NovelToon NovelToon

Gadis Kecil Kesayangan Mafia Kejam

Bab 1 Berubahnya Hidup Jennixia

"Maafkan Ayah Jen, Ayah terpaksa melakukannya demi menyelamatkan Ibumu." Ucap Ayah tiri Jennixia kepadanya.

"Tidak Ayah sengajakan! Ayah memang membenci kehadiranku dan ini saat paling tepat untuk Ayah menyingkirkanku." Tangisan Jennixia pecah.

Ayah tirinya yang sudah berusaha menahan segala amarahnya langsung saja melepaskan tamparan yang sangat perih mengenai pipi mulus sang anak tiri.

Plak!!

"Hei, anak sia*an! Kau harus bersyukur aku sudah berusaha menyelamatkan Ibu kandungmu biarpun aku harus menjualmu karena kau cuma akan membawa sial dalam keluarga ini." Bentak Ayah tiri Jennixia.

Selama ini Jennixia tidak pernah mendapat bentakan dari Ayah tirinya tapi sering mendapat perlakuan pilih kasih terhadap adiknya. Hanya saja Ibu kandungnya sangat menyayanginya makanya dia masih bisa bertahan sampai saat Ibunya mulai didiagnosa memiliki kanker payudara stadium 3.

Jennixia menangis semau-maunya setelah mendengar bentakan Ayah tirinya itu.

"Cepat kemasi barangmu, sebentar lagi mereka datang menjemputmu. Anggap saja ini pengorbanan terakhir untuk Ibumu" lanjut Ayah tirinya lagi lalu berlalu dari depan Jennixia.

Jennixia terduduk di depan kamarnya, kakinya berasa sangat lemas, air mata sudah membasahi seluruh wajahnya. Jennixia mengacak-acak rambutnya karena rasa tertekan sejak Ayah tirinya yang menguasai rumah mereka ini.

Apalagi, Ayah tirinya menjual dirinya kepada seseorang yang ia tidak kenal demi uang berobat untuk Ibunya. Sungguh miris hidup Jennixia.

....

Di sebuah Perusahaan.

"Bagaimana? Apa Ayah tirinya setuju?" Tanya seorang pria yang berwajah tegas dan tampan itu.

"Dia menyetujuinya Tuan Chester, anak-anak buah kita sedang menjemput gadis itu." Jawab Luis yang merupakan asisten pribadi Chester.

Chester tersenyum sumringgah setelah mendengar berita yang di sampaikan asistennya.

"Setelah 5 tahun, akhirnya kau akan jadi milikku seutuhnya Jen," ucap Chester dalam hatinya.

"Suruh semua pelayan menyambut kedatangannya dan siapkan makanan yang spesial untuknya. Ahh jangan lupa berikan dia asisten yang akan membantunya dalam segala hal di mansion nanti," ujar Chester panjang lebar.

"Baik Tuan, akan segera saya arahkan pada yang lain," jawab Luis lalu mengundurkan diri untuk pamit lalu melakukan arahan yang diberi oleh Chester.

Chester mengeluarkan foto dari dalam dompetnya lalu di tatapnya dengan tatapan penuh kasih.

"Kau sudah menginjak dewasa. Maaf jika caraku salah tapi ini adalah salah satu cara bagaimana aku bisa mengikatmu untuk terus berada di sisiku." Ucap Chester lirih lalu mencium foto tersebut.

Dibalik foto tersebut terdapat nama yang tertulis. Jennixia Peter.

Dia adalah Jennixia yang dijual oleh Ayah tirinya demi mendapat uang pengobatan Ibu kandungnya.

Chester mengalihkan pandangan ke luar, saat ini dia masih berada di Negara Itali karena urusan pembukaan cabang baru di Negara itu. Dia ingin pulang ke tanah airnya tapi sayangnya urusan perusahaannya baru saja di mulai dan dia harus berada di Negara itu selama lebih kurang sebulan untuk memastikan kelancarannya.

....

Kembali ke tempat Jennixia.

Jennixia kini sudah mengemasi barang-barangnya karena di luar sana sudah terdapat banyak sekali pria yang berbadan kekar telah menunggu dirinya.

Dan hanya ada satu saja wanita yang berada di antara para pria itu.

"Nona, apa anda sudah selesai?" tanya wanita itu dengan tersenyum ramah.

"Jenni belum selesai umm..." Sahut Jennixia terbata-bata.

"Panggil saya Nera saja Nona. Ada yang perlu saya bantu?" tawar Nera yang merupakan kepala sekretaris Chester.

Jennixia menggeleng lalu dengan cepat memasukkan kembali pakaian dan barang-barang yang menurutnya penting ke dalam koper miliknya.

Setelah setengah jam semuanya sudah selesai, Jennixia berpamitan dengan Ayah tirinya yang kelihatan sumringgah karena baru saja menerima uang sebanyak 1 miliar rupiah.

Dia sudah membayangkan bagaimana hidupnya kedepan dan soal istrinya akan di rawat di rumah sakit swasta yang memiliki dokter yang hebat.

Jennixia mencium tangan Ayah tirinya setelah itu pergi begitu saja tanpa mengatakan ucapan maupun kata pisah kepada Ayah tirinya, toh dia juga merasa dia tidak ada artinya.

Jennixia duduk di dalam mobil mewah Lexus RX SUV sambil merenung ke luar, tatapan matanya sangat menyedihkan tapi dia coba menguatkan dirinya.

"Ini semua demi Ibu, baiklah. Jenni tidak apa-apa asal Ibu kembali sehat." Gumam Jennixia dalam hati tapi tanpa ia sadar air matanya sudah mengalir membasahi pipinya yang mulus.

Setelah puas menangis akhirya Jennixia tertidur bersandar di pintu mobil. Nera yang tidak tega langsung saja menarik perlahan kepala Jennixia lalu membuat posisi Jennixia berbaring beralaskan paha Nera.

Nera mengusap lembut rambut Jennixia sambil tersenyum.

"Nona, hidupmu akan lebih bahagia setelah ini, tersenyumlah untuknya dan jangan menangis. " Ucapnya lirih tapi masih mampu di dengar oleh sopir mobil yang mereka naiki itu.

Semua bawahan yang diberi kepercayaan dengan Chester sudah mengetahui siapa sosok Jennixia dan tidak lagi merasa aneh dengan kedatangannya yang sudah di nanti-nanti selama 5 tahun ini.

Setelah mobil sudah berhenti, Jennixia pun terbangun dan lantas meminta maaf pada Nera, dia merasa sudah lancang karena berani sekali menjadikan paha Nera sebagai bantalnya.

"Nona tidak perlu meminta maaf, lagian tadi saya yang membuat Nona baring di atas paha saya. Saya tidak keberatan dan Nona tidak merepotkan sama sekali." Terang Nera dengan seulas senyuman diwajah.

Walau bagaimanapun, Jennixia tetap merasa tidak enak. Tapi dia tidak bisa menolak secara terang-terangan setiap kata-kata Nera.

Kini Jennixia mengikuti langkah Nera memasuki mansion yang ukurannya sangat mewah. Jennixia sempat menganga sebelum melangkah masuk tadi dan sekarang di buat makin menganga karena para pelayan sudah berbaris memberi ucapan sambutan dan menunduk hormat kepadanya.

"Tidak mungkin mereka menyambutku, pasti mereka menyambut Nera dan yang lain." Gumamnya dalam hati agar tidak merasa gugup.

Mata Jennixia mengitari seluruh ruang di mana dia berada sekarang. Dia tidak bisa membayangkan bahwa di berada di surga dunia.

"Nona, mari saya tunjukkan kamarnya." Ucap Nera lalu di anggukki dengan Jennixia.

Nera membawa Jennixia ke lantai 3 menaiki lift khusus untuk Chester tapi saat ini dia berani menaikinya karena perintah dari Chester sendiri. Chester begitu ingin memanjakan Jennixia sampai naik tangga saja dia tidak mengizinkan.

"Nona nanti kalau mau turun lewat lift saja ya, nomor pinnya tanggal ulangtahun Nona." Pesan Nera sewaktu baru memasuki ke dalam lift.

"Ulangtahunku? 080397 gitu? " Ucap Jennixia dengan polos.

"Ya benar sekali Nona, ayo keluar kita akan ke kamar Nona." Nera tertawa kecil melihat kepolosan Jennixia.

Sekali lagi Jennixia di buat menganga melihat isi kamarnya yang luas dan mewah. Jennixia berkeliling ke setiap penjuru kamarnya.

Meja rias telah dipenuhi dengan skincare dan alat solek, walk in closetnya telah di penuhi dengan pakaian yang branded, aksesori, tas dan sepatu semuanya berada di dalam ruang khusus yang tersambung dengan kamarnya itu.

Hidup Jennixia kini benar-benar berubah 360 derajat.

"Pasti ini semua mimpi, ya mimpi. Semalam aku baru saja menonton film princess diary makanya aku sedang bermimpi." Celotehnya sambil mencubit-cubit lengannya.

Bersambung...

Bab 2 Harga diriku lebih rendah

Jennixia kini tinggal sendiri di dalam kamarnya. Baru saja hendak memasuki kamar mandi tiba-tiba pintu kamar Jennixia di ketuk, dia pun berlari kecil untuk segera membuka pintu kamarnya itu.

Seorang gadis mungkin hampir seusianya telah berdiri di depan pintu kamarnya sambil menunjukkan wajah yang sumringgah.

Jennixia menaikan kedua alisnya, menatap bingung dengan kehadiran seorang gadis itu.

"Selamat siang Nona, nama saya Mei, saya di tugaskan untuk menjadi pelayan pribadi Nona." Ucapnya sambil memperkenalkan dirinya.

Mulut Jennixia kembali dibuat terbuka karena menganga, betapa hari ini banyak kejutan yang ia terima. Padahal tadi ia baru saja meratapi hidupnya yang terasa sangat memilukan tapi semuanya berubah dalam sekelip mata setelah ia sampai di mansion mewah ini.

"Hihi, Nona anda sungguh menggemaskan." Tegur Mei sambil terkekeh geli melihat kepolosan wajah Jennixia.

"Hehh, maaf maaf... Ehm mari masuk kita ngobrol di dalam saja yuk." Jennixia mempersilakan Mei masuk dengan ramahnya ia merasa seperti mendapat teman baru di tempat yang baru.

Mei mengikuti langkah Jennixia dan kini mereka duduk bersama disofa yang ada di dalam kamarnya. Awalnya Mei menolak karena alasannya dia cuma pelayan biasa dan Jennixia adalah majikannya. Tapi Jennixia berhasil membujuknya.

Jennixia sebenarnya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Mei.

"Mei, Ehmm kamu bisakan panggil Jenni saja, tidak usah Nona-nona itulah, lagian Jenni bukan Nonamu Mei." Seloroh Jennixia sambil memainkan rambut panjangnya yang tergerai indah.

"Maaf Nona, saya tidak bisa. Ini arahan dari Tuan, lagian Nona adalah majikan, saya adalah pelayan." Kata-kata itu lagi yang di dengar oleh Jennixia, seperti kata yang sudah di hafalkan untuk ujian akhir.

"Ehm, tapi aku bukan majikanmu." Ungkap Jennixia. "Aku mungkin lebih rendah di bandingkan dirimu Mei yang bekerja dan mendapatkan uang dari cara yang halal tapi tidak denganku," lanjutnya lagi kini suara ceria Jennixia berubah menjadi sendu.

Mei sudah mengetahui semua tentang Jennixia karena sebelum dia diberikan tanggungjawab ini dia menghadapi Nera, seorang kepala sekretaris yang tegas dalam melaksanakan setiap tugasnya, memberi dan memilih pelayan pribadi untuk Jennixia juga merupakan tugas Nera.

Oleh itu sebelum memulai pekerjaannya, Mei telah diberitahu sedikit tentang keadaan Jennixia. Dan alasan kenapa Tuan mereka sangat menginginkannya.

Mei menepuk pundak Jennixia dengan perlahan lalu berkata.

"Nona, anda pasti akan bahagia berada di sini. Percayalah dan jangan rendahkan harga dirimu Nona."

Jennixia mengangkat kepalanya lalu menatap wajah Mei, dia tiba-tiba menghamburkan pelukkan ke arah Mei dan Mei menyambutnya dengan pelukkan yang hangat.

"Saya juga akan senantiasa berada di sini Nona." Ucap Mei lirih.

Setelah adegan itu, Mei memberitahu dengan Jennixia bahwa dia harus bersiap karena sebentar lagi akan makan siang. Mei juga menawarkan untuk memandikan Jennixia tapi Jennixia segera menolak dan menyuruhnya menunggu hingga dirinya selesai.

Mei membantu mengeringkan rambut panjang Jennixia menggunakan hairdryer.

"Mei, siapa nama Tuan kita dan Tuan ada di mana sekarang? Apa lagi keluar?" Tanya Jennixia karena dari tadi dia sudah menyimpan rasa penasarannya.

Mei mengulas senyumannya lalu menjawab pertanyaan Jennixia.

"Nama Tuan, Chester Mc Cloud dan sekarang Tuan ada di Itali mengurus perusahaan cabang baru di sana."

Jennixia mengangguk.

"Chester Mc Cloud, ehmm." Batinnya.

Kini Jennixia bersama Mei turun melewati anak tangga yang sungguh panjang. Jennixia lebih memilih menggunakan tangga ketimbang harus menaiki lift, dari sini ia bisa melihat keadaan di dalam mansion.

Wajah para pelayan berbinar dan sumringgah setelah melihat Jennixia yang sedang menurun anak tangga. Ada pengawal yang bersiap sedia di tangga terbawah untuk memastikan Jennixia tidak mengalami kesulitan sewaktu menuruni setiap anak tangga.

Benar-benar ya di manjakan sekali Jennixia oleh si Tuan Chester.

Para pelayan menyambut Jennixia di ruang makan lalu mempersilakan Jennixia untuk makan.

Mata Jennixia membulat sempurna karena makanan yang dihidangkan oleh para pelayan memang sangat membuatnya menelan air luarnya berkali-kali dan baru pertama kali dia melihat hidangan mewah yang begitu banyak.

Jennixia duduk di meja itu, Mei melayaninya dengan memasukkan berbagai macam makanan di atas piringnya. Baru saja hendak mulai makan tapi Jennixia kembali merasa aneh.

"Kenapa kalian tidak duduk?" Ucap Jennixia lalu melihat para pelayan yang masih berdiri dan hanya tersenyum melihatnya.

Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Jennixia, sehingga Jennixia menatap ke arah Mei dan meminta jawabannya.

"Maaf Nona, kami cuma pelayan dan tidak pantas untuk duduk semeja dengan Nona." Bisik Mei.

Jennixia langsung meletakkan sendok dan garfu yang telah ia pegang tadi lalu berdiri dari tempat duduknya. Jennixia berlalu pergi dari ruang makan tanpa berkata apa-apa.

Para pelayan saling berbalas tatapan karena mereka merasa aneh dengan Jennixia yang tidak jadi makan. Mei langsung saja mengejar Jennixia.

"Nona, tunggu. Nona mau ke mana? Nona belum selesai makan tadi." Ujar Mei sambil berjalan mengejar langkah Jennixia yang sangat cepat.

Tiba-tiba Jennixia berhenti lalu membalikkan tubuhnya, hampir saja Mei menabraknya mujur saja dia masih sempat menstabilkan langkahnya.

"Nona?" Panggil Mei.

"Mei, berhentilah memanggilku nona dan nona. Namaku Jenni dan Jenni tidak ingin makan sendiri, Jenni mau kalian makan bersama Jenni dan Jenni tidak mau dilayani seperti raja." Ucap Jennixia dengan nada yang berubah sendu.

"Kalau kalian tau Jenni ada di sini karena uang yang ditawarkan Tuan Chester. Harga diri Jenni lebih rendah dari kalian," lanjutnya lagi. Air mata telah membasahi seluruh wajah Jennixia.

....

Deg!!

Chester yang baru saja tersenyum melihat tingkah Jennixia dalam video yang di kirim oleh Nera, kini dibuat rasa bersalah.

"Apa mungkin tindakanku membuat Jenni merasa harga dirinya rendah." Ucapnya sambil mengusap layar yang menunjukkan wajah Jennixia yang sedang menangis.

"Jangan menangis seperti itu, maafkan aku, aku salah. Aku akan pulang secepatnya dan akan mengaku kesalahanku tapi tolong jangan menangis seperti itu." Gumam Chester di dalam hatinya.

Dia meletakkan tabnya lalu membuat panggilan telepon kepada Nera yang masih berada di mansionnya.

Chester menanyakan keadaan Jennixia kepada Nera secara lebih terperinci karena dia tidak mampu melihat rekaman video Jennixia yang menangis itu.

"Bagaimana keadaannya sekarang Ner?" Tanya Chester setelah panggilan teleponnya di angkat.

"Nona tertidur Tuan, tadi saya sudah membujuknya dan maaf kalau kami lancang Tuan, kami harus makan bersama Nona tadi dan sekarang Nona sudah tertidur dengan nyenyak." Sahut Nera dari seberang sana.

"Tidak apa-apa, yang penting dia tidak merendahkan harga dirinya lagi. Tolong jagakan dia selama aku masih di sini, aku akan coba pulang lebih awal."

"Baiklah Tuan."

"Ehmm, foto wajahnya yang sedang tertidur dan kirim kepadaku. Aku tutup." Chester mematikan panggilannya dan menunggu pesan yang berisi foto Jennixia yang sedang tertidur.

Luis datang memasuki ruangan Chester. Lalu memberitahukannya tentang jadwal yang mereka sudah susun ulang dan dipercepatkan harinya agar mereka bisa segera pulang ke tanah air mereka.

Chester meminta cukup 2 minggu saja untuk berada di Italy dan harus cepat kembali karena dia tidak sabar bertemu dengan gadis kecil yang menjadi idamannya.

Bersambung...

Bab 3 Chester si mafia

Chester sedang sibuk dengan beberapa rapat dengan perusahaan yang akan menjalinkan hubungan dengan perusahaan cabangnya.

Walaupun batinnya sudah berteriak ingin pulang dan bertemu dengan gadis idamannya. Dia tetap bisa profesional sehingga Luis datang memberikan informasi yang mengejutkan.

"Maaf menganggu Tuan." Ucap Luis yang tiba-tiba datang dalam ruang rapatnya itu.

Memang Luis tidak menemani Chester karena Luis juga sedang mengerjakan sesuatu berkaitan dengan perusahaan cabang itu.

"Ya, ada apa?" jawab Chester dengan datar.

Luis langsung menunduk lalu berbisik dekat telinga Chester dan perubahan pada netra mata Chester sungguh kentara. Rahangnya juga mengeras, amarah mulai memucak di atas kepalanya.

"Gudang penerimaan di Kota A diserang musuh dan lebih dari 60 persen barang yang sampai di sita oleh anak buah Alex Sandoro Tuan. Yang lain berhasil anak buah kita amankan sebelum kedatangan anak buah Alex tadi."

Chester tidak berkata apa-apa tapi tangannya yang berada di atas meja sudah ia kepalkan.

Alex sandoro ketua mafia dari Tiger Blast merupakan musuh yang sering mengacaukan wilayah Chester, apalagi saat ini ia tahu Chester sedang berada di luar negara.

Awalnya Chester hanya anggap Tiger Blast itu cuma hama yang suka membuat kekacauan kecil-kecilan tapi makin lama makin kelihatan bahwa mereka memang hendak merebut semua wilayah kekuasaan Black Swan alias wilayah Chester.

Kalau mau dibandingkan memang yang lebih banyak pengikut itu adalah Tiger Blast karena memang mereka sudah lama mendirikan kumpulan mafia itu ketimbang dengan Black Swan yang baru saja muncul sekitar 5 tahun yang lalu tapi berkembang dengan lebih pesat.

Chester membubarkan rapatnya, karena dia takut dia bisa lepas kendali di saat dia sedang marah seperti ini.

"Maaf Tuan-tuan, rasanya rapat harus saya tunda dulu karena tiba-tiba ada urusan mendadak." Ujar Chester dengan penuh rasa maaf, tapi tidak bisa dibohongi saat ini tatapan matanya yang awalnya datar kini telah berubah seperti tatapan elang yang ingin menyerang mangsanya.

Luis menghantar keluar beberapa direktur perusahaan yang datang tadi sehingga sampai ke lantai dasar perusahaan.

Di samping itu, Chester membuka rekaman video yang dikirim oleh anak buahnya yang berjaga di kawasan penerimaan barang.

Chester mengepalkan tangan kirinya lalu memukul kuat meja di depannya.

"Memang ya mereka suka main-main ck."

Tiger Blast belum tau bahwa pemimpin Black Swan ini bisa saja menghapuskan mereka dengan sekelip mata, apalagi Chester yang mempunyai sifat tidak berbelas kasih kepada siapa saja yang mengusik wilayahnya.

Selama ini Chester hanya banyak berdiam dan tidak meladeni kekacauan yang dibuat oleh Alex dan mereka menganggap bahwa Chester sangat takut kepada Alex.

Oh, salah sebenarnya ada hal yang membuat Chester tidak ingin mengotori tangannya dan anak buahnya tapi saat ini dia akan menepikan hal itu dan Chester lebih memilih untuk turun tangan sendiri.

"Eh tapi inikan sudah dalam Indonesia, hehh." Rencana Chester sudah tercetak jelas di wajahnya yang sumringgah.

....

Di mansion..

Jennixia yang merasa bosan karena tidak ada hal yang ia bisa kerjakan kini sedang berbaring di sofa dalam kamarnya berbantalkan paha Mei yang terasa sangat nyaman baginya.

"Mei, apa tidak ada pekerjaan untuk Jenni?" Sudah berulang-ulang kali Jennixia menanyakan hal itu pada Mei maupun Nera.

"Maaf Nona." Jawab Mei singkat sambil mengusap atas kepala Jennixia.

"Sungguh membosankan, padahal Jenni hanya gadis yang dibeli, ehmm Mei tidak bisakah carikan Jenni kesibukan?" Renggek Jennixia seperti anak kecil yang meminta sesuatu kepada ibunya.

"Tidak ada Nona, sebaiknya Nona tidur saja kalau merasa bosan atau Nona mau menonton?" Tawar Mei kepada Jennixia sambil tersenyum.

"Jenni tidak suka menonton semuanya hanya rekaan aja nggak seru, ehm." Sahut Jennixia. "Jenni tau." Lanjutnya dengan antusias.

Mei mengerutkan dahinya.

"Tau apa?"

Jennixia bangun dan mengambil posisi duduk di sebelah Mei, dia menunjukkan raut wajah yang teramat sangat mengemaskan.

Mei mula berfirasat tidak baik dengan wajah yang di tunjukkan oleh Jennixia.

"Mei, Jenni ingin menanam bunga boleh?" Tanya Jennixia dengan antusias dan bola matanya yang berbinar.

"Hum, coba saya tanyakan ke kak Nera ya." Jawab Mei.

Jennixia yang sudah tidak sabaran untuk melakukan hobinya yang satu itu akhirnya memaksa Mei untuk bertemu denga Nera sekarang.

Jennixia dan Mei menuju ke ruang kerja khusus untuk Nera. Sampai di depan ruang kerja Nera, baru saja Jennixia hendak mengetuk pintu malah pintunya sudah dibuka dahulu oleh Nera.

"Mari masuk Nona." Ucap Nera dengan tersenyum seperti sudah tahu bahwa Jennixia berada di depan pintu ruangannya.

"Maaf maaf, hem... Nera." Jennixia menggunakan nada sedikit dibuat lembut agar Nera bisa terpancing dengannya.

Nera bisa membaca raut wajah Jennixia yang menginginkan sesuatu itu langsung saja tersenyum geli. Ingin sekali dia mengemas Jennixia tapi takut akan Chester yang datang tiba-tiba.

"Ya?" Jawab Nera dengan singkat dan tidak kalah berbinar wajahnya di banding Jennixia.

"Ner, Jenni sungguh bosan. Tidak bisakah beri Jenni sesuatu kesibukan seperti menanam bunga. Lagian Jenni sangat suka dengan bunga-bungaan." Terang Jennixia dengan wajah penuh berharap.

"Baiklah, Nona bisa gunakan laman yang kosong di belakang mansion untuk menanam bunga. Saya akan menyuruh beberapa pengawal membantu Nona untuk membeli bunganya." Jawab Nera dengan senang hati karena Jennixia tidak meminta hal yang bisa melebihi batasnya.

Jennixa langsung menghamburkan pelukan ke arah Nera, lalu mengucap terima kasih berulang-ulang. Begitu senangnya hati Jennixia bisa memiliki kesibukan sendiri dan tidak perlu hanya menunggu makan saja.

....

Penerbangan dari Milan ke Indonesia cukup memakan 15 jam. Chester kali ini menyelesaikan masalah di Kota A yang berada di Indonesia tanpa Luis menemaninya.

Sengaja Chester sendiri yang turun tangan agar setelah menyelesaikan masalah dia bisa langsung pulang ke mansionnya. Hal itulah yang di tunggu-tunggu oleh Chester setelah hampir seminggu.

Chester mendarat di sebuah lapangan yang memang dikhususkan untuknya. Tanpa ada kenal rasa lelah, dia langsung saja menuju ke tempat penerimaan barang ilegalnya.

Dengan langkah yang tegas dan wajah yang dingin kini Chester sudah berhadapan dengan Alex Sandoro.

"Well, pemimpin yang pengecut sudah datang." Sindir Alex kepada Chester.

Chester tidak menanggapinya malah melepaskan satu tembakan yang berdekatan dengan Alex.

Alex kaget dengan kecepatan tangan Chester. Anak buah Alex langsung menodongkan senjata mereka ke arah Chester dan anak buahnya.

"Kau menantang?" Sinis Alex dengan raut wajah garangnya.

"Hancurkan." Seru Chester lirih kepada salah satu anak buahnya.

Alex yang agak bingung dengan tindakan Chester yang tampak terlalu santai, akhirnya berbisik ke arah asistennya Doyi.

"Doy, apa mereka tidak..." belum sempat Alex melanjutkan ucapannya tiba-tiba ponsel Doyi berdering.

Doyi menjawab panggilan teleponnya.

"Tuan Doy, mansion utama Tuan Alex di tawan dan markas utama kita terbakar." Teriak anak buah Alex dari dalam ponsel itu.

Mata Doyi membulat sempurna lalu memberitahukan kepada Alex apa yang terjadi. Alex tampak mengalihkan pandangannya ke arah Chester.

"Kau! Jangan kau sakiti keluargaku! Kau akan menyesal!" Bentak Alex dengan raut wajah garangnya.

Chester tersenyum smirk setelah mendengar ucapan Alex lalu dia berkata.

"Pilih. Keluargamu atau anak buahmu?"

Pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Chester membuat Alex merasa geram karena sudah tentu ia memilih keluarganya.

"Sudah tentu keluargaku si**an." Jerit Alex. "Hei kalian letakkan di bawah senjata kalian! Cepat!" Lanjut Alex lagi memberi perintah kepada anak buahnya.

Setelah anak buahnya hendak meletakkan senjata mereka ke bawah dengan cepat anak buah Chester menembak semua anak buah Alex yang berada di situ kecuali asisten Alex.

Alex melongo, melihat anak buahnya semua di tembak mati.

"Woi, apa-apaan ini?" tanya Alex lagi kini dengan tubuh yang mulai gementar.

Chester tersenyum sungging.

"Tadikan pilih keluarga jadi ini sudah." Jawabnya santai. "Serahkan kembali semuanya dan pergilah menjauh sebelum aku berubah pikiran," lanjutnya dengan ancaman.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!