Di sebuah kota besar terdapat seorang gadis yang bertahan hidup dengan cara bekerja di dunia hiburan malam.
Feby adalah nama samaran yang selalu digunakan pada saat bekerja.
Feby memiliki paras yang cantik, kulit putih bersih terawat, rambut panjang terurai indah serta body yang memukau bagai model papan atas.
"Mami ! Tidak ada pelanggan untukku ya ?" tanya Feby kepada seorang wanita paruh baya sebagai pemilik distrik hiburan tersebut.
Ia adalah mami Vera, selain pemilik distrik, ia juga bertugas untuk memberikan tamu-tamu kepada pekerja wanitanya.
"Untuk kesayangan mami ya pasti ada dong cantik, kamu malam ini temeni pengusaha kaya ya !" jawab Mami.
"Usia berapa mi ?"
"Kamu selalu bertanya soal usia, gak usah pikirin usia dong cinta ! Yang penting duitnya mantap !"
"Feby, cuma pingin tahu aja sih !"
"Udah rentan, tua bangka juga sih sebenarnya ! Tapi uangnya mantap say !"
"Ternyata sudah bau tanah ya, Feby agak takut melayani orangtua begitu mi, takutnya patah tulang trus mati mendadak dikamar !" Ucap Feby sedikit kesal.
"Hahaha ! Makanya kamu yang lembut dong sayang ! Jangan terlalu ngebor !" goda mami Vera.
"Huh !" ketus Feby.
Beep..Beep..
Telepon genggam milik mami Vera berbunyi, ternyata sebuah panggilan dari tamu yang akan dilayani oleh Feby.
"Tamu kamu !" ucap mami Vera, lalu menjawab panggilan tersebut.
"Halo om !" sapa mami Vera dengan lembut.
"Ya sudah dong, mau yang di foto kan ?" ucap mami Vera kemudian.
"Pasti dong, gak akan nyesal pokoknya !" ucapnya lagi sembari memandang wajah Feby.
"Oh ke hotel Grand Angkasa ya ? Kamar nomor 29 lantai 2, Oke om !" Mami Vera mencatat sebuah alamat di dalam sebuah kertas usang bekas struk belanja.
"Okey om siap, nanti Feby lansung kesana ya" ucap mami Vera, lalu menutup teleponnya.
"Feby, kamu ke hotel ini ya ! Nanti sampai disana lansung telfon om itu aja !" kata mami Vera kepada Feby sembari memberikan sebuah alamat yang telah dicatatnya tadi.
"Yah mamii, kasih sama yang lain aja dong mi ! Feby takut si tua bangka itu mati mendadak !" keluh Feby.
"Kamu gimana sih ? Om itu maunya kamu lho ! Sudah kamu pergi saja dulu, pikirkan uangnya !"
"Ih Mamiii !! Ya deh aku pergi ! Ini sistemnya gimana ? Lansung pulang atau gimana mi ?" tanya Feby kesal.
"Malam ini pelanggan kamu cuma om itu, khusus untukmu ! Jadi kamu gak usah balik sini lagi ! Dia bayar empatpuluh juta lho !" kata mami Vera.
"Wow ! Dengar duitnya aku jadi semangat, yaudah deh aku pergi dulu ! Bye mami !"
"Ya bye juga, have fun ya ! Ingat jangan buat si tua bangka itu encok !"
"Siaapp !"
Feby pun pergi menuju hotel yang telah di tentukan.
Sesampainya di hotel, ia bergegas menuju lantai dua untuk mencari nomor kamar pelanggannya.
Tiba - tiba
Dubrak !
Feby bertabrakan dengan seorang lelaki tampan saat hendak memasuki lift. Sesaat matanya bertatapan dengan mata lelaki itu.
Deg !
Seketika jantung lelaki itu berdetak kencang tidak beraturan, matanya menatap wajah Feby yang begitu cantik dan mempesona.
"Em maaf saya tidak sengaja !" ucap Feby kepada lelaki itu.
"Eh ti..tidak apa-apa kog ! Kamu tidak apa-apa ?" kata lelaki itu gugup.
"iya saya baik-baik saja ! Permisi !" ucap Feby, lalu masuk ke dalam lift tersebut.
Tak butuh waktu lama, Feby pun telah sampai didepan kamar yang telah ditentukan.
Tok tok tok
Feby mengetuk pintu.
Cekreek !
Pintu kamar pun terbuka, ia mendapati sosok lelaki tua berambut putih dihadapannya.
"Hai om, saya Feby !" sapa Feby sambil tersenyum sesaat setelah pintu terbuka.
"Oh dari Vera ya ?" tanya pelanggan tersebut.
"Benar om !"
"Mari masuk !" ucap pelanggan tersebut sambil merangkul bahu Feby.
"Ternyata lebih cantik aslinya ya daripada fotonya !" ucap pelanggan tersebut.
Mendengar itu, Feby hanya tersenyum tipis.
Tanpa basa - basi, lelaki tua yang sudah dipenuhi hasrat lansung melepas pakaian Feby satu per satu. Lalu ia mencumbui Feby diatas ranjang putih nan empuk, kemudian adegan itu pun terjadi secara singkat.
"Hosh ! Hosh !" Nafas lelaki tua itu pun menjadi tidak beraturan, ia tampak kelelahan saat bercumbu mesra dengan Feby.
Tanpa memakai busana, mereka berbaring di dalam selimut putih yang tebal bersama lelaki tua itu.
"Maaf ya cantik ! Om sudah tidak sanggup lagi ! Kita istirahat sebentar ya ! Besok pagi satu ronde lagi !" ucap lelaki tua itu sembari memeluk tubuh Feby yang terbaring tanpa busana.
"Dih ! Padahal sudah punya istri, tapi masih begini ! Memang laki-laki itu gak ada beresnya sama sekali !" batin Feby mendumel kesal.
Beberapa saat kemudian lelaki tua itu tertidur sembari tetap memeluk Feby.
Tanpa terasa, jam di dinding begitu cepat berputar, malam pun telah berlalu.
"Om ! Bangun Om ! Sudah jam sembilan ! Feby harus pulang !" ucap Feby membangunkan lelaki tua itu.
"Hah ? Jam sembilan ? Cepat sekali ! Om harus pulang, nanti istri om kecarian !" panik lelaki tersebut.
"Kamu cantik sekali !" ucap lelaki tua itu ketika menyaksikan Feby yang sudah bersih dan berpenampilan rapi bersiap untuk pulang kerumah.
"Ehm ! Kayaknya kita satu ronde lagi saja ya ! Hehehe !" genit lelaki itu, lalu meraih tubuh Feby dan mencoba mengecup bibirnya.
Namun
Seett !
Secara perlahan Feby mendorong tubuh lelaki tua itu.
"Om, Feby ada janji hari ini, sudah tidak sempat lagi ! Tadi Feby bangunin om jam empat pagi untuk bermain ronde kedua tapi om tidak bangun-bangun !" ucap Feby berpura-pura manja agar lelaki tua itu mengijinkannya kembali pulang kerumah.
"Oh ya ? Kamu ada banguni saya ?" tanya lelaki itu.
"Iya om !" jawab Feby berbohong.
"Astaga ! Maafin om ya, om kecapean, habisnya kamu enak sih !" goda lelaki itu dengan genitnya.
Feby hanya membalasnya dengan sebuah senyum kepalsuan.
"Yasudah, lain kali om order kamu ya !" kata lelaki itu kemudian sembari membelai rambut Feby dengan lembut.
"Janji ya ! Feby tunggu lho !"
"Iya cantik ! Oh iya, ini ada tip dari om ! Om jarang pegang uang cash, di dompet cuma ada limajuta, buat kamu aja nih ! Buat beli sarapan !" ucap lelaki tua itu sembari memberikan uang merah berjumlah limajuta rupiah.
Melihat itu, Feby tampak gembira, iapun meraih uang tersebut.
"Makasih om !" ucap Feby kegirangan.
"Sama-sama !"
"Kalau begitu, Feby pamit dulu ya om !"
"Iya ! Hati-hati ya cantik !"
"Iya om ! Bye !"
"Bye juga !"
Feby pun pergi meninggalkan tempat itu, dengan cepat ia beranjak keluar hotel untuk menghilangkan rasa jijiknya terhadap lelaki tua tersebut.
"Untung dia kasih tip ! Kalau enggak, aku udah mau muntah berada didekatnya !" gumam Feby.
"Huft ! Lumayan malam ini dapat banyak" ucapnya kemudian.
Beeepp.. Beeepp
Sebuah panggilan dari mami Vera.
"Halo mi !"
"Kamu sudah pulang ?"
"Sudah, baru saja keluar ! Ada apa mi ?"
"Tidak ada apa-apa, hanya memastikan saja ! Yasudah, mami tutup dulu ! Mami mau tidur, ngantuk !"
"Okey mi"
Bersambung..
Setibanya dirumah, Feby lansung membersihkan kembali tubuhnya, ia merasa jijik telah tidur bersama lelaki tua yang telah menjadi pelanggannya tadi malam.
Pakaian yang dikenakannya pun turut dibuangnya ke dalam bak sampah yang berada di depan apartemen mewahnya.
"Huh ! Entah sampai kapan aku harus hidup seperti ini !" ucap Feby sedang meratapi takdir hidupnya.
"Mah, Pah ! Seandainya kalian masih hidup, mungkinkah hidupku tidak seperti ini ?" ucapnya kemudian.
"Ah entah apa yang telah kupikirkan ?! Hidup seperti ini sudah cukup baik, tinggal temeni pelanggan lansung dapat duit ! Meski tidak ada sekolah sama sekali tetapi aku bisa dapat duit dengan jumlah yang besar" Feby berusaha menghibur dirinya sendiri yang hampir putus asa.
Sementara itu di suatu tempat, tepatnya di sebuah rumah mewah bagai istana, terdapat sepasang suamu istri sedang bertengkar hebat.
"Kenapa sih kamu selalu kerja, kerja dan kerja ? Kamu sudah gak peduli lagi denganku ?" ucap seorang wanita dengan api amarah yang meledak - ledak.
"Okey, kalau kamu memang tidak peduli denganku, setidaknya lihatlah anakmu !" ucap wanita itu lagi dengan lantang.
"Kamu kenapa sih ?! Pagi - pagi sudah cari ribut !" kesal lelaki itu.
Lelaki itu bernama Ronald, ia adalah pria yang bertabrakan dengan Feby di hotel tadi malam. Ronald memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan yang masih berusia delapan tahun.
Istri Ronald dulunya sangat cantik dan menawan, tubuhnya pun lansing. Namun sejak melahirkan, bentuk tubuhnya berubah drastis menjadi gemuk. Selain itu, istrinya juga sering mengomel setiap kali Ronald kembali pulang kerumah.
Hal itu membuat Ronald merasa tidak memiliki ketenangan sama sekali saat sedang berada di dalam rumah, sehingga membuat ia selalu berpikir untuk menginap di hotel setiap malamnya agar ia dapat beristirahat dengan tenang dimalam hari.
"Kamu kemana tadi malam ? Kenapa gak pulang ? Kerja lagi ?!" tanya istrinya, ia bernama Luna.
Luna adalah seorang ibu rumah tangga. Satu tahun terakhir, Luna merasa tidak diperhatikan lagi oleh suaminya Ronald. Hal itu membuat ia selalu berpikiran negatif terhadap Ronald meskipun Ronald tidak pernah melakukan hal yang buruk.
"Bisa gak, sekali saja beri aku ketenangan saat dirumah !" Kata Ronald memohon.
Namun
Dubrak !
Tiba - tiba saja, Luna membanting sebuah benda yang berada di dekatnya.
"Kamu bilang ketenangan ?! Ketenangan seperti apa yang kamu mau ha ?" bentak Luna dengan emosi yang meledak - meledak, curiga yang berlebihan membuat Luna tidak dapat mengontrol emosinya sendiri.
Melihat itu, emosi Ronald pun turut memuncak sampai ke ubun - ubun, ingin rasanya ia meluapkan emosinya, namun ia berusaha untuk tetap menahannya. Ia tidak ingin menyakiti hati dan fisik isterinya sendiri.
Demi mengontrol amarahnya, Ronald pun pergi meninggalkan istrinya di rumah.
"Ronald ??!!! Mau kemana kamu ?!! RONAAALD !!" teriak Luna.
Dengan cepat, Ronald masuk ke dalam mobil mewahnya lalu segera pergi menuju kantor dengan perasaan kecewa.
Ia berharap dapat memperbaiki hubungan dan berbagi kasih sayang dengan istrinya, namun yang ia dapatkan begitu sampai dirumah justru sebuah omelan dan teriakan dari istri yang dulu sangat dicintainya.
Luna adalah cinta pertama Ronald, ia mencintai Luna sejak duduk di bangku SMA. Perubahan fisik dari wanita yang dicintainya itu bukanlah sebuah penghalang untuk hubungan mereka, namun sifat arogan istrinya lah yang membuat Ronald semakin jenuh berada dirumah.
Ia merasa bahwa istrinya tidak menghargai dan menghormatinya lagi seperti dulu saat awal pernikahan.
Dulu istrinya adalah wanita yang lemah lembut, ia juga sangat manja dan selalu memberi perhatian kepada Ronald dengan penuh kasih sayang.
Entah hal apa yang membuat istrinya tiba - tiba berubah menjadi seperti sekarang ini.
Setibanya Ronald di kantor, ia lansung bergegas menuju ruangannya.
"Selamat pagi pak !" sapa seorang sekretaris kepada Ronald.
"Maaf pak, bapak Burhan baru saja tiba bersama bapak Tristan, saat ini mereka sedang berada diruangan bapak" ucap sekretaris itu mengagetkan Ronald.
"Lho ? Saya ada janji bertemu hari ini ya ?" tanya Ronald sedikit bingung.
"Tidak ada janji sama sekali pak ! Kata pak Burhan, mereka hanya sekedar berkunjung selayaknya teman" jawab sekretaris itu menjelaskan.
"Oh baiklah ! Trimakasih !" Ronald pun beranjak menuju ruangannya.
Sesampainya di ruangan, kedua sahabat sekaligus rekan bisnisnya telah menyambutnya dengan hangat.
"Halo bro ! Mampir sesekali boleh kan ?" kata pak Burhan.
"Yoi, bahas urusan bisnis terus pusing, sesekali kita bersantai begini" sambung Tristan.
"Iya santai aja, lakukan saja sesuka hati kalian !" jawab Ronald dengan wajah datarnya.
"Kenapa bro ? Ada masalah ya ?" tanya Burhan sedikit penasaran menyaksikan wajah Ronald yang begitu kusut di pagi hari.
"Biasalah ! Urusan rumah tangga !" ketus Ronald.
"Selalu ribut ya sama istri ? Hampir setiap hari kudengar kau ada masalah dengan istrimu" ucap Tristan.
"Gak taulah bro ! Pusing kepala kalau memikirkannya ! Hampir sebulan saya tidur di hotel gara - gara ribut sama Luna" Ronald pun mencoba menjelaskan.
"Wah parah juga kalau sampai sebulan !" kata Tristan.
"Halah, masalah itu dianggap sepele saja bro ! Kita itu cukup ngasih uang belanja saja pada istri, beres ! Kalau dia ribut ya biarin sajalah, masuk kiri keluar kanan saja ! Mending kita cari hiburan dulu ! Hitung - hitung reuni persahabatan" Burhan mencoba memberikan saran kepada Ronald sahabatnya itu.
"Kita karaoke saja gimana ? Gak pernah karaoke kan ? Ada ceweknya juga lho, saya punya teman yang bisa ngasih cewek untuk nemeni kita, gimana ?" tanya Burhan mencoba menawarkan sebuah kesenangan kepada Ronald.
"Haduh bro ! Sorry, saya gak biasa melakukan hal itu ! Lagi pula saya sudah punya istri dan anak" Dengan sopan Ronald menolak saran dari Burhan.
"Kayaknya sesekali gak masalah sih bro ! Lagi pula, lu keliatannya suntuk begitu ! Bisa - bisa hancur semua kerjaan !" ucap Tristan mencoba meyakinkan Ronald.
Ronald pun berpikir panjang, hingga akhirnya dia menyetujui ide dari kedua sahabatnya itu.
"Hem ! Sekali saja sepertinya gak akan menjadi masalah !" ucapnya kemudian.
"Nah gitu dong !" kata Burhan.
"Sebentar, saya telfon temen saya dulu !" ucap Burhan sembari menekan tombol - tombol pada handphonenya.
Tak berapa lama kemudian, ia pun berbincang - bincang melalui handphone tersebut. Ternyata pak Burhan menelfon Vera untuk menyediakan tiga orang wanita tercantik dari distrik hiburannya untuk menemani mereka sore hingga esok pagi.
"Ya ! Pokonya sore ini ya, pakai sampai besok pagi !" ucap pak Burhan kemudian, lalu mengakhiri perbincangannya dengan mami Vera.
"Pakai sampai besok pagi ? Maksudnya pakai apa ?" batin Ronald dengan polosnya.
"Siip sore ini, kita akan ditemani cewek - cewek cantik dan seksi ! Pokoknya kalian tenang saja, si Vera ini penyalur wanita terbaik di kota ini ! Aku pastikan kalian gak akan menyesal !" ucap Burhan kegirangan.
Tampaknya Burhan merupakan pelanggan tetap di distrik hiburan milik mami Vera, ia sudah sangat mengenali kualitas wanita - wanita yang ada di distrik tersebut.
Di sebuah tempat hiburan karaoke tampak Ronald dan kedua temannya duduk bersantai diatas sofa nan empuk sembari menunggu wanita yang telah dipesan Burhan dari mami Vera datang.
Mereka berada di dalam ruangan VIP yang mewah lengkap dengan minuman bir beralkohol sebanyak lima botol.
Beberapa saat kemudian
Tok tok tok
Terdengar seseorang telah mengetuk pintu ruangan VIP, tanpa berpikir panjang Burhan lansung bergegas membuka pintu tersebut.
"Hai ! cantik - cantik sekali !" ucap Burhan ketika mendapati tiga orang wanita kiriman Vera termasuk salah satu diantara mereka adalah feby.
"Ayo masuklah !" Burhan merangkul seorang wanita yang mengenakan mini dress berwarna merah.
"Wah ! Ini dia yang di tunggu - tunggu, akhirnya datang juga !" ucap Tristan yang sudah tidak sabar ingin ditemani oleh seorang wanita.
Seketika Ronald terkejut ketika melihat wajah Feby ada diantara mereka. Feby adalah wanita yang tak sengaja bertabrakan dengannya saat di hotel kemarin malam.
"Dia kan perempuan yang tadi malam ?" gumam Ronald.
Ronald sama sekali tidak menyangka bahwa Feby adalah seorang wanita penghibur. Malam itu jantungnya sempat berdetak kencang tak beraturan saat menatap mata indah milik Feby. Kini pikirannya menjadi kacau, hatinya bagaikan tertusuk benda tajam ketika mengetahui profesi dari wanita yang sempat membuat ia terpana.
"Hai bang !" sapa wanita yang mengenakan mini dress berwarna biru gelap.
"Hai, sini duduk ! Jangan malu - malu !" Dengan sigap, Tristan memberikan tempat disampingnya untuk wanita tersebut.
"Halo !" Sapa Feby kepada Ronald sembari tersenyum manja.
"Ha..hai !" jawab Ronald gugup.
Beepp.. beepp
Telepon genggam milik Burhan berdering, sebuah panggilan dari mami Vera.
"Halo, mereka sudah sampai ya !" ucap Burhan tanpa basa - basi.
"Gimana ? Cocok gak ?" tanya mami Vera.
"Oh jelas cocok dong, mereka cantik - cantik sekali !"
"Ya mereka adalah yang terbaik di Distrik ini ! Yasudah kalau begitu have fun ya ! Jangan main kasar sama anak - anak saya !" Mami Vera mencoba mengakhiri percakapan itu.
"Siip ! Tenang saja, semua akan kami perlakukan dengan lembut !" jawab Burhan, lalu menutup teleponnya.
"Sudah bro ! Tidak usah sungkan begitu, lu bebas lakuin apa saja pada wanitamu asal jangan main kasar kata mami mereka ! Hahaha !" Burhan mencoba merayu Ronald agar ia terjerumus kedalam permainan yang salah ini.
"Mungkin pak Ronald baru pertama kali om !" balas Feby dengan gurauannya.
"Iya memang benar ! Dia baru pertama kali melakukan hal ini ! Takut istri dia tuh !" ucap Burhan.
"Sudah bro ! Jangan mengganggunya seperti itu ! Mendingan kita mulai bernyanyi ! Kamu mau nyanyi gak ?" tanya Tristan kepada wanitanya.
"Boleh ! Aku nyanyi ya !" jawab wanita itu dengan centilnya.
Mereka pun akhirnya bersenang - senang di dalam sebuah ruangan VIP. Sesekali Burhan dan Tristan tampak menyentuh wanita - wanita yang sedang menemaninya, sedangkan Ronald masih duduk terdiam menyaksikan sikap nakal kedua temannya itu.
"Bapak tidak mau bernyanyi ?" Feby mencoba memulai percakapan bersama Ronald dengan lembutnya.
"Ah tidak ! Saya tidak pandai bernyanyi ! Kalau kamu ingin bernyanyi, silahkan saja !" jawab Ronald sedikit canggung.
Jarak duduk antara Ronald dan Feby cukup berjauhan, hal itu membuat Feby enggan mendekatinya.
"Oh saya juga tidak pandai bernyanyi pak !" jawab Feby.
"Atau bapak ingin minum ?" Kembali Feby melontarkan pertanyaan kepada Ronald sembari memberikan sebotol bir kepadanya.
"Trimakasih, tapi saya tidak minum alkohol juga !" tolak Ronald dengan sopan.
"Sebenarnya saya belum pernah seperti ini, tetapi mereka mengajak saya kesini, tujuannya sih untuk menghibur diri !" Ronald mencoba menjelaskan kepada Feby.
"Bukannya saya menolak kamu, hanya saja saya memiliki anak dan istri dirumah ! Maaf ya kalau saya terlihat canggung !" ucap Ronald kemudian.
"Ya ampun ! Lelaki ini baik sekali ! Dia bahkan masih ingat anak dan istrinya padahal aku mencoba menggodanya !" gumam Feby, ia tampak kagum melihat Ronald yang begitu menjaga hubungan pernikahannya.
"Oh tidak apa - apa kog pak ! Santai saja !" jawab Feby kemudian.
Tanpa terasa waktu begitu cepat berputar, hari pun sudah sore menjelang malam. Tristan dan Burhan tampak sudah mabuk karena banyak meneguk minuman bir beralkohol yang telah mereka pesan.
"Bro ! Saya sudah tidak kuat lagi ! Kita sudahi saja ini ! Saya mau beristirahat di hotel bersama bidadari yang disebelahku ini" ucap Burhan yang sudah mabuk berat sembari merangkul wanitanya.
"Benar ! Aku juga mau ke hotel untuk istirahat !" sambung Tristan.
"Oh yasudah ! Kalau begitu saya juga akan pulang !" jawab Ronald.
"Yasudah ! Saya pergi dulu ya bro !" ucap Burhan berpamitan.
"Saya juga !" Tristan pun demikian, ia juga berpamitan kepada Ronald untuk melanjutkan kesenangannya bersama wanitanya.
"Oke bro !" jawab Ronald singkat.
"Bapak mau pulang ? Gak mau nginap bersama saya malam ini ?" tanya Feby penasaran.
Seketika Ronald berpikir panjang, besar keinginannya untuk pulang kerumah bertemu istri dan putrinya, namun ia takut istrinya akan mengomel ketika ia berada dirumah.
Selain itu sosok wanita yang berada di hadapannya terlihat begitu cantik dan mempesona, ia pun akhirnya memutuskan untuk tidak kembali kerumah.
"Eem.. kamu mau temani saya malam ini ?" tanya Ronald sedikit canggung.
"Ya tentu saja mau ! Hahaha" jawab Feby sembari tertawa kecil.
Sementara itu ditempat kediaman Ronald, tampak isteri dan anaknya sedang menunggu kepulangannya dari kantor. Perasaan resah gelisah dirasakan oleh isteri tercintanya itu.
"Mama ! Kenapa wajah mama sedih begitu ?" tanya gadis kecil yang merupakan putri dari Ronald, nama gadis kecil itu adalah Bela.
"Gak apa - apa sayang ! Perasaan mama cuma gak enak saja" Luna berusaha menyembunyikan perasaan gelisahnya dari putri tercintanya itu.
"Mah, kapan papa pulang ? Kan ini sudah sore, harusnya papa sudah pulang dong !" Bela yang telah lama tidak bermain bersama sosok ayah tampak merindukan Ronald berada di sampingnya.
"Nanti kalau papa sudah tidak sibuk lagi, pasti akan segera pulang ! Papa kan sayang sama Bela !" Luna berusaha menyampaikan hal yang tidak menyakiti hati Bela, gadis kecil yang begitu polos dan lugu.
"Yasudah ! Bela main sama bibi dulu ya ! Mama ingin istirahat sebentar !" ucap Luna dengan lembut penuh kasih sayang.
"Iya mah !" Bela pun pergi bersama bibi untuk bermain di dalam kamarnya.
"Kamu kemana sih Ronald ? Sudah sore begini masih belum pulang ? Kenapa sih ? Apa jangan - jangan dia memang punya selingkuhan selama ini" Berjuta pertanyaan muncul di benak Luna saat ini.
Luna mencoba menghubungi Ronald dengan telepon genggamnya, namun tidak ada jawaban dari Ronald.
Ia pun mencoba menghubungi kembali, masih tidak ada jawaban juga dari Ronald.
Berkali - kali ia mencoba untuk menghubungi Ronald, namun tetap saja tidak ada jawaban dari Ronald sama sekali.
Tidak seperti biasanya, meski sedang bertengkar, Ronald selalu menyempatkan waktu untuk menghubungi Luna meski hanya lima menit saja.
Kini pikiran Luna semakin gundah, sejenak timbul di pikirannya untuk menyusul Ronald ke kantor, namun diurungkannya niat itu demi menemani putri semata wayangnya dirumah.
Bersambung..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!