Malam hari.
Dua mobil mewah saling berkejaran di jalan raya. Satu mobil yang dikendarai oleh seorang gadis cantik bernama Gloria, dan satu mobil yang mengikutinya dikendarai oleh anak angkat dari kakaknya—Dalziel Lawrence.
Pria yang kerap disapa Ziel itu bukan tak memiliki alasan mengapa dia mengikuti Gloria. Dia yakin sang tante akan membuat masalah, karena keluar dari mansion dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Cih, sebenarnya dia ini mau ke mana sih? Sudah malam malah keluyuran tidak jelas!" gerutu Ziel dengan tatapan yang sulit digambarkan, karena dia selalu menampakkan wajah datar.
Sementara di depan sana Gloria tersenyum lebar, karena Ziel benar-benar mengikutinya. Dengan kecepatan penuh, gadis itu membawa mobilnya menuju apartemen kekasihnya yang diduga sedang berselingkuh.
Namun, dia melakukan ini semua bukan karena sakit hati. Tujuannya hanya satu, membuat Ziel iba padanya.
Dia ingin memancing pria itu agar bisa melihat dirinya sebagai seorang wanita. Bukan keluarga apalagi tantenya. Karena mereka tidak memiliki ikatan darah.
"Seharusnya aku menangis bukan? Ya, aku harus akting menangis supaya dia merasa kasihan padaku," gumam Gloria sambil menatap kaca spion yang menampilkan mobil Ziel di belakang sana.
Gadis cantik yang sudah lama menyukai keponakannya itu menarik sudut bibirnya ke atas. Berharap dengan usahanya menarik perhatian Ziel, dapat membuahkan hasil.
Aksi kejar-kejaran itu berakhir di sebuah apartemen kelas menengah ke atas. Gloria langsung turun dengan amarah yang memuncak di dadanya.
Namun, baru beberapa langkah dia berjalan, Ziel langsung mencegatnya. "Tempat siapa ini? Dan ada keperluan apa kamu datang? Ini sudah malam, waktunya orang-orang beristirahat."
"Jangan coba halangi aku!" balas Gloria dengan ketus, bahkan air mukanya sudah memerah dengan air mata yang nyaris jatuh.
"Aku tidak akan diam saja, sebelum kamu bicara apa tujuanmu sebenarnya!" tegas Ziel, dia memegang pergelangan tangan Gloria, membuat jantung gadis itu meletup-letup tidak karuan.
"Kamu pikir aku harus diam saja mendengar kekasihku berselingkuh? Aku akan memergoki mereka!" cetus Gloria, lalu dengan cepat menghentak tangan Ziel hingga terlepas.
Dia kembali berjalan dan Ziel lantas mengekor.
"Hei, bukankah kamu juga berselingkuh di belakangnya? Jangan kamu pikir aku tidak tahu, kekasihmu itu ada di mana-mana!"
Di depan sana Gloria langsung menahan nafas, tidak tahu kah Ziel jika Gloria melakukan itu semua agar dia cemburu? Gloria berhenti tapi tidak menoleh. "Hanya aku yang boleh. Mereka tidak berhak menduakan gadis secantik aku!"
Mendengar itu Ziel hanya bisa melongo, mata birunya membulat dan menyaksikan kepergian Gloria yang mulai masuk ke dalam lobby apartemen.
"Kenapa gadis ini begitu keras kepala!" rutuk Ziel sambil mengepalkan kedua tangannya di depan wajah.
Tak ingin terjadi sesuatu pada Gloria, dia kembali mengekor dengan langkah lebar. Namun, di saat Gloria lolos dia malah harus tertahan oleh pihak keamanan.
"Pak, saya ini saudara gadis tadi. Dia sedang ada masalah, jadi saya harus mengikutinya," ujar Ziel, karena dia malah ditatap dengan penuh selidik.
"Bisa tunjukkan tanda pengenal anda?" tanya security.
Ziel langsung merogoh kantong celananya. Namun, dia tidak menemukan apapun, karena dia lupa membawa dompet.
Astaga, kenapa harus di situasi seperti ini? Rasanya aku benar-benar ingin mengumpat!
Sementara di sisi lain, Gloria langsung menyambangi unit apartemen kekasihnya yang ke sepuluh. Dia menekan bel dengan keras, berharap orang yang di dalam sana segera keluar.
Seperti harapannya, belum ada 2 menit pintu sudah terbuka. Namun, bukan seorang pria yang menemuinya, melainkan seorang wanita yang memakai handuk kimono dengan penampilan yang cukup berantakan.
"Minggir!" sentak Gloria, tanpa izin dia langsung masuk ke dalam, bahkan menyenggol bahu wanita itu.
Dia menelusuri tempat itu mencari keberadaan kekasihnya. Sementara wanita yang baru tersadar itu langsung mengikuti langkah Gloria.
"Hei, kamu ini siapa?!" tanya Merlin, nama wanita itu.
Gloria langsung menoleh ke belakang dengan tatapan tak ramah. "Harusnya aku yang bertanya, kamu siapa? Aku kekasih Jeff!"
Glek!
Merlin langsung menelan ludahnya, sementara pintu kamar nampak terbuka, menampilkan seorang pria dengan rambut basah.
"Sayang, siapa?" tanya Jeff tanpa melihat Gloria yang sudah ada di hadapannya.
"Jadi begini kelakuanmu?" Gloria bersuara, membuat jantung Jeff langsung berdebar kencang.
Dia mengangkat kepala dan mendapati kekasihnya yang sudah melipat tangan di depan dada. Benar-benar menantang.
"Glor? Aku bisa jelaskan," ujar Jeff, lalu dengan cepat meraih tangan Gloria. Namun, gadis cantik itu langsung menepis jijik.
"Dari penampilan kalian saja aku sudah tahu, apa hubungan di antara kalian. Benar-benar menjijikkan!"
"Sayang—"
"Jangan panggil aku seperti itu, Badjingan!" teriak Gloria dengan sekuat tenaga.
"Glor, aku tidak bermaksud bermain api di belakangmu. Aku melakukan ini semua karena aku tidak ingin merusakmu, Sayang," kata Jeff tanpa tahu malu, yang membuat Merlin menganga. Sementara Gloria semakin berdecih mendengar alasan itu.
"Jeff!" sentak Merlin.
Namun, pria itu tidak memedulikan Merlin. Dia lebih fokus pada Gloria yang sedang marah padanya.
"Aku mohon maafkan aku, Glor."
"Kamu tidak ingin merusakku, tapi merusak gadis lain. Kamu memang benar-benar bajdingan, Jeff! Hari ini kita putus, dan ingat aku akan membalasmu!" cetus Gloria dengan berapi-api.
"Sayang, jangan bicara konyol. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu, Glor." Jeff meraih kedua bahu Gloria, tetapi gadis itu malah berontak dan mendorong dada Jeff dengan keras.
"Aku akan mencari seribu pria yang lebih dari kamu!"
"Tidak boleh!"
"Bahkan mungkin aku bisa memacari ayahmu!"
"Glor!"
"Dengan begitu kita bisa impas bukan?"
"Glor!"
"Apa?!" sentak gadis itu dengan nafas yang terengah-engah.
"Aku yatim," balas Jeff, yang membuat Gloria terperangah.
"Hah?"
***
Hai gaes, balik lagi nih sama Ratu Anu 😂😂
Semoga cerita kali ini menghibur kalian ya🥰 Jangan lupa tekan subscribe, like, serta komennya.
Salam dari Glor dan Ziel👋
Salam anu👑
Jeff adalah pacar ke sepuluh Gloria. Jadi, mana tahu dia kalau pria itu sudah tidak punya ayah. Terlebih mereka baru menjalin hubungan selama satu bulan.
Seketika Gloria tergagap, berbeda dengan Merlin yang sempat ingin tertawa, padahal dia baru saja direndahkan oleh Jeff.
Gloria hendak buka suara, tetapi tepat pada saat itu Ziel datang dengan tatapan tajamnya. Ziel mulai membaca situasi, di mana Merlin dan Jeff yang tidak berpakaian lengkap, dari sana dia yakin kedua orang itu sudah melakukan tindakan tak senonoh.
Benar-benar tak bermoral!
Sementara Gloria bergeming dengan memasang wajah yang begitu menyedihkan. Dan hal tersebut sudah cukup membuat bara api di dada Ziel berkobar, dia langsung masuk dan meraih tangan Gloria tanpa bicara.
Namun, secepat kilat Jeff menahan langkah Ziel, dia ikut meraih pergelangan tangan kekasihnya, tidak ingin mereka putus begitu saja.
"Glor, kita bisa bicarakan ini semua dengan kepala dingin. Dan siapa dia? Kenapa kamu membawanya ke mari?" ujar Jeff, walaupun dia suka bermain perempuan, tetapi cintanya hanya cukup satu, yaitu untuk Gloria.
"Lepaskan tanganmu atau ku patahkan sekarang juga?"
Gloria terkejut saat Ziel tiba-tiba bersuara, bahkan mengancam Jeff dengan begitu mengerikan. Bukankah ini saat yang tepat untuk memulai drama?
Ya, Gloria langsung mengambil kesempatan dengan mengeluarkan air mata buayanya. Dia segera menepis tangan Jeff dengan begitu kasar.
"Tidak ada hubungan apapun lagi di antara kita, jadi kamu tidak perlu ikut campur dengan urusanku!" tegas Gloria, dia melirik Ziel yang tak menoleh sedikitpun, tetapi dia yakin pria itu mendengar isak tangisnya.
"Aku tidak mau, sampai kapanpun aku tidak mau putus darimu!" kata Jeff dengan menggebu. "Dan aku tidak takut dengan dia, memangnya sehebat apa dia sampai berani mengancamku seperti itu!"
Gloria menahan kekesalan di dadanya, karena Jeff terus-menerus menahannya. Padahal dia sudah sangat gerah dan ingin segera pulang ke rumah.
Jeff kembali menarik tangan Gloria hingga pegangan tangan Ziel nyaris terlepas. Dan hal tersebut sukses memancing emosi pria itu, dengan gerakan cepat Ziel memutar badan, lalu menendang dada Jeff dengan keras.
Bugh!
"Pria pecundang sepertimu tidak pantas bersanding dengan Gloria!" teriak Ziel dengan mata yang nyaris keluar dari sarangnya.
Meskipun Gloria menyebalkan, tetapi Ziel tidak ingin terjadi sesuatu pada gadis itu, apalagi sampai dirusak oleh seorang pria badjingan seperti Jeff.
Melihat itu jantung Gloria langsung berdebar dengan keras. Ingin rasanya menyemangati Ziel, tetapi dia tahan, dan yang bisa ia lakukan hanyalah berpura-pura menangis.
"Cukup, kita pergi!" kata Gloria sambil mengajak Ziel keluar, tetapi Jeff tidak membiarkan harga dirinya diinjak-injak seperti itu.
Dia membalas dengan menendang punggung Ziel hingga pria itu terhuyung ke depan. Sontak saja Gloria terperangah, dia langsung berteriak. "Ziel!"
Mendapati serangan balik itu Ziel berdecih. Dia meminta Gloria untuk menyingkir, karena dia akan kembali menghajar Jeff.
"Jangan kira aku takut padamu. Lawan aku dan buktikan kalau kamu pria sejati!" cetus Jeff, yang membuat darah di tubuh Ziel semakin mendidih.
Detik selanjutnya perkelahian pun terjadi, kedua pria itu saling menyerang satu sama lain. Sementara Merlin dan Gloria hanya bisa berteriak menyaksikan itu semua.
"Ziel, Jeff, berhenti!" sentak Gloria dengan suara yang nyaris habis. Dia tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini. Namun, hal tersebut tak diindahkan oleh keduanya.
Hingga saat tendangan Ziel berikan, Jeff tersungkur dengan handuknya yang jatuh ke lantai. Gloria langsung mendelik saat melihat benda loyo itu terpampang jelas di matanya.
Cih, apa benar sekecil itu milik orang dewasa? Ini di luar ekspektasiku. Batin Gloria.
Namun, tepat pada saat itu Ziel langsung berkata dengan nada menyentak. "Apa yang kamu lihat? Hah!"
Gloria tersadar dan mengangkat kepalanya, sementara tangannya langsung ditarik oleh Ziel untuk pergi dari apartemen milik Jeff.
Ziel melangkah dengan lebar ke arah lift, sementara Gloria berjalan dengan terseok-seok, karena menyeimbangi langkah pria tampan itu.
"Ziel, pelan-pelan, tangan dan kakiku sakit!" rengek Gloria, hingga tanpa bicara Ziel langsung menggendong Gloria ala bridal style.
"Tutup mulutmu, dasar merepotkan!" cetus Ziel, yang membuat Gloria terkejut sekaligus merasa senang.
***
Jangan lupa mencet-mencet😜😜😜
"Berhentilah menangis, pria seperti dia tidak pantas mendapatkan air matamu!" cetus Ziel dengan perasaan kesal, karena sepanjang jalan Gloria tak berhenti terisak-isak, menunjukkan kesedihan yang mendalam.
Sebelum meninggalkan basemen apartemen Jeff, Ziel lebih dulu menelpon anak buahnya untuk mengambil mobilnya yang dia tinggalkan, sementara mereka menggunakan mobil milik Gloria.
Karena Ziel tidak mungkin membiarkan gadis itu menyetir sendiri dalam keadaan seperti ini.
"Siapa juga yang menangisi dia," rengek Gloria seraya mengambil tisu di atas dasboard untuk menghapus air mata dan ingussnya.
"Lalu untuk apa kamu menangis seperti itu? Tidak ada kerjaan!"
"Aku hanya menyayangkan saja, gadis secantik aku harus diduakan. Harusnya hal itu tidak boleh terjadi padaku, ini sebuah penghinaan! Anak gadis Daddy pantang dikhianati."
Saking merasa tak habis pikirnya dengan jawaban Gloria, Ziel sampai menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Dia menatap Gloria dengan perasaan campur aduk.
"Bisa tidak kurangi kepercayaan dirimu itu. Dan berhenti menerima pria lain. Kekasihmu itu sudah banyak, bagaimana mereka akan setia kalau kamu saja tidak melakukan hal yang sama?!" cetus Ziel, yang membuat Gloria ikut menoleh ke arahnya.
"Kenapa menyalahkan aku? Kan mereka yang menyatakan cinta duluan." Gloria tak mau disalahkan, karena dia memang tidak pernah mencintai siapapun kecuali pria yang ada di hadapannya.
"Haish, kamu kan bisa menolaknya!"
"Menolak dan menerima sama saja. Itu semua tidak bisa membuat orang yang aku cintai melihat ke arahku!"
Ziel menghela nafas panjang. Karena dia selalu kehabisan kata-kata kalau sudah berbicara dengan Gloria.
Dia tidak tahu siapa pria yang dimaksud oleh tantenya, tetapi yang jelas Ziel akan memastikan bahwa pilihan Gloria memanglah tepat.
Hening mengambil alih, hingga akhirnya ponsel Ziel berdering. Ada panggilan masuk dari Zoya—ibu Gloria sekaligus nenek angkatnya.
"Halo, Grandma?" sapa Ziel lebih dulu setelah panggilan itu terhubung. Namun, bukan suara Zoya di ujung sana, melainkan Ken yang tak lain dan tak bukan adalah ayah Gloria.
"Ziel, apakah Glor bersama kamu?"
"Iya, Grandpa, aku dan Glor baru saja keluar mencari makanan," jawab Ziel bohong, karena dia tidak mungkin membicarakan hal yang sebenarnya.
Dia juga berhenti memanggil Gloria dengan sebutan Aunty Kecil. Karena nyatanya Gloria sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan sukses membuat jantungnya berdebar.
"Cepatlah pulang, ini sudah malam. Jangan membuat para orang tua khawatir."
Dari suaranya Gloria tahu, bahwa yang menelpon adalah sang ayah.
"Baik, Grandpa."
Lantas setelah itu panggilan pun terputus. Ziel melirik ke arah Gloria, sementara gadis itu kembali merengek-rengek. "Hiks, kasihan sekali diriku. Tapi akan lebih kasihan kalau aku mempertahankannya. Ikan Jeff ternyata kecil."
Ziel langsung mendelik. "Berhenti memangil namanya. Semua itu membuatku sakit telinga! Apalagi sampai membayangkan yang tidak-tidak, awas kamu!"
"Kamu ini bukannya menghiburku malah marah-marah terus," gerutu Gloria, tetapi kali ini Ziel diam. Dia tidak mau mengeluarkan energinya untuk meladeni drama yang dibuat oleh gadis di sampingnya.
"Ziel, aku ini sedang sedih. Kamu tidak mau memelukku? Biasanya seseorang akan tenang kalau dipeluk."
Tidak ada jawaban, sebab Ziel malah menyalakan mesin mobil, lalu membawa kendaraan roda empat itu membelah jalan raya.
"Cih, beginilah kalau bicara dengan manusia batu!"
Gloria mengerucutkan bibirnya karena Ziel tetap fokus pada jalanan. Akhirnya gadis berusia 19 tahun itu mengunci mulutnya rapat-rapat, dia kesal terhadap Ziel yang tak menghiraukannya sama sekali.
Hingga di pertengahan jalan, Gloria merasakan kantuk yang luar biasa. Tanpa sadar dia memejamkan mata dan tertidur di dalam mobil.
Ziel melirik ke arah Gloria yang tak lagi mengeluarkan suara berisik. Bibirnya berkedut saat mendapati gadis cantik itu terlelap.
"Versi terbaiknya adalah saat tidur," gumam Ziel lalu tersenyum tipis. Dia menambah kecepatan agar bisa segera sampai di mansion. Karena malam kian larut, sementara jalan mulai terasa lengang.
Hingga tak berapa lama kemudian, akhirnya mereka tiba. Tanpa membangunkan Gloria, Ziel langsung menggendong tubuh gadis itu masuk ke dalam kamar.
Dia juga menarik selimut, agar Gloria tak kedinginan. Dan sebelum benar-benar pergi Ziel menatap Gloria dengan begitu intens. Ada sesuatu yang menariknya untuk melakukan lebih, tetapi sekuat tenaga dia menahannya.
Hingga yang bisa ia lakukan hanyalah mengusap pipi Gloria dengan lembut, lalu keluar dari sana.
***
Aku menunggu mawar-mawar berduri🤸🤸🤸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!