" Maaf pak, bu, dengan berat hati saya katakan bapak Bagas terkena kanker tulang stadium 3. Itu juga yang membuat selama ini bapak Bagas merasakan sakit di setiap persendiannya."
Bagaikan di tikam belati jantung Bagas terasa sangat sakit saat vonis itu di katakan oleh dokter. Dia merasa hidupnya sudah tidak berarti lagi.
Bagas baru saja menikah dengn Emi. Dan mereka belum di karuniai seorang anak. Dia merasa semua sudah hancur. Pernikahan yang dia jalani baru seumur jagung harus mengalami cobaan seperti ini.
Keluar dari rumah sakit, Bagas langsung murung. Dia tidak mau makan atau melakukan apapun. Dia seperti manusia tidak bernyawa.
" Yank.... Sudahlah... Kita masih bisa melakukan pengobatan kan Yank... Jangan kayak gini.. Aku jadi sedih liat kamu begini. "
Emi menangis melihat kondisi suaminya saat ini. Dia juga merasa hancur saat tau keadaan suaminya. Tapi mau bagaimana lagi. Dia hanya bisa mendukung suaminya saja sekarang. Dia tidak boleh terlihat sedih di depan suaminya.
Agar suaminya bisa semangat lagi menjalani hidupnya.
Bagas, dia merasa semua usaha yang akan dia lakukan itu hanya hal yang percuma saja. Semua tidak akan menyembuhkan dirinya lagi.
Bagas sudah putus asa dan ingin mati saja. Dia tidak bisa menerima cobaan sebesar ini.
" Kenap aku bisa kena kanker? Hidup aku selalu sehat. Aku selalu olahraga dan memakan makanan sehat. Apa yang menyebabkan aku sampai terkena penyakit separah ini?"
Pertanyaan Bagas malah membuat Emi tambah sedih. Dia menangis dan tidak bisa menyembunyikan kesedihannya lagi.
Emi sudah menjalin hubungan dengan Bagas itu delapan tahun sebelum mereka akhirnya menikah. Banyak cobaan yang sudah mereka lalui selama ini berdua sampai akhirnya Bagas bisa menikahi Emi dengan usahanya sendiri.
Pernikahan yang baru berjalan 3 tahun itu langsung mendapatkan cobaan yang sangat berat.
Bagas kasihan kepada Emi yang menghabiskan masa mudanya hanya dengan dirinya yang penyakitan. Maka dari itu, Yoga sangat ingin bunuh diri sekarang. Agar Emi tidak lama menderita bersama dengan dirinya.
" Kamu harus bisa hidup bahagia tanpa aku yank... aku sudah tidak bisa membahagiakan kamu lagi."
" Gas.. apa yang kamu bilang ini ha? aku bahagia ya bersama kamu gas. Kamu pikir akau akan menyerah dengan mudah setelah tau masalah ini? Tidak akan. Aku akan berusaha mengobati kamu bagaimana pun itu hasilnya. Kita akan berusaha bersama. *
Emi akan berjuang dengan Bagas sampai akhir. Dia yakin akan cinta mereka berdua. Cobaan begini pasti bisa mereka lalui bersama.
Walaupun dalam hati kecil Emi tetap merasa kehidupan dia tidak adi saat ini.
" Kenapa jadi begini? Niat hati di awal memeriksakan diri untuk program agar kami memiliki anak. Tetapi malah ini yang aku lihat saat ini. Aku merasa ini tidak adil untuk kami berdua. Kenapa Tuhan? apa salah kami? "
Berbagai macam keluhan yang di rasakan Emi saat ini, dia hanya bisa mengeluh di dalam hatinya saja.
Emi dan Bagas kembali pulang ke rumah mereka dengan perasaan yang campur aduk. Ingin sekali mereka mengadukan maslah yang mereka hadapi kepada keluarga mereka masing masing. Tetapi semua itu tidak akan memperbaiki keadaan.
Yang ada hanya akan menambah beban pikiran saja. Emi berusaha bersikap bisa saja kepada Bagas. Bagas saat ini sedang merenung sendirian memikirkan bagaimana nantinya kehidupan dia dengan Emi selanjutnya.
" Apa Emi nanti bisa melakukan segalanya sendiri tanpa aku? Aku takut meninggalkan dia sendirian kalau dia belum bisa menjaga dirinya sendiri. Selama ini, apa yang kami lakukan selalu bersama dan tidak pernah terpisah. Apa saat ini dia bisa melakukan semua itu sendiri? Seharusnya aku tidak merepotkan Emi lagi. Dan biarkan dia mencari pendamping yang jauh lebih baik dari aku. Yang akan bisa menjaga dirinya nanti."
Bagas sudah memikirkan berbagai macam hal. Banyak pikiran buruk yang dia pikirkan saat ini. Bahkan Bagas berniat untuk bunuh diri saat memikirkan hal ini.
Sedangkan Emi, dia yang awalnya bersikap seolah tegar di depan Bagas saat sampai di rumah. Sekarang ini dia sedang menangis di toilet sambil mencuci pakaian.
Dia tidak ingin menambah beban Bagas lagi. Tapi dia juga tidak bisa terima dengan apa yang terjadi saat ini.
" Aku tidak akan sanggup bila dia pergi ninggalin aku. Dari awal hubungan ini berjalan sampai detik ini. Sudah begitu banyak cobaan yang kami lalui. Sekarang Tuhan mencoba lagi cinta kami dengan penyakit Bagas. Apa yang harus aku lakukan? apa bila nanti bagas sampai meninggal, lebih baik aku ikut dengan dirinya saja. "
Tidak ada bedanya denga Bagas. Emi juga merasakan hal yang sama. Putus asa dan merasa dirinya tidak sanggup bila sendirian.
Mereka sama sama hancur di dalam hatinya. Dan sama sama ingin pasangannya mendapat yang terbaik. Tetapi memang sudah jalan yang di berikan Tuhan pada mereka seperti ini.
Merka hanya bisa saling menguatkan saja saat ini. Mereka hanya bisa berusaha saja agar semua membaik.
Keesokan harinya saat Emi akan berangkat berkerja, Dia melihat suaminya yang masih diam dan melamun. Sebisa mungkin Emi membuat suaminya kembali bisa tersenyum lagi.
" Yank.. jangan bengong loh yank... nanti ayam pada mati karna kamu. Lagian kalau pagi gini kita harus semangat tau. Jangan gitu. Nanti aku akan konsul pada dokter di tempat aku kerja. Aku harap ada solusi yang bisa mereka berikan pada kita nanti. Kamu tenang saja semua akan baik baik saja kok. "
Semangat yang di tunjukan Emi di depan Bagas membuat Bagas menyunggingkan senyumnya. Dia tidak mau Emi kehilangan senyumnya saat dia tidak semangat begitu. Jadi dia menutupi semua rasa sedihnya dengan senyuman kepada istrinya.
" Nanti, saat kamu sudah berangkat kesekolah, kamu tidak boleh terlalu capek nanti ya.. Aku tidak mau dengar kamu ikut ikutan main basket dengan murid kamu lagi nanti. Kamu harus jaga kondisi. Ingat itu. "
Emi seperti biasa dia selalu mengingatkan ini dan itu pada Bagas. Dan Bagas merasa dia juga harus bersikap biasa saja kepada Emi. Dia tidak mau bila nanti mereka berpisah, Yang di kenang istrinya hanya kesedihan saja saat bersama dengannya.
" Kamu juga. Jangan terlalu capek mengurusi semua pasien di sana. Tidak hanya kamu yang berkerja di tempat itu. Masih ada yang lain lagi. Kamu harus bisa tegas dengan teman kamu yang lain. Jangan mau enaknya saja saat kerja. "
Melihat suaminya mulai bisa biacra begitu, membuat Emi menjadi bahagia. Mereka memang saling menutupi luka demi satu sama lain. Mereka tidak ingin pasangannya terluka karena sikap mereka.
Emi. Dia adalah wanita berumur 27 tahun yang sudah berkerja sebagai perawat di rumah sakit di daerah tempat tinggalnya. Dia wanita yang pintar, baik dan juga dia sering merasa tidak enakan pada orang.
Emi sudah berkerja di rumah sakit itu cukup lama. Dan sekarang dia sudah menajdi pegawai tetap disana. Dari Awal dia berkerja di rumah sakit itu, dia selalu berusaha memberikan yang terbaik di setiap pekerjaannya. Dia totalitas dalam segala hal yang dia kerjakan.
Tetapi, sebenarnya Emi hanya wanita biasa yang sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan sendirian bila di rumah. Dia selalu di manjakan oleh Bagas. Sehingga banyak hal yang Emi tidak pernah lakukan di dalam rumah.
Emi terlalu tergantung kepada suaminya itu. Karena apapun selalu mereka lakukan bersma. Bahkan Emi tidak pernah bisa memasak dan Bagas tidak masalah untuk itu. Bagas bisa memasak sedikit tetapi dia lebih memilih membeli saja makanan di luar daripada memasak di rumah. Dia juga tidak membiarkan Emi memasak bila tidak bisa.
Prilaku Bagas yang seperti itu, membuat Emi tergantung pada dirinya.
Bagas, dia pria yang berkerja di sekolah SMA di daerah sana juga. Dia disana menjadi guru olah raga favorit muridnya. Sikap Bagas yang mudah bergaul dengan siapapun membuat dia dengan mudah berteman dengan muridnya.
Dan kehidupan mereka berdua selayaknya sepasang suami istri yang sangat saling mencintai walaupun banyak cobaan yang datang menghampiri mereka.
Cobaan di awal mereka menikah adalah restu dari orang tua Bagas. Keluarga Bagas sama sekali tidak menyukai Emi. Dan selalu menghinda Emi karena tidak bisa menjadi istri yang baik bagi Bagas.
Mereka selalu merendahkan Emi karena Emi tidak bisa memasak dan sangat tergantung pada Bagas. Dn hal itu di dengar oleh orang tua Emi langsung. Sehingga Emi di belikan rumah oleh orang tuanya agar bisa tinggal terpisah dari meretuanya Emi.
Orang tua Emi sebenarnya juga tidak menyetujui pernikahan anaknya dengan Bagas. Itu karena melihat dari keluarga Bagas yang tidak pernah menerima Emi menjadi bagian dari mereka.
Tetapi karena melihat sikap Bagas dan bagaimana sayangnya Bagas pada Emi, membuat hati orang tua Emi luluh dan menerima pernikahan mereka.
Pernikahan Emi dan Bagas yang sudah menginjak 3 tahun tapi belum juga mempunyai keturunan. Membuat orang tua Bagas tambah tidak menyukau Emi.
Mereka beranggapan bila Emi mandul dan tidak bisa melahirkan seorang anak untuk penerus keluarga mereka. Dengan sikap keluarga Bagas yang begitu, membuat Bagas memilih menutup diri dari keluarganya.
Dan membangun keluarga yanv bahagaia dengan istrinya Emi. Emi dan Bagas layaknya anak muda yang masih pacaran dalam menjalani pernikahan mereka.
Mereka juga sudah berusaha berbagai macam cara agar bisa mempunyai keturunan. Tetapi semua tidak mudah.
Sampai, mereka melakukan pengecekan kesehatan menyeluruh untuk mengetahui bagaimana kondisi tubuh mereka masing masing. Karena mereka ingin membuat program hamil.
Tetapi berita buruk yang mereka dapatkan. Buka soal mandul atau tidak. Tetapi soal hidup dan mati dari Bagas.
Memang manusia tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada diri mereka. Tetapi vonis dokter yang mengatakan kondisi Bagas begitu membuat Emi yang selaku perawat jelas merasa khawatir.
Emi tau, pengobatan yang bisa di jalanni oleh Bagas nanti. Tetapi tetap saja itu banyak resikonya. Dia tidak berani memikirkan berbagai resiko itu. Dia perlu tempat untuk berkonsultasi saat ini.
" Bram... bagaimana? kamu sudah baca kan hasil pemeriksaan Bagas. Menurut kamu apa ini bisa di lakukan dengan kemiterapi saja? "
" Menurut kamu bagaimana kondisi Bagas setelah membaca hasil ini? "
Bram tidak mau menjelaskan dulu kondisi suami temannya ini. Dia tidak ingin di katakan mematahkan semangat temannya. Bram tau sebesar apa cinta Emi kepada Bagas. Dan pasti Emi tidak akan mau mendengar hal buruk terjadi pada Bagas.
Jadi dia ingin Emi mencerna dulu maksud dari hasil itu. Dan jangan berharap dia memberikan harapan palsu pada temannya ini.
" Bram.. apa kita memang harus oprasi Bagas? Aku takut dia tidak akan setuju. Bagaimanapun mendengar hasil ini saja dia sudah sangat syok. "
" Mi... kamu tau sendiri, bila kita tidak melakukan opeasi kepada Bagas, sel kankernya akan semakin cepat menyebar. Kamu bisa baca sendirikan kalau kanker ini kanker ganas. Kamu sadar betul bukan bagaimana penyebarannya. Coba kamu bujuk suami kamu itu. Setidaknya kita berusaha dulu. Hasil kita serahkan pada Tuhan. "
Emi tau dan sadar akan apa yang terjadi pada suaminya. Tapi dia masih berusaha menolak kenyataan itu. Dan berharap ada yang bisa memberinya harapan sedikit saja saat ini.
Emi bingung bagaimana cara dia membujuk suaminya agar mau melakukan pengobatan dalam situasi seperti sekarang ini.
" Apa yang harus aku lakukan? Bagas akan semakin terpukul bila aku mengatakan dia harus menjalani oprasi untuk pengobatannya. "
Emi sangat bingung dengan situasi dia saat ini. Tetapi dia tetap ingin berusaha. Dia ingin suaminya sembuh lagi. Dan berharap keajaiban datang kepada dirinya nanti.
" Tapi, bila oprasi ini dilakukan, apa Bagas akan tetap bisa berjalan? aku takut hal ini malah akan membuat Bagas lumpuh. Apa yang harus aku lakukan Tuhan. Kemana aku harus mengadu dan meminta pertolongan saat ini? "
Dalam keadaan bingung begitu, banyak pekerjaan Emi yang menjadi kacau. Dia menjadi tidak fokus dalam berkerja. Sehingga temannya disana menyuruh dia untuk pulang dan beristirahat saja.
Kebanyakan temannya di satu ruangan itu mengetahui keadaan Emi saat ini. Dan mereka sangat memaklumi hal itu. Karena bila mereka yang ada di posisi Emi saat ini, mungkin mereka tidak akan bisa untuk tetap berkerja. Dan akan memilih mengurung diri meratapi nasib mereka.
Tetapi Emi masih bisa berkerja dan tersenyum kepada pasiennya. Walupun dia banyak melakukan kesalahan dalam laporannya.
" Aku kasihan loh pada Kak Emi. Pernikahannya tidak semulus itu. Dan sekarang malah menadapat cobaan besar begini lagi. Apa kak Emi sudah memberitahu keluarga suaminya soal keadaan ini gak ya... "
" Aku juga kasihan loh dengan keadaan kak Emi. dia aku dengar tidak di terima di keluarga suaminya. Dan sekarang dua harus merawat suami yang sakit itu. Sangat miris nasibnya. "
Emi sering mendengar perkataan mereka. Tetapi selalu dia abaikan. Sedangkan saat ini, dia merasa tidak kuat dengan semua gosip yang dia dengar. Dia merasa seolah gosip temannya itu semakin menambah luka di hatinya.
" Aku merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan saat ini. Aku tidak mau mendengar mereka bicara soal aku. Rasanya sangat menyakitkan bila mengingat semuanya. Sampai detik ini aku tidak tau kemana aku akan mengadu soal masalah yang sedang aku alami dengan suami aku. "
Kanker tulang adalah jenis kanker yang menyerang tulang. Penyakit ini dapat diidap oleh anak-anak hingga orang dewasa.
Kanker tulang terbagi menjadi dua, yaitu kanker tulang primer dan sekunder. Dinamakan kanker tulang primer bilamana kanker tersebut muncul dan berkembang langsung di dalam tulang. Sedangkan kanker tulang sekunder adalah kanker yang berasal dari bagian tubuh lain yang menyebar ke tulang-tulang.
Yang di alami oleh Bagas saat ini adalah kanker tulang primer. Dan kanker itu berada di tulang belakangnya. Gejala yang di alamai Bagas selama ini sama persis dengan gejala umum yang terjadi bila terserang penyakit tersebut yaitu:
Nyeri. Seseorang yang terkena kanker tulang akan merasakan nyeri pada daerah tulang yang diserang, dan nyeri akan semakin meningkat saat bergerak. Nyeri biasanya akan dirasakan terus menerus hingga malam hari.
Pembengkakan. Daerah sekitar tulang yang terkena kanker akan mengalami pembengkakan dan berwarna kemerahan. Jika pembengkakan terjadi di tulang yang dekat dengan persendian, maka gerakan akan menjadi sulit dan terbatas.
Tulang rapuh. Kanker tulang menyebabkan tulang menjadi lemah atau rapuh. Bahkan jika sudah parah, jatuh ringan atau cedera kecil saja bisa membuat tulang patah.
Bagas memang tidak sampai pada tahap tulangnya rapuh. Tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan dia akan mengalaminya. Apalagi saat ini kanker yang di derita oleh Bagas adalah kanker ganas.
Dan Emi sudah paham untuk penanganannya kanker ini. Penanganan utama kanker tulang biasanya dilakukan melalui operasi yang dikombinasikan dengan pengobatan lainnya, seperti kemoterapi dan radioterapi.
Tetapi untuk membujuk suaminya biar mau melakukan pengobatan itu menurut Emi akan sangat sulit dia lakukan.
Karena sampai sekarang Bagas belum bisa menerima semua keadaannya. Berbagai tindakan oprasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker tulang, di antaranya:
Operasi pengangkatan tulang. Prosedur ini biasanya dilakukan jika kanker belum menyebar keluar tulang. Bagian tulang atau sendi yang terinfeksi kanker umumnya masih bisa direkonstruksi atau diganti dengan tulang atau sendi buatan walau tidak jarang juga langkah amputasi harus tetap dilakukan. Operasi pengangkatan ini juga masih bisa diterapkan jika kanker baru menyebar ke jaringan-jaringan di sekitar tulang, misalnya pada sendi lutut.
Amputasi. Amputasi biasanya dilakukan jika kanker tidak berhasil ditangani dengan operasi pengangkatan tulang atau jika kanker tulang telah menyebar, misalnya menuju saraf, pembuluh darah, serta kulit. Amputasi mungkin juga diperlukan jika terjadi infeksi pascaoperasi pengangkatan tulang. Penderita yang harus melalui prosedur amputasi akan menggunakan tungkai buatan untuk menggantikan tungkai yang diangkat. Penderita akan melalui tahap rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi organ pada anggota tubuh yang diangkat melalui berbagai jenis terapi, salah satunya adalah fisioterapi.
Karena Bagas sedang menderita kanker tualang chordoma, yaitu kanker tulang ini seringkali muncul pada dasar tulang tengkorak atau pada tulang belakang. Biasanya menyerang orang dengan usia di atas 30 tahun, dan lelaki dua kali lebih rentan terserang dibanding wanita.
Dalam keadaan bingung begitu, Emi akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Dia ingin beristirahat dan menengkan pikirannya.
" Aku ingin mengadu, tetapi pada siapa aku bisa mengadu saat ini? Mertua dan ipar yang aku punya bahkan tidak ada yang percaya akan apa yang aku katakan. Apabila aku sampai mengatakan keadaan Bagas, apa yang akan mereka bilang pada aku? apa mereka akan paham dan mau berbagi duka dengan aku? atau mereka akan memarahi aku karena mengatakan anaknya telah sakit kanker. "
Pikiran Emi terus berputar begitu saja. Dia sampai tidak menyadari sudah sampai di rumahnya saat ini. Dan saat akan masuk kedalam rumah, Emi merasa ada yang salah. Pintu rumah biasanya terkunci karena suaminya biasanya masih berada di sekolah saat ini.
" Ini ada apa? apa Bagas sudah sampai di rumah? Tapi kenapa tidak ada mengabari aku?"
Dengan banyak pertanyaan Emi membuka pintunya itu dan langsung melihat suaminya sedang berusaha untuk bunuh diri dengan meminum obat serangga di rumahnya itu.
" Astaga... yank... apa yang kamu lakukan?"
Tangisan Emi pecah saat itu juga. Dia tidak menyangka akan melihat suaminya melakukan hal seperti itu.
" Ya Tuhan yank... apa yang kamu lakukan ini? apa kamu sudah tidak sayang lagi kepada aku? kenapa kamu mau bertindak bodoh begini yank? apa kamu tidak mau lagi berjuang bersama aku? "
Bagas masih bingung dengan keadaanya. Dia sebelumnya memang ingin bunuh diri agar bisa terbebas dari sakit dan tidak menyusahkan istrinya terlalu banyak.
" Aku hanya tidak mau nanti menjadi beban kamu. aku mau kamu bahagia saja. Bukan menderita begini dengan aku. "
Perkataan Bagas membuat Emi tambah menagis. Dia merasa dunianya sudah hancur saat itu. Tidak ada tempat dia meminta pendapat saat ini.
" Kita berobat ya yank... aku akan selalu bersama kamu. aku tidak akan meninggalkan kamu. Kita hadapi bersama ya.. "
Emi berusaha menguatkan suaminya sedangkan dia sendiri belum juga bisa kuat. Semua perkataan Emi untuk suaminya itu hanya untuk menghibur dirinya juga. Dia hanya tidak mau kehilangan secepat itu.
" Kamu tau yank, kita bisa mengobati kamu dengan oprasi terlebih dahulu. Kita akan angkat dulu kankernya dari tempat dia berkembang. Setelah itu kita lakukan kemo dan sinar. Aku yakin kamu sembuh. "
" Saat aku di oprasi, apa aku masih bisa berjalan nanti? saat aku lumpuh, saat itu aku akan semakin membebani kamu. Aku tidak mau hal itu terjadi."
" Aku tidak masalah. Kita hadapi bersama ya.. "
Bagas mulai emosi dengan hal ini. Dia merasa lemah dan tidak berdaya saat ini. Dia yang seharusnya bisa menjaga istrinya dengan baik malah dia yang akan menjadi beban untuk istrinya nanti.
" Jangan paksa aku. Biarkan aku mati saja. Kamu tidak paham apa yang aku rasakan saat ini. "
Bagas baru pertama kali ini berbicara kasar kepada Emi . Dan Emi sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Dia tau suaminya dalam keadaan tertekan dan merasa hancur. Tetapi dia juga sama hancurnya dengan suaminya itu.
" Kalau begitu, mari kita meninggal bersama. Aku juga tidak akan sanggup bila harus kehilangan kamu. Aku ingin kita berjuang bersama karena aku masih ingin bersama kamu. Cinta yang aku punya bukan hanya kata semata. Aku sungguh tidak bisa hidup tanpa kamu. Kamu dengar itu Bagas? "
Emi mulai menangis keras dan berteriak kepada Bagas. Dia meluapkan seluruh rasa cemas dan emosinya saat itu. Dia tidak sanggup bila kehilangan laki laki yang menjadi cinta pertamanya dan menjadi satu satunya. Dia ingin mereka bersama sampai maut memisahkan.
Sebegitu cintanya Emi pada Bagas hingga dia tidak akan sanggup bila hidup sendiri tanpa suaminya itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!