NovelToon NovelToon

Istri Wasiat Ayah (Menikahi Ibu Tiri)

Bab 1

"Gio, cepatlah kembali, Nak, ayahmu sudah meninggal." Nyonya Monic memberi kabar pada putra kandungnya melalui panggilan telepon.

Deg. Jantung Gio seketika berdebar hebat mendengar kabar duka yang begitu mengejutkan tersebut.

"A-apa, Bu? A-ayah me-meninggal? Apa aku tidak salah dengar?" Gio masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Tidak, Nak, kau tidak salah dengar. Ayahmu sekarang memang sudah meninggal, dan sekarang seluruh harta kekayaan ayahmu yang seharusnya diwarisi penuh olehmu kini dikuasai oleh istri muda yang baru dinikahi ayahmu beberapa hari yang lalu sebelum dia meninggal. Ibu yakin, wanita itu lah yang sudah membunuh ayahmu karena dia ingin menguasai seluruh harta kekayaan ayahmu, Gio. Wanita itu benar-benar jahat dan licik, ini tidak bisa dibiarkan. Kau harus kembali sekarang juga, Nak. Rebut semua yang seharusnya menjadi hakmu."

Setelah sambungan teleponnya dengan sang ibu terputus, Gio buru-buru berkemas untuk kembali ke Indonesia. Sudah 15 tahun lamanya Gio tidak pernah bertemu dengan sang ayah akibat dari perceraian kedua orang tuanya. Tidak disangka begitu mendapatkan kabar tentang sang ayah, justru kabar duka yang menyayat hati yang Gio dengar.

*

*

Seorang wanita cantik berusia 28 tahun tengah duduk menangis di pinggir tempat tidur meratapi kepergian suaminya. Kini dia hanya bisa menatap bingkai foto milik pria paruh baya yang terpaut usia 35 tahun dengannya tersebut. Lebih tepatnya atasannya yang seminggu lalu menikahinya.

"Pak, meski pun saya tidak mencintai anda sebagai suami saya, tapi saya sangat menghormati dan menghargai anda sebagai atasan saya. Anda pribadi yang sangat baik. Selama bertahun-tahun saya menjadi sekretaris anda, anda benar-benar memperlakukan saya dengan sangat baik seperti putri anda sendiri."

Memori ingatan wanita itu seketika terputar pada kejadian 1 minggu silam, saat pria paruh baya yang ada di dalam foto tersebut tengah terbaring lemah di atas ranjang perawatan rumah sakit.

Flashback On

"Lisa, maafkan Aku. Aku tidak bisa berjuang lebih lama lagi," ucap Tuan Ghani, ayah kandung Gio.

"Pak, tolong jangan berkata seperti itu. Anda harus sembuh dan kembali sehat seperti sedia kala. Kalau pengobatan di Singapore tidak membawa banyak dampak positif untuk kesehatan Anda, maka sekarang juga saya akan usahakan untuk membawa Anda berobat ke Amerika."

"Tidak, Lisa, tidak perlu." Pria paruh baya itu menolak dengan suara lemah yang terdengar dalam dan tak bertenaga. Tatapannya kini menatap lurus pada langit-langit ruang perawatan. Setelah menghembuskan napasnya dengan pelan dia pun kembali berkata, "Sudah hampir 3 tahun lamanya aku berjuang melawan penyakit mematikan ini, dan sekarang aku sungguh sudah tidak sanggup lagi, aku sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Mungkin sekarang memang sudah tiba waktunya untuk aku pergi."

"Pak, Anda harus bertahan. Bukankah impian Anda selama ini adalah bertemu dengan putra semata wayang Anda? Apa Anda tega pergi tanpa berpamitan terlebih dahulu padanya? Apa Anda rela pergi tanpa melihatnya untuk yang terakhir kalinya?" Air mata Lisa perlahan mulai menetes membasahi pipi mulusnya. Wanita itu jelas merasa sedih dan prihatin melihat kondisi kesehatan atasannya yang makin hari kian memburuk.

Senyuman tipis terukir pada wajah pucat Tuan Ghani. "Lisa, kelak jika kau bertemu dengannya, tolong sampaikan permohonan maafku yang sebesar-besarnya padanya. Katakan padanya bahwa Ayahnya sangat menyayanginya. Dia satu-satunya putra yang aku miliki di dunia ini."

Ceklek.

Seorang pria dengan setelan jas rapi tiba-tiba masuk ke dalam ruang perawatan Tuan Ghani.

"Pengacara Mark, kau sudah datang?" ucap Tuan Ghani.

"Iya, Pak. Saya sudah datang," jawab pengacara Mark, kemudian duduk di sisi ranjang perawatan Tuan Ghani, berseberangan dengan Lisa.

"Lisa, dengarkan aku baik-baik. Ada hal penting yang ingin aku sampaikan padamu." Tuan Ghani kembali berkata setelah terdiam selama beberapa saat.

"Hal penting apa itu, Pak?" tanya Lisa penasaran.

"Aku ingin kau menjadi pewaris atas seluruh harta kekayaan beserta aset perusahaan yang aku miliki."

Deg. Jantung Lisa seketika berdetak lebih cepat. Terkejut, tentu saja. Mimpi apa dia semalam, sehingga hari ini dia mendengar Tuan Ghani berkata demikian padanya.

"A-Anda ini bicara apa, Pak? Saya tidak mengerti. Saya ini hanya sekretaris Anda, dan tidak memiliki ikatan kekeluargaan apa pun dengan Anda, jadi saya rasa saya tidak memiliki hak apa pun untuk mewarisi sepeser pun harta kekayaan Anda."

"Karena itulah Lisa, aku ingin kau memenuhi satu permintaanku sebelum aku tiada."

Lisa sempat terdiam mendengar ucapan Tuan Ghani. Jika dilihat-lihat, sepertinya harapan hidup pria paruh baya itu memang sudah tidak lama lagi.

"Memangnya ... Anda memiliki permintaan apa terhadap saya, Pak?"

"Jadilah istriku, Lisa. Dengan begitu kamu bisa memiliki hak untuk mewarisi semuanya."

Flashback Off.

*

Tok tok tok!

"Nyonya! Nyonya Lisa!" Teriakan asisten rumah tangga seketika membuyarkan lamunan Lisa. Wanita itu dengan cepat menyeka air matanya kemudian meletakkan kembali bingkai foto milik Tuan Ghani di atas meja nakas samping tempat tidur.

"Ada apa, Bi?" tanya Lisa begitu pintu kamarnya terbuka.

"Di luar ada seseorang yang mencari Anda, Nyonya."

"Siapa, Bi?" tanya Lisa penasaran.

"Kalau saya tidak salah namanya Gio, Nyonya."

Deg.

"Gio, Bi?" tanya Lisa ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.

"Iya, Nyonya. Kalau tidak salah ...." Si Bibi sengaja menggantung ucapannya karena merasa tidak enak untuk melanjutkan.

"Kalau tidak salah apa, Bi? Katakan saja, jangan bicara setengah-setengah."

"Kalau saya tidak salah dengar ... tadi tuan Gio memperkenalkan diri sebagai putranya tuan besar, Nyonya," jawab Asisten Rumah Tangga tersebut.

Karena dugaannya ternyata benar, Lisa pun buru-buru turun untuk menemui anak suaminya tersebut, yang berarti sekarang Gio adalah anak tirinya.

"Kau sudah datang dari tadi?" Lisa berjalan menghampiri Gio sambil tersenyum ramah, kemudian mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan pria tersebut.

Sementara Gio, pria yang lebih tua 4 tahun dari Lisa tersebut menatap penampilan ibu tirinya dari atas ke bawah, ternyata setelah bertemu dengan Lisa, dia tidak menyangka bahwa ternyata wanita itu bahkan terlihat jauh lebih muda dari yang dia bayangkan sebelumnya.

'Cih, dasar perempuan materialistis. Ingin cepat kaya makanya menggaet pria tua untuk dinikahi.' Gio membatin sambil menatap Lisa dengan tatapan jijik disertai senyuman remeh.

"Jadi ternyata kau ibu tiri yang jahat itu," ucap Gio tanpa sudi membalas uluran tangan Lisa.

B e r s a m b u n g ...

..._________________________________________...

...Sekedar info untuk para teman-teman yang mampir. Cerita ini mungkin akan memiliki banyak sekali kekurangan ke depannya dikarenakan ditulis dengan cepat tanpa revisi. Novel ini ditulis untuk mengikuti event "Menulis Maraton 50K Kata Dalam 30 Hari" ke depan. Bagi teman-teman yang suka dengan ceritanya silahkan tinggalkan jejak like dan komentar. Vote dan hadiah juga boleh🤭 Dan bagi teman-teman yang tidak suka, silahkan di skip aja ya, tidak perlu meninggalkan komentar dan rating buruk. Terima kasih🙏🏼...

Bab 2

"Apa?" tanya Lisa tidak percaya. Dia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan Gio bisa seperti ini.

"Kau tidak dengar, ya?" Gio berjalan mengitari Lisa sembari menatap penampilan wanita itu dari atas ke bawah. "Aku baru saja berkata, jadi ternyata kau ibu tiri yang jahat itu. Sekarang kau sudah dengar, 'kan?"

"Hah?" Lisa tersenyum kecut sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Rupanya anak tirinya itu sudah menilainya sangat buruk meski pun mereka belum saling mengenal satu sama lain.

"Bagaimana rasanya tinggal di rumah bak istana seperti ini? Apakah sekarang kau bahagia karena jalan pintas menuju kekayaan sudah kau capai?" Gio kembali melontarkan pertanyaan yang membuat hati Lisa sakit hati.

Namun, Lisa tidak mau cepat emosi, dia akan mencoba untuk berbicara baik-baik dengan anak suaminya tersebut.

"Sepertinya kau sudah salah paham denganku. Aku sama sekali tidak seperti yang kau pikirkan. Duduklah, aku akan masuk untuk membuatkanmu minum," ucap Lisa.

"Tidak, terima kasih. Kau tidak perlu repot-repot untuk membuatkanku minum, karena itu hanya akan buang-buang energimu. Aku tidak akan pernah mau meminum atau pun memakan apa pun yang kau buat, takutnya kau meracuniku dan membunuhku sama seperti kau melenyapkan ayahku." Gio berkata sambil tersetersenyum miring.

"Kau-" Baru saja Lisa ingin memarahi Gio karena sudah berbicara kurang ajar padanya, tapi wanita itu buru-buru mengendalikan diri. Dia tidak boleh emosi hingga membuat Gio menilainya semakin buruk.

Lisa menarik napasnya dalam-dalam sebelum kembali berbicara. "Sepertinya kau sudah benar-benar salah paham padaku. Aku sama sekali tidak seperti yang kau pikirkan dan tuduhkan. Untuk lebih jelasnya, aku akan memanggil pengacara Mark untuk berbicara denganmu, karena aku yakin, apa pun yang aku katakan padamu, kau pasti tidak akan percaya padaku dan hanya berpikir bahwa aku membual."

Lisa lantas menghubungi pengacara Mark untuk datang ke rumah secepatnya. Setelah itu, wanita tersebut kembali mengajak Gio berbicara.

"Jadi ke mana kau selama ini? Kenapa kau tidak pernah datang menemui ayahmu?" tanya Lisa penasaran. Dia berusaha untuk akrab dengan Gio, tapi lagi-lagi Gio membalas ucapannya tidak sesuai harapan.

"Cih, apa urusanmu?"

Lisa tersenyum dipaksakan. Dari cara bicara pria tersebut, dia bisa mengambil kesimpulan bahwa anak tirinya itu adalah seorang pria dengan watak arogan, sombong, angkuh, serta ketus. Sebab, semenjak Gio berbicara dengan Lisa, tidak ada satu pun kalimat yang enak di dengar keluar dari mulut pria tersebut. Namun kendati demikian, Lisa masih tetap ingin berbicara baik-baik dengannya.

"Apa kau tahu, sejak lama ayahmu sangat ingin bertemu denganmu? Bahkan beliau sampai rela membayar orang untuk mencari keberadaanmu, tapi tidak pernah berhasil. Harapan terakhir beliau sebelum dia tiada, bahkan di detik-detik terakhir kehidupannya, beliau selalu berpesan padaku agar aku menyampaikan padamu ketika kita bertemu bahwa beliau sangatlah menyayanginya. Kau satu-satunya putra yang dia miliki di dunia ini."

"STOP! Berhenti mencoba bersikap manis di hadapanku, bagiku kau tetaplah wanita jahat yang membunuhnya demi menguasai hartanya!" Gio kembali berkata dengan ketusnya, membuat Lisa menarik napasnya dalam-dalam.

"Baiklah, terserah, apa pun yang kau pikirkan tentangku, aku tidak peduli. Bagiku, penilaian orang terhadapku tidaklah begitu penting. Aku hanya melakukan apa pun yang menurutku baik dan tidak merugikan orang lain."

"Dasar perempuan rubah bermulut manis. Apa kau pikir dengan kau berpura-pura bersikap baik padaku, aku akan mengubah pandanganku tentangmu. Cih, jangan harap."

Lagi-lagi Lisa menarik napasnya dalam-dalam karena ucapan pedas yang keluar dari mulut Gio.

"Jika kau terus berpikir bahwa aku mau menikah dengan ayahmu hanya karena ingin menguasai hartanya, kau salah besar. Sekarang kita tunggu pengacara Mark datang, aku akan berbicara padanya dan menyuruhnya untuk mengalihkan seluruh harta kekayaan beserta aset-aset milik ayahmu menjadi milikmu. Karena aku pun merasa bahwa aku sama sekali tidak memiliki hak untuk seluruh kemewahan ini," ujar Lisa.

Gio terdiam. Pria itu menatap Lisa dengan lekat. Dia mencoba mencari cela kebohongan dari sorot mata wanita tersebut. Namun sayangnya, Gio tidak dapat menemukannya sama sekali. Yang dia lihat hanyalah sorot mata kejujuran.

'Apakah wanita ini benar-benar jujur ataukah aktingnya yang sangat bagus?' Batin Gio.

Tidak berselang lama kemudian, pengacara Mark pun akhirnya datang dan duduk bersama mereka.

"Selamat pagi, Nyonya. Ada keperluan penting apa sehingga memanggil saya pagi-pagi begini?"

"Pengacara Mark, perkenalkan, ini adalah Tuan Gio, putra kandung mendiang tuan Ghani," ucap Lisa.

"Oh, jadi ternyata ini Tuan Gio, ya?" Pengacara Mark tersenyum ramah kemudian mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Gio. "Perkenalkan, saya adalah pengacara Mark, salah satu orang kepercayaan mendiang tuan Ghani selama beliau hidup dulu."

Gio tersenyum kemudian membalas uluran tangan pengacara Mark dengan ramah. "Senang berkenalan denganmu pengacara, Mark."

Begitu mereka semua sudah sama-sama duduk di kursi masing-masing, Lisa pun mulai menjelaskan tujuannya memanggil pengacara tersebut untuk datang menemuinya pagi ini.

"Begini, Pengacara Mark, tujuanku memanggilmu datang kemari adalah untuk membicarakan hal yang sangat penting denganmu," ungkap Lisa.

"Apa itu, Nona Lisa?" tanya pengacara Mark penasaran.

"Aku ingin, seluruh harta kekayaan yang diwariskan oleh mendiang tuan Ghani padaku sebelum meninggal, dialihkan kepada putra kandungnya," jelas Lisa.

"Apa kau yakin, Nona Lisa?" tanya Pengacara Mark ingin memastikan.

"Ya, aku sangat yakin, Pengacara Mark. Bukankah sejak awal kau tahu sendiri bahwa aku memang tidak ada niat untuk memiliki sepeser pun harta peninggalan mendiang tuan Ghani. Dan aku juga merasa, aku sama sekali tidak pantas dan tidak memiliki hak sedikit pun untuk mewarisi harta peninggalannya walau se sen pun. Ditambah lagi, sekarang pewaris yang sesungguhnya sudah hadir di tengah-tengah kita. Aku pikir kalau sebaiknya semua yang aku jaga selama ini dikembalikan kepada orang yang lebih berhak dariku," jelas Lisa.

Pengacara Mark sempat terdiam mendengarkan ucapan Lisa.

"Apakah kalian berdua sudah membicarakan hal ini sebelumnya? Apakah Tuan Gio setuju dengan keputusan yang diambil oleh Nona Lisa?" tanya pengacara Mark sambil menatap Lisa dan Gio secara bergantian.

"Hal itu tentu saja tidak perlu kau tanyakan lagi, Pengacara Mark. Bukankah sekarang sudah jelas. Aku, sebagai putra tunggal ayahku tentunya adalah orang yang paling berhak untuk mewarisi seluruh harta kekayaannya," jawab Gio dengan ekspresi sombong dan angkuh.

"Baiklah. Kalau begitu, aku akan mengabulkan keinginan kalian berdua. Asalkan, kalian juga sanggup memenuhi wasiat yang ditinggalkan oleh mendiang tuan Ghani sebelum beliau meninggal."

"Wasiat? Wasiat apa?" tanya Gio penasaran.

"Untuk membuktikan bahwa apa yang tertulis di dalam surat wasiat ini adalah asli, saya memang sudah berjaga-jaga untuk merekam video saat mendiang tuan Ghani membuatnya sebagai bukti agar kalian berdua percaya." Pengacara Mark berkata sembari mengeluarkan map berisi berkas serta laptop dari dalam tasnya. Sebelum dia menyerahkan salinan surat wasiat itu untuk dibaca oleh masing-masing keduanya, terlebih dahulu pengacara Mark menyalakan laptop kemudian menunjukkan rekaman video saat tuan Ghani sedang membuat surat wasiat tersebut.

"Karena rekaman videonya sudah terputar, jadi sekarang kalian berdua sudah boleh membaca isi dari surat wasiat yang ditinggalkan oleh beliau," ucap Pengacara Mark.

Lisa dan Gio lantas fokus pada salinan surat wasiat yang ada di tangan mereka masing-masing. Namun, beberapa waktu kemudian, keduanya nampak sangat terkejut, sampai-sampai mereka berdiri dari duduknya secara bersamaan.

"Apa-apaan ini?!" kesal Gio sambil merobek-robek salinan surat wasiat yang baru saja selesai dia baca isinya.

B e r s a m b u n g ...

Bab 3

"Pengacara Mark, jangan bercanda. Ini sama sekali tidak lucu. Bagaimana mungkin aku harus menikah dengan anak tiriku sendiri? Meski pun usianya mungkin lebih tua dariku, tapi ini sama sekali tidak masuk akal," protes Lisa akan isi dari surat wasiat tersebut.

Di dalam surat wasiat Tuan Ghani sebelum beliau meninggal, dia menulis pernyataan bahwa apabila Gio, putra kandungnya datang meminta haknya sebagai pewaris tunggal atas seluruh harta dan aset peninggalan beliau, Gio harus bersedia menikahi Lisa. Jika tidak, maka jangan harap Gio akan mendapatkan harta warisan walau sepeser pun.

"Pengacara Mark, kau jangan mengada-ngada. Bagaimana mungkin ayahku menyuruhku untuk menikahi wanita jahat dan licik seperti dia?" Gio berkata sambil menunjuk-nunjuk ke arah Lisa.

Sementara Lisa, wanita itu hanya berdecih mendengar penilaian Gio tentangnya. "Cih."

"Wanita jahat dan licik?" Pengacara Mark sama sekali tidak mengerti dengan maksud ucapan Gio tentang Lisa. "Tuan Gio, kenapa Anda mengatai Nona Lisa sebagai perempuan jahat dan licik? Apa dia pernah melakukan hal yang tidak baik terhadap Anda?"

Gio terdiam sejenak memikirkan jawaban yang tepat. Memang sih Lisa tidak pernah berbuat hal yang buruk padanya. Tapi menurut informasi yang dia dapatkan dari ibu kandungnya, ibu tirinya itu memang perempuan seperti yang dia tuduhkan barusan.

"Ti-dak, tapi tentu saja dia wanita yang jahat, Pengacara Mark, karena ... dia itu ibu tiri sekaligus istri muda ayahku."

Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Gio, Pengacara Mark pun tersenyum. Entah mengapa sekarang di matanya Gio seperti sesosok anak kecil yang sedang berkamuflase menjadi orang dewasa.

"Sepertinya Anda kebanyakan menonton sinetron, Tuan Gio."

"Apa kau bilang?!" Seketika Gio menjadi emosi. Ucapan pengacara Mark barusan membuatnya tersinggung.

"Maaf, maaf, saya hanya bercanda," ucap Pengacara Mark. Ekspresi jenakanya seketika berubah menjadi ekspresi serius. "Begini, Tuan Gio dan Nona Lisa. Sebelum kalian berdua protes, sebaiknya kalian melihat video ini dengan seksama. Di sini tuan Ghani akan memberikan penjelasan kenapa beliau ingin kalian berdua menikah."

Pandangan Lisa dan Gio lantas tertuju ke arah monitor, di sana terlihat pria paruh baya berambut putih tersebut memperbaiki posisi duduknya dibantu oleh seorang perawat. Setelah merasa posisinya nyaman, barulah dia mulai angkat bicara.

"Gio putraku, dan juga Lisa. Jika kalian berdua melihat video, itu artinya kalian berdua sudah bertemu. Dan ayah, ayah pasti sudah tidak ada lagi di dunia ini. Uhuk-uhuk." Tuan Ghani terbatuk disela-sela ucapannya. "Ekhm. Untuk Gio, putraku, ada hal penting yang ingin Ayah sampaikan kepadamu melalui video ini, Nak, karena sepertinya Ayah tidak ditakdirkan untuk menyampaikan padamu secara langsung, dan sepertinya di akhir hidup Ayah, kita berdua tidak lagi diizinkan bertemu untuk yang terakhir kalinya."

Tuan Ghani menjeda ucapannya sejenak. Sedangkan Gio, matanya langsung memerah dan berkaca-kaca melihat kondisi sang ayah yang sangat memprihatinkan beberapa hari sebelum berpulang. Terbesit penyesalan yang begitu dalam di dalam hatinya. Kenapa selama ini dia sengaja bersembunyi dan tidak mau bertemu dengan sang ayah? Kenapa juga dia tidak bisa memaafkan kesalahan yang Tuan Ghani perbuat di masa lalu.

'Maafkan anakmu ini, ayah.' Gio bergumam dalam hati sambil menyeka air matanya.

"Gio, anakku, setelah kau bertemu dengan Lisa, bagaimana pendapatmu tentang gadis itu?" tanya Tuan Ghani sambil mengukir senyuman di wajah pucatnya. Seolah-olah dia sedang berbicara dengan putranya secara langsung.

Mendengar pertanyaan sang ayah, Gio jadi melirik ke arah Lisa sebentar.

'Iya, Ayah, aku sudah bertemu dengannya. Menurutku, dia perempuan yang licik. Dari luar dia nampak seperti perempuan baik-baik, tapi sebenarnya sebaliknya.' Batin Gio menjawab pertanyaan dari sang ayah.

"Gio, Lisa itu perempuan baik-baik. Selama 5 tahun dia bekerja sebagai sekretaris Ayah, Ayah sudah menganggapnya seperti putri Ayah sendiri. Selama ini dia sudah merawat Ayah dan menemani Ayah dengan sabar selama Ayah di rumah sakit. Dia juga dia sudah menganggap Ayah seperti ayah kandungnya sendiri. Namun, keadaan membuat Ayah terpaksa harus menjadikan dia sebagai istri Ayah di atas kertas. Semua itu karena kau sebagai putra kandung ayah tidak pernah lagi muncul di hadapan Ayah semenjak kau pergi bersama ibumu. Ayah hanya tidak ingin setelah Ayah pergi, orang-orang yang tidak bertanggung jawab malah mengambil alih dan menguasai hasil jerih payah Ayah selama ini. Maka dari itulah Ayah terpaksa menjadikan Lisa sebagai istri agar dia memiliki hak untuk mewarisi seluruh harta dan aset peninggalan Ayah secara resmi. Tapi satu hal yang perlu kau ketahui, Gio. Lisa itu sebenarnya calon istri yang sejak lama Ayah siapkan untukmu. Dan Ayah sangat yakin, kau pasti akan menyukainya. Dia gadis yang cantik, pintar, dan juga baik hati. Kelak setelah kalian berdua menikah, Ayah harap ... kalian berdua bisa mengelola perusahaan bersama-sama."

Lisa dan Gio saling melirik. Saat ini keduanya tidak tahu harus berkata apa.

"Dan untuk Lisa, semoga kau mau menerima putraku menjadi suamimu. Tolong terima segala kekurangannya. Gio itu sejak kecil agak keras kepala, tidak suka diatur. Kalau berbicara, terkadang ucapannya begitu tajam hingga menusuk hati. Kadang pula dia bersikap arogan. Itu semua terjadi karena sejak kecil dia kurang perhatian dan kurang kasih sayang dari kedua orang tua kandungnya. Ayah sangat sibuk dengan bisnis, sementara ibunya, sangat suka keluar bersenang-senang bersama dengan teman-temannya, sampai lupa memberi putra semata wayang kami perhatian. Namun percayalah, Lisa, meski pun Gio seperti itu, tapi dia sebenarnya anak yang baik dan penyayang. Ayah harap, setelah kalian berdua menikah, kalian akan hidup bersama dan bahagia selamanya. Serta memiliki anak yang lucu-lucu dan baik." Tuan Ghani tersenyum di akhir kalimatnya.

"Jadi Ayah rasa cukup sekian. Rasanya Ayah sudah sangat lelah setelah menghabiskan banyak tenaga untuk berbicara panjang lebar. Gio, asal kau tahu, Ayah sangat menyayangimu melebihi apa pun di dunia ini, Nak. Dan untuk Lisa, Ayah berharap besar padamu. Semoga kalian berdua mau menjalankan wasiat Ayah dengan senang hati," pesan Tuan Ghani di akhir video.

B e r s a m b u n g ...

..._______________________________________...

...Cerita ini up nya sore dan malam ya soalnya akak Otor punya 4 novel ongoing sekaligus🤧😅 Kepoin satu-satu ya🤭...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!