NovelToon NovelToon

Air Mata Penyesalan

Tak Dianggap

Rumah tangga dengan derajat yang berbeda membuat aku seperti di dalam neraka, tiada canda tawa diantara kami berdua, yang ada hanya suara piring-piring melayang setiap harinya.

Kenapa dia bersikap seperti itu, aku juga tak tau, kami tak seperti pasangan suami istri pada umumnya, lebih tepatnya kami seperti majikan dan seorang babu. Derajatnya yang lebih tinggi memandang aku dengan rendah, padahal semua telah aku berikan untuknya. Kewajibanku selalu dia minta namun hakku tidak pernah dia berikan,

Entahlah....

Yang aku tau aku sangat mencintainya, meski di hatinya cintaku tak ada artinya.

Angkasa mencoba menuliskan risalah hatinya di sebuah buku diary, lelah yang dia rasakan dia luapkan disana meskipun tidak membantu minimal bisa mengurangi beban yang dia rasakan.

Brak

Anastasia datang, dia membanting pintu sehingga suaranya membuat Angkasa tersentak kaget.

"Astagfirullah, An. Kenapa sih nggak pelan-pelan," protes Angkasa.

"Udah deh mas, lagian hanya gitu kenapa sih protes mulu sambil istighfar segala," sahut Anastasia.

"Bisa nggak sekali saja kamu tuh mendengar apa yang aku ucapkan," timpal Angkasa yang kesal dengan sang istri.

Anastasia tertawa mendengar ucapan Angkasa, baginya Angkasa hanya babu atau kacung yang nggak berhak untuk menasehatinya.

"Mau aku dengarkan ocehan kamu, iya! kerja yang benar sana, cari uang yang banyak, ngasih uang nggak seberapa banyak protes,"

Hati Angkasa hancur untuk kesekian kalinya, ucapan Anastasia bak belati yang selalu menusuk hatinya.

"Sedikit yang penting berkah An," ucap Angkasa dengan lirih.

"Berkah, berkah! aku tuh nggak butuh berkah mas tapi banyak," sahut Anastasia dengan kesal.

Anastasia pergi ke dapur untuk minum, saat melihat meja makan dia berjalan mendekat lalu membuka tudung saji, di dalamnya ada telur, tahu dan juga tempe serta sedikit tumis kangkung untuk makan malam.

"Makanan sampah, makanan seperti ini yang akan kamu berikan untuk aku!"

Lagi-lagi ucapan Anastasi mengoyak hati Angkasa, meski hanya makanan sederhana tapi dirinya sendiri yang memasak untuk sang istri.

"Istighfar kamu An, diluar sana masih banyak yang nggak bisa makan." Angkasa mengelus dadanya.

"Bodoh amat, lihat tuh yang kaya juga banyak mereka makan di restoran mewah nggak seperti kamu yang ngasih aku makanan seperti ini,"

Prank

Anastasia membuang makanan yang Angkasa sajikan untuknya sehingga membuat Angkasa berteriak marah pada Anastasia namun Anastasia malah pergi tanpa memperdulikan kekacauan yang dibuatnya.

Angkasa menghela nafas, dirinya sungguh tak tau lagi harus bagaimana menasehati istrinya, semenjak naik jabatan istrinya seratus derajat berubah, dirinya hampir tidak mengenali Anastasia yang kini dibutakan oleh jabatan dan harta.

"Mana janji kamu An, bukankah aku telah menyekolahkan kamu demi jabatan kamu itu, inilah balasan untuk aku?" Angkasa bermonolog dengan dirinya sendiri.

Setelah membersihkan makanan yang dibuang oleh Anastasia, Angkasa pergi ke kamar menyusul istrinya, dia yang lelah memutuskan naik ke tempat tidur.

"Mas jangan tidur dulu, pijeti aku dong," titah Anastasia.

Meski lelah, Angkasa tetap memijat tubuh istrinya, saat asik memijat dirinya baru ingat kalau malam ini adalah malam Jumat, waktunya untuk beribadah bersama istrinya.

"An, malam ini kan malam jumat, bagaimana kalau kita beribadah." Angkasa mengajak Anastasia untuk ritual malam Jumat.

"Mata kamu soek mas, aku itu capek masih tega meminta jatah." Lagi-lagi makian yang Angkasa terima.

"Kita sudah jarang sekali melakukannya An, bukankah aku juga harus memberikan nafkah lahir batin aku untuk kamu," bujuk Angkasa.

Anastasia beranjak kemudian tertawa di depan Angkasa.

"Dengerin aku, selama kamu nggak bisa ngasih uang yang banyak untuk aku jangan berharap aku mau kamu sentuh, jijik tau nggak disentuh sama suami yang nggak guna!"

Angkasa mengelus dadanya, ucapan Anastasia semakin keterlaluan sehingga membuatnya keluar kamar, dirinya sengaja meninggalkan sang istri karena takut jika terjadi cek cok diantara mereka.

Keesokannya, Angkasa sudah menyiapkan sarapan untuk sang istri, dia yang ada jam mengajar pagi memilih berangkat terlebih dahulu tanpa menunggu sang istri bangun.

Di samping piring dia menulis memo yang mengucapkan selamat pagi dengan emoticon tersenyum.

Begitulah Angkasa meski selalu dilukai Anastasia namun dirinya selalu bisa memaafkan seolah tidak terjadi apa-apa, entah hatinya terbuat dari apa sehingga sangat sabar menerima perlakuan buruk Anastasia.

Tepat pukul tujuh Anastasia baru bangun padahal pukul delapan dirinya ada meeting dengan atasannya.

"Oh my God, aku telat." Anastasia segera beranjak dan berlari ke kamar mandi.

Dirinya mandi dengan sangat cepat karena tidak ada waktu untuk bersantai.

Setelah mandi, Anastasia berteriak memanggil Angkasa karena baju yang akan dikenakan belum disetrika.

"Mas! mas!" teriak Anastasia.

Karena nggak ada sahutan, Anastasia pergi keluar dia mencari Angkasa di setiap sudut rumahnya namun tidak ada.

"Brengsek! enak sekali berangkat dulu sebelum melayani aku. Dasar laki-laki nggak guna," umpat Anastasia.

Anastasia yang kesal kembali ke kamar dan memakai pakaian seadanya, setelahnya dia segera berangkat tanpa sarapan terlebih dahulu.

Di dalam mobilnya Anastasia terus mengumpat dan menyumpahi Angkasa, padahal semua telah Angkasa bersihkan bahkan sarapan untuknya telah disiapkan.

Tepat pukul delapan Anastasia tiba di kantor, atasannya yang bernama Richard telah menunggu di ruangannya.

"Selamat pagi pak," Anastasia memberikan salam.

"Pagi Anastasia," balas Richard.

"Maaf pak telah membuat bapak menunggu," kata Anastasia.

"Tidak, ini juga baru pukul delapan lewat lima menit," sahut Richard.

"Oh ya bahan materinya sudah kamu bawa kan?" tanya Richard kemudian.

"Sudah pak," jawab Anastasia.

Tak ingin menunggu lama, mereka memulai meeting mereka.

Selama meeting berlangsung Richard sangat terkesan dengan ide brilian dari Anastasia, dia tidak menyangka Anastasia sangat cerdas dan juga smart.

"Kamu sungguh awesome Anastasia," puji Richard setelah meeting mereka usai.

"Anda terlalu memuji pak," sahut Anastasia dengan pipi memerah.

"Sungguh beruntung suami kamu memiliki istri brilian seperti kamu." Richard terus memuji Anastasia.

Richard yang sangat terkesan dengan ide Anastasia meminta waktu Anastasia karena dia akan mengajak Anastasia makan siang bersama nanti, dia ingin mengobrol dengan Anastasia terkait kelanjutan rencana yang tadi dibahas saat meeting.

"Semoga ide kamu diterima sehingga perusahan kita bisa menang tender," kata Richard.

"Amin, semoga ya pak," sahut Anastasia.

"Ingat nanti kita makan siang bersama," timpal Richard.

Anastasia mengangguk lalu pamit keluar, dirinya sangat bangga atas pencapaiannya saat ini.

"Lihat tuh mas, seharusnya kamu bersyukur memiliki istri brilian seperti aku." Anastasia bermonolog dengan dirinya sendiri.

*********

Seminggu telah berlalu, Richard pergi sendiri ke ruangan Anastasia untuk memberitahukan jika perusahan menang tender dengan nominal yang fantastis.

"Ana, kita menang." teriak Richard.

Ana sangat senang mendengar berita baik yang Richard berikan, dia tidak menyangka ide briliannya membuat perusahan menang tender.

"Sekarang ikut aku, aku harus berterima kasih atas apa yang telah kamu lakukan untuk perusahaan," kata Richard yang langsung menarik tangan Anastasia.

"Kita mau kemana pak?" tanya Ana.

"Ikut saja jangan banyak tanya," jawab Richard.

Melihat tangannya digenggam oleh Richard membuat Anastasia tersenyum hatinya berbunga-bunga karena atasannya memperlakukannya seperti ini.

"Duh senangnya,"

Semakin Keterlaluan

Siapa sangka Richard membawa Anastasia ke sebuah toko perhiasan, sebagai tanda terima kasih Richard membelikan kalung yang sangat indah untuk Anastasia.

"Ini cocok deh buat kamu Ana,"

Richard memperlihatkan kalung yang sangat indah kepada Anastasia, kalung berlian yang harganya selangit.

Anastasia membolakan matanya, dia sungguh tak percaya kalau Richard membelikannya kalung berlian cantik dan mahal.

"Pak Richard sepertinya ini sangat berlebihan,"

Anastasia berpura-pura menolak kalung pemberian Richard padahal di dalam hatinya sangat senang sekali mendapatkan kalung indah tersebut.

"Perusahaan mendapatkan keuntungan yang banyak jadi kalung ini tidak bernilai apa-apa," sahut Richard.

"Kamu semakin cantik memakai kalung ini." Richard memakaikan kalung indah tersebut di leher Anastasia.

Anastasia nampak tersenyum, Richard sungguh baik sekali kalung seharga tiga ratus juta di bilang tidak bernilai apa-apa.

"Terima kasih pak," sahut Anastasia.

Setelah membeli kalung mereka berdua memutuskan untuk pergi makan di restoran mewah karena kebetulan Richard belum makan.

Sedari awal Anastasia memang tertarik dengan ketampanan Richard namun Richard tak pernah memandangnya hingga kini saat dirinya berhasil membuat perusahaan untung barulah Richard memandangnya.

"Pak bagaimana dengan pekerjaan saya?" tanya Anastasia yang seolah khawatir dengan pekerjaannya.

"Kerjakan nanti saja, karena kamu ada kerjaan lain yaitu menemani aku," jawab Richard terkekeh.

Meraka berdua kemudian masuk ke dalam ruang VIP yang dibooking Richard sebelumnya, Anastasia sangat senang karena diperlakukan baik oleh Richard.

Setelah makan mereka berdua memutuskan untuk kembali ke kantor karena ada pekerjaan dadakan yang harus diselesaikan.

Banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan membuat Richard dan Anstasia sampai lembur dan tepat pukul sembilan malam mereka baru saja menyelesaikan semuanya.

"Akhrinya selesai juga," kata Anstasia sambil meregangkan otot tangannya.

Dari tempatnya Richard tersenyum melihat Anastasia, ada keinginan untuk mengantar Anastasia pulang.

"Kamu bawa mobil sendiri?" tanya Richard.

"Iya pak," jawab Anastasia.

"Ada apa?" tanyanya kemudian.

"Kalau tidak membawa mobil mau aku antar pulang," jawab Richard.

Anastasia tersenyum, sebenarnya dia juga ingin sekali diantar pulang tapi bagaimana dengan mobilnya?

Richard dan Anastasia keluar bersama, diperlakukan baik oleh Richard membuat Anstasia baper, dia mengira kalau Richard menyukainya.

Sungguh terlalu dini menyimpulkan kebaikan atasan.

"Hati-hati ya," pesan Richard.

Sepanjang perjalanan pulang Anastasia senyum-senyum sendiri, hatinya sangat berbunga-bunga. Dirinya bak ABG yang sedang kasmaran.

"Astaga pak Richard," gumam Anastasia yang sedari tadi mengingat kebersamaannya dengan Richard.

Tak berselang lama mobil Anastasia memasuki halaman rumahnya, di teras terlihat Angkasa tengah menunggunya.

"Kok baru pulang?" tanya Angkasa.

"Iya," jawab Anastasia singkat.

"Kamu sudah makan apa belum An?" tanya Angkasa lagi.

"Belum," jawab Anastasia.

"Ya sudah aku siapkan makanan ya,"

Anastasia mengangguk, banyaknya pekerjaan membuatnya sangat lapar, sebenarnya pengen berhenti di tengah jalan untuk membeli makanan namun karena otaknya dipenuhi oleh Richard Anastasia sampai lupa niat awalnya.

Tak berselang lama Angkasa memanggil Anastasia karena makanannya telah siap.

"An, makannya udah siap, ayo makan dulu," ajak Angkasa.

Anastasia beranjak dari tempat duduknya, dengan langkah malas dia menuju ruang makan.

Bola matanya melebar melihat makanan yang disajikan oleh Angkasa.

"Keterlaluan kamu mas! kamu ngasih aku makan mie instan!" teriak Anastasia.

Raut wajah senang Angkasa seketika berubah, senyuman yang merekah buyar sudah, dengan sedih dia menatap istrinya yang marah setelah melihat mie yang dia sajikan.

"Kenapa sih An, di dalam mie instan ada sayur, ada telur dan juga ada sosis bukankah ini makanan kesukaan kamu, aku juga makan mie tadi," sahut Angkasa.

"Aku tuh nggak level makan makanan seperti ini, makanan ini cocok untuk para suami yang nggak guna seperti kamu ini mas, heran aku kismin ya kismin tapi jangan keterlaluan masak iya istri pulang kerja hanya dibuatkan mie instan doang, belikan nasi goreng kek, sup ayam kek atau makanan lainnya," maki Anastasia.

Makian Anastasi menyulut amarah Angkasa, dirinya tidak bisa terima dihina Anastasia sedemikian rupa, padahal selama ini dia selalu melakukan yang terbaik untuk istrinya.

"Cukup An, kalau nggak suka tinggal bilang jangan menghina aku," sahut Angkasa tak terima.

"Kalau nggak mau dihina naikin dong levelnya, dari awal nikah sampai sekarang kok masih sama, tetap aja di level rendah nggak naik-naik beda banget sama aku." Anastasia semakin menghina Angkasa.

Angkasa menatap Anastasia dengan nanar, hatinya sungguh perih mendengar hinaan dari sang istri.

"Tidakkah kamu ingat, siapa yang menyekolahkan kamu An, kamu bisa seperti ini itu karena keringat aku," ungkap Angkasa.

Angkasa mengungkit apa yang telah dia lakukan demi karir Anastasia, dulu Angkasa lah yang menyekolahkan Anastasia sehingga bisa seperti ini.

"Alah, menyekolahkan istri itu tugas kamu mas, perhitungan banget," sahut Anastasia.

"Dengar ya mas, aku bisa seperti ini itu karena usaha dan kerja keras aku, jadi jangan sok menjadi pahlawan kesiangan," imbuh Anastasia lalu pergi ke kamarnya.

Angkasa terduduk lemas, dia tidak menyangka janji manis Anastasia dulu tinggalah janji, padahal dulu dia berjanji akan tetap menjadi istri yang baik saat karirnya bagus.

"Kamu keterlaluan An, aku ini pasangan kamu bukannya babu kamu yang kamu perlakukan seperti ini," gumam Angkasa.

Dengan langkah lemas, Angkasa menyusul Anastasia ke kamar namun saat membuka pintu, Anastasia malah mengunci pintu kamarnya.

"An, buka dong pintunya." Angkasa mengetuk pintu.

"Nggak, kamu tidur diluar saja," teriak Anastasia dari dalam.

Angkasa hanya bisa menghela nafas, dia memutuskan untuk tidur di kamar sebelah. Sepanjang malam Angkasa tidak bisa memejamkan matanya, kelakuan Anastasia yang semakin semena-mena membuatnya merasa gagal menjadi seorang suami.

"Ya Tuhan, ampuni hambamu ini yang tidak bisa menjadi imam yang baik untuk istri hamba." Angkasa mengadukan masalahnya kepada penciptanya.

Dirasa tenang, Angkasa memejamkan matanya hingga waktu subuh tiba. Setelah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, dirinya ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

"Roti saja daripada dia marah lagi." Angkasa bermonolog dengan dirinya sendiri.

Setelah menyiapkan makanan, Angkasa bersih-bersih rumah sesudahnya baru mandi dan bersiap untuk pergi mengajar.

Saat akan berangkat Anastasia memanggilnya, dia melemparkan baju yang akan dipakainya ke kantor.

"Kenapa bajunya kamu lempar ke aku An?" tanya Angkasa.

"Lecek, seterika dong mas," jawab Anastasia.

"Aku harus berangkat An, kamu setrika sendiri ya," sahut Angkasa.

"Kamu tau nggak sih mas, aku itu seorang general manager, dibanding kerjaan kamu yang hanya ngajar kerjaan aku lebih menjanjikan jadi nggak usah alasan kalau disuruh," timpal Anastasia.

Angkasa menghela nafas kemudian membawa baju Anastasia untuk disetrika. Lagi-lagi dia mengalah dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Anstasia sehingga membuat sang istri lupa daratan.

"Aku paham dan sadar akan hal itu tapi bukan bearti kamu bisa menginjak-injak aku An, aku itu suami kamu bukannya babu kamu," ungkap Angkasa setelah selesai menyetrika baju Anastasia.

Anastasia tertawa mendengar ucapan Angkasa, bagi Anastasia Angkasa tak lebih dari seorang pesuruh karena pendapatannya lebih rendah.

"Dah dah mana bajunya, disuruh gini aja ngomongnya banyak, yang inilah yang itulah. Dasar suami nggak guna. Nyemplung sana ke laut biar mampus dimakan hiu." Anastasia pergi meninggalkan Angkasa.

Angkasa hanya bisa menghela nafas, setiap hari Anastasia semakin keterlaluan, tak hanya melukai perasaannya, Anastasia juga menginjak harga dirinya.

"Keterlaluan kamu An, jangan menjadi istri yang durhaka," batin Angkasa sembari menatap punggung istrinya yang perlahan menghilang.

Hari ini adalah hari dimana Angkasa mendapatkan gaji, meski tidak sebanyak Anastasia tapi gaji Angkasa dibilang cukup lah kalau untuk makan mengingat dia harus membayar hutangnya di bank karena dulu saat menguliahkan Anastasia dia meminjam uang di bank.

"Nggak terasa akhrinya gajian juga, beli makanan enak ah untuk Ana, kasian tadi pagi aku tidak sempat menyetrika bajunya," Angkasa tersenyum sambil menatap saldo uangnya.

Dengan perasaan bahagia Angkasa pergi ke kafe langganan Anastasia, dia ingin membelikan makanan kesukaan istri tercintanya.

Saat akan memesan makanan, Angkasa melihat Anastasia dengan Richard bercanda asik tentu hal ini membuat Angkasa sakit hati.

Dengan langkah cepat Angkasa menghampiri Anastasia.

"An, dia siapa?" tanya Angkasa.

Anastasia dan Richard menoleh, tak hanya Angkasa yang bertanya namun Richard juga bertanya.

"Dia siapa Anastasia?" tanya Richard.

Anastasia terdiam dia sungguh kesal karena Angkasa mengganggu waktunya bersama Richard.

"Saya suaminya," jawab Angkasa.

Richard tersenyum kemudian mengajak Angkasa untuk bergabung.

"Mohon maaf, jangan salah paham kami hanya mengobrol,"

Kismin Kok Dipelihara

Anastasia yang tidak ingin Angkasa mengganggu waktunya dengan Richard berusaha membawa Angkasa agak menjauh, dia meminta Angkasa untuk pulang.

"Mas kamu tuh apa-apaan sih! lebih baik sekarang kamu pulang deh," kata Anastasia.

"Aku kenapa sih An, kalau aku pulang kamu juga harus pulang," sahut Angkasa.

Anastasia mengusap rambutnya dengan kasar, mana mungkin dia mau pulang sedangkan dirinya nyaman sekali bisa makan berdua dengan Richard.

"Udah deh nggak usah banyak cincong, aku bilang pulang ya pulang," maki Anastasia.

"Ana! kamu itu istri aku, sangat nggak pantas kalau mau berduaan dengan pria lain," Angkasa agak meninggikan suaranya.

Anastasia merasa malu karena banyak pasang mata yang menatap mereka berdua.

"Anggap saja pantas, aku ini hanya mengobrol dengan bos aku bukannya melakukan hal yang nggak baik." Anastasia bersikeras.

"Nggak An, aku tetap mau kamu pulang, aku sudah memesan makanan kesukaan kamu." Angkasa juga sama seperti Anastasia yang tetep bersikukuh tidak aku pulang.

"Gila kamu mas." Anastasia akhirnya menyerah.

Dengan kekesalan yang memuncak, Anastasia kembali ke meja Richard, dia meminta ijin untuk pulang terlebih dahulu karena suaminya mengajaknya untuk pulang.

"Ya sudah, aku juga mau pulang," kata Richard.

"Tolong sampaikan pada suami kamu permintaan maafku," sambung Richard.

"Iya pak," sahut Anastasia.

Dengan amarah yang dia tahan Anastasia menuju tempat dimana Angkasa telah menunggunya.

"Ayo," teriak Anastasia.

"Ayo," sahut Angkasa dengan gembira.

"Mobil aku masih di kantor, kamu antar aku kesana dulu," kata Anastasia.

"Biarin saja, besok pagi aku antar kamu berangkat ke kantor," sahut Angkasa yang enggan mengantar Anastasia kembali ke kantornya.

Anastasia merasa sangat kesal ingin sekali memarahi Angkasa tapi dia tahan karena nggak mungkin memarahi Angkasa di depan umum.

Setibanya di rumah Anastasia berlari dulu masuk ke dalam rumah, dia yang masih kesal melempar tasnya ke sofa.

"Kenapa dilempar sih An?" tanya Angkasa.

"Aku tuh kesal sama kamu mas, kamu itu telah merusak kesenangan aku dengan pak Richard," jawab Anastasia.

Angkasa mengelus dadanya, dia sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya. Apa salah mengajak istrinya pulang? toh sudah diluar jam kantor.

"Istighfar kamu An, apa pantas seorang wanita bersuami bercanda asik dengan pria yang bukan muhrimnya?" Angkasa menatap Anastasia dengan tatapan kecewa.

"Pantas saja jika suaminya nggak guna seperti kamu," sahut Anastasia.

"Cukup An, cukup! meski aku nggak guna tapi aku yang selama ini menafkahi kamu, sedikit pun aku nggak pernah meminta uang dari kamu jadi cukup kamu mengatai aku dengan sebutan suami nggak guna," maki Angkasa.

Anastasia mendekati Angkasa lalu menunjukan kalung pemberian Richard. Hal ini dia lakukan untuk membandingkan Angkasa dengan Richard.

"Kamu lihat kalung ini, bisa nggak kamu membelikannya?" tantang Anastasia.

Angkasa terdiam sambil menatap sebentar kalung yang dipakai Anastasia.

"Harganya tiga ratus juta," sambungnya.

Mendengar harga kalung tersebut membuat Angkasa terbelalak, dia sungguh tak menyangka kalau Anastasia memiliki kalung dengan harga selangit.

"Dari siapa kalung itu?" tanya Angkasa.

"Tentu dari orang yang levelnya di atas kamu," jawab Anastasia.

"Bos kamu?" tanya Angkasa.

"Iya lah, dia itu sangat baik padaku," jawab Anastasia.

Andika tersenyum sinis hatinya hancur mendengar sang istri memuji pria lain, meksipun dirinya tidak bisa membelikan kalung indah seperti itu bukan bearti Anstasia bisa mengejeknya.

"Dengar Anastasia, orang yang sikapnya terlalu baik patut dicurigai, jangan sampai kamu hanya dimanfaatkan saja," pesan Angkasa.

Anastasia tertawa mendengar pesan Angkasa menurutnya Richard nggak mungkin memiliki niat yang nggak baik, semua Richard lalukan karena balas budi atas apa yang telah dia perbuat untuk perusahaan.

"Kamu yang sebenarnya memanfaatkan aku," sahut Anastasia.

Angkasa hanya melongo, jelas-jelas dia adalah suaminya jadi bagaimana bisa memiliki pikiran memanfaatkan? memanfaaatkan yang bagaimana?

"Sudah, sudah, lebih baik kita makan." Angkasa membalikkan badannya menuju dapur untuk menyiapkan makanan untuk mereka.

Berdebat dengan sang istri membuatnya semakin sakit hati, lebih baik dia menyiapkan makanan karena perutnya sangat lapar.

"Aku nggak mau, lihat wajah kamu udah nek aku."

Sontak Angkasa menghentikan langkahnya, hatinya sungguh sakit mendengar ucapan istrinya namun sebisa mungkin dia menahannya

"Hari ini aku gajian An, kemarin-kemarin aku masak kangkung kamu bilang kalau itu makanan sampah, aku buatkan mie katanya manager nggak makan mie dan sekarang aku belikan makanan mahal kamu bilang nek lihat aku, kenapa sih An aku nggak pernah benar di mata kamu,"

Angkasa mengeluarkan uneg-unegnya, selama ini dia berusaha untuk menjadi suami yang terbaik untuk Anastasia namun Anastasia selalu menganggapnya rendah, apa yang dia lakukan seakan tidak ada artinya.

"Jangan lebay deh mas, ni sejuta untuk mengganti makanan yang aku belikan untuk aku," Anastasia meletakan uang sejuta di atas meja lalu dirinya pergi ke kamar.

Angkasa meletakkan makanannya di lemari es, niat hati ingin makan bersama dengan istri tercinta namun semua malah berubah menjadi debat yang ujung-ujungnya melukai hatinya.

"Tega kamu An," ucap Angkasa.

Angkasa pergi ke teras rumah, dirinya merenungi semua yang telah terjadi dalam rumah tangganya. Perasaan sebagai seorang suami dirinya sudah bertanggung jawab, sudah melakukan semua yang diperintahkan istrinya tapi mengapa masih saja salah.

"Mengapa aku selalu tak pernah benar di mata kamu An, mengapa ucapanku selalu membuat kamu kesal, aku hanya seorang suami yang mencoba memberikan kebahagiaan buat kamu meski bukan barang-barang mewah yang bisa aku berikan." Angkasa bermonolog dengan dirinya sendiri.

Puas memikirkan semuanya, Angkasa memutuskan untuk membersihkan diri. Saat masuk kamar dirinya mendapati Anastasia sedang menghubungi seseorang, hati Angkasa meremang melihat Anastasia begitu ceria saat menghubungi seseorang sedangkan saat dia yang menghubunginya Anastasia selalu marah-marah.

"Siapa yang telpon An? kenapa kamu sumringah sekali?" tanya Angkasa.

"Orang lah, masa aku nelpon hewan," sahut Anastasia dengan ketus sambil menutup speaker ponselnya.

Angkasa tersenyum dia merasa iri pada orang lain yang dianggap spesial oleh istrinya sedangkan dirinya yang berstatus suami dinggap musuh yang selalu saja salah.

"An kamu nggak sholat dulu?" tanya Angkasa sesaat setalah Anastasia selesai telpon.

"Nggak, aku malas," jawab Anastasia.

"Sholat dulu gih, cuma sebentar aja kok," bujuk Angkasa.

Anastasia merasa kesal karena Angkasa memaksanya untuk beribadah padahal dirinya ingin tidur.

"Kamu nggak lihat wajah aku ini mas, aku tuh udah pakai cream malam kalau aku wudhu bisa luntur," sahut Anastasia.

"Ya nggak papa An, nanti pakai lagi." Angkasa bersikeras.

"Lama-lama aku gedeg sama kamu mas, maksa mulu, bisa nggak sih kamu itu nggak usah memaksakan kehendak kamu sama aku," maki Anastasia.

"Bukannya memaksakan An, tapi kamu kan Istri aku jadi sudah seharusnya aku menasehati kamu," sahut Angkasa.

Anastasia yang malas berdebat dengan Angkasa memutuskan untuk menarik selimut lalu memejamkan matanya.

Melihat sikap sang istri membuat Angkasa menggelengkan kepalanya, dia berharap suatu saat nanti Anastasia akan berubah menjadi istri yang penurut.

Setelah beribadah, Angkasa naik ke atas ranjang melihat Anastasia yang memakai baju sebahu membuat hasrat nya muncul, ingin sekali memberikan nafkah batinnya namun Anastasia selalu menolak keinginannya sehingga dia hanya bisa menahan.

"Aku merindukan kamu An," bisik Angkasa lalu mengecup pipi sang istri.

Malam berlalu dengan cepat, Angkasa yang bangun lebih dahulu selalu melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya adalah kewajiban Anastasia. Setelah semuanya beres dia baru membangunkan sang istri.

"Pagi An, ayo bangun sudah pukul enam pagi,"

Dengan malas Anastasia beranjak dari tempat tidur, dia melihat jam dinding kemudian menatap Angkasa.

"Aku lapar kamu masak apa mas?" tanya Anastasia.

"Aku nggak masak, makanan semalam aku panasi lagi, Alhamdulillah nggak basi," jawab Angkasa.

"Astaga, makanan kemarin itu dibuang bukannya dipanasin lagi, kismin kok dipelihara," sahut Anastasia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!