NovelToon NovelToon

Menjadi Gundik Suami Sendiri

bab 1

"Mas tolong belikan Pampers buat Hilya.

Stok Pampersnya sudah habis dari kemarin, uang belanja yang kamu kasih sudah habis buat beli kebutuhan dapur." Dara menemui suaminya yang tengah duduk santai di depan televisi, hari Minggu Haris selalu menghabiskan waktunya di depan televisi saat libur dari kantor.

Haris melotot tajam ke arah Dara yang tengah menggendong Hilya yang tertidur.

"Apa kamu pikir cari uang itu gampang. Hilya itu sudah besar, tidak usah pake pampers, kamu juga cuma pekerjaannya tidur saja dirumah, cuci itu bekas pipisnya anak kamu dengan tangan, jadi gak buang buang uang buat beli Pampers.

Dasar pemalas! bisanya cuma habisin uang suami saja." bentak Haris dengan wajah bengisnya.

Dara yang tak menyangka, sejak dia melahirkan, sikap suaminya berubah kasar. Dara hanya bisa diam dan menahan perih di dalam hatinya.

Tanpa banyak bicara, Dara pergi meninggalkan Haris yang masih terus mengumpat dengan kata kata kasar pada Dara.

"Bobok nak!

Bunda mau nyuci bekas pipisnya Hilya, mumpung panas cuacanya, semoga cepat kering ya." Dara menidurkan Hilya dengan hati hati di kasur yang sampingnya sudah di kasih bantal juga guling, agar Hilya aman dan tidak terjatuh dari amben.

Karena minta tolong pada Haris untuk menjaga anaknya sudah pasti akan ditolak mentah mentah.

Sejak, Dara melahirkan sifat Haris langsung berubah, tidak lagi ada senyum hangat dan perhatian dari laki laki itu untuk istrinya, yang ada Haris selalu mengucapkan kata kata kasar dan bahkan sangat perhitungan untuk kebutuhan rumah. Sampai sampai terkadang ibunya Dara datang membawakan sembako untuk kebutuhan sang anak.

"Dara mencuci baju baju kotor milik Hilya dengan cepat, takut kalau anaknya terbangun dan nangis, dirumah ada Haris pasti dia akan memarahi Hilya yang menangis dengan suara lantang, membuat bayi itu semakin kencang menangis karena takut.

Dan Dara tidak mau itu terjadi kali ini.

"Alhamdulillah, selesai.

Sepertinya Hilya belum bangun dari tidurnya karena aku tidak mendengar suara tangisnya." gumam Dara lega dan kembali masuk ke dalam rumah.

"Mau kemana kamu mas, kok sudah rapi?" tanya Dara heran melihat penampilan suaminya yang sudah wangi dan rapi.

"Bukan urusan kamu, urus saja anak kamu dan tubuhmu yang bau itu."

"Astagfirullah, mas!

Benar benar keterlaluan kamu ya!

Aku begini karena melahirkan anakmu, dan kamu juga tidak memberikan uang nafkah yang cukup untuk merawat diri. Jadi jangan asal bicara kalau kamu saja tidak bisa mencukupi kebutuhanku. Egois kamu, mas!" sahut Dara dengan mata berkaca kaca, seketika dadanya sesak dengan hinaan dari suaminya.

"Dasar kamunya saja yang malas dan banyak alasan.

Lihat tuh, diluar banyak kok ibu ibu yang baru melahirkan, tapi tetap langsing, cantik dan wangi. Gak kayak kamu, sudah bau, melar lagi.

Sudah aku mau pergi, dari pada dirumah lihat kamu makin muak aku, belum lagi suara tangis anakmu itu, bikin kepalaku pusing saja." sungut Haris pergi begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Dara yang terluka karena ucapannya.

"Astagfirullah, ya Alloh ampuni aku.

Aku sudah gak sanggup lagi, menghadapi sikap kasar dan semena mena suamiku." lirih Dara yang sudah basah oleh air mata.

"Asalamualaikum!" suara salam dan ketukan pintu membuyarkan lamunan Dara, wanita dengan kulit kuning Langsat itu berjalan gontai menuju pintu utama, terlihat dua sahabatnya sudah tersenyum lebar di balik pintu.

"Dina, Sintia!

Ya Alloh, datang kok gak bilang bilang.

Ayok masuk ke dalam." sambut Dara berusaha untuk bersikap ceria meskipun wajahnya terlihat sembab.

"Kamu kenapa Ra?

Apa si jonges itu nyakiti kamu lagi?" tanya Sintia kesal, dua sahabat Dara sudah tau seperti apa kehidupan rumah tangganya Dara, sehingga mereka selalu datang saat sedang tidak sibuk untuk memberi dukungan dan kekuatan pada Zahra agar tidak terpuruk karena perlakuan gila suami juga keluarganya.

"Seperti biasa, Mas Haris mengataiku lagi, kata katanya kali ini sungguh sudah keterlaluan.

Dan dia juga sudah tidak lagi perduli dengan kebutuhan anaknya. Pampers Hilya habis, saat aku minta dia membelikan, tapi dia menolaknya dan marah marah." jelas Dara dengan wajah lelahnya.

"Apa aku gugat cerai saja ya, aku sudah gak sanggup di perlakukan seperti ini. Sakit hati juga lelah rasanya." sambung Dara yang mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Jangan buru buru, keenakan tuh laki.

Kasih pelajaran dulu. Aku ada ide semoga kalian setuju." sahut Dina bersemangat.

"Ide, ide gila apa yang ada di otak loe woy?" sanggah Sintia dengan wajah masamnya, membuat Dara terkekeh mendengar perdebatan konyol kedua sahabatnya itu.

"Aku jamin, ideku pasti cemerlang dan akan bikin si Haris kere. Gimana, Kalian mau tau apa yang ada dipikiran cerdasku ini ?" sambung Dina dengan gaya angkuhnya.

"Apaan, bikin penasaran saja sih?" sungut Sintia gak sabar dengan idenya Dina yang pasti akan terdengar gila, karena Dina selalu bikin sesuatu yang diluar pemikiran manusia pada umumnya.

"Haris itu ternyata satu kantor dengan anak tanteku, namanya Riani.

Dia itu cantiiik banget dan bodynya coy, seksi abis pokoknya. Haris berkali kali menggoda Riani dan menawarkan diri untuk jadi pacarnya. Gila gak sih suami loe itu, dasar buaya buntung!"

"Terus apa hubungannya sama ide loe itu kales? jangan berbelit Belit ngomongnya, langsung saja biar gak bikin pusing dengernya." gerutu Sintia gemas dengan wajah masamnya.

"Iya iya, cerewet banget sih jadi orang.

Gini ya, Riani kan sudah tunangan, dia itu kesel banget sama kelakuan si Haris. Aku akan minta Riani buat ngerjain Haris, pura pura terima Haris jadi pacarnya, dan biar dia kuras habis tuh uang si Haris, kan lumayan buat modal kamu jadi janda nanti. Gimana?"

"Wah gila juga ya idemu itu, tapi boleh juga tuh.

Tapi yang jadi masalahnya, si Riani mau gak bantu Dara?" tanya Sintia serius.

"Itu biar jadi urusanku, biar aku yang bicara sama Riani dan tunangannya.

Akan aku kabari langkah selanjutnya. Manusia kayak Haris memang perlu di kasih pelajaran biar mampus!"

"Ya ampun kejamnya!

Tapi aku setuju sih sama idenya Dina. Makasih ya, kalian sudah begitu perduli dengan masalahku!"

Dara yang sedari tadi diam akhirnya ikut angkat bicara dan menyetujui ide gila sahabatnya.

Haris memang perlu di kasih pelajaran yang setimpal.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

bab 2

"Itu biar jadi urusanku, biar aku yang bicara sama Riani dan tunangannya.

Akan aku kabari langkah selanjutnya. Manusia kayak Haris memang perlu di kasih pelajaran biar mampus!"

"Ya ampun kejamnya!

Tapi aku setuju sih sama idenya Dina. Makasih ya, kalian sudah begitu perduli dengan masalahku!"

Dara yang sedari tadi diam akhirnya ikut angkat bicara dan menyetujui ide gila sahabatnya.

Haris memang perlu di kasih pelajaran yang setimpal.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Sedangkan di lain tempat, Haris ternyata pergi kerumah ibunya, Haris dan keluarganya sudah merencanakan liburan ke pantai dengan menaiki mobil milik Haris dan juga mobil suaminya Susi.

Susi adalah kakak perempuannya Haris.

Haris memiliki tiga saudara, Haris anak nomor dua dan anak lelaki satu satunya. Sedangkan adik bungsu Haris namanya Vita, masih SMU kelas dua.

"Itu si Haris sudah sampai, kita langsung berangkat saja, keburu panas." Susi menatap adik lelakinya yang baru saja turun dari mobilnya.

"Haris gimana, kita berangkat sekarang saja ya?" sahut Bu Emi, ibunya Haris dengan wajah ceria.

"Yasudah, lagian ini juga sudah jam sembilan, biar gak kena macet.

Ibu sama bapak ikut mobilnya Haris saja." balas Haris sambil melangkah mendekati orang tuanya.

"Apa gak sebaiknya kita pergi satu mobil saja, kan bisa irit bensin, nanti biar aku dan Haris yang gantian nyetir." Pendik, suami Susi ikut angkat bicara.

"Kalau bawa mobil satu cukup sih, tapi yaitu sempit, bikin engap, nanti ibu sama Putri mabuk, malah bikin suasana jadi gak seru. Bukannya liburan tapi pada sakit." balas Susi dengan wajah yang sudah masam.

"Tapi maksudku itu, biar gak ngeluarin biaya dobel di bensinnya, dek! Kan uangnya bisa buat yang lainnya." Pendik masih dengan keinginannya agar pergi dengan menggunakan mobil satu saja. Selain irit juga biar dia tidak mengeluarkan uang, karena Pendik, biarpun kaya, tapi sangat perhitungan sama keluarga istrinya.

"Kamu itu mas, bilang saja kalau kamu gak mau keluarin uang bensin. Orang kok medit banget.

Gak usah khawatir, uang bensin biar ditanggung sama si Haris, dia lebih pengertian dan royal sama saudaranya. Kamu mau kan, Ris?" sungut Susi kesal dengan sikap perhitungan suaminya.

"Iya, iya. Nanti biar Haris yang isi bensin. Tapi cuma dua ratus saja ya, gak lebih." balas Haris malas, dan sudah hafal dengan sifat kakak iparnya itu.

"Nah gitu dong, Kan sama sama enak!" Pendik tersenyum lega, akhirnya dia tidak perlu mengeluarkan uang, seperti biasanya Haris yang akan menanggung semua.

Haris dan keluarganya tengah bersenang senang dan makan enak serta belanja apa saja yang dimau. Sedangkan Dara, dirumah harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendirian sambil momong anak bayinya. Bahkan stok makanan di kulkas juga sudah habis, beras hanya sisa sedikit. Tapi Haris belum kunjung memberinya uang belanja. Bahkan pergi jalan jalan saja Haris tidak bilang sama Dara.

"Asalamualaikum, mbak Dara!

Ini Bagas, mbak Dara ada di dalam kan?" teriak Bagas yang mengagetkan lamunan Dara akan nasib malang yang kini dialaminya.

"Masuk saja, dek!

Mbak ada di dapur, lagi goreng tempe." sahut Dara yang tengah sibuk dengan penggorengannya. Sedangkan Hilya ia letakkan di kasur lantai yang ada di depan televisi.

"Mbak, ini sayur soto dari ibuk.

Dan ibuk juga bawain sembako buat mbak Dara."

Bagas meletakkan rantang yang berisi soto ayam dari orangtuanya diatas meja, dan juga mengangkat sembako dari ibunya untuk sang kakak. Dara menatap nanar semua pemberian ibunya, perasaan bersalah, malu juga sedih langsung membuat dadanya terasa sesak.

"Gas!

Bilang sama ibu dan bapak, jangan kirimkan sembako lagi buat mbak, mbak Dara malu dan juga gak enak, kasihan ibu dan bapak kalau harus masih menanggung kebutuhan mbak kayak gini." lirih Dara dengan wajah yang sudah basah dengan air mata.

"Sudahlah mbak, terima saja. Kami semua sayang sama mbak. Ibu dan bapak gak mau lihat mbak hidup kekurangan karena sikap pelit suami kamu itu.

Bahkan dia jalan jalan ke pantai saja tidak ajak mbak dan Hilya, dasar laki laki idiot memang si Haris itu!" Bagas menatap iba pada kakak perempuannya, Bagas sebenarnya sudah jengah dengan semua kelakuan Haris dan keluarganya yang selalu jadi benalu di rumah tangga kakaknya.

"Dari mana kamu tau, kalau mas Haris jalan jalan ke pantai?" sahut Dara dengan wajah memerah menahan sesak dan amarah di dalam dadanya.

"Dari statusnya Vita, mereka kayak bahagia banget, tertawa main di laut bebas, makan enak dan belanja layaknya keluarga kaya dan bahagia. Padahal disini, mbak sebagai istri tidak pernah tercukupi kebutuhannya.

Kenapa sih mbak, masih bertahan dengan laki laki kayak itu?

Sudahlah mbak, pisah saja. Bagas yakin, banyak yang mau kok sama mbak, yang lebih baik dari Haris tentunya." ucap Bagas tegas dan menyimpan sorot benci pada suami kakaknya itu.

"Maunya mbak juga begitu, tapi mbak sedang ada rencana dengan Dina dan Sintia untuk memiskinkan mas Haris, baru mbak gugat cerai." sahut Dara dengan senyuman kecut.

"Kelamaan mbak, kalau mbak minta cerai setelah Haris miskin, bisa bisa dia yang gak cerai dari mbak Dara. Apalagi rumah ini kan punya mbak, untung saja masih atas nama bapak, jadi bukan harta Gono gini nantinya."

"Kamu benar juga, gas!

Mbak akan bicarakan lagi rencana mbak sama Dina dan Sintia. Mbak juga gak mau kalau mas Haris minta kembali dan sujud sujud pas dia sudah miskin. Enak saja, banyak uang tak menganggap mbak dan menelantarkan anaknya, giliran miskin mau bertahan, ogah!"

"Makanya itu, mbak Dara harus cerdas dalam mengambil keputusan dan harus matang kalau mau bikin rencana untuk menghancurkan si Haris itu. Emangnya apa sih rencana mbak Dara dan teman teman mbak itu. Kayaknya yakin banget berhasil."

Dara lantas menceritakan semua rencana yang di susun Dina dan Bagas langsung ketawa juga setuju bahkan mendukung niat Dara untuk mengerjai Haris agar miskin dan kehilangan segalanya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

bab 3

"Makanya itu, mbak Dara harus cerdas dalam mengambil keputusan dan harus matang kalau mau bikin rencana untuk menghancurkan si Haris itu. Emangnya apa sih rencana mbak Dara dan teman teman mbak itu. Kayaknya yakin banget berhasil."

Dara lantas menceritakan semua rencana yang di susun Dina dan Bagas langsung ketawa juga setuju bahkan mendukung niat Dara untuk mengerjai Haris agar miskin dan kehilangan segalanya.

"Bagus itu mbak, kalau itu Bagas dukung. Semoga saudaranya mbak Dina mau bantu mbak Dara. Aamiin!"

"Aamiin, semoga saja. Selama ini, mbak gak tau berapa yang gaji mas Haris, dia hanya memberi uang sembilan ratus ribu setiap bulan sama mbak, dan ternyata dari informasi yang mbak dapat dari Dina yang diberi tahu oleh saudaranya, gaji mas Haris lebih dari sepuluh juta, belum bonusnya. Rasanya sesak sekali dada mbak. Selama jadi istrinya, tiap hari hanya bisa masak sayur bayem dan lauk tahu sama tempe.

Mbak kira, gaji mas Haris memang tidak seberapa, sehingga mbak iklas jika harus hidup apa adanya, aah bodohnya mbak!" keluh Dara dengan wajah sedih, kata kata Dina terus terngiang di telinga Dara, Haris memang harus diberi pelajaran.

"Mbak Dara, kan selalu dikirim ibuk sembako, nah uang yang dari mas Haris simpan saja, terus mbak gak perlu masak enak, cukup nasi sama sambel terasi lauk kerupuk. Bilang saja uangnya habis buat beli beras dan susunya Hilya. Gak perlu mbak masakin enak laki kayak begitu, kalau mbak Dara mau makan enak, tinggal beli dan datang kerumah ibu, wong rumah ibu gak jauh kan dari sini. Kasih pelajaran tuh si Haris, biar otaknya digunakan buat mikir." sungut Bagas kesal setiap kali mendengar nama Haris.

"Kamu bener juga sih, dek.

Mulai sekarang, mbak gak akan menyiapkan kebutuhannya. Seneng seneng saja sama keluarganya, lha mbak, dirumah Haris jadi babunya."

"Nah gitu dong, masak mbak dara mau terus di injak dan di bodohi. Kawan saja, ini juga rumahnya mbak kan, Haris cuma numpang."

Sudah hampir magrib, tapi Haris belum kunjung pulang, Dara menutup pintu dan menikmati makan malamnya dengan soto pemberian ibunya dengan lahap, sengaja menghabiskan ayamnya dan hanya menyisakan kuahnya saja, toh itu dari ibunya yang ditujukan untuk dirinya.

Setelah selesai makan, Dara duduk santai di depan televisi sambil memangku Hilya.

Tak terasa waktu terus berputar, pukul sembilan malam Haris juga belum ada tanda tanda pulang. Sedangkan Hilya sudah terlelap di pangkuannya.

Dara memilih masuk ke dalam kamar dan menidurkan Hilya. Tak lagi mau menunggu kedatangan suaminya, bodoh amat karena Haris pun juga tak perduli dengan dirinya.

Saat Maya Dara baru saja terlelap, terdengar pintu di gedor dengan kasar.

Dara mengintip dari celah jendela, terlihat Haris datang dengan penampilan yang sudah berantakan.

"Kemana saja sih, lama banget buka pintu gitu aja!" bentak Haris dengan mata melotot.

"Emangnya kamu gak tau ini jam berapa, mas?

Sudah tengah malam, ya jelas aku tidur lah. Buat apa nunggu suami yang bahkan senang senang aja gak ingat sama anak istri." sahut Dara cuek dengan tatapan sinisnya, tak ada lagi suara lembut dan sikap lemahnya.

Membuat Haris melongo dengan sikap istrinya yang berubah berani.

"Sejak kapan kamu bicara kasar begitu sama suamimu sendiri, dosa tau. Mau dilaknat kamu!

Dasar istri gak berguna sama sekali!" bentak Haris dengan wajah bengisnya, membuat Dara menyunggingkan senyuman sinis ke arah suaminya.

"Lihat lihat dulu gimana suaminya, kalau suami modelan kayak mas gini, yang ada ya kamu sendiri yang kena musibah, orang sama anak dan istri saja dzalim, kok nuntut untuk di hormati, jangan mimpi!" balas Dara tak mau kalah, hilang sudah rasa hormatnya pada Haris, hatinya sudah terlanjur beku untuk laki laki yang masih sah menjadi suaminya itu.

"Jangan kurang ajar kamu, Dara!

Suami pulang pulang capek, malah mulutmu terus saja ngoceh, memang kamu itu wanita pembawa sial. Awas saja, tak Sudi aku kasih uangku buat kamu dan anakmu itu, biar kelaparan dan sengsara. Sudah jelek, buluk, bau, banyak tingkah lagi!" ucap Haris lantang, tak perduli jika ucapannya begitu melukai hati Dara.

"Gak masalah kamu gak kasih aku uang belanja. Asal kamu jangan ikut makan dirumahku saja.

Dan pergi dari rumahku, karena rumah ini milik orang tuaku. Apa kamu gak malu, mau numpang dirumah perempuan yang selalu kamu hina?

Dasar memalukan!" balas Dara sinis dengan tatapan meremehkan, berusaha tegar meskipun hatinya hancur berkeping keping. Tak Sudi jika air matanya harus jatuh di hadapan laki laki yang sedikitpun tak pernah menghargainya.

"Oh kamu usir aku?

Oke, aku akan pergi dari sini dengan senang hati.

Awas saja kalau kamu merengek dan ngemis ngemis minta aku buat kembali kesini, No, haram untukku menginjakkan kaki dirumah perempuan buruk seperti kamu." sahut Haris dengan sangat sombong dan langsung masuk ke dalam kamar berniat untuk memasukkan bajunya ke dalam tas.

Dara hanya melihat kelakuan suaminya dengan wajah datar, tanpa sedikitpun ada niat untuk mencegah kepergiannya, membuat Haris dilanda cemas di dalam hatinya. Niatnya untuk menggertak ternyata tidak berpengaruh sedikitpun pada Dara.

"Kamu yakin mau aku pergi dari rumah ini?

Bisa apa kamu tanpa aku?" sekali lagi Haris ingin memastikan dan berharap Dara akan merengek-rengek dan memohon untuk Haris tetap tinggal, tapi itu tidak terjadi, Dara justru menatap penuh ejekan pada Haris.

"Pergilah, itukan yang kamu mau?

Lagian ini juga rumah dari orang tuaku, masih sah milik bapakku. Jadi kamu juga gak ada hak buat tinggal disini, karena rumah ini bukan penampungan." balas Dara sinis dan membuat Haris murka karena merasa di rendahkan.

"Awas saja kamu, setelah ini kamu akan nangis darah minta maaf dan bersujud di kakiku untuk kembali kerumah ini, dan aku tak lagi Sudi. Silahkan nikmati hidupmu yang miskin, dasar wanita sombong dan tak berguna!" herdik Haris sebelum meninggalkan rumah.

Dara hanya menatap datar kepergian suaminya, lukanya terlalu dalam, tak lagi ada setetes air mata yang jatuh, yang ada rasa benci dan sakit dengan sejuta penyesalan.

"Pergilah mas, bukan aku yang sengsara, tapi kamu. Kita lihat, siapa yang akan datang mengemis iba setelah ini?" lirih Dara sambil menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)

#Coretan pena Hawa (ongoing)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)

#Sekar Arumi (ongoing)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( ongoing )

New karya :

#Karena warisan Anakku mati di tanganku

#Ayahku lebih memilih wanita Lain

#Saat Cinta Harus Memilih

#Menjadi Gundik Suami Sendiri

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!