sayurnya nggak?" tanya Kasih.

"Boleh" balas Felix singkat.

Mereka makan dengan suasana begitu hening. Tak ada yang berbicara hingga makanan itu habis.

Selanjutnya Felix pergi meninggalkan meja makan dan berjalan menuju teras rumahnya.

Dia mengeluarkan sebatang rokok dan hendak membakarnya. Namun lagi-lagi pikirannya yang terus mengusik membuatnya kembali meletakkan rokok itu.

Dia berjalan kembali ke dalam rumah. Melihat Kasih yang sedang sibuk membereskan dapur.

Wanita itu memang selalu cantik di mata Felix. Bahkan selain cantik dia adalah sosok yang sangat penyabar, perhatian serta penurut.

Disela kesibukannya Kasih selalu memprioritaskan urusan keluarga.

Dan perihal ucapan ayahnya yang menduga Kasih memiliki pria lain nampaknya sangat mustahil. Kasih hampir setiap hari selalu di rumah. Kalaupun keluar itu selalu bersama Felix. Sementara jika dia pergi sendiri selalu berpamitan padanya.

"Bagaimana mungkin aku menceraikan istriku yang nyaris sempurna untukku itu? Gumam Felix sambil menahan air matanya.

Kasih yang menyadari suaminya sedang memperhatikannya pun mulai menghampirinya.

"Mas, ada apa? Coba cerita kalau ada masalah" ujar Kasih.

"Tidak ada sayang, aku hanya merasa sedikit capek saja hari ini" Felix memeluk Kasih dalam dekapan. Seolah dia tak ingin berpisah dengannya.

"Yaudah mad Felix istirahat gih. Udah ku siapin tempat tidurnya" perhatian Kasih membuat Felix semakin berat untuk menceraikannya.

...****************...

Keesokan harinya seperti biasa Felix bersiap untuk memulai pekerjaannya. Namun tiba-tiba salah satu karyawannya mengabari bahwa terjadi musibah kebakaran di salah satu gerainya.

Felix yang terkejut segera mendatangi lokasi bersama Kasih. Saat sudah sampai dia dibuat lemas karena kios terbakar habis beserta isinya.

"Kami sudah berusaha menyelamatkannya tapi api membumbung tinggi dan dengan cepat menghanguskan yang ada" ujar karyawan Felix penuh sesal.

Tampak Felix tertunduk lemas melihat apa yang telah dibangun selama ini menjadi abu.

"Mas, sabar ya sayang. Kita bisa berusaha lagi." Kasih berusaha menyemangati Suaminya.

Tak berselang lama ponsel Felix berbunyi. Dia melihat ayahnya yang menelepon.

Akhirnya Felix minta ijin Kasih untuk mengangkat telepon. Dia berjalan lebih jauh dari Kasih.

"Halo, ada apa ayah?" ucap Felix.

"Bagaimana Felix kejutan pagi ini? Ini baru pemanasan saja. Masih ada sembilan gerai lagi" ujar Bramantyo dalam teleponnya.

"Jadi ini semua perbuatan ayah?" Felix mulai geram.

"Iya, ayah bisa membakar gerai kamu semuanya sekaligus jika kamu masih tidak menuruti ayah. Ini hanya pemanasan saja." sambil tertawa Bramantyo membuat Felix semakin panas.

"Sudah ayah bilang. Segera ceraikan kasih. Jika kamu masih mempertahankannya maka bukan tidak mungkin Ayah akan berbuat lebih jauh. Jika perlu Kasih juga akan merasakan akibatnya." gertak Bramantyo sembari menutup teleponnya.

"Berengsek.." umpat Felix.

Sementara kini Felix sudah menghampiri Kasih. Dia memandang istrinya yang tampak tegar meski banyak cobaan.

Dia juga tidak ingin istrinya menjadi korban kelicikan ayahnya.

"Kasih, kita pulang sekarang" Felix langsung menarik tangan kasih menuju mobil.

Sepanjang perjalanan pulang tampak wajah Felix yang terlihat emosi. Kasih tak berani bertanya karena dia tahu hal itu hanya akan menambah emosi suaminya.

Sampai di rumah Felix duduk di sofa dengan tatapan tajam. Kasih yang hendak mengambilkan minum untuk Felix segera dicegahnya.

"Kasih aku mau bicara kepadamu" ujar Felix.

"iya ada apa mas?" tanya Kasih yang kini duduk bersebelahan dengannya.

"aku mau kita bercerai" ujar Felix tiba-tiba.

Bak tersambar petir di siang hari Kasih tak menyangka bahwa Felix akan mengatakan hal itu.

"Cerai? Apa kamu bercanda mas?" protes Kasih.

"Aku tidak bercanda. Aku minta kita bercerai..." kini Felix menatap Kasih dengan tajam.

Tampak air mata mengalir dari netra kasih. Hatinya benar-benar terasa hancur ketika suami yang sangat dia cintai malah ingin menceraikannya.

"Lalu atas dasar apa kamu menceraikan aku mas?"

.

.

.

bab 3. angkat kaki

Kasih tak habis pikir dengan ucapan Felix yang ingin bercerai. Hanya karena salah satu gerainya terbakar dia langsung putus asa.

"Mas, kita bisa berusaha lagi. Masalah satu gerai terbakar akan diperbaiki perlahan" ujar kasih berusaha menenangkan Felix.

"bukan begitu Kasih, ada alasan lain yang membuatku ingin bercerai" Felix mencoba untuk menjelaskan.

"Apa coba?"

Sejenak Felix terdiam. Dia menghela nafasnya dengan berat.

"Karena kamu sudah tidur dengan pria lain. Kamu ingat kan perjanjian kita?" berat hati Felix harus mengatakan hal itu.

"Tapi mas.. Dia mele ceh kan ku. Aku bahkan tidak kenal siapa orang itu" Hati Kasih terasa sangat sakit saat Felix mengungkit hal itu.

" Aku tidak peduli. Pokoknya aku tidak bisa menerimamu lagi menjadi istriku" ujar Felix tegas.

"Mas.." lidah Kasih kelu, tenggorokannya terasa tercekat hingga tak mampu untuk berucap lagi.

Sementara Felix tak sekalipun berani menatap wajah Kasih. Baginya terlalu hina untuk mengatakan hal itu.

Namun Felix bisa apa? Dia tahu ayahnya akan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya.

Dan ancaman yang dibuat Bramantyo kali ini tidak main-main. Sehingga Felix harus merelakan Kasih agar tidak menjadi korban kekejian Bramantyo.

"Aku akan urus perceraian ini secepatnya. Jadi selama proses perceraian ini aku ijinkan kami tinggal di rumah ini sampai pengadilan memutuskan hasilnya." Nada bicara Felix tampak sangat berbeda.

Baru kali ini Kasih melihat Felix yang begitu dingin dan angkuh. Aura gelap menyelimutinya.

Entah ada angin apa hingga membuat Felix jadi berubah. Yang pasti saat ini perasaan Kasih sangat hancur.

...****************...

" Aku sudah mengajukan perceraian dengan Kasih ke pengadilan. Apa ayah puas sekarang?" dengan perasaan yang sangat dongkol Felix berbicara dengan ayahnya.

"Bagus Felix. Jika bisa kau percepat prosesnya" ujar Bramantyo santai.

"Ayah harus menepati janji. Jangan usik kehidupan Kasih setelah ini" ujar Felix.

"hmm.. Tergantung. Asal kamu menurut dengan ayah" ucap Bramantyo.

"Aku akan menuruti semua perkataan ayah" meski berat Felix harus melakukan itu. Dia tidak ingin wanita yang dicintainya harus menanggung beban karena dirinya.

Sementara Kasih kini hanya bisa pasrah menerima gugatan Felix. Mereka masih serumah namun tak lagi satu ranjang. Setiap hari Felix selalu pulang larut bahkan tidak pulang. Entah kemana pria itu perginya.

Bagaimana bisa pria itu berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam satu hari?

Dia juga teringat akan perjanjian pra nikah mereka. Dia pasrah jika Felix tak memberi harta sma sekali.

Namun yang membuatnya berat adalah alasan Felix yang seolah tak masuk akal.

Akhirnya dia sempat berpikir bahwa selama ini Felix hanya mempermainkan perasaannya. Cintanya tak benar-benar nyata.

Air mata terus mengalir meratapi apa yang dia hadapi. Hingga membuat matanya sembab.

Seminggu kemudian pengadilan mengabulkan perceraian mereka. Itu artinya Kasih harus angkat kaki dari rumah ini.

Entah kenapa keputusan itu berlangsung begitu cepat, mungkin saja Felix sengaja mempercepatnya.

Sementara Kasih mengemasi barang-barangnya ke dalam koper untuk dibawa pergi. Felix datang menghampirinya.

"Untuk apa kamu mengemasi barang-barang itu?" ujar Felix.

"Ini hanya pakaianku. Aku membawa tidak banyak. Lagi pula untuk apa kamu akan menyimpannya?" ujar Kasih.

"Kau lupa Kasih dalam perjanjian kita. Angkat kaki tanpa membawa apapun. Jadi cepat pergi jangan membawa apapun" ujar Felix sinis.

"Tapi Mas.." Kasih masih tak percaya dengan perubahan sikap Felix.

"CEPAT PERGI SEKARANG ATAU KU SERET SEKARANG JUGA?" Suara Felix langsung terdengar lantang.

Seketika Kasih langsung gemetar. Hatinya hancur berkeping-keping memaksakan kakinya yang gontai untuk melangkah keluar rumah ini. Rumah yang dibangun atas jerih payah mereka berdua.

"Baik mas. Jika itu maumu. Aku akan pergi. Semoga kamu bahagia setelah ini" Entah berapa banyak air mata yang telah keluar dari netra itu. Yang jelas saat ini Kasih tengah menelan kekecewaan yang sangat dalam.

Kasih terus melangkahkan kakinya keluar rumah tanpa membawa apapun. Kakinya terus dipaksa berjalan tak tau arah tujuan.

Tanpa membawa apapun selain pakaian yang melekat di tubuhnya. Bahkan ponsel pun Felix tak dibiarkan untuk dibawanya.

Pikiran Kasih saat ini adalah kembali ke rumah orang tua angkatnya. Namun Jarak ke rumah itu cukup jauh. Mungkinkah dia harus berjalan kaki?

Saat merogoh saku celananya dia merasakan sesuatu. Dia tarik benda itu dan beruntung sekali. Terdapat uang lima puluh ribu terselip dalam saku celananya.

Seolah mendapatkan sebuah rejeki yang sangat berharga. Kasih segera mencari angkutan umum untuk pergi ke rumah orang tuanya.

Di dalam angkot kasih memegang kuat-kuat uang itu karena hanya ini yang dia miliki saat ini.

Perjalanan memakan waktu kurang lebih setengah jam dan akhirnya dia sampai di kediaman orang tua angkatnya.

Dia menatap rumah yang dia tempati sejak kecil. Sejenak kasih teringat oleh ayah angkatnya yang begitu menyayanginya.

Namun saat dia duduk di bangku SMA ayahnya pergi meninggalkannya untuk selamanya.

Sekarang tinggal ibu angkatnya. Meski hubungan mereka kurang dekat namun Kasih berharap dia masih mau menerimanya.

Perlahan Kasih memasuki halaman rumah itu. Tampak pintu tertutup.

Kasih mencoba mengetuk pintu itu perlahan.

Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya membuka pintu tersebut.

"Kasih?" ucap wanita itu.

"Bu.." dengan berkaca-kaca Kasih memanggil wanita itu.

"Ngapain kamu kesini? Dengan siapa?" Wanita itu melihat-lihat sekitar mencari orang selain Kasih.

"Sendiri Bu, boleh Kasih menumpang nginap disini sementara?" tanya Kasih hati-hati.

"Menginap? Memangnya dimana suamimu?" tanya wanita itu lagi.

"Mas Felix menceraikan ku bu, tolong ijinkan aku menginap disini sementara waktu." ujar Kasih berkaca-kaca.

PLAKK...!!!!

Tamparan keras mendarat di pipi Kasih. Ini sudah bisa dia tebak. Ibu angkatnya memang sangat membencinya sejak dulu.

"Kau pikir ini panti asuhan? Enak saja menginap. Kau sudah menikah berarti kau tidak berhak atas tempat ini. Meskipun kau bilang cerai tetap saja kau tidak berhak" wanita itu dengan sinis mengusir Kasih.

Entah kemalangan apa yang terjadi padanya. Hidupnya bertubi-tubi harus mendapatkan kesialan.

Pertama diceraikan Felix dan sekarang diusir ibu angkatnya. Dengan putus asa akhirnya Kasih pergi meninggalkan rumah itu.

Ditangannya hanya memegang uang sebesar dua puluh ribu. Entah mau diapakan uang itu. Yang jelas pikirannya saat ini sedang buntu.

Langkahnya menyusuri tepi jalan diiringi dengan gerimis yang mulai turun. Kasih terus berjalan tak peduli akan air hujan yang semakin lama semakin deras.

Dia membiarkan tubuhnya basah oleh air hujan. Setidaknya orang lain tak akan mengetahui bahwa dirinya tengah menangis saat itu.

Membiarkan takdir membawa dirinya entah kemana. Perlahan kepalanya mulai terasa pusing. Jalanan mulai terlihat buram entah itu karena penglihatannya atau karena derasnya hujan.

BRRRUKKK....

Tubuh lunglai itu akhirnya terjatuh di pinggir jalan.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!