Sebuah peristiwa besar terlah tercatat di dalam ingatan kebanyakan manusia pada zaman itu. Sebuah sejarah yang kalau mengingatnya bagai terbangun dari mimpi buruk. Bahkan peristiwa itu telah tercatat dalam sejarah umat manusia. Sebuah sejarah yang besar nan kelam....
Kalau begitu, peristiwa apakah itu?
Negeri atas awan yang bernama Kerajaan Kalingga Raya telah ditaklukan oleh sekelompok pasukan besar yang dipimpin oleh manusia sakti berhati iblis.
Ya, ribuan pasukan yang dipimpin oleh Balakosa telah berhasil menaklukkan kerajaan besar itu, sekaligus telah meruntuhkan kekuasaan Raja Banapati Brawijaya, sang raja adil yang sudah memimpin sekian tahun kerajaan itu.
Ribuan pasukan Prabu Banapati Brawijaya telah gugur bersama sekian banyak senopatinya.
Akan tetapi ternyata Yang Maha Kuasa masih melindunginya. Dia berhasil diselamatkan oleh sisa-sisa Pasukan Khusus-nya.
Ikut juga bersamanya istri keduanya, Selir Ratna Gandali, 5 orang kepercayaannya; Patih Braja Sindura, Adipati Indraprama, Adipati Adhiyaksa, Adipati Naradipta, dan Adipati Naratama.
Juga berhasil diselamatkan sebagian keluarga para petinggi itu dan sebagian senopati lainnya.
Yang tidak berhasil diselamatkan adalah Permaisuri Dyah Paramitha, istri pertama Prabu Banapati Brawijaya. Lebih tepatnya Prabu Banapati melarang menyelamatkannya. Yang sang prabu selamatkan hanya putrinya dari permaisurinya itu.
Kenapa bisa demikian?
Beberapa hari sebelum peristiwa besar itu terjadi, antara sang prabu dengan istri pertamanya itu terjadi pertengkaran cukup serius. Di mana sang permaisuri melaporkan kalau dia tengah mengandung anak sang prabu.
Akan tetapi Prabu Banapati tidak percaya kalau yang dikandung dalam perut istri pertamanya itu adalah anaknya.
Sebelumnya dia memang telah mencurigai kalau istrinya telah berselingkuh dengan seorang senopati hebatnya. Dan dia langsung yakin kalau anak itu adalah hasil perselingkuhan mereka.
Namun lagi-lagi Permaisuri Dyah Paramitha meyakinkan kepada suaminya kalau dia tidak pernah berselingkuh kepada siapapun. Dan anak yang dikandung dalam perutnya ini adalah hasil hubungan cinta di antara mereka berdua.
Tapi Prabu Banapati tetap meyakini kalau anak yang dikandung istri pertamanya itu adalah hasil perselingkuhannya dengan senopati tangguhnya.
Kemudian sang prabu meninggalkan sang istri, Permaisuri Dyah Paramitha, seorang wanita cantik yang menanggung penderitaan dan kekecewaan akibat tuduhan Prabu Banapati yang sama sekali tidak benar.
Namun wanita cantik itu hanya bisa menangis, menangisi kemalangan dan penderitaannya yang tiada terkira. Bersamaan dengan itu dia tidak bisa melakukan pembelaan apa-apa untuk menunjukkan kalau tuduhan suaminya itu tidaklah benar.
Tidak bisa meyakinkan kalau janin yang dia kandung ini adalah anak mereka.
Sementara Balakosa sendiri, dengan berhasilnya Prabu Banapati melarikan diri tentu saja membuatnya murka bukan main. Dia merasa gagal menaklukkan Kerajaan Kalingga Raya karena tidak berhasil membunuh orang yang paling berpengaruh di kerajaan tersebut.
Orang-orang di luar sana menganggap bahwa Balakosa telah berhasil menaklukkan Kerajaan Kalingga Raya. Tapi dia menganggap hal itu merupakan suatu kegagalan.
Namun kemurkaan dan kekecewaannya sedikit terobati karena dia berhasil menangkap Permaisuri Dyah Paramitha, wanita yang memang sudah sejak lama dicintainya.
Sedangkan sang permaisuri tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya menyerahkan diri. Dia tidak mau melakukan penolakan dengan keras. Dia terpaksa menyerah kepada Balakosa demi menyelamatkan bayi yang dikandungnya.
Di samping itu juga dia sudah berputus asa, karena Balakosa mengabarkan kalau lelaki setengah iblis itu telah berhasil membunuh suaminya.
Bukan sekedar memberi kabar. Balakosa menunjukkan mayat Prabu Banapati di depan Permaisuri Dyah Paramitha. Saat melihat itu betapa hancur hidupnya berkeping-keping.
Belum sempat dia menunjukkan anak mereka yang dikandungnya, sang prabu sudah pergi meninggalkannya selamanya.
Padahal sang permaisuri tidak tahu kalau itu hanya akal-akalan Balakosa saja. Dengan kesaktian setannya, dia merubah salah satu mayat menjadi jasad Prabu Banapati Brawijaya. Dan Permaisuri Paramitha percaya begitu saja. Oh, betapa naifnya!
Padahal tujuan Balakosa sesungguhnya adalah untuk mematahkan semangat hidup wanita cantik bak bidadari itu dan merasa tidak punya pegangan hidup lagi.
Dengan begitu Balakosa dengan mudah mengajak Permaisuri Paramitha, wanita yang amat dicintainya itu untuk menikah tanpa harus memaksanya.
Dan ternyata Balakosa merasa telah berhasil dengan rencananya itu. Karena Permaisuri Dyah Paramitha ternyata mau menerima ajakannya untuk menikah.
Akan tetapi Balakosa tidak tahu kalau Permaisuri Dyah Paramitha punya maksud lain.
Permaisuri Dyah Paramitha jelas memprioritaskan nasib jabang bayi yang ada di perutnya. Dia tidak ingin anaknya hidup terlantar ketika lahir nanti. Maka terpaksa dia menikah dengan Balakosa demi masa depan anaknya.
Setelah anaknya lahir dan tumbuh besar, dia akan memikirkan rencana selanjutnya. Jelas hati nuraninya tidak ingin anaknya kelak akan bertabiat seperti Balakosa yang berhati iblis itu.
★☆★☆
Tanpa terasa sekian tahun telah berlalu. Permaisuri Dyah Paramitha telah melahirkan seorang putra yang tampan dan sehat yang dia beri nama Pangeran Andhika Prawira.
Dan sang permaisuri menambahkan lagi dengan Brawijaya di ujungnya. Tapi cuma dia saja yang tahu. Tanpa sepengetahuan Balakosa yang kini sudah menjadi Raja Kerajaan Kalingga Raya sekaligus suaminya.
Tanpa terasa Pangeran Andhika sudah tumbuh besar dengan sehat dan selamat. Karena tanpa Permaisuri Dyah Paramitha sangka ternyata Prabu Balakosa menyayangi Pangeran Andhika melebihi anaknya yang lain.
Tidak hanya menyayangi saja, tapi Prabu Balakosa juga mengajarkan ilmu silat dan kesaktian kepada Andhika. Karena dia melihat Pangeran Andhika memiliki postur tubuh yang bagus dan susunan tulang yang ideal dan unik.
Dan tidak tanggung-tanggung, bahkan Prabu Balakosa mengajarkan hampir seluruh ilmunya kepada putra kesayangannya itu.
Hingga akhirnya terjadi sebuah peristiwa yang besar.
Ketika Pangeran Andhika sudah berumur 150 tahun, sudah memiliki sekian ribu pasukan, dia melakukan pemberontakan kepada kekuasaan Prabu Balakosa.
Hal yang mendasari dia melakukan aksi gila itu adalah karena sang bunda tercinta memberitahukan kepadanya kalau Prabu Balakosa bukanlah ayah kandungnya.
Ayah kandungnya yang sebenarnya bernama Prabu Banapati Brawijaya, dan telah dibunuh oleh Balakosa. Dan Kerajaan Kalingga Raya ini sesungguhnya milik ayahnya yang telah direbut oleh Prabu Balakosa.
Maka meletuslah perang besar yang cukup dahsyat. Kubu Pangeran Andhika Prawira melawan kubu Prabu Balakosa.
Namun karena pasukan Prabu Balakosa jumlahnya lebih banyak, didukung oleh para ksatria tangguh, maka Pangeran Andhika harus menelan pil pahitnya kekalahan telak.
Separuh pasukannya terbunuh, sebagiannya ditangkap. Akan tetapi tak sedikit yang menyelamatkan diri.
Sedangkan Pangeran Andhika bersama dua orang ksatria tangguhnya ditangkap oleh Prabu Balakosa. Lalu mereka dikurung di penjara khusus yang bernama Penjara Siluman.
Ya, Balakosa hendak menjadikan Pangeran Andhika dan 2 ksatria itu sebagai siluman sejati yang merupakan salah satu pasukan khususnya Balakosa.
Dua orang ksatria tangguh itu adalah Wiryatama dan Arya Laga, 2 senopati yang tergabung dalam 15 Ksatria Pedang milik Balakosa. Tapi mereka membelot dan memilih bergabung bersama Pangeran Andhika.
Adapun pasukan Andhika yang tertangkap, Balakosa tidak membunuh mereka. Masalahnya mereka rata-rata memiliki ilmu yang tinggi, sayang untuk dibunuh.
Maka Prabu Balakosa menjadikannya mereka sebagai pasukannya. Dan yang memiliki ilmu yang cukup tinggi, Balakosa menjadikan mereka sebagai pasukan siluman.
★☆★☆
Ada suatu peristiwa yang perlu diketahui pula, bahwa di tengah kecamuknya perang antara Pangeran Andhika melawan Prabu Balakosa, Permaisuri Dyah Paramitha berhasil diselamatkan oleh 4 orang ksatria dan pasukan Pangeran Andhika yang lain.
Empat ksatria itu antara lain: Anggaseta, salah satu Pengawal Pribadi Andhika; Bagaspati, Danar Amarta, dan Gita Naditya, 3 orang Ksatria Pedang-nya Balakosa yang memilih bergabung bersama Andhika.
Turut juga diselamatkan bersama sang permaisuri yaitu kedua anaknya dari Prabu Balakosa yang bernama Pangeran Andhara Prawira dan Putri Andhini. Dan juga pelayan setia sang permaisuri, Dayang Sarayu.
Bahkan suatu hal yang tak terduga, salah seorang patih Balakosa sekaligus Pengawal Pribadi Permaisuri Dyah Paramitha yang bernama Patih Nirmala Giyanti juga ikut dalam rombongan.
Sehingga dengan keikut sertaannya dalam rombongan, menjadikan penyelamatan terhadap sang permaisuri lebih kuat pasukannya dan lancar urusannya.
Patih Nirmala Giyati ikut serta dalam rombongan bukan tanpa alasan. Dia sebenarnya dendam terhadap Prabu Balakosa. Karena Balakosa telah membunuh suami tercintanya dengan alasan karena gagal dalam suatu misi yang ditugaskan kepada sang suami.
Namun karena Balakosa lebih hebat darinya, maka dia urung untuk melawan lelaki berhati setan itu. Dan lebih memilih membelot dan bergabung bersama Andhika.
Kembali kepada Andhika....
Dia dan kedua ksatrianya tidak bisa keluar dari Penjara Siluman karena Prabu Balakosa telah menyegel kesaktian mereka. Hingga akhirnya mereka hanya bisa menanti kalau sebentar lagi mereka akan menjadi siluman sejati.
Namun sebentar lagi ketiga pemuda itu akan menjadi siluman, tiba-tiba datang 3 orang sakti mengeluarkan mereka dari penjara itu.
Sebelum aksi penyelamatan dilakukan, mereka mengerahkan dahulu ilmu penyegel yang menghentikan pergerakan yang bernama Meredam Buana tingkat akhir.
Akibat ulah mereka itu seluruh penjuru Kerajaan Kalingga Raya langsung berhenti.
Maka dengan cepat dan mudah mereka menyelamatkan Pangeran Andhika dan kedua ksatrianya itu.
Begitu sampai di gerbang perbatasan antara Kerajaan Kalingga Raya dengan Negeri Mega Pancala, mereka menghancurkan jembatan yang menghubungkan antar kedua negeri itu.
Sedangkan Balakosa mengetahui kalau ada orang tengah mengerahkan ilmu penyegel di wilayahnya, dia langsung menduga kalau ada orang sakti yang masuk ke Kerajaan Kalingga Raya.
Dengan kesaktiannya, cuma sebentar Balakosa berhasil memunahkan ilmu penyegel itu. Setelah itu dia dan beberapa orang kepercayaannya langsung ke Penjara Siluman.
Tapi dia terlambat, karena Andhika dan kedua ksatrianya sudah tak ada lagi di Penjara Siluman.
Kini lengkap sudah kemurkaannya yang berlipat-lipat yang harus melampiaskan kepada siapa.
Anak yang dididik untuk menjadi seorang yang tangguh yang akan membatunya dalam menguasai dunia, melakukan pemberontakan kepadanya. Pedih sekali!
Sudahnya itu, setelah ditangkap dan akan dijadikan pasukan tangguhnya, sekarang raib entah ke mana dan dibawa oleh siapa.
Ditambah lagi Permaisuri Dyah Paramitha, wanita tercintanya juga ikut raib. Sungguh dia amat teledor dalam menjaga Permaisuri Dyah Paramitha.
Karena disibukkan oleh anak tirinya yang melakukan pemberontakan kepadanya, sampai-sampai dia tidak menyadarinya. Sungguh menyebalkan!
Kemurkaannya juga belum reda, masih ditambah lagi dengan menyaksikan jembatan penghubung antara Kerajaan Kalingga Raya dengan Negeri Mega Pancala telah rusak dengan amat parah.
Sehingga untuk mengejar Permaisuri Dyah Paramitha yang melarikan diri dan untuk mengejar orang sakti yang menyelamatkan Pangeran Andhika menjadi terhalangi.
Betapa murkanya dia, sampai-sampai dia berteriak dengan keras menggunakan kesaktiannya yang tinggi yang didengar oleh seantero Kerajaan Kalingga Raya.
★☆★☆
Di manakah Pangeran Andhika dibawa oleh salah seorang sakti penyelamatnya? Dan siapakah yang menyelamatkan sang pangeran?
Ternyata Pangeran Andhika dibawa oleh penyelamatnya di tempat tinggalnya, di sebuah bukit yang amat tinggi. Saking tingginya bukit itu, sehingga seperti di atas awan. Adapun bukit itu bernama Bukit Naga Awan.
Dinamakan demikian karena tampak bukit itu seperti ular naga yang melingkar di atas awan.
Adapun orang sakti yang menyelamatkan Pangeran Andhika bernama Kyai Dharma Rengga. Lelaki tua yang sudah berumur 800 tahun lebih itu termasuk dari 10 orang sakti di Mega Pancala.
Setelah membawa Pangeran Andhika ke kediamannya, Kyai Dharma lalu menyembuhkan sekaligus meretas segel yang mengunci kesaktian sang pangeran. Dan memang usahanya itu terbilang berhasil.
Akan tetapi ternyata Prabu Balakosa telah mematri segel khusus ke dalam tubuh Andhika. Sehingga apabila segel itu dibuka, membuat Aura Cakra Andhika terlepas dengan liar. Sehingga menyebabkan kesaktiannya yang terbuka menjadi tidak stabil.
Maka dengan mengerahkan segala kesaktiannya, Kyai Dharma Rengga berusaha menjinakkan Aura Cakra Andhika yang tidak stabil itu.
Hasilnya, Kyai Dhafin Rengga bisa dikatakan telah berhasil. Namun belum bisa dikatakan stabil dengan sempurna.
Aura Cakra Andhika memang amat besar dan ganas. Orang sakti sekelas Kyai Dharma Rengga saja belum bisa dengan sempurna meredamnya.
Namun Kyai Dharma masih punya solusi. Dengan rutin bersemedi, dengan izin Yang Maha Kuasa Aura Cakra Andhika bisa stabil kembali dengan sempurna.
Selanjutnya, Kyai Dharma Rengga mengajarkan seluruh ilmunya kepada Andhika. Sembari Andhika terus bersemedi agar Aura Cakra-nya cepat stabil.
Tanpa terasa 30 tahun telah berlalu....
Aura Cakra Andhika kembali stabil dengan sempurna. Juga dia sudah menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh Kyai Dharma Rengga. Bahkan Pangeran Andhika diwariskan sebuah pedang pusaka yang bernama Pedang Naga Langit.
Pada suatu hari Andhika bertanya tentang bagaimana nasib bundanya, Permaisuri Dyah Paramitha?
Kyai Dharma memberitahukan kalau bundanya bersama rombongannya telah berhasil diselamatkan. Dan yang membantu menyelamatkan Permaisuri Dyah Paramitha adalah Kyai Ibrahim Saptagiri, salah seorang sakti
Tentang di mana tempat Permaisuri Dyah Paramitha dibawa oleh penyelamatnya, Kyai Dharma belum mau memberi tahu kepada Andhika. Dan Andhika juga sungkan untuk memaksa gurunya memberi tahu.
Tak lupa juga Andhika menanyakan tentang nasib kedua ksatria rekannya, Wiryatama dan Arya Laga.
Kyai Dharma memberitahukan kalau mereka juga telah berhasil diselamatkan dari perubahan menjadi siluman.
Selanjutnya, Kyai Dharma memerintahkan kepada Pangeran Andhika untuk segera meninggalkan Bukit Naga Awan. Mengumpulkan kembali sisa-sisa pasukannya yang berhasil menyelamatkan diri. Setelah itu menyusun rencana untuk melawan Balakosa dan bala tentaranya.
Kyai Dharma Rengga juga memberikan amanah besar kepada Andhika untuk memerangi kejahatan dan ketidak adilan di dua negeri; Negeri Mega Pancala (negeri kuno) dan Negeri Mega Buana (negeri modern).
★☆★☆★
Negeri Mega Buana, tepatnya di Kota Jakarta Raya, sebuah kota yang seakanetidak pernah tidur....
Tampak sebuah sedan merek Honda Civic Type R berwarna merah metalik tengah melaju cukup kencang di sebuah jalan yang amat ramai. Pada saat itu malam telah turun menyelimuti seantero kota yang amat ramai itu.
Adapun penghuni di dalam sedan mewah itu terdiri dari 2 orang gadis cantik yang usianya berkisar 17-an tahun. Lebih tepatnya mereka adalah pelajar SMA Kelas 11.
Gadis cantik yang berada di depan setir berambut lepas sepunggung warna coklat kehitaman, berkulit mulus putih bersih.
Model pakaiannya bisa dikatakan sexy. Meski berbaju lengan panjang tapi cukup ketat. Sehingga memetakkan bentuk tubuhnya yang aduhai. Apalagi pakaian bawahnya berupa rok mini, tentu sedikit-banyak akan terlihat sepasang pahanya yang putih mulus.
Ber-make up tidak terlalu tebal yang makin menambah kecantikannya. Benar-benar menunjukkan kalau dia gadis cantik yang feminim yang amat diidolai banyak lelaki.
Lain halnya dengan gadis cantik yang duduk di sebelahnya.
Penampilan gadis itu begitu tomboy. Berambut panjang warna hitam kemerahan dengan dikuncir model ekor kuda. Kulitnya juga bersih putih mulus.
Dia berpakaian rangkap dengan baju dalam berupa baju kaos cukup ketat warna coklat muda. Baju luarnya berupa kemeja lengan panjang kotak-kotak. Baju luar itu dibiarkan terbuka kancingnya. Bercelana panjang model jeans warna biru tua.
Wajah cantiknya tanpa riasan apapun yang makin menampakkan ketomboyannya. Namun kecantikan alaminya itu bukan berarti kalah dengan gadis feminim di sebelahnya.
Kira-kira beberapa menit kemudian, si gadis tomboy seketika terkejut hebat. Suasana di luar mobil yang tadinya ramai, tiba-tiba saja menjadi sunyi. Tak ada lagi kendaraan yang lalu-lalang.
Ditambah lagi, mobil yang mereka tumpangi memang masih melintasi jalan aspal, namun Indah merasa amat asing dengan jalan yang dia lihat itu. Seketika saja dia langsung merasakan keanehan.
Sedangkan si gadis feminim sepertinya juga merasakan hal yang sama seperti temannya itu. Tampak dari wajah cantiknya yang seketika menegang kaget.
Namun baru saja dia hendak berkata mengungkapkan keterkejutannya kepada temannya, tiba-tiba saja mobil sedan mewahnya melaju dengan tersendat-sendat bagai hendak kehabisan bersin.
"Eh, Eh! Mobil gue napa nih?" gumamnya terkejut.
Sebelum mobilnya benar-benar ngadat, gadis feminim itu membawa mobilnya ke pinggir jalan. Dan baru saja sampai di pinggir jalan mobilnya benar-benar mogok.
"Mobil lu napa nih, Shofie?" omel gadis tomboy bernada kesal. "Kehabisan BBM?"
"Gue juga nggak tau, Indah," keluh gadis yang ternyata bernama Shofie. "Tapi nggak mungkinlah kehabisan BBM. Tadi baru gue isi kok."
"Terus napa kalau kayak gini? Mesinnya rusak?" makin kesal nada suara gadis yang ternyata bernama Indah.
"Lu kalau ngomong jangan ngasal ya," protes Shofie tidak terima. "Tiga hari yang lalu gue ama lu 'kan baru-baru habis nyervice mobil. Apa lu tiba-tiba amnesia?"
"Terus apa dong kalau kayak gitu?"
"Gue juga nggak tau napa tiba-tiba kayak gini!"
Indah semakin dongkol dan kesal, sedangkan Shofie semakin kesal sekaligus tambah panik. Sehingga untuk beberapa saat lamanya mereka hanya bisa terdiam.
Bersamaan dengan itu mereka seakan lupa kalau mereka saat ini seperti berada di dunia lain.
Sementara Shofie, dengan perasaan yang kacau dan wajah yang tampak kusut, tapi kecantikannya tidak susut, bersiap hendak keluar. Maksudnya dia hendak melihat mesin mobilnya. Siapa tahu ada keajaiban.
Tangannya sudah memegang handle pintu, lalu tangannya sudah bergerak hendak membuka pintu. Tapi sudah terdengar suara Indah seperti gemetar ketakutan.
"Shofie! Lu jangan keluar!"
"Emangnya napa?" kata Shofie dengan suara malas campur kesal.
Lalu dia segera menoleh ke Indah dan langsung mendapati wajah cantik gadis itu begitu pucat. Dan sepasang matanya juga tampak membelalak.
"Lu napa, Ndah?" tanya Shofie bernada heran, masih belum paham apa yang terjadi dengan temannya.
"Lu..., lu coba liat ke depan!" suara Indah masih gemetar ketakutan. Telunjuk kirinya menunjuk ke arah depan mobil.
Dengan agak cepat Shofie langsung memandang ke arah yang ditunjuk Indah. Tapi tidak cukup 1 menit otaknya sudah bisa mencerna apa yang dia lihat. Dan kejap itu pula langsung membangkitkan ketakutannya yang amat sangat. Sehingga....
"Aaaa....!"
Tanpa menunggu lagi Shofie langsung menjerit ketakutan dengan histeris yang membuat Indah tambah terkejut. Langsung saja si Indah mengomelinya dengan suara dongkol bercampur masih ketakutan.
Shofie tidak peduli dengan gerutuan Indah, tidak perduli kalau menginjak tasnya, dia langsung ngacir ke jok belakang. Lalu menyembunyikan dirinya di bawah jok.
Sebenarnya apa yang kedua gadis itu lihat sehingga membuat mereka ketakutan begitu rupa?
★☆★☆
Di depan mobil sedan merek Honda Civic Type R merah itu, berjarak 4 meter telah berdiri 3 sosok serba merah gelap yang begitu menyeramkan.
Berpakaian panjang hingga ke mata kaki warna merah. Kepala mereka terbungkus tudung dari kain yang bersambung dengan pakaian masing-masing mereka. Di pinggang mereka terlilit sabuk selebar 4 jari dari logam berwarna hijau metalik.
Wajah mereka amat menyeramkan. Agak tebal berwarna merah berpadu guratan-guratan hitam yang rupanya laksana setan. Sepasang mata mereka memancarkan sinar redup warna merah keputihan. Mengerikan!
Menambah tampang menyeramkan mereka, di tangan masing-masing sudah tergenggam pedang lurus selebar 3 jari sepanjang 1 meter bermata satu.
Benar-benar penampilan yang sungguh menyeramkan! Tidak heran kalau kedua gadis itu gemetar ketakutan. Hingga membuat Shofie sempat menjerit ketakutan.
Oh, ternyata bukan cuma 3 sosok saja. Di samping kanan mobil juga ada 3 sosok, di samping kiri mobil juga ada 3, bahkan di belakang mobil juga ada 3 sosok mengerikan.
Sehingga mobil mewah Shofie itu sudah dikurung oleh 12 sosok makhluk yang amat menyeramkan dari segala arah.
Sementara itu Indah masih saja terpaku diam bagai patung. Tapi sepasang matanya yang membelalak masih menatap horor ketiga sosok makhluk di depan mobil.
Namun dengan cepat dia merosotkan tubuhnya ke bawah mana kala melihat ketiga makhluk itu bergerak maju. Lalu menyembunyikan tubuhnya di bawah dasboard.
Ya, ketiga makhluk itu..., oh bukan..., semua sosok makhluk menyeramkan itu kini bergerak maju mendekati mobil itu. Langkah mereka begitu mantap tapi cukup pelan, seakan tidak ingin terburu-buru menghabisi mangsa mereka.
"Makhluk... menyeramkan apa tuh, Ndah?" tanya Shofie mengkeret ketakutan. Suaranya cukup pelan seakan tenggelam di balik ketakutannya.
"Lu jangan bersuara!" dengus Indah, tapi dengan suara pelan, masih ketakutan. "Mereka udah mendekat ke mari!"
Shofie segera membekap mulutnya kuat-kuat menahan mulutnya yang hendak menjerit lagi. Air mata ketakutan sudah membasahi pipi halusnya.
Selagi mereka masih dikecam oleh ketakutan, tiba-tiba terdengar suara bentakan cukup keras yang membuat kedua gadis cantik itu terkejut lagi.
"Berhenti...!"
Jelas Shofie maupun Indah tidak tahu siapa yang membentak keras itu. Yang jelas suara itu terdengar seperti suara wanita muda. Dan kedengarannya seperti dari arah atas kap mobil Shofie.
Yang jelas, saking hebatnya suara bentakan itu membuat 12 sosok makhluk menyeramkan seketika menghentikan langkah.
Kalau begitu siapakah orang yang membentak itu?
★☆★☆
Ya, orang itu memang adalah seorang wanita muda atau gadis yang cantik laksana bidadari, berkulit putih mulus.
Rambutnya lurus lebat panjang sepinggang dengan sebagian digelung indah di atas belakang kepalanya. Sebuah arnel bentuk pedang berwarna biru kristal tertancap di balik gelungan rambutnya.
Berpakaian rangkap dengan pakaian luar berupa baju panjang bermotif indah berwarna biru langit. Pinggang rampingnya terlilit sabuk logam cukup lebar berwarna kuning keemasan. Di pundak kanannya tampak tersembul gagang pedangnya.
Gadis cantik laksana bidadari itu berdiri mantap di atas kap mobil sambil menatap tajam 3 sosok makhluk bertudung merah.
"Siapa kau?" dengan suara serak keras salah satu sosok makhluk bertanya membentak. Suaranya terdengar menyeramkan, membuat Shofie terkejut.
"Kenapa mencampuri urusan kami?" lanjut sosok yang bersuara tadi yang ternyata paling tengah.
"Siapa aku tidak penting kalian ketahui," kata gadis cantik itu bernada dingin-sinis. "Yang jelas aku adalah malaikat maut yang akan mengirim kalian ke neraka!"
Selepas berucap demikian, tubuhnya seketika melesat turun dengan amat cepat. Saking cepatnya gerakan si gadis bidadari, tahu-tahu dia sudah berada dalam jangkauan serangan.
Entah kapan mencabutnya, tahu-tahu di tangannya sudah tergenggam pedang bercahaya biru. Dan pedang itu sudah terayun dengan amat kuat dan cepat, siap menebas leher sosok makhluk yang berdiri sebelah kiri.
Sabetan pedang yang berhawa maut itu memang begitu cepat gerakannya, sudah terlambat bagi sosok makhluk itu untuk menghindarinya. Sedangkan kedua kawannya dengan cepat melenting ke belakang.
Maka dengan cepat diangkat pedangnya, dengan maksud menahan laju tebasan pedang bercahaya biru panas itu. Tapi apa lacur kalau sosok itu menemui naasnya duluan.
Pedang sosok makhluk itu langsung putus begitu berhantaman dengan pedang si gadis baju biru. Sedangkan laju ayunan pedang si gadis ternyata tidak berhenti. Terus meluncur dengan kecepatan yang sama.
Membuat sosok makhluk itu cuma bisa terkejut. Tapi tidak bisa menghindar lagi karena pedang itu sudah menebas putus lehernya.
Darah segar seketika muncrat ke udara saat kepala makhluk itu jatuh menggelinding. Lalu menyusul tubuhnya langsung rebah ke belakang.
Sedangkan gadis berbaju biru, begitu selesai menghabisi lawannya, dia langsung melenting tinggi dan hinggap ke atas jalan aspal.
Sementara kesebelas makhluk menyeramkan itu seperti masih terkesima dengan aksi si gadis. Namun mereka sepertinya tidak mau larut dalam keterkejutan.
Dengan cepat dan serentak mereka langsung melesat ke arah gadis pedang biru. Lalu tak menunggu lama mereka langsung menyerang gadis itu bersama-sama.
Namun ternyata gadis cantik itu memiliki kehebatan di atas semua makhluk itu. Dengan mudah dan entengnya dia menghadapi semua serangan mereka. Bahkan mampu membalas serangan di tengah serangan yang beruntun.
Sementara itu Indah yang sebenarnya masih ketakutan, karena dihantui rasa penasaran, dia memberanikan melihat ke luar dan langsung memandang ke arah pertarungan.
Sedangkan Shofie sama sekali tidak bergeming di tempatnya bersembunyi. Bukan dia takut akan pertarungan, bukan dia takut akan dentingan suara pedang yang saling beradu.
Benaknya masih didominasi oleh ketakutan karena melihat wajah makhluk yang menyeramkan itu. Dia memang fobi dengan hal-hal yang menyeramkan seperti hantu atau setan.
★☆★☆
Selang belasan menit pertarungan berlangsung pedang birunya kembali memakan korban. Tampak dada makhluk tersebut robek panjang dan dalam.
Terang saja membuatnya menjerit keras yang amat menyeramkan bagai jeritan setan. Membuat Shofie yang mendengarnya menutup telinganya rapat-rapat.
Sedangkan Indah, karena rasa penasarannya lebih kuat, maka dia berani-berani saja menyaksikan pertarungan, meski merasa ngeri juga.
Belum hilang suara jeritan mengerikan tadi, kembali lagi terdengar suara jeritan kematian. Ditingkahi tumbangnya 3 sosok makhluk yang susul menyusul.
Hingga tak lama kemudian gadis cantik baju biru itu telah menumbangkan semua makhluk menyeramkan itu tanpa ada yang tersisa.
Meski telah menghabisi semua lawannya, gadis cantik itu masih bersikap siaga. Dilayangkan pandangannya di sekelilingnya yang kembali sunyi namun aneh. Sikapnya itu seolah masih mewaspadai sesuatu.
Sementara Indah, begitu melihat 12 makhluk seram itu sudah terkapar semua, dengan berani dia keluar dari mobil, hendak menghampiri gadis pembasmi setan itu.
Dan sepertinya Shofie terpengaruh dengan keluarnya Indah. Meski masih takut dia memberanikan diri keluar dari persembunyian. Lalu memandang ke luar jendela sebelah kanan.
Sebenarnya dia ingin keluar juga. Tapi rasa takut masih mengalahkan penasarannya. Dia hanya melihat saja Indah yang berbicara dengan gadis cantik itu.
"Kamu tidak apa-apa, Nona?" sapa gadis baju biru begitu melihat Indah sudah berada di dekatnya. Sedangkan pedangnya sudah kembali ke warangkanya.
"Oh, nggak, eh..., tidak," sahut Indah agak gugup dan canggung, ada kesan takut. "Ti... tidak apa-apa...."
Dia merasa di dalam diri gadis itu terpancar semacam aura aneh yang membuatnya jadi gugup dan takut.
"Tenang saja, Nona," kata si gadis menenangkan. "Keadaan sudah aman. Tidak perlu takut."
"Se... sebenarnya makhluk-makhluk menyeramkan itu siapa?" tanya Indah dengan berani. "Asal mereka dari mana?"
"Mereka itu adalah Pasukan Siluman Topeng Merah," sahut si gadis bernada santai. "Mereka berasal dari tempat atau negeri yang amat jauh."
"Siluman...?! Topeng...?!" kejut Indah antara merasa ngeri dan heran.
Sungguh dia tidak menyangka kalau 12 makhluk itu adalah siluman. Dan lebih kaget lagi gadis cantik baju biru itu mengatakan kalau mereka bertopeng.
Apakah wajah yang amat menyeramkan itu cuma topeng?
"Sebenarnya mereka manusia juga," terang si gadis seolah tahu yang dipikirkan Indah. "Cuma sudah dijadikan pasukan siluman. Dan topeng yang mereka kenakan itu adalah Topeng Siluman."
Dengan berani Indah mendekati salah satu mayat Pasukan Siluman, ingin memastikan apakah wajah yang menyeramkan itu hanya topeng.
Begitu sampai di mayat tersebut, dan belum lama dia mengamati keadaan wajah makhluk itu, tiba-tiba saja terjadi keanehan pada sosok mayat itu.
Sampai-sampai Indah terlonjak 2 langkah ke belakang saking kagetnya. Sepasang matanya yang indah membelalak lebar seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Apakah yang terjadi? Sehingga Indah terkejut sangat bagai kembali melihat makhluk menyeramkan?
★☆★☆★
Apa yang terjadi sebenarnya? Apa yang dilihat Indah sehingga membuatnya terkejut seakan tidak percaya dengan pandangan matanya?
Seketika semua mayat Pasukan Siluman Topeng Merah langsung hancur menjadi serpihan-serpihan kecil warna merah darah. Kejadiannya hampir bersamaan.
Bukan hanya mereka saja yang tiba-tiba hancur entah dengan sebab apa, bahkan pedang-pedang mereka pun ikut hancur berkeping-keping pula. Dan warnanya sama, merah darah.
Beberapa detik kemudian serpihan-serpihan itu langsung berantakan. Lalu lenyap tanpa bekas seakan tersedot ke dalam bumi.
Sungguh pemandangan yang membagongkan!
Ternyata bukan cuma Indah saja yang menyaksikan fenomena aneh itu. Shofie juga tanpa sengaja melihatnya. Sampai-sampai dia keluar dari mobil, terus mendekat ke salah satu mayat yang sudah jadi serpihan.
Entah mendapat keberanian dari mana gadis feminim itu?
Tapi belum juga dia sampai ke tujuan, serpihan-serpihan itu sudah lenyap. Dan begitu dia sampai di situ, agak ke tengah jalan aspal, serpihan-serpihan itu sudah lenyap.
Lalu dengan cepat dia berjongkok, terus mengusapkan telapak tangan kirinya ke permukaan aspal, tempat salah satu mayat tadi tergeletak.
Tapi begitu Shofie mengamati telapak tangannya itu, dia tidak merasakan apa-apa, tidak mengendus apa-apa, tidak melihat apa-apa selain telapak tangannya sendiri.
Lalu dia menengok ke arah gadis cantik berbaju biru tadi setelah berdiri kembali. Bersamaan pula Indah melakukan hal yang sama.
Namun bertapa kagetnya mereka mendapati gadis itu tidak ada lagi di tempatnya. Sudah lenyap bagai ditelan bumi saja. Kapan perginya sungguh mereka tidak menyadarinya. Padahal posisi gadis tadi berdiri tidak terlaku jauh dari mereka.
Padahal ekor mata Shofie masih sempat melihat si gadis saat keluar dari mobil. Sungguh mengherankan!
Malam ini mereka memang dirundung kejadian-kejadian aneh. Mobil Shofie tiba-tiba saja mogok, bertemu dengan makhluk-makhluk menyeramkan yang ternyata manusia siluman, bertemu dengan gadis aneh.
Sedianya mereka sebenarnya hendak pergi ke pesta ultah teman sekelas sekaligus sesama anggota geng mereka. Siapa sangka mereka dirundung dengan kejadian-kejadian yang membagongkan itu.
Selagi mereka larut dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba saja keadaan kembali seperti semula. Hingar-bingar suara kendaraan bermesin langsung meributi suasana. Membuat mereka amat terkejut.
Lebih mengejutkan lagi apa yang terjadi dengan Shofie. Begitu dia menoleh dan menghadap ke belakang, tahu-tahu sebuah motor yang melaju cukup kencang sudah berada 4 meter lagi di depan matanya, melintas di jalur berdirinya.
Sebenarnya Shofie ini bukanlah gadis yang lemah. Dia juga punya ilmu beladiri, yaitu taekwondo. Secara logika dia bisa menghindari motor itu.
Namun karena kaget bercampur panik, lagi suasana hatinya yang masih kacau, dia menyimpang dari logika. Dia hanya bisa terpaku diam di tempatnya sambil menjerit histeris.
"Aaa...!"
Sementara si pengendara motor yang belum jelas laki perempuannya tentu terkejut bukan main, tiba-tiba ada orang dalam lintasan motornya. Dan sekarang jarak antara motornya dengan gadis di depannya itu sudah kurang dari 3 meter.
"Awas, Shofie!" seru Indah cukup keras memperingatkan.
Dengan cepat Indah menghambur ke arah Shofie. Sedangkan si pengendara motor langsung menekan rem depan berbarengan dengan rem belakang.
Namun meski kedua remnya tertekan dengan pakem, karena laju motornya tadi cukup kencang, motornya tetap bergerak maju dengan kedua ban yang terseret di badan aspal, menimbulkan bunyi mendecit menggiriskan hati.
Sementara Indah, begitu sudah meraih tubuh Shofie, langsung ditarik, dibawa ke pinggir jalan dengan cepat.
Hampir bersamaan motor yang masih terseret bannya itu melintas di tempat berdirinya Shofie tadi. Itupun masih terus bergerak maju hingga 1 meter di belakang Shofie.
Kalau saja Shofie tidak cepat diselamatkan Indah, dia pasti tertabrak motor itu. Meski tidak parah tapi cukup sakit juga.
★☆★☆
Setelah memperbaiki perasaannya yang sempat kaget, si pengendara dengan cepat menepikan motornya di pinggir jalan. Dan berhenti di depan mobil Shofie berjarak 4 meter.
Setelah menurunkan standar satu, menekan semacam tombol di motornya hingga mesinnya mati, tanpa membuka helm, si pengendara yang memakai jaket kulit warna hitam langsung menghampiri Shofie dan Indah.
Sedangkan kedua gadis cantik itu tampak seperti menunggu saja di tempat mereka. Tapi pandangan mata keduanya menyorot tajam menyiratkan kemarahan yang sangat mana kala menatap si pengendara.
Sampai pun si pengendara sudah sampai di depan mereka berjarak 3 langkah, baik Indah maupun Shofie masih menatap marah campur kesal pada orang itu.
Entah bagaimana ekspresi wajahnya, tapi si pengendara seperti tidak menghirau sikap sinis kedua gadis itu. Lalu dia berkata dengan lembut dan sopan penuh rasa bersalah.
"Mbaknya tidak apa-apa?"
Dari suaranya yang agak berat dan tinggi, bisa dipastikan dia seorang lelaki. Lebih tepatnya lelaki muda.
"Nggak papa pala lu!" dengus Shofie dengan berang.
Belum hilang kicau suaranya, telapak tangan kanannya dengan cepat naik dan menampar ke arah samping helm si pengendara sebelah kiri.
Entah karena tidak sempat menghindar atau membiarkan, telapak tangan Shofie dengan telak menghantam samping kepala si pengendara cukup keras. Sehingga kepala di pengendara terdoyon ke samping sedikit terpelintir.
Sewaktu menampar tadi, tanpa Shofie sadari kalau telapak tangannya menekan semacam tombol yang sedikit menonjol di samping helm si pengendara. Sehingga terjadilah sedikit keanehan.
Seketika helm yang ternyata berbentuk aneh itu mengumpul ke atas ke tengah kepalanya dengan cukup cepat. Sehingga tampaklah seraut wajah seorang remaja laki-laki yang agak terlengos karena tamparan.
Kejadian aneh itu jelas diperhatikan oleh kedua gadis itu. Dan seketika raut wajah mereka terkejut heran.
Tidak lama lelaki remaja itu kembali berdiri tegak seperti tadi. Tidak tampak di wajahnya mereaksi perbuatan Shofie tadi. Wajah yang sedikit tersamar oleh rambut depannya tampak datar saja. Seakan tidak terjadi apa-apa.
Sikapnya pun masih sopan dan menunjukkan rasa bersalah atas perbuatannya. Malah dia mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab.
"Mbaknya tidak apa-apa 'kan?"
Sikap remaja yang seumuran dengan mereka itu jelas membuat Indah maupun Shofie merasa heran. Tapi karena Shofie sudah didominasi kemarahan, dia tidak perduli dengan perasaan anehnya itu.
"Mata lu kepake nggak sih?" malah Shofie menghardik lagi dengan kasar. "Apa nggak liat kalau ada gue di depan lu?"
"Maaf, Mbak, situ tadi tiba-tiba ada di depan saya," kata si pria muda itu tetap sopan. "Jadi saya tidak tahu. Sekali lagi saya minta maaf, Mbak."
"Enak kali lu minta maaf setelah hampir nabrak gue!" dengus Shofie makin berang. "Kalau lu nggak ugal-ugalan nggak bakalan lu hampir nabrak gue!"
Sepertinya pemuda belia itu tidak menggubris sikap Shofie yang tidak bersahabat itu. Dia menggerakkan tangan kanannya dengan maksud memeriksa apakah ada yang terluka dari tangan Shofie. Sambil berkata.
"Ada yang terluka, Mbak?"
Tapi Indah yang sedari tadi cuma memperhatikan pria misterius itu, langsung salah menduga. Dikiranya pemuda itu hendak macam-macam dengan Shofie.
Maka dengan cepat dia maju terus menampik dengan cepat dan kuat tangan pria itu. Lalu kepalan tangannya menghantam dada si pemuda dengan keras. Bersamaan dengan itu Shofie juga mendupak lambung si pemuda dengan keras.
Sehingga pria yang sepertinya tidak punya beladiri itu langsung terjajar ke belakang beberapa langkah sehabis mendapat 2 serangan dari kedua gadis cantik itu.
★☆★☆
Tapi pemuda itu bersikap datar-datar saja. Tidak terdengar dia meringis kesakitan. Apalagi wajahnya tidak mengekspresikan apa-apa. Datar-datar saja.
Sedangkan Indah masih terus mengejar. Lalu mengirimkan pukulan tinju kanan dan menghantam hidung si pemuda. Lalu menyusulkan dengan tendangan keras kaki kiri dan langsung menohok dada pria yang tak berdaya itu.
Membuat pria itu bukan saja terjajar, tapi langsung terjengkang jatuh ke belakang. Begitu tubuhnya menimpa badan aspal menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tapi lagi-lagi tidak terdengar dia mengeluh kesakitan. Ekspresi wajahnya tetap datar.
Setelah merasa keadaannya sudah tenang, pemuda belia itu hendak bangkit. Tapi Indah ternyata dengan cepat sudah ada di sampingnya, lalu menginjakkan kaki kananya dan sedikit menekan ke dada si pemuda.
Maka gagallah pemuda belia itu untuk bangkit berdiri. Dia kembali terkapar di atas aspal sambil memandang pada Indah. Pandangannya biasa, tanpa ada ekspresi apa-apa.
"Sikat terus, Ndah!" seru Shofie yang berdiri tak jauh di belakang Indah. "Bikin bonyok sekalian!"
Seolah tidak menggubris seruan Shofie, dengan wajah jutek dan sinis, dengan tatapan penghinaan, Indah berkata si pemuda dengan nada dingin.
"Lu ngaku salah nggak?"
"Iya, Mbak, saja mengaku salah," ucap pemuda itu tanpa banyak pertimbangan. "Saya 'kan tadi sudah minta maaf."
"Lu bisa bengkel nggak?" tanya Indah sekenanya. Tapi nadanya ketus-sinis.
"Bisa, Mbak."
"Bangun! Dan ikut gue!"
Setelah Indah mengangkat kakinya dari atas dadanya, si pemuda langsung bangun dengan cepat. Lalu Indah mencengkeram kerah jaket si pemuda, lalu menariknya bagai menarik kambing untuk disembelih. Miris!
"Lu napa bawa cowok udik ini ke sini, Ndah?" tanya Shofie bernada tidak senang begitu mereka sampai di mobil Shofie yang berdiri bersender di samping mobilnya.
"Dia bisa bengkel katanya," sahut Indah setelah melepas cengkeramannya pada jaket pemuda itu.
"Cowok miskin begitu lu percaya," leceh Shofie tersenyum sinis. "Paling dia cuman modus aja. Telpon Mas Dhanu aja!"
"Apa salahnya kita ngetes kejujuran cowok ini," kata Indah seakan hendak mencoba peruntungan. "Kalau dia bo'ong, gue patahkan kakinya. Lagian kalau nelpon Mas Dhanu kelamaan."
"Terserah lu aja," kata Shofie nyerah.
Lalu Shofie berpindah tempat pergi menuju samping kiri mobilnya. Tapi dia lewat belakang seolah alergi melewati jalan di dekat si cowok.
★☆★☆
Sementara Indah langsung menyuruh si pemuda mengerjakan apa yang diperintahkannya.
"Sekarang lu liat mobil temen gue, apanya yang rusak! Buktikan kalau omongan lu tadi benar. Kalau ternyata lu bo'ong, lu tau sendiri akibatnya!"
Setelah mendengar celoteh Indah, tanpa komentar apa-apa, pria itu melangkah ke depan mobil. Begitu sampai dia bertanya kepada Indah.
"Kunci kap depannya sudah dibuka?"
Tanpa menjawab pertanyaan Indah langsung menekan tombol pembuka kunci kap depan atau kap mesin mobil.
Tak lama kemudian si pemuda tampak sudah sibuk mengamati dan mengecek rangkaian kabel-kabel pada mesin mobil. Lalu tampak seperti dia menyambung beberapa kabel yang putus.
Dari tangannya yang lincah dan terampil lagi teliti, pertanda pemuda itu sudah menguasai bidangnya.
Sedangkan Indah yang berada di samping si pemuda, memperhatikan semua apa yang dilakukannya. Dia tampak mengangguk-angguk kecil melihat kelincahan dan terampilnya si pemuda dalam melakukan pekerjaannya.
"Gimana, Mas?" tanya Indah bagai tak sabaran. "Apa sudah beres?"
"Coba hidupkan mesinnya!" pinta si pemuda.
Tanpa banyak pikir Indah langsung ke samping mobil sebelah kanan. Dan betapa gembiranya hatinya saat melihat lampu indikator di sekitar setir telah menyala. Tadi tidak menyala sama sekali.
Sedangkan Shofie sebenarnya juga senang begitu melihat mobilnya kayaknya udah benar. Tapi hatinya masih diliputi kedongkolan. Jadi, dia tidak menunjukkan apa-apa selain kemarahan sekaligus kejudesan.
Kemudian tanpa berlama-lama Indah masuk ke dalam mobil, lalu menghidupkan mesinnya. Dan ternyata benar-benar hidup. Membuat hatinya bertambah girang.
Sementara Shofie, begitu mobilnya sudah hidup kembali, dia segera masuk ke dalam mobil tanpa berkomentar apa-apa. Tapi dalam hati terpaksa dia memuji kalau pria muda itu memang bisa bengkel, tidak berbohong.
Setelah menutup kembali kap mesin, si pemuda belia menghampiri Indah. Lalu tanpa ditanya dia berkata menjelaskan mengenai masalah mobil itu.
"Untuk sementara mobil ini masih bisa dipakai. Tapi cuma 24 jam saja terhitung mulai sekarang. Ada beberapa komponen kabel inti pada mesinnya yang harus dibenahi ulang. Bahkan ada yang harus diganti...."
"Saya tadi cuma memperbaiki secara darurat yang sifatnya sementara," lanjutnya. "Jika Mbak berkenan silahkan bawa mobil Mbak ke bengkel saya bekerja besok. Atau kalau mau saya perbaiki di rumah saya malam ini juga."
"Lu ternyata bukan hanya cowok slengean juga," celetuk Shofie bernada sinis-ketus, "belagu juga songong juga."
"Ah, lu cuma promosiin bengkel lu ya biar rame," kata Indah seolah menyambung ucapan Shofie. Nada ucapannya terdengar santai. "Modus juga lu."
"Heh, Cowok Udik! Di kota ini banyak bengkel-bengkel yang terkenal," kata Shofie masih menyambung. "Nggak kayak bengkel lu yang nggak terkenal."
"Lagian siapa juga yang mau ke rumah cowok miskin kayak lu," lanjutnya masih dengan sarkas melontarkan untaian celotehannya.
"Yaaah, itu terserah Mbaknya mau percaya atau tidak," kata si pemuda tetap berusaha berkata dan bersikap tenang. "Saya hanya menjelaskan apa yang seharusnya dijelaskan."
"Udah nggak ada lagi 'kan yang mau lu omongin?" kata Indah seolah mengusir si pemuda secara halus.
"Kalau nggak ada udah pergi sana!" sambung Shofie seolah memperjelas pengusiran. "Atau minta bayaran. Berapa?"
"Baiklah," pemuda itu masih sabar dan tenang. "Tapi saya cuma bisa berpesan mobil ini cepat dibawa ke bengkel. Jangan sampai lewat dari 24 jam."
"Kalau sampe lewat napa?" kata Indah penasaran juga.
"Mobil ini akan rusak selamanya."
Setelah itu si pemuda pergi meninggalkan kedua gadis itu dengan langkah cepat. Setelah menghidupkan motornya, dia melaju dengan cukup kencang.
★☆★☆
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!