NovelToon NovelToon

A Girl Entangled In Memories

EPS. 1 TRAGEDI.

Di sebuah rumah mewah yang besar dan megah, terjadi kebakaran hebat. Rumah itu tampak sudah 70 % terbakar, namun tanpa ada siapapun yang tahu di bagian rumah itu terdapat anak kecil yang saat ini sedang menangis.

Anak kecil itu menangis memanggil kedua orang tuanya dengan isakan pilunya. Ruangan itu sangat kedap suara dari dalam, jadi tidak ada seorang pun yang mendengar tangisan nya.

''Papa.. mama.. '' Panggilnya dengan terisak pilu.

Sementara di bagian luar ruangan itu, sudah banyak api yang menjalar ke seluruh ruangan dan terdapat jejak jejak bekas darah yang bercecer di sana.

" Mama, papa.. Ryn takut." Gumam anak kecil yang menyebut dirinya sebagai Ryn.

Tiba tiba pintu terbuka, Ryn tersenyum cerah dan mengira bahwa itu adalah ibunya dan ayahnya, dia bangun dan langsung berlari ke arah pintu.

" Mama.. Papa.." Panggil Ryn.

" Sayang, sukurlah kamu baik baik saja." Ujar seorang pria berkemeja hitam.

" Paman Paul, dimana mama dan papa Ryn?" Tanya Ryn.

Pria bernama Paul itu bingung harus mengatakan apa, apa yang bisa dia katakan pada anak kecil berusia lima tahun itu? Dirinya hanya bisa menghela nafas.

' Anak yang malang.' Batin Paul.

" Ryn sayang, paman akan bawa kamu pergi dari sini. Papa dan mama Ryn berpesan pada paman, untuk menjaga Ryn." Ujar Paul memberi pengertian.

" Ryn mu mama, Ryn mau papa.." Gumam Ryn sambil menangis.

Paul sampai berkaca kaca melihatnya, dia sangat sedih melihat Ryn yang masih kecil harus kehilangan kedua orang tua nya.

" Paman akan pertemukan Ryn dengan mereka, nanti. Sekarang Ryn ikut paman, oke?" Ujar Paul, dan Ryn mengangguk.

Akhirnya Paul menggendong Ryn dan keluar dari ruangan itu, saat Paul hendak membuka pintu, Paul menutup mata Ryn, agar Ryn tidak melihat kobaran api dan juga darah dan jasad puluhan manusia di sana.

Ke esokan harinya, Paul membawa Ryn untuk mengebumikan kedua orang tuanya yang meninggal di rumah itu. Ryn menangis terisak dan menyuruh kedua orang tuanya itu untuk bangun. Tapi bagaimana bisa kedua orang tuanya bangun, mereka berdua sudah menjadi jasad yang dingin dan kaku.

" Mama, papa bangun.. jika Ryn nakal Ryn minta maaf. Ryn janji Ryn tidak nakal lagi." Ujar Ryn dengan isakan nya.

" Mama, Ryn janji tidak akan makan makanan manis lagi, tapi mama bangun.. Hiks.. Hiks.. Hiks.. Paman Paul, kenapa mama dan papa tidak bangun? Mereka benci Ryn, ya?" Ujar Ryn.

Paul sungguh tidak bisa menahan air matanya, keponakan kecilnya yang masih lugu dan tidak tahu apa apa itu harus menjadi yatim piatu.

" Sayang.. mama dan papa Ryn sangat mencintai Ryn, mereka tidak membnci Ryn sama sekali." Ujar Paul.

" Lalu kenapa mereka tidak bangun?" Ujar Ryn terisak.

Paul tidak kuat lagi, akhirnya dia menyuruh orang orang nya untuk mengebumikan kedua orang tua kandung Ryn. Ryn berteriak histeris melihat kedua orang tuanya di timbun tanah.

Paul mencoba menenangkan Ryn, tapi kemudian Ryn pingsan. Bahkan setelah dari pemakaman itu, Ryn tidak juga sadar dan tubuhnya kian semakin menjadi panas.

Paul yang panik itu langsung membawa Ryn ke rumah sakit. Selama dua hari tiga malam, Ryn tidak juga sadar. Paul benar benar tidak pernah sedetikpun meninggalkan Ryn, dia terus saja berada di sisi keponakan nya itu.  Hingga tiba tiba Ryn sadar, dan Paul terkejut ketika Ryn memanggilnya dengan sebutan papa.

" Dokter, kenapa dengan keponakan saya? " Tanya Paul yang panik.

Dokter melakukan pemeriksaan terhadap Ryn, namun tidak di temukan penyakit apapun. Ryn hanya terkejut dan mengalami taruma yang luar biasa atas meninggalnya kedua orang tuanya.

Ryn hilang ingatan, dan tidak lagi mengingat siapa sosok ayah dan ibu kandungnya. Ryn hanya tahu bahwa Paul, adalah ayah kandungnya.

" Lebih baik begini saja, kelak saat dia sudah ingat kembali dengan kedua orang tuanya, maka aku akan menceritakan nya." Gumam Paul, sambil mengusap kepala Ryn.

______________________

15 TAHUN KEMUDIAN.

Di sebuah ruangan rumah sakit, terlihat seorang gadis yang sedang terbaring dengan seorang pria dewasa yang selalu menggenggam tangan gadis itu.

" Sadarlah, sayang.. papa akan merasa sangat bersalah pada kedua orang tuamu di surga sana." Gumam pria itu.

Tiba tiba tangan gadis itu bergerak dan perlahan matanya terbuka. Yang terlihat pertama kali oleh gadis itu adalah wajah pria yang sedang menggenggam tangan nya dengan ke khawatiran.

" Papa, Ryn haus." Gumamnya.

Ryn, gadis kecil yang dulu di selamatkan oleh Paul dari kebakaran, kini sudah menjelma menjadi gadis dewasa yang cantik.

" Sayang, kamu sudah sadar.. Sukurlah, akhirnya kamu bangun. Sebentar, papa akan ambilkan minum untukmu." Ujar Pria itu.

Paulo Reiner, atau Paul.. sampai saat ini dia belum menikah, dia menolak menikah dan lebih memilih menjaga dan menjadi pengganti orang tua keponakan kesayangan nya, Ryn Gladys.

Sejak orang tua Ryn meninggal , Paul membesarkan Ryn seorang diri di bantu para pelayan nya. Karena Ryn sendiri kehilangan ingatan nya sejak kecil, dan menganggap Paul sebagai ayah nya.

" Minum, sayang." Ujar Paul.

Ryn menyedot air mineral yang Paul berikan. Gadis cantik bermanik hitam itu terlihat sangat kehausan hingga menghabiskan satu botol air itu tanpa sisa.

" Kamu haus?" Ujar Paul, dan Ryn mengangguk.

Setelah selesai, Ryn memberikan botol kosong itu pada Paul.

" Kamu sudah lebih baik? Bisa ceritakan pada papa apa yang sebenarnya terjadi, sayang? " Ujar Paul sambil membenarkan rambut Ryn.

" Ryn hanya ingat.. " Ucap Ryn menggantung.

Ryn memiliki ingatan yang buruk, karena saat usia nya 5 tahun dia kehilangan ingatan nya. Dia bahkan tidak ingat masa kecilnya saat berusia di bawah 5 tahun.

" Ryn ingat, pa. Pria yang mencoba menculik Ryn kemarin, adalah pria yang dulu juga hampir menculik Ryn pada saat ulang tahun Ryn yang ke tujuh belas." Ujar Ryn.

DEG!

Paul terkejut mendengarnya.

" Tidak apa apa, papa akan cari tahu siapa dia. Yang penting kamu baik baik saja, papa sangat takut kehilangan kamu, nak." Ujar Paul.

" Papa lupa? Ryn sudah menguasai berbagai macam bela diri berkat bimbingan papa. Jadi siapa yang bisa menyakiti Ryn." Ujar Ryn.

Gadis berusia 20 tahun itu memeluk Paul dengan sayang. Dan Paul pun mengusap kepala anak gadis nya itu.

" Padahal di acara ulang tahunmu kali ini papa memiliki kejutan besar, tapi malah ada kejadian tak terduga." Ujar Paul.

" Kejutan apa, pa? " Tanya Ryn pada Paul.

" Minggu lalu, kamu bilang kamu kesepian karena Mio meninggal, jadi papa membelikan kamu teman baru." Ujar Paul.

Mio adalah anjing kesayangan Ryn yang berusia 8 tahun. Paul membelikan anjing itu sebagai kado ulang tahun Ryn yang ke 12 tahun, tahun itu.

" Papa sungguhan? " Ucap Ryn, langsung antusias.

" Iya, sayang.. Nanti setelah kamu pulang, papa perlihatkan teman baru kamu." Ujar Paul.

Ryn mengangguk patuh, selama ini.. Lebih tepat nya sejak kecil hingga dewasa Ryn tidak memiliki teman. Dia benar benar anak rumahan yang di jaga sangat ketat oleh anak buah Paul. Satu satunya teman Ryn adalah Mio, anjing nya.

Bahkan sekolah pun dulu Ryn hanya bisa secara privat, dengan memanggilkan nya seorang guru pilihan Paul. Bukan tanpa alasan Paul melakukan itu, dia melakukan semuanya itu demi keselamatan dan keamanan Ryn.

" Sekarang kamu istirahat dulu, papa harus mengurus sesuatu." Ujar Paul, sambil mengusap kepala Ryn, dan Ryn mengangguk.

" Terimakasih, papa." Ujar Ryn.

Paul mencium kening Ryn, lalu membantu Ryn merebahkan dirinya. Setelah sudah menata selimut yang menutupi tubuh Ryn, Paul pun keluar dari ruang rawat Ryn.

Saat keluar dari ruangan rawat Ryn, wajah Paul yang sebelumnya lembut dan penuh kasih sayang itu berubah menjadi dingin dan tegas.

" Jaga nona baik baik." Ujar Paul pada ke empat anak buahnya.

" Baik tuan." Sahut ke empat anak buah Paul bersamaan.

Paul melangkah pergi dengan dua pengawal yang mengikutinya. Begitulah dia, orang besar yang sangat di segani bahkan oleh semua orang.

" Di mana Lodra? " Tanya Paul.

" Di mobil, tuan." Ujar salah satu anak buah yang mengikutinya.

Paul mengangguk dan berjalan keluar dari rumah sakit. Saat sampai di depan loby rumah sakit, sudah ada mobil sedan hitam mewah yang menunggunya di sana.

BRAK!

Pintu mobil tertutup.

" Sudah kau temukan pelakunya?" Tanya Paul pada pria beda usia yang saat ini sedang duduk di dalam mobil itu, Lodra.

" Dia adalah salah satu mantan rekan orang tua kandung Ryn, tuan." Ujar Lodra.

" Ryn memberi tahuku bahwa orang itu adalah orang yang juga pernah berusaha menculiknya pada saat ulang tahun ke tujuh belasnya, dulu. Kamu cocok kan datanya, apakah benar atau tidak." Ujar Paul.

" Ya, tuan." Sahut Lodra.

" Oh ya, apakah binatang yang aku pesan sudah ada di rumah?" Tanya Paul.

" Sudah, tuan.. Nona pasti akan senang meliahatnya." Ujar Lodra.

" Bagus." Ujar Paul.

Paul hendak menghadiri pertemuan, menurut penyelidikan tim Lodra dan yang lain nya di pertemuan itu akan muncul salah satu rekan mendiang kakak Paul, Wira. Paul datang kesana berniat untuk melihat secara langsung, seperti apa rupa dari orang itu. Tak lama mobil sampai di sebuah hotel mewah, Lodra turun mendampingi Paul masuk kedalam.

'' Jika orang itu sangat penting, kemungkinan dia akan sangat mencolok tuan. Orang orang pasti mengalihkan perhatian nya . '' Ujar Lodra.

Dan ya.. setelah Paul sampai di aula, semua orang beralih menatap Paul. Dari sana bisa di pastikan seberapa besar pengaruh Paul di kota Jakarta.

' Bagaimana bisa kau lupa, tuan adalah orang yang sangat berpengaruh kedua setelah keluarga Hunter yang terkenal di kota itu. Tentu saja kedatangan tuan akan lebih menyita perhatian publik.' Batin Lodra merasa bodoh sendiri.

'' Lihat ke sekeliling, jika orang itu sungguh ada maka dia akan melihat ke arahku juga.'' Bisik Paul, dan Lodra mengangguk.

Dan benar, saat ini tatapan Lodra terkunci pada seorang pria yang sedang memegang segelas anggur di tangan nya. Pria itu berusia sekitar 60 tahunan, dengan rambut putih yang di sisir rapi kebelakang.

'' Target terkunci. '' Ujar Lodra sembari menekan ear piece nya.

Saat ini di komputer tim Lodra muncul wajah pria ber rambut putih tadi, rupanya di pupil mata Lodra ada sejenis cctv yang di desain menjadi lensa kontak. Tim Lodra langsung mengecek identitas pria itu, sayangnya tim Lodra tidak bisa mengidentifikasi siapa pria itu. Seolah di lindungi, identitas pria itu tidak bisa di temukan.

'' Kami tidak bisa mengidentifikasi orang ini.'' Ujar tim Lodra dari ear piece.

Lodra tentu saja terkejut, ia berbalik lagi untuk melihat dimana pria itu berada, tetapi dia tidak ada di mana pun. Lodra melihat ke arah Paul dan menggelengkan kepalanya.

''Maaf, saya permisi kalau begitu.'' Ujar Paul pada orang orang yang mengerumuni dirinya seperti semut.

Paul dan Lodra berjalan keluar dari tempat itu, dan mereka kembali masuk kedalam mobil. Sesampainya di mobil, Lodra langsung menyalakan laptopnya dan membuka hasil tangkapan dari cctv lensa kontak matanya.

'' Tuan, saya mendapatkan dia yang tampak sangat mencurigakan dari semua orang, dan ya.. identitasnya tidak bisa sembarangan di lacak.'' Ujar Lodra.

'' Dia pasti orang dari dunia bawah ( mafia ). Tidak apa apa, yang penting kita sudah mendapatkan foto itu,  nanti kita cocokan dengan lukisan yanga ada di rumah.'' Ujar Paul.

'' Ya, tuan.. '' Ujar Lodra.

'' Sudah  malam, kita kembali ke rumah sakit.'' Ujar Paul.

Mobil pun melesat kembali menuju ke rumah sakit. Tak lama, mereka sampai di rumah sakit. Paul berjalan turun seorang diri, Lodra tidak ikut bersamanya karena Lodra harus menyelidiki siapa pria tadi.

Paul membuka pintu kamar rawat Ryn dengan sangat pelan, terlihat Ryn yang sedang tidur lelap. Paul tersenyum melihatnya, keponakan yang sudah menjadi putrinya secara sah di mata negara itu sudah benar benar tumbuh besar.

" Mimpi indah, sayang." Ujar Paul lalu mengecup kening Ryn.

Ke esokan harinya..

Ryn membuka matanya karena suara berisik di kamar rawat nya itu begitu terdengar. Rupanya Paul sedang menyiapkan sarapan untuk Ryn di meja.

" Papa.." Panggil Ryn.

" Sudah bangun, sayang?" Ujar Paul.

Paul menghampiri Ryn yang masih bermuka bantal itu lalu mengusap kepala Ryn.

" Cuci mukamu, lalu kita sarapan." Ujar Paul.

Ryn mengangguk, lalu dia bangun dari brankar rumah sakit. Sebenarnya Ryn tidak sama sekali terluka parah, dia hanya pingsan karena biusan pria yang menculiknya.

Hanya saja Paul terlalu khawatir berlebihan. Jika kalian percaya, satu rumah sakit itu heboh karena Paul yang berteriak memanggil dokter untuk menangani Ryn kemarin.

' Aku berpikir berlebihan.. ' Batin Paul.

Paul semalam mengira Ryn akan mendapatkan kembali ingatan masa kecilnya yang hilang, karena penculikan kemarin lebih membahayakan dari pada penculikan saat usia Ryn 17 tahun.

Ryn keluar dari kamar mandi dan sudah menguncir ke atas rambutnya. Lalu kemudian Ryn duduk di kursi yang di sediakan oleh Paul.

" Woah, dumpling." Ujar Ryn.

" Makanlah, setelah itu kita akan bersiap untuk pulang. Rumah sakit tidak aman untukmu." Ujar Paul, dan Ryn mengangguk.

Ryn memakan dumpling yang Paul belikan dengan bahagia. Dumpling adalah makanan kesukaan Ryn, padahal tidak ada alasan khusus Ryn menyukai dumpling, tapi dia selalu bahagia ketika memakan dumpling.

Ring.. Ring.. Ring..

Bunyi dering telepon milik Paul. Paul bangun dari duduknya dan mengangkat panggilan itu.

" Ya." Ujar Paul, ketika panggilan itu terhubung.

" Tuan, ada sesuatu yang harus aku jelaskan secara langsung, ini mengenai kelompok mendiang tuan Wira." Ujar suara Lodra dari balik telepon.

DEG!!

Paul terkejut.

" Baik, saya ke sana sekarang." Ujar Paul, dan panggilan di akhiri.

TO BE CONTINUED...

EPS. 2. Bayi singa.

Paul berjalan menghampiri Ryn yang masih asik dengan dumpling nya, pelan namun penuh kasih sayang, Pul mengusap kepala Ryn.

" Papa ada urusan mendadak, sayang. Nanti setelah papa selesai, papa akan jemput kamu, hum?" Ujar Paul.

" Ya, pa.. hati hati di jalan." Ujar Ryn. Paul mengangguk sambil tersenyum, lalu keluar dari sana.

Setelah Paul pergi, wajah Ryn perlahan berubah ketika mengingat sesuatu, dia mengingat mimpinya semalam.

Ryn bermimpi dirinya melihat seorang wanita cantik yang berlari sambil menangis, dan memasukan anak nya ke dalam lemari dengan tergesa gesa.

' Tetaplah di dalam sayang, jangan keluar, apapun yang terjadi.' Suara perempuan itu bahkan terngiang di kepala Ryn.

NGINNNGGGG!!!

" Akh!! Telingaku sakit sekali." gumamnya.

Ryn menutup kedua telinganya itu, hingga suara bising di telinga nya berangsur - angsur reda dan hilang.

" Bisa bisa nya aku bermimpi seperti itu, aku bahkan tidak pernah melihat wanita yang ada di dalam mimpiku itu di dunia nyata." Gumam nya.

" Kenapa juga perempuan itu memasukan anak nya ke dalam lemari?" Gumam Ryn lagi.

Ryn seperti berpikir sambil mengunyah dumpling nya. Tapi semakin di pikir, dia semakin pusing sendiri.

" Sudahlah, toh hanya mimpi." Ujar Ryn.

Ryn bangun dari duduknya dan membuka tas yang di bawa oleh Paul. Isinya adalah pakaian ganti untuk Ryn. Ryn pun membawanya masuk kedalam kamar mandi.

Sementara itu, di tempat lain..

Paul sedang berada di dalam mobil menuju ke tempat dimana saat ini Lodra berada. Mobil itu memasuki sebuah pekarangan yang luas dengan sebuah bangkai rumah mewah di dalamnya.

Lodra tampak keluar dari rumah mewah yang tampak sangat tua itu, setiap dindingnya seperti terdapat bekas lahapan api.

" Tuan." Sapa Lodra.

" Sampai kapan kau mau memanggilku tuan?? Aku ini ayah angkatmu yang sah di mata hukum." Ujar Paul.

" Maaf tuan, saya belum memiliki keberanian itu." Ujar Lodra.

" Sudahlah, Ayo." Ujar Paul, tidak lagi meneruskan pembicaraan nya.

Lodra, di selamatkan oleh Paul sekitar 5 tahun yang lalu, saat di tengah tengah kejadian berdarah. Dimana saat itu kelompok yang Lodra ikuti mengorbankan dirinya untuk menjadi umpan, dan pada saat itu.. Paul menyelamatkan Lodra.

Paul mengangkat Lodra sebagai anak angkatnya, karena Paul melihat potensi besar yang di miliki oleh Lodra. Tapi meski sudah di angkat menjadi anak oleh Paul, Lodra tetap memanggil Paul tuan.

Lodra tidak akan melupakan kebaikan Paul, bagi Lodra Paul adalah panutan nya dan tuan yang harus dia ikuti.

Paul masuk ke dalam bangkai rumah itu dan masuk ke dalam sebuah kamar. Paul jadi teringat dengan Ryn kecil yang dulu dia selamatkan..

" Tuan, lihat.. pria yang kemarin berada di pertemuan itu sangat mirip dengan pria di foto ini." Ujar Lodra sambil menunjukan sebuah foto yang tampak usang.

" Ya, dari gestur wajahnya memang mirip." Ujar Paul.

" Dan ada satu lagi, lihat ini.." Ujar Lodra sambil memberikan sebuah map cokelat.

Paul membuka map cokelat itu, yang rupanya berisikan sebuah surat yang menyebutkan sebuah perjanjian antara lima orang, dan menamai anggota mereka sebagai DEATH yang berarti mati.

" Selama lima belas tahun aku mencari bukti bukti ini, tapi selalu buntu di ujung jalan. Sekarang akhirnya terjawab, ayah kandung Ryn adalah seorang ketua mafia dulunya." Gumam Paul.

Paul memijat pelipisnya, dia tidak tahu menahu perihal apapun yang di lakukan oleh kakak nya itu. Dia hanya di hubungi oleh kakaknya untuk datang dan menyelamatkan Ryn juga kakak iparnya. Paul yang dulu tidak tinggal di Jakarta pun langsung datang dari Bali karena telepon itu.

Dan semakin lama semakin banyak puzle yang mulai terjawab. Paul, selama l5 tahun itu mencari bukti akan hal apapun yang bisa membawanya untuk menangkap para pembunuh itu.

''Dan pria ini adalah pria yang mencoba menculik Ryn kemarin.'' Tunjuk Lodra pada sebuah foto yang juga terlihat usang.

'' Ya, benar.. meskipun wajah nya sudah menua, tapi dia paling mudah di kenali. Berarti kita sudah menemukan dua dari empat teman ayah Ryn, dua lagi pasti adalah mereka berdua.'' Ujar Paul sambil melihat dua pria lain yang berdiri di sisi kiri Wira.

Paul tidak melaporkan nya ke kepolisian, jika dia membawa itu ke jalur hukum pun belum tentu akan terungkap siapa pelakunya, karena Paul yakin kakaknya terlibat dengan dunia bawah ( Mafia ), dan rupanya ke khawatiran nya itu benar.

Paul sendiri juga bukan orang sembarangan, dia pun memiliki kelompoknya sendiri, tapi bukan termasuk mafia, melainkan sebuah organisasi yang mengandalkan kecanggihan teknologi gadget.

Tak heran selama 15 tahun itu dia bisa melindungi Ryn dengan sangat baik, karena selain banyaknya pengawal yang mengelilingi Ryn dan kediaman nya, teknologi canggihnya pun bisa melindungi Ryn.

" Cari tahu identitas mereka, serapat rapatnya orang menyimpan bangkai, baunya pasti tercium." Ujar Paul.

" Baik tuan." Ujar Lodra.

Sejujurnya tim Lodra pun sedang mencari tahu, hanya saja memang tidak ada jejak digital dari ke empat orang itu. Seperti mereka tidak pernah ada di dunia, tapi Lodra yakin.. identitas mereka di lindungi dengan sangat baik, termasuk jejak digital mereka.

Itu akan menjadi tantangan baru bagi Lodra, karena selama ini dirinya selalu mudah menemukan dan mudah meretas apapun itu.

" Aku akan ke perusahaan, dan hari ini aku dan Ryn akan terbang ke Bali, dia butuh liburan di sana." Ujar Paul.

" Baik.. Semoga Ryn cepat sembuh." Ujar Lodra.

Setelah dari sana, Paul menyempatkan dirinya datang ke perusahaan nya terlebih dahulu. Sekertarisnya yang bernama Travis langsung sigap berdiri di sisi tuan nya, yakni Paul.

" Apakah ada pertemuan penting dalam seminggu kedepan?" Tanya Paul.

" Tidak ada tuan, hanya pertemuan pertemuan biasa." Ujar Travis.

" Bawa data yang harus saya tanda tangani ke ruangan saya, hari ini sampai seminggu kedepan saya akan berada di luar kota." Ujar Paul.

" Dan kau handle sisa nya." Ujar Paul lagi.

" Baik." Ujar Travis.

Berpindah ke sisi Ryn yang saat ini sedang mengeringkan rambut panjangnya. Gadis cantik itu menatap dirinya di pantulan cermin dan sedikit teringat dengan wajah wanita yang berada di dalam mimpinya.

" Apa apaan ini, kenapa aku malah jadi berhalusinasi bahwa wajah perempuan di mimpiku itu mirip denganku." Gumam Ryn.

Rin menyudahi aktivitas mengeringkan rambutnya lalu keluar dari kamar mandi.

" Nona Ryn, tuan memberi kabar bahwa tuan alan sedikit datang terlambat, dan meminta nona untuk tetap menunggu di sini." Ujar pengawal yang sudah berada di dalam ruanga.

" Ya, terimakasih." Ujar Ryn.

" Ini ponsel baru anda nona." Ujar pengawal sambil memberikan sebuah ponsel dari brand ternama kepada Ryn.

" Terimakasih, anda boleh keluar." Ujar Ryn.

Pengawal itu mengangguk, dan berjalan keluar dari sana. Ryn membuka ponselnya dan melihat daftar kontak. Di daftar kontak itu hanya ada beberapa nomor yang menurut Paul penting untuk Ryn miliki.

Di sana hanya ada kontak Paul, Lodra dan Travis saja. Ryn menekan nomor paul, dan memanggilnya.

" Halo, pa.." Ujar Ryn.

" Kenapa sayang? " Tanya Paul.

" Boleh Ryn pulang lebih dulu dengan pengawal? Ryn tidak suka di sini." Ujar Ryn.

" Tunggu sebentar ya, sayang.. Papa hanya menandatangani berkas saja, dan kita akan langsung terbang ke Bali setelah papa menjemput mu." Ujar Paul.

" Sungguh??" Ryn antusias.

" Iya, sayang.. Tunggu sebentar, ya?" Ujar Paul.

" Oke.." Sahut Ryn, senang.

Panggilan pun di akhiri, meskipun Ryn menggunakan ponsel canggih, dirinya sama sekali tidak memiliki satupun akun sosial media. Dia hanya menggunakan ponsel untuk berkomunikasi saja.

Waktu berlalu..

Paul datang ke rumah sakit kembali untuk menjemput Ryn yang masih berada di sana. Ia masuk kedalam ruangan Ryn dan rupanya anak gadis nya itu sedang tertidur pulas di sofa rumah sakit.

" Dia sampai ketiduran.." Gumam Paul.

Paul duduk di tepian sofa itu, dan membelai kepala Ryn dengan sayang.

' Bagaimana jika papa tidak bisa menemanimu lebih lama lagi, nak.. Papa rasanya tidak sanggup melihat kamu menderita.' Batin Paul.

Entah pemikiran dari mana, tiba tiba saja terbesit di pikiran Paul tentang bagaimana nasib Ryn jika tidak ada dirinya kelak. Tidak ada lagi sanak saudara yang di miliki Paul, semuanya sudah tiada.

' Papa selalu berharap, supaya papa bisa melihatnu menikah nantinya. Agar ada yang bisa melindungimu, menggantikan papa.' Batin Paul.

" Tapi dengan siapa kamu akan menikah.. Kamu bahkan tidak mengenal satupun orang lain di luar sana. Lodra.. ' Batin Paul, sempat terbesit nama Lodra.

' Tidak, Lodra adalah bagian tim. Dia tidak cukup kuat untuk melindungi Ryn. Satu satunya kandidat terbaik untuk Ryn hanya satu, salah satu keluarga Hunter.' Batin Paul lagi.

Ryn yang merasakan kepalanya di usap itu pun bangun.

" Papa.." Gumam Ryn.

" Sudah bangun, sayang? Maaf ya, papa lama. Ayo, kita pulang." Ujar Paul.

Ryn tersenyum manis dan mengangguk. Akhirnya Ryn berjalan di sisi Paul dan keluar dari ruang rawat nya itu . Sekitar lima pengawal mengiring mereka menuju mobil, satu di depan, dua di belakang dan dua lagi di sisi kanan dan kiri.

" Papa kita sungguh akan ke bali?" Tanya Ryn.

" Ya, sayang.. Kamu butuh liburan." Ujar Paul.

" Tapi aku ingin melihat teman baruku, pa." Ujar Ryn.

" Bagaimana bisa papa lupa hal itu, Astaga.. Papa mulai pikun. Ya sudah, kita kembali dulu ke rumah untuk melihat teman barumu." Ujar Paul. Dan Ryn tersenyum dengan sangat manis.

Di sisi lain rumah sakit itu, seorang pria yang menggunakan stelan jas formal tampak terdiam bagai terpaku ketika melihat sesuatu. Dia tampak terpesona dengan senyum manis Ryn.

' Siapa dia? Aku tidak pernah melihat gadis secantik itu di kota ini.' Batin pria itu.

" Kau tahu siapa yang lewat dengan pengawalan, tadi?" Tanya pria itu, pada asisten nya.

" Itu adalah tuan Paulo Reiner, tuan muda." Sahut sang asisten.

" Bukan pria itu yang aku tanya, tapi gadis yang berjalan bersamanya." Ujar pria itu lagi.

" Eh, umm.. maaf tuan muda, saya tidak tahu. Tapi menurut kabar luas yang beredar, Paulo Reiner memiliki seorang putri yang di sembunyikan identitasnya." Ujar sang asisten.

" Cari tahu siapa gadis itu." Ujar pria tadi dan kembali melangkah pergi.

Asisten nya hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Selama dia menjadi asisten pria itu, tidak pernah sekalipun dia berhenti dari langkah kakinya hanya untuk menanyakan nama seorang gadis.

' Apa pohon seribu tahun itu akhirnya mendapatkan pencerahan?' Batin asisten nya.

Pria tadi adalah Lars Hunter, pria dengan sejuta pesona namun dingin bagai benua Antartika. Lars Hunter adalah tuan muda keluarga Hunter satu satu nya yang di cap sebagai pria tertampan dan buronan para gadis konglomerat.

" Jangan menggerutui ku, kau akan aku kirim ke Kalimantan jika kau berani menggerutu lagi." Ujar Lars.

" Saya tidak menggerutu, tuan." Batin asisten nya yang bernama Roco.

' Heran aku, sepertinya akhir akhir ini tuan muda memiliki indera ke sebelas, semakin peka. ' Batin Roco.

Berpindah ke sisi Ryn, dia dalam perjalanan saat ini. Sepanjang jalan itu Ryn tersenyum, karena bisa melihat jalanan kota yang ramai sore itu.

Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di kediaman Paul. Kediaman itu sangat luas dan besar, bahkan halaman nya saja bisa untuk pertandingan sepak bola.

Rumah mewah dengan desain gaya Eropa berwarna hitam putih itu tampak megah seperti kastil, dengan banyak pengawal yang berjaga di tiap sudut nya.

" Selamat datang di rumah, nona." Ujar Lodra.

Lodra di hubungi Paul bahwa Ryn meminta pulang lebih dulu sebelum terbang ke Bali untuk melihat teman barunya ( binatang peliharaannya ).

" Kakak, jangan panggil aku nona.. Kita kakak beradik." Ujar Ryn.

Lodra tersenyum mendengarnya, meski dia bukan siapa siapa.. Tapi Paul dan Ryn menganggapnya keluarga.

" Iya, adik.. selamat datang." Ujar Lodra.

" Terimakasih, di mana teman baruku." Ujar Ryn antusias.

" Ayo kakak antar menemui dia." Ujar Lodra.

Ryn melihat kearah Paul, dan Paul mengangguk sambil tersenyum. Ryn pun pergi dengan Lodra. Ryn berjalan di hadapan Lodra dengan sangat antusias, Lodra yang berada di belakang Ryn pun terkekeh melihat tingkah Ryn.

' Betapa cantiknya.' Batin Lodra ketika melihat senyum manis Ryn yang merekah.

" Kakak, di mana dia?" Tanya Ryn, membuyarkan lamunan Lodra.

' Astaga, apa yang aku pikirkan.. Dia adikmu Lodra.' Batin Lodra merutuki dirinya.

" Tunggu, ya.. mungkin dia sedang makan sore." Ujar Lodra.

Ryn sungguh penasaran dengan teman barunya itu, tak lama.. dari luar kandang terdengar suara binatang yang terdengar seperti suara anak kucing sedang mengeong.

'' Apa papa membelikan aku kucing?'' Tanya Ryn pada Lodra, Lodra terkekeh mendengarnya.

'' Ya, Lebih tepatnya adalah anak kucing besar.'' Ujar Lodra.

''Sungguh?? Tanya Ryn, dan Lodra mengangguk.

'' Bawa dia keluar, nona ingin melihatnya.'' Ujar Lodra pada pawang yang menjaga binatang.

Seorang pria yang tampak nya berusia sekitar 35 tahun menggendong seekor binatang berwarna cokelat dan berjalan menghampiri Ryn dan Lodra.

'' Ini dia.. '' Ujar Lodra.

Ryn sampai terperanga melihatnya, seekor anak singa yang menggemaskan berada di kediaman nya, Ryn langsung mengambil alih anak singa itu dari gendongan pawangnya.

'' Nona! hati - hati.'' Ujar sang pawang.

'' Jangan bentak nona!'' Ujar Lodra tegas.

'' Maaf tuan Lodra, saya hanya khawatir anak singa itu akan menyakiti nona, karena bagaimanapun itu pertama kalinya dia bertemu nona Ryn.'' Ucap sang pawang menunduk takut.

'' Jangan khawatir, paman.. aku bisa.'' Ujar Ryn pada sang pawang.

Pawang itu sampai melongo melihat anak singa itu begitu nyaman di pelukan Ryn.

" Bagaimana bisa.." Gumam sang pawang.

TO BE CONTINUED..

EPS. 3. Mata Mata Musuh.

Ryn tampak mengelus elus lembut kepala anak singa itu, lalu anak singa itu pun mengusel seakan merasa nyaman berada di gendongan Ryn dan merasakan sentuhan tangan Ryn.

Sesekali anak singa itu mengeong seperti kucing, suaranya sangat lucu hingga Ryn terkekeh mendengarnya.

'' Aku akan bawa dia dulu.'' Ujar Ryn, dan langsung membawa pergi anak singa itu.

Setelah Ryn membawa pergi singa itu, Lodra langsung menatap ke arah pawang singa tadi.

'' Lain kali saat bicara dengan nona, jaga ucapanmu. Jangan sekalipun kau meninggikan suaramu pada nona.'' Ujar Lodra pada pria tadi.

'' Maaf kan saya, tuan. Tapi, apakah nona sudah sering bermain bersama binatang buas? Walau itu hanya seekor anak singa, tapi dia juga galak.'' Ujar pria itu.

" Nona pencinta binatang, dia mudah mengambil hati para binatang." Ujar Lodra dan berlalu pergi dari hadapan sang pawang.

Berpindah ke sisi Ryn yang membawa masuk anak singa itu ke dalam rumah. Ryn mencari Paul yang sudah bisa di tebak dirinya berada di ruang kerja.

" Papa.. " Teriak Ryn.

" Astaga, nak.. jangan lari. " Ujar Paul yang melihat Ryn berlari sangat antusias.

Gadis 20 tahun itu langsung lompat dengan lincah dan duduk di atas meja kerja Paul.

" Papa, terimakasih untuk hadiah nya." Ujar Ryn antusias.

" Kamu suka?" Tanya Paul.

" Sangat.. " Ujar Ryn sambil mencium bayi singa itu.

Bayi singa itu terlihat menguap, memang benar benar sangat lucu dan begitu menggemaskan.

" Mulai sekarang, dia adalah teman barumu, kamu besarkan dia supaya dia bisa melindungi kamu. Ngomong ngomong, kamu punya nama untuknya? " Ucap Paul.

" Nama.. Em, aku akan menamainya dengan Lio." Ujar Ryn.

" Lio, nama yang bagus.. nah, sekarang kamu siap siap, kita akan terbang ke Bali." Ujar Paul, dan Ryn mengangguk.

Ryn membawa bayi singa itu keluar dan memberikan nya pada sang pawang, dirinya pun naik ke atas kamarnya.

Saat Ryn membuka lemari pakaian nya, tiba tiba bayangan wanita di mimpinya kembali muncul.

NGINNGGG!!!

telinga Ryn berdenging.

" Akh!!" Teriak Ryn. Ryn langsung jatuh terduduk dan menutup telinga nya.

' Tetaplah didalam sayang..'

Suara wanita yang memasukan anak nya ke dalam lemari itu kembali terngiang di telinga Ryn.

" Akh! Telingaku sakit sekali." Keluh Ryn.

Ryn menelungkup dan menutup kedua telinganya sambil memejamkan mata, Tak lama suara itu hilang. Ryn kembali bangun dan kembali merasa heran, karena dia hanya bermimpi itu satu kali, tapi dia bisa begitu kesakitan ketika mengingat mimpi itu.

" Kenapa aku bisa teringat dengan mimpi aneh itu, siapa sebenarnya perempuan itu?" Gumam Ryn.

Tak mau tenggelam dalam pemikiran nya terlalu lama, Ryn bangun dan mengambil satu set pakaian casual lalu mengganti pakaian nya. Ryn turun ke bawah, dan Paul sudah menunggu dirinya di ruang tengah.

" Sudah siap, sayang?" Tanya Paul.

" Sudah pa, ayo." Ujar Ryn.

Akhirnya mereka berdua pun keluar dari kediaman itu.

" Pa, seperti apa wajah mama?" Tanya Ryn tiba tiba saat keduanya sedang berada di perjalanan.

Paul tentu terkejut, Ryn tidak pernah bertanya seperti apa ibunya selama ini, dan kini akhirnya Ryn bertanya. Paul takut Ryn sudah mulai mengingat siapa dirinya dan masa kecilnya.

" Kamu mau tahu seperti apa mamamu?" Tanya Paul dengan tenang.

" Iya, Ryn tidak pernah melihat satupun foto mama di rumah. Papa juga tidak pernah bercerita pada Ryn." Ujar Ryn.

" Mamamu adalah perempuan yang cantik, baik, hebat dan cerdas, seperti kamu." Ujar Paul.

" Apakah papa mencintai mama?" Tanya Ryn, dan paul mengangguk.

' Benar, papamu sangat mencintai ibumu, nak. Dia bahkan rela melawan restu dari kakek dan nenekmu demi menikahi ibumu.' Batin Paul.

" Lalu kenapa papa tidak memasang satupun foto mama?" Tanya Ryn.

Paul menatap Ryn, lalu mengusap kepala Ryn.

" Kamu pernah sakit sayang, setelah mamamu meninggal. Papa takut kamu akan teringat terus menerus dengan mamamu, jadi papa menyingkirkan semua foto mamamu dan semua benda yang berhubungan dengannya." Ujar Paul.

" Papa takut kehilangan putri papa juga." Ujar Paul.

Ryn melihat kesedihan yang mendalam di mata Paul, Ryn langsung memeluk Paul.

" Maaf papa, Ryn tidak bermaksud membuat papa sedih. Jangan di ingat, Ryn sudah dewasa.. Ryn mengerti." Ujar Ryn.

meskipun Paul tidak menceritakan yang sebenarnya, tapi apa yang dia katakan memang benar. Dan kesedihan yang terpancar di wajahnya sesungguhnya memang dia benar benar takut kehilangan Ryn saat itu.

Tak lama keduanya sampai di bandara, pengawal yang mengikuti mereka masuk dan di sana juga sudah ada keamanan yang menunggu tiba nya Paul dan Ryn. Setelah melakukan pemeriksaan, akhirnya mereka pun terbang ke Bali.

Di tempat lain..

Di sebuah kediaman mewah dan megah, terdapat sebuah pesta yang mewah. Itu adalah pesta ulang tahun Peet Hunter yang ke 90. Dan ada seorang pria yang berdiri di belakang kursi roda Peet yakni cucu Peet, Lars Hunter.

Banyak tamu tamu dari kalangan konglomerat yang menghadiri acara ulang tahun itu, Mereka bahkan membawa anak anak gadis mereka dan berharap Lars akan meliriknya.

" Halo tuan Peet, selamat ulang tahun." Seorang pria dengan jas berwarna merah terang mendekat ke arah Peet.

" Terimakasih, siapa anda?" Tanya Peet.

Peet sudah mudah lupa atau pikun dengan hal hal di sekitarnya, satu satunya yang di ingat hanya cucunya, Lars seorang.

" Saya adalah Rama salah satu kolega bisnis keluarga Hunter." Ujar pria itu dengan wajah ramahnya.

" Ayah, ayah di sini." Ucap sebuah suara wanita.

" Kemari nak, ucapkan selamat ulang tahun, beliau adalah tuan Peet." Ujar Rama pada wanita yang sepertinya adalah putrinya.

" Selamat ulang tahun kakek Peet, saya Mona.." Ujar wanita itu.

" Lancang." Ujar Lars dengan suara bass nya.

Seketika Rama dan Mona langsung terkejut dan ketakutan, Lars terlihat sangat dingin.

" Sejak kapan kakekku menjadi kakekmu?" Ujar Lars dengan tatapan tajam ke arah Mona.

" Ma- maaf tuan muda Lars, putri saya lancang. Mona, Minta maaf pada tuan Peet dan tuan muda Lars. " Ujar Rama pada Mona.

" Ma- maaf tuan muda." Ujar Mona dengan wajah takut.

' Sial! Orang bilang untuk menarik hati pria, harus ramah dan akrab dengan keluarganya. Apa apaan ini, aku malah di bentak.' Batin Mona kesal.

Lars langsung mendorong kursi roda Peet dan pergi dari hadapan dua orang itu. Mereka berpindah menuju ke sofa kebesaran Peet.

" Kakek, kita pindah ke sofa. Kakek sudah terlalu lama duduk di kursi roda." Ujar Lars pada Peet.

" Ah, iya.." Ujar Peet.

Lars membantu sang kakek untuk pindah, dan hal itu di saksikan oleh banyak orang. Banyak yang memuji kasih sayang Lars terhadap sang kakek, Lars sangat sabar menghadapi sang kakek yang sudah pikun itu.

' Kenapa aku tidak melihat gadis itu di sini? Apakah Paulo Reiner tidak datang kemari?' Batin Lars.

Pandangan Lars menyapu melihat ke semua sudut rumahnya, ia mencari keberadaan Ryn. Tak lama, Roco menghampiri Lars dan berbisik sesuatu.

" Tuan muda, ini adalah hasil penyelidikan tentang Paulo Reiner." Bisik Roco.

" Dia tidak datang kemari, apakah dia tidak mendapatkan undangan ulang tahun kakekku?" Tanya Lars.

" Em, dapat.. hanya saja dia tidak bisa datang dan menyuruh asisten nya untuk mewakili dirinya." Ujar Roco.

Lars mengangguk mengerti, dan ia menyimpan map yang di bawa Roco kedalam jas nya.

Waktu berlalu, Ryn dan Paul sudah sampai di bandara. Dengan pengawalan khusus, Ryn dan Paul masuk kedalam mobil mewah yang sudah menunggu mereka di pintu belakang Bandara.

Karena waktu di Bali lebih cepat satu jam dari di Jakarta, jadi saat ini di sana sudah lumayan malam. Paul merasakan keanehan di sekitarnya, beberapa orang orang yang mengawalnya, baru.

" Apakah Tian mengganti pengawalku?" Tanya Paul pada supir nya.

" Ya, tuan.. Beberapa dari mereka baru, karena yang lama tertangkap mencoba berkhianat." Ujar sang supir.

Paul hanya diam, dan duduk dengan tenang di samping Ryn. Ryn juga mendengar itu, meskipun Ryn di manja oleh Paul, tapi kenyataan nya Ryn adalah gadis pemberani dan bisa berubah menjadi gadis dingin tanpa ampun jika tidak bersama Paul.

" Papa, bolehkah aku ke pantai umum, besok?" Tanya Ryn.

" Pantai umum berbahaya, sayang.." Ujar Paul.

" Bukankah ada banyak pengawal? Ryn akan baik baik saja." Ujar Ryn.

Saat mengatakan itu, tatapan Ryn bertemu dengan supir yang mengendarai mobil itu dari spion depan. Supir itu langsung kembsli fokus pada kemudinya.

' Kenapa aku merasa orang ini aneh, dia seperti menyembunyikan sesuatu.' Batin Ryn.

' Jika sampai mereka berani menghianati papa, maka aku yang akan menghabisi mereka semua. Aku tidak akan membiarkan papa tersakiti sedikitpun.' Batin Ryn.

" Baiklah, besok papa atur. " Ujar Paul.

' Besok, aku akan mencari tahu kebenaran nya.' Batin Ryn.

Tak lama mobil sampai di mansion tempat tinggal Paul dulunya. Mansion itu sangat besar dan memiliki sekitar 3 lantai, Dulunya itu adalah tempat tinggal Paul dan orang tuanya.

Banyak anak buah Paul yang berlalu lalang di sana, dengan langkah tegas dan berwibawa, Paul berjalan menggandeng Ryn.

Ryn pun demikian, tiba tiba dia memancarkan aura dingin nya. Tidak terlihat Ryn yang ramah dan murah senyum saat ini. Anak buah Paul pun menatap heran, karena Ryn selalu di kenal lemah lembut.

" Sayang, masuk ke kamarmu lalu istirshat. Papa ada sesuatu yang harus papa urus." Ujar Paul sambil mengusap kepala Ryn.

" Iya, pa." Sahut Ryn.

Para pelayan mansion itu membawakan koper dan barang barang Ryn masuk ke dalam kamar Ryn. Sementara itu Paul langsung pergi keluar lagi.

Ryn masuk ke dalam kamar dan langsung membuka kopernya, dia mengeluarkan pakaian serba hitam lalu masuk kedalam kamar mandi.

Tak lama, Ryn keluar dengan penampilan tomboy nya. Dia langsung menggunakan sepatu, dan mengeluarkan senjata andalan nya, belati. Dia berlari mendekat ke arah jendela dan langsung lompat dari lantai 2 ke bawah.

' Papa mau kemana.' Batin Ryn melihat Paul yang berjalan menuju ke belakang mansion.

Rupanya Ryn pandai menyembunyikan dirinya, dia melesat kesana dan kemari untuk mengikuti Paul dari belakang.

Tidak ada satupun yang tahu, Ryn memiliki sisi seperti itu. Selama ini Ryn selalu menjadi putri yang baik, lugu, dan lemah lembut. Bahkan Paul dan Lodra pun sama sekali tidak menaruh curiga pada Ryn.

Paul sampai di markasnya, Ryn tentu tahu papa nya tidak se sederhana itu. Ryn tahu Paul memiliki kelompok yang bergerak dengan mengandalkan kecanggihan gadget.

" Siapa yang memberimu ijin mengganti orang orangku, Tian?" Ucap Paul, pada pria bernama Tian yang sedang fokus pada berkas berkas.

" Oh, tuan.. Anda sudah datang? Maaf saya tidak tahu." Ujar pria bernama Tian.

" Tidak tahu, atau tidak mau menyambut kedatanganku? Kau semakin kesini semakin seenaknya denganku. Apa kau pikir karena kau adalah asisten pilihan mendiang orang tuaku jadi kau bisa seenaknya?" Ujar Paul dengan tatapan tajam nya.

" Aku adalah tuamnu, jadi taruh rasa hormatmu padaku!" Ujar Paul dengan nada tinggi.

" Maaf, tuan.." Ujar Tian menunduk.

" Sejak kapan pengawalku kau ganti? Siapa yang memberimu hak melakukan itu?" Ujar Paul.

" Mereka berkhianat, tuan.. Saya hanya melakukan yang terbaik untuk anda." Ujar Tian.

" Yang terbaik?? Jika mereka berkhianat, maka aku yang berhak memberi mereka hukuman, bukan kau. Jaga perilakumu, Tian. Atau kau juga aku keluarkan dari mansion ini, kau tahu konsekuensinya, bukan?" Ujar Paul.

" Baik, tuan.. maafkan kelancangan saya." Ujar Tian.

Paul berbalik pergi dari sana. Dari jauh Ryn melihat perubahan wajah dan tatapan Tian pada Paul yang seperti musuh.

' Rupanya dia memang berniat memberontak. Bisa jadi orang orang yang saat ini ada di mansion adalah orang orangnya, bukan orang orang papa.' Batin Ryn.

Ryn langsung pergi dan kembali masuk ke kamarnya lewat jendela. Dia naik ke atas pohon yang berada tepat di depan kamarnya, baru dia lompat ke balkon. Ryn langsung mengganti pakaian nya dan menyembunyikan pakaian yang sebelumnya dia kenakan.

CKLEK!

Pintu terbuka.

Paul masuk ke dalam kamar Ryn, dan melihat Ryn yang sudah berbaring di atas ranjang dengan piama nya.

" Mimpi indah, sayang." Ujar Paul, lalu mengecup kening Ryn.

Paul mematikan lampu dan keluar dari kamar Ryn. Setelah Paul keluar, Ryn kembali membuka matanya.

Ryn mengeluarkan ponselnya, dan mengirimi Lodra pesan. Ryn mengatakan kepada Lodra untuk mengecek satu persatu data diri pengawal baru yang di tempatkan di mansion Paul di Bali.

Ryn juga mengatakan bahwa mereka mencurigakan. Setelah mengirimi Lodra pesan, Ryn pun memejamkan matanya.

Di tempat lain..

Di jakarta, Lodra mendapatkan pesan dari Ryn. Dia pun langsung pergi ke ruang kerja yang terdapat berbagai macam alat alat canggih.

" Pria tua bernama Tian itu memang sedikit tidak waras. Bisa bisa nya dia terang terangan mau memberontak, tidak punya otak." Gumam Lodra.

" Semuanya dengar, tuan Paul saat ini sedang dalam bahaya. Ada yang mengirim mata mata musuh le mansion Bali, kita semua harus lembur dan mencari identitas semua pengawal baru tuan Paul di Bali." Ujar Lodra pada semua tim nya yang berjumlah 15 orang.

" Baik, Lodra." Ujar semua orang.

" Terimakasih untuk kerja samanya, katakan padaku kalian mau pesan makanan apa." Ujar Lodra, dan semua orang menjadi senang.

Mereka semua langsung bergerak dengan cepat. Mungkin malam ini sampai besok mereka tidak akan tidur.

' Jangan harap kalian bisa lari dari timku.' Batin Lodra.

TO BE CONTINUED...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!