Akmal Khan Muhammad Khaliq, sebuah nama indah yang juga mempunyai arti tidak kalah indahnya, yaitu seorang pangeran yang sangat pandai, kreatif dan juga terpuji.
Akmal adalah salah satu Dosen di salah satu Universitas ternama yang ada di Indonesia, dan dia mengajar di jurusan Agama Islam.
Mempunyai wajah yang bisa terbilang tampan, membuat Akmal sapaan akrabnya, menjadi salah satu Dosen terfavorit di kalangan para mahasiswi.
Selain tampan, nilai plus yang dimiliki oleh Akmal, dia sholeh, sopan, pendiam, dan juga pintar mengaji.
Sudah banyak kaum hawa yang berandai-andai, terutama para mahasiswinya supaya sang Dosen sholeh itu mau melirik ke arahnya.
Akan tetapi sayang sekali, di umurnya yang sudah menginjak ke tiga puluh tahun belum ada satu perempuan pun yang bisa memikat hatinya.
" Saya bukan mencari kekasih dunia, yang justru akan menjerumuskan saya ke dalam kesesatan semata, yang saya cari adalah kekasih halal yang akan saya tuntun menuju ke surga-Nya ,"
Seperti itulah jawaban dari Akmal, ketika dia akan menolak setiap ungkapan cinta dari para kaum hawa.
Akmal adalah anak ke dua dari pasangan Rafiq Al-kholiq dan Jian Khasifa, dan dia mempunyai seorang Kakak yang bernama Mirza Zimraan Attar Khaliq, biasa dipanggil Mirza.
Mirza juga tidak kalah tampan serta sholeh seperti sang adik, dan dia juga seorang pengajar, hanya saja dia cuma sebagai guru di Yayasan milik Keluarga, yaitu Yayasan Al-Islami yang terdiri dari Paud, TK, SD, SMP, dan juga SMA.
Pagi ini seperti biasa, di rumah Ayah Rafiq akan di awali dengan sarapan bersama sebelum semua orang berangkat mengerjakan rutinitasnya sehari-hari.
" Kamu ko santai sekali Akmal,? apa hari ini kamu tidak mengajar? ," tanya sang Ayah kepada Akmal.
" Akmal mengajar ko Ayah, tapi nanti sekitar jam sepuluh sampai jam dua siang saja ," jawab Akmal.
Perbincangan mereka terjeda sejenak, ketika Mirza ikut bergabung di meja makan.
" Pagi semua ," sapa Mirza kepada Keluarganya.
" Pagi Kak ," jawab Akmal, sedang Ayah Rafiq hanya mengangguk sambil tersenyum saja kepada Akmal.
" Kamu mau makan yang mana Nak?? ," tanya sang Mama kepada Mirza.
" Sudah Mama duduk saja, nanti Mirza akan mengambil sendiri ," jawab sopan dari Mirza kepada Mama Jian.
" Apa hari ini kamu sibuk Mirza?? ," tanya Ayah Rafiq kepada Mirza.
" Tidak Ayah ," jawab Mirza sambil mengambil makanan yang ingin dia makan.
" Baguslah, kalau begitu, nanti tolong antarkan Ayah mengecek pembangunan di Yayasan kita, sudah sampai sejauh mana pembangunannya ," kata Ayah Rafiq.
" Baik Ayah, tapi Mirza bisanya nanti setelah sholat dhuhur ," jawab Mirza.
" Iya, tidak apa-apa, nanti kabari Ayah saja jika sudah selesai ," kata Ayah Rafiq.
" Iya Ayah ," jawab Mirza lagi.
Selanjutnya, mereka melanjutkan sarapan diselingi dengan perbincangan hangat yang biasa mereka lakukan.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, itu artinya Akmal sudah harus berangkat ke kampus tempatnya mengajar.
Sudah mengajar selama lima tahun lamanya, membuat Akmal tidak asing lagi dengan bangunan kampus tempatnya berbagi ilmu yang dia punya.
Akmal bisa dibilang Dosen yang tepat waktu, walau dia tidak galak dengan para mahasiswi atau mahasiswanya yang telat, akan tetapi Akmal juga tidak suka dengan orang yang tidak disiplin.
" Jika orang bisa menghargai waktu, maka waktu itu juga akan menghargai kalian, pergunakan waktu sebaik mungkin, selagi masih ada kesempatan, ingat kesempatan tidak datang untuk dua kali, saat ini Bapak masih mau memaafkan kalian jika baru telat sekali, tapi tidak untuk ke dua kali ,"
Itulah perkataan yang sering diucapkan oleh Akmal di depan kelas, dengan gayanya yang santai dan juga bersahabat.
Dengan penyampaiannya yang seperti itu, justru lebih mengena di dalam hati para mahasiswa atau mahasiswinya.
Alhasil, semenjak saat pertama kali Akmal mengajar, tidak ada para muridnya yang datang terlambat sampai dua kali.
Seperti biasanya, jika Akmal sedang berjalan menyusuri lorong kampus, banyak bisik-bisik dari para mahasiswinya yang sedang membicarakannya, ada yang tebar pesona dengannya, ataupun cuma menggoda saja.
Semua itu akan Akmal tanggapi dengan senyum yang ramah dan juga sikap yang biasa saja, sebab Akmal tidak mau dianggap memberikan harapan kepada mereka.
Kedatangan Akmal sudah ditunggu oleh para muridnya di dalam kelas, dan ucapan salam selalu Akmal ucapkan ketika akan memasuki kelas.
" Wa'alaikumussalam Pak Akmal ," jawab serempak dari semua para mahasiswa dan mahasiswinya.
" Baik, sampai di mana pembelajaran kita kemarin? ," tanya Akmal berbasa-basi sambil membuka buku dan laptop yang dibawanya.
Akmal yang sudah tahu sampai di bab mana pembelajarannya, dia langsung saja memulainya lagi dengan menuliskan di papan tulis.
Semua para mahasiswa atau mahasiswinya jika Akmal yang mengajar, mereka semua akan cepat mengerti, kalaupun tidak mengerti, Akmal dengan suka rela akan menjelaskan kembali.
Ketika Akmal sedang menerangkan di depan kelas, tiba-tiba ada salah satu mahasiswanya yang bertanya kepadanya.
" Iya, ada apa? ," tanya Akmal.
" Pak Akmal, tolong jelaskan apa arti sabar, dan kenapa kita harus bersabar, bukankah setiap masalah selalu ada jalan ke luarnya, lalu untuk apa kesabaran itu ada? ," tanya mahasiswa tersebut.
" Ok, baik, akan Bapak jelaskan sekali lagi, dengarkan baik-baik ," jawab Akmal.
" Allah Subhanahu Wata'ala berfirman di dalam surat Al-Kahfi ayat 28 yang artinya :
" Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah ke dua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Di dalam surat tersebut dijelaskan jika kita dihadapkan dengan sebuah masalah, lalu kita menuruti hawa naf5u yang sesaat, tanpa berpikir dengan baik jika masih ada jalan lain yang lebih baik lagi, maka akan kesesatan yang di dapat ," jawab Akmal.
" Contoh lebih mudahnya seperti ini ," kata Akmal lagi.
" Andai kamu sedang jatuh cinta, akan tetapi Allah tidak menghendaki kamu bersatu dengan gadis yang kamu cintai, apakah kamu akan menculiknya, mengajaknya k4w1n lari, atau justru memilih jalan pintas, yaitu bunuh diri?? ," kata Akmal.
" Semua itu kembali kepada diri sendiri, apakah kamu akan bersabar dengan cobaan yang menerpa, atau justru kamu menuruti hawa n4f5u yang pastinya akan menyesatkanmu ," penjelasan dari Akmal lagi.
" Sejauh ini, apakah masih ada yang belum di mengerti? ," tanya Akmal kepada para mahasiswa atau mahasiswinya.
" Mengerti Pak Akmal ," jawab serempak dari para muridnya.
" Untuk tugas minggu depan, Bapak ingin kalian membuat makalah tentang hadist sabar minimal tiga lembar, beserta contohnya, dan jika sudah selesai, bisa di kumpulkan di ruangan Bapak ," kata Akmal.
" Baik Pak Akmal ," jawab serempak lagi.
" Cukup sekian pembelajaran kali ini, Bapak akhiri dulu, Wassalamu'alaikum warrohmatullah hiwabarokatuh ," salam dari Akmal.
Dan salam tersebut tentu saja langsung di jawab serempak dari para murid-muridnya.
Selain enak dipandang ketika pas mengajar di depan kelas, Akmal juga lugas dalam menjelaskan, bahkan Akmal juga cukup banyak hafal hadist dan terjemahannya.
Itulah kenapa, waktu dua jam jika Akmal yang mengajar, seakan cepat selesai bagi para mahasiswanya.
Begitulah keseharian Akmal yang setiap hari harus mengajar menjadi Dosen, di salah satu Universitas ternama di Indonesia.
...☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️...
Semoga suka 😉.
...🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️...
...***TBC***...
Mirza Zimraan Attar Khaliq, yang berarti anak laki-laki yang baik, murni, suci, bersih, kreatif dan sangat dihormati.
Sama seperti namanya pemberian dari sang Ayah, jika Ayah Rafiq ingin Mirza lebih dihormati oleh semua orang kalau sudah besar, yang mana akan membuat dirinya bersama sang istri menjadi bangga kepadanya.
Yaps, sepertinya doa dari sang Ayah terkabul, karena sikapnya yang baik, lembut dan kreatif, Mirza dari kecil sudah sering memenangkan banyak perlombaan dan juga bisa membuat semua orang merasa segan kepadanya sampai di umurnya yang sekarang sudah menginjak ke tiga puluh dua tahun.
Alhamdulillah, apa yang Mirza dapatkan, tidak membuat sikapnya menjadi takabur dan suka merendahkan orang lain.
Sejak lulus kuliah dulu di Kairo mesir, Mirza langsung aktif terjun mengembangkan Yayasan milik Keluarganya untuk menjadi lebih baik lagi.
Dan Mirza juga langsung diangkat oleh sang Ayah untuk menjadi kepala sekolah di SMP yang ada di Yayasan tersebut.
Ayah Rafiq percaya, jika Mirza sang anak sulungnya mampu mengembangkan sekolah tersebut menjadi lebih maju lagi dari sebelumnya.
Terbukti dengan banyaknya juara yang diraih SMP tempat Mirza menjadi kepala sekolah.
Selain menjadi kepala sekolah, Mirza juga seorang guru di SMP dan juga SMA milik Keluarganya.
Mempunyai gedung yang satu lingkup dan saling berdekatan tidak membuat Mirza kesusahan jika pergantian jam mata pelajaran.
Dia cuma perlu jalan kaki saja dan meninggalkan mobilnya di salah satu sekolahan tersebut.
Jika sang adik Akmal banyak mahasiswi yang mengidamkannya, begitu juga dengan sang Kakak yang banyak para guru wanita yang mengidamkan Mirza menjadi calon suaminya.
" Pagi Pak Mirza ," sapa dari semua murid yang berpas-pasan dengannya.
" Pagi juga ," jawab ramah dari Mirza sambil tersenyum.
" Assalamu'alaikum Pak Mirza ," sapa dari para muridnya lagi.
" Wa'alaikumussalam ," jawab Mirza.
Begitu terus yang dilakukan oleh Mirza ketika dia berada di lingkungan sekolah.
Melihat sang kepala sekolah tampan nan sholeh sudah datang, para guru wanita yang masih jomblo, langsung pada merapikan penampilan mereka, supaya sang kepala sekolah muda, mau melirik ke arahnya.
" Yaaah, Pak Mirza pergi, huft!! ," gerutu pelan dari salah satu guru wanita.
Karena Mirza memilih langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruang kerjanya sendiri.
Mirza lalu bekerja, dan dia membaca semua laporan yang ada di atas meja kerjanya, setelah itu menyiapkan beberapa mata pelajaran yang akan dia ajarkan kepada para murid-muridnya.
Mirza tidak menuntut para muridnya pintar, namun dia menuntut semua muridnya mengerti, karena dengan mengerti, mereka semua bisa akan terus mengingatnya hingga dewasa kelak.
Serta Mirza juga berharap, supaya semua murid-muridnya bisa mengamalkan ilmu yang mereka punya kepada sesama.
Mirza sendiri sudah cukup lama menjadi seorang guru, walau gaji tidak seberapa, namun dia tetap menekuninya dengan tulus dan juga ikhlas.
Mirza sendiri juga sudah PNS sama seperti Akmal, dan pendapatan yang didapatkan oleh Mirza maupun Akmal tidak cuma dari mengajar saja, melainkan dari bisnis sampingan yang mereka jalani selama ini.
Walau Mirza seorang laki-laki, namun dia tidak malu untuk terjun ke dunia bisnis fashion. Mirza mempunyai dua buah butik yang menjual khusus baju muslim untuk para laki-laki dan satunya khusus untuk para perempuan.
Sedangkan Akmal sendiri dia memiliki sebuah toko sparepart atau suku cadang motor dan juga mobil terlengkap di kotanya.
Mirza dan Akmal bukan tipe laki-laki yang suka berpangku tangan, walau mereka terlahir dari Keluarga kaya, namun mereka mengerjakan semua bisnisnya sendiri dari nol tanpa campur tangan dari sang Ayah.
Meninggalkan Mirza, kita beralih ke Akmal lagi.
Selesai mengajar kelas tersebut, Akmal langsung berpindah ke kelas berikutnya.
Di saat Akmal sedang berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya, dan Akmal pun langsung saja menghentikan langkah kakinya lalu berbalik badan untuk melihat siapa yang sudah memanggilnya tadi.
" Oh, Pak Rajendra, ada apa Bapak memanggil saya? ," tanya Akmal kepada Rajendra.
" Pak Akmal apakah akan mengajar di kelas satunya lagi? ," tanya Rajendra kepada Akmal.
Rajendra ini juga salah satu Dosen yang ada di kampus tersebut, dan dia seumuran dengan Mirza.
" Iya, memangnya ada apa Pak Rajendra? ," tanya Akmal.
" Oh, saya cuma ingin menyampaikan pesan dari Pak Rektor, jika nanti ada mahasiswi baru di kelas bapak, namanya Cyra, dia adalah mahasiswi pindahan dari luar kota, dan Cyra ini keponakan dari Pak Rektor ," jawab Rajendra kepada Akmal.
" Ok, terimakasih informasinya Pak, kalau begitu saya permisi, sudah telat ," kata Akmal sambil tersenyum ramah.
" Jangan galak-galak ya sama dia, nanti saya doakan jatuh cinta lho ," canda dari Rajendra kepada Akmal.
" Pak Rajendra bisa saja ," jawab Akmal sambil tersenyum.
Akmal pun lalu melanjutkan lagi langkah kakinya untuk masuk ke dalam kelas berikutnya.
Sama seperti biasanya, Akmal mengucapkan salam terlebih dahulu ketika akan memasuki kelas, dan salam tersebut langsung dijawab serempak dari para mahasiswanya.
Baru saja Akmal ingin memulai kelasnya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas dan Akmal langsung saja menyuruhnya masuk.
Gagang pintu sudah berputar, lalu masuklah seorang mahasiswi bercadar dan yang terlihat cuma matanya saja yang teduh.
Semua mata memandang ke arah mahasiswi tersebut, yang pakaiannya terlihat benar-benar sangat syar'i sekali.
" Permisi Bapak, maaf saya terlambat, tadi saya dari ruangan Pak Rektor dulu ," kata mahasiswi tersebut kepada Akmal.
" Apakah kamu mahasiswi baru itu? ," tanya Akmal.
" Benar Pak ," jawab mahasiswi tersebut.
" Kalau begitu perkenalkan diri kamu kepada mereka semua ," kata Akmal.
" Baik Pak ," jawab mahasiswi itu lagi.
Mahasiswi itu lalu mulai memperkenalkan diri dihadapan kelas kepada teman-teman barunya.
Sedangkan Akmal, memilih duduk di kursinya sambil mendengarkan dan memperhatikan mahasiswi baru tersebut yang sedang berbicara.
" Assalamu'alaikum semua ," kata mahasiswi itu.
" Wa'alaikumussalam ," jawab serempak dari semua orang.
" Namaku Cyra Adeeva Rasyid, kalian semua bisa memanggil saya Cyra, dan semoga kita semua bisa berteman baik selama kita menuntut ilmu di sini ," salam perkenalan dari Cyra.
" Hai Cyra, suara kamu merdu sekali, semerdu suaraku jika mengucapkan kata ijab kabul atas namamu ," canda dari salah satu mahasiswa kepada Crya.
Dibalik niqab yang dipakainya, Cyra tersenyum mendengar gombalan dari teman barunya itu, begitupun dengan Akmal yang tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, melihat tingkah mahasiswanya.
" Ingat Paijo, nanti ada yang marah lho ," jawab dari salah satu mahasiswa yang selalu memanggil Paijo, padahal nama aslinya Ali.
" Sudah-sudah, kalian kenapa bertengkar sih, malu sama Cyra ," kata Akmal kepada ke dua mahasiswanya itu.
" Pak Akmal, boleh minta tolong tidak ," kata mahasiswa yang bernama Fadli.
" Mau minta tolong apa Fadli? ," tanya Akmal.
" Tolong dong Pak berdiri di sebelah Cyra sebentar saja ," jawab Fadli.
Akmal pun menurut, dan dia lalu berdiri tidak jauh di samping Cyra.
" Ehem-ehem, tes-tes ," kata Fadli sambil berdiri.
Semua mata saat ini sedang tertuju kepada Fadli, karena mereka sudah sangat penasaran sekali apa yang ingin dikatakan oleh Fadli kepada Akmal.
" Si Ali sedang makan sambal terasi
Makannya pakai nasi di pinggir kali
Aduh Pak Akmal dan Cyra sungguh sangat serasi
Membuatku jadi patah hati berkali-kali ,"
Walah, si Fadli ternyata sedang bercanda kepada Akmal menggunakan pantun.
Dan Pantun dari Fadli sukses membuat kelas itu menjadi heboh dengan suara tawa untuk Fadli.
" Terimakasih-terimakasih, jika minta tanda tangannya, nanti saja, karena Pak Akmal saat ini sedang melotot ke arahku ," kata Fadli lagi sambil melakukan cium jauh kepada semua orang.
Padahal kenyataannya, Akmal tidak melotot, bahkan dia sedang tertawa geli melihat tingkah mahasiswanya yang bernama Fadli, yang selalu bisa membuat suasana kelas menjadi berwarna.
Akmal juga melirik sekilas ke arah Cyra, dan dia sangat tahu, jika Cyra juga tertawa serta terhibur dengan candaan dari Fadli tadi.
" Silahkan duduk Cyra, jangan dengarkan dia, mungkin Fadli belum minum obatnya ," kata Akmal kepada Cyra.
" Iya Pak Akmal ," jawab Cyra sambil tersenyum dan menundukkan kepalanya.
" Kamu silahkan duduk, carilah tempat yang kosong, karena saya akan memulai pelajarannya ," kata Akmal lagi.
" Baik Pak ," jawab Cyra masih dengan menunduk.
Cyra langsung saja memilih tempat duduk yang kosong, dan Cyra langsung saja diajak berkenalan oleh beberapa mahasiswi yang duduk dekat dengannya.
Cyra sendiri anak pertama dari Abi Rasyid Ilyas dan dan Umma Nada, Crya juga mempunyai seorang adik yang bernama Saqif Gibran Rasyid yang baru berumur delapan tahun.
Cyra dengan adiknya selisih umur sekitar sepuluh tahun, dan saat ini Cyra sendiri sudah berumur selapan belas tahun, baru saja lulus SMA.
Keluarga Cyra sangat taat dengan Agama, itulah mengapa Cyra memakai niqab di umurnya yang masih muda, karena sejak kecil niqab adalah sahabat terbaiknya Cyra.
Mempunyai mata yang teduh, kulit yang bersih dan suara yang lembut, semua orang sudah bisa menebak, jika wajah dibalik niqab itu sangatlah cantik.
Karena memang kecantikan Cyra itulah yang membuat Umma Nada dan Abi Rasyid mewajibkan Cyra memakai niqab.
Crya juga anak yang cerdas, selain dia suka menghabiskan waktunya untuk membaca novel islami, Cyra juga terkadang sering murojaah supaya hafalannya tidak lupa.
Walau Cyra baru saja masuk ke dalam kelas, tapi Cyra sudah paham apa yang sedang disampaikan Akmal di di depan kelas.
" Apakah di sini ada yang bisa menyebutkan salah satu saja dalil tentang perintah sholat di dalam Al-Qur'an? ," tanya Akmal kepada semua mahasiswa atau mahasiswinya.
" Kemarin Bapak sudah menjelaskannya kepada kalian semua lho, masa satu pun tidak ada yang hafal ," kata Akmal lagi.
Namun tiba-tiba pandangan Akmal teralihkan kepada Cyra yang mengangkat tangan terlebih dahulu di antara yang lain.
" Iya Cyra ," kata Akmal.
" Di dalam surat Al-Isra ayat 78 yang artinya : "Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat) ," jawab Cyra kepada Akmal.
" Dan ada lagi di dalam surat An-Nisa ayat 103, surat Hud ayat 114, surat Ar-rum ayat 17-18, surat Al-Baqarah ayah 43, 45 dan 110, surat Az Zariyat ayat 56, surat Al Bayyinah ayat 5, dan yang terakhir surat Al Hajj ayat 78 ," jawab Cyra sangat lengkap sekali.
" Wao ," jawab Akmal sambil memberikan tepuk tangan untuk Cyra.
Tepuk tangan yang Akmal lakukan mengundang yang lainnya jadi ikut bertepuk tangan juga.
Tidak cuma Akmal saja yang merasa takjub, akan tetapi semua orang yang ada di dalam ruangan kelas tersebut.
" Kamu sangat pintar sekali Cyra, bisa hafal semuanya ," puji Akmal dengan tulus.
Mendengar dan melihat sendiri, jika Cyra mahasiswi yang cerdas, ada nilai tersendiri di dalam hati Akmal untuk Cyra, namun itu bukan cinta.
" Itu otak apa google komputer ," kata Fadli untuk Cyra.
Cyra yang mendapat pujian dari semua orang, dia hanya tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya dan beristighfar, takut jika dia takabur.
" Lihatlah Cyra, baru saja masuk ...... ," perkataan Akmal di sela oleh Fadli lagi.
" Tidak mau ke luar-ke luar Pak Akmal, dia nyaman di dalam ," kata Fadli kepada Akmal.
" Sembarangan saja kalau berbicara itu tutup spidol ," jawab Akmal.
Semua orang langsung saja tertawa lagi dengan heboh mendengar candaan Fadli kepada Akmal.
Begitulah Akmal, santai dalam mengajar, dan dia bisa menjadi teman untuk para murid-muridnya.
Tidak terasa jam mengajarnya pun selesai, Akmal langsung saja membubarkan kelasnya, karena dia ingin segera menunaikan sholat dhuhur yang sedikit terlambat.
...🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️...
...***TBC***...
Akmal yang sudah masuk ke dalam masjid yang ada di kampus tempatnya mengajar, dia langsung segera berwudhu dan melaksanakan sholat dhuhur.
Sedangkan di sisi lain, saat ini sang Kakak yaitu Mirza sudah pulang ke rumah untuk menjemput sang Ayah.
Ayah Rafiq sendiri memang sudah menunggu Mirza pulang, sebab Mirza tadi sudah mengatakan kepadanya, jika dirinya akan menjemputnya di rumah.
Di sinilah sekarang si Mirza, baru saja sampai di pekarangan rumahnya yang luas.
Mirza langsung saja ke luar dari dalam mobilnya, untuk memanggil Ayah Rafiq.
Kebetulan juga Ayah Rafiq berada di ruang tamu sambil membaca koran kesukaannya, jadi ketika Ayah Rafiq mendengar Mirza memanggilnya, dia langsung saja meninggalkan kegiatannya itu dan langsung masuk ke dalam mobil bersama Mirza.
" Mirza, berapa umur kamu sekarang? ," tanya Ayah Rafiq.
" Tahun ini genap tiga puluh dua Ayah ," jawab Mirza sambil sambil terus mengendarai mobilnya.
" Sudah sangat pantas untuk menikah, apa kamu tidak ada niatan untuk menikah dalam waktu dekat Mirza? ," tanya Ayah Rafiq lagi.
" Belum Ayah ," jawab Mirza sambil menggelengkan kepalanya.
" Teman-teman kamu sudah pada menikah semua, bahkan anaknya ada yang sudah masuk SMP, kenapa kamu tidak mencontoh mereka Mirza? ," kata Ayah Rafiq.
" Mirza rasanya belum siap Ayah, karena menikah itu tidak cuma memenuhi kebutuhan batin saja, akan tetapi sola materi, sepertinya Mirza belum siap untuk mengemban tugas itu ," jawab Mirza.
" Apa yang kurang dari kamu Nak? ," tanya Ayah Mirza.
" Kamu mapan, pekerjaan ada, mempunyai dua butik, itu Yayasan kita juga nantinya akan Ayah berikan kepada kamu dan adik kamu Akmal ," jawab Ayah Rafiq.
" Entahlah Ayah, Mirza hanya merasa belum siap saja, terlebih lagi belum ada wanita yang masuk ke dalam kriteria Mirza ," jawab Mirza.
" Jika Ayah jodohkan kamu saja bagaimana? ," tanya Ayah Rafiq.
" Banyak anak kenalannya Ayah yang putrinya cantik dan sepertinya juga sholehah ," kata Ayah Rafiq lagi.
" Kita lihat saja nanti Ayah, akan Mirza pikirkan lagi ," jawab Mirza.
" Terserah kamu saja Mirza, jangan lama-lama berpikirnya, karena Ayah dan Mama itu sudah tua, kami juga ingin segera menimang cucu dari kalian berdua ," kata Ayah Rafiq.
" Iya Ayah ," jawab singkat dari Mirza.
Semenjak saat itu, Mirza terus memikirkan tawaran dari sang Ayah yang ingin menjodohkannya.
Karena setiap ada kesempatan, sang Ayah selalu menanyainya kembali tentang perjodohan yang akan dilakukannya itu.
Meninggalkan Mirza dan Ayah Rafiq, kita beralih ke Akmal lagi.
Akmal yang sudah selesai menunaikan sholat dhuhur tadi, dia yang sedang berdzikir tidak sengaja mendengar seseorang sedang murajaah.
Telinga Akmal sedikit terusik, ketika ada seseorang yang memanggil seseorang.
" Cyra, kamu Cyra kan? ," tanya seseorang itu kepada orang yang dipanggilnya, dan ternyata itu adalah Cyra.
Cyra tentu saja langsung mengalihkan pandangannya dari mushaf Al-Qur'an ke arah orang yang memanggilnya.
Sedangkan Akmal, semakin menajamkan saja telinganya, ketika orang yang dipanggil bernama Cyra, mahasiswi cerdas yang ada di dalam kelasnya.
" Oh, hai, kamu Kalila kan? ," kata Cyra.
" Iya, aku Kalila, kamu sedang apa? ," tanya Kalila.
" Aku sedang murojaah, supaya hafalanku tidak lupa, sambil menunggu sholat ashar tiba ," jawab Cyra kepada Kalila.
" Waaah, kamu seorang hafidzah ya Cyra, hebat sekali ," kata Kalila.
" Alhamdulillah kamu jangan memujiku, nanti aku takut takabur ," jawab Cyra dengan suara lembutnya.
Akmal yang mendengar perbincangan antara Cyra dan Kalila, tiba-tiba dia tersenyum sendiri, dan Akmal menyembunyikan senyumannya itu dengan menundukkan kepalanya.
" Mahasiswi baru itu sangat sholehah sekali, jarang sekali aku menemui mahasiswi seperti itu di kampus ini, walau ada cukup banyak yang memakai niqab sepertinya ," kata batin Akmal untuk Cyra.
" Kamu sangat merendah sekali Cyra ," kata Kalila.
" Oh ya, aku sama Deena dan Misha mau ke Cafe depan, ayo kamu mau ikut tidak ," kata Kalila lagi kepada Cyra.
" Tidak, terimakasih, aku puasa hari ini ," jawab Cyra dengan sopan.
" Oh, maaf ya aku tidak tahu, kalau begitu aku duluan ya Cyra, pasti mereka sudah menungguku ," pamit dari Kalila.
" Iya ," jawab Cyra kepada Kalila dengan ramah.
Kalila pun berlalu pergi dari hadapan Cyra, dan Cyra langsung saja melanjutkan lagi bermurojaahnya.
" Dia rajin puasa juga ternyata ," kata batin Akmal untuk Cyra.
" Kenapa rasanya tenang sekali mendengarkan dia bermurojaah seperti itu ," kata Akmal berbicara sendiri.
Akmal sengaja menajamkan telinganya, untuk mendengarkan Cyra mengaji, dan tidak terasa waktu ashar pun tiba.
Cyra langsung saja mengakhiri murojaahnya dengan bacaan setelah selesai membaca Al-qur'an dan setelahnya, dia langsung mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat ashar berjamaah.
Begitupun dengan Akmal, yang juga langsung mengambil air wudhu untuk menunaikan sholat ashar di masjid yang sama dengan Cyra.
Selesai sholat ashar, baik Cyra dan Akmal langsung melangkah ke luar dari dalam masjid, untuk kembali pulang ke rumah masing-masing.
Akmal yang sudah tidak ada jam mengajar lagi, dia memutuskan untuk langsung pulang saja, begitu juga dengan Cyra, yang sudah tidak ada jam mata kuliah lagi, dia memutuskan untuk pulang.
" Kenapa langitnya tiba-tiba menjadi mendung ," kata Cyra sambil mendongak menatap ke langit.
" Aku lupa tidak membawa payung pula ," kata Cyra lagi.
" Lebih baik aku cepat-cepat menunggu di halte saja sebelum turun hujan ," kata Cyra.
Baru saja Cyra sampai di halte bus, hujan pun turun sangat lebat sekali, dan biasanya halte itu akan penuh dengan para mahasiswa atau mahasiswi yang akan menunggu angkot, bus atau taksi yang lewat, akan tetapi entah kenapa tumben sekali cuma ada Cyra seorang.
Akmal yang baru saja ke luar dari dalam parkiran kampus, dari jauh matanya melihat Cyra yang sedang meneduh kedinginan dibawah halte bus.
" Itu sepertinya Cyra ," kata Akmal.
Akmal lalu menghentikan mobilnya tepat di depan Cyra dan hal itu membuat Cyra menjadi tanda tanya sendiri, mobil siapakah yang berhenti di depannya.
Akmal mencoba membuka jendela kaca mobilnya untuk mengajak berbicara Cyra, dan ketika Cyra melihat ternyata itu mobil milik Dosennya, dia menjadi malu sendiri.
" Cyra, rumah kamu mana,? ayo akan Bapak antarkan pulang, sepertinya hujannya akan lama berhentinya ," kata Akmal kepada Cyra.
" Tidak Pak Akmal terimakasih, saya menunggu di sini saja sampai hujannya reda ," jawab Cyra menolak dengan sopan.
" Ayo tidak apa-apa, nanti kamu bisa masuk angin, hujannya ini sangat lebat sekali Cyra ," kata Akmal lagi.
Cyra antara mau dan tidak mau, karena Cyra merasa tidak nyaman berada di dalam satu mobil dengan laki-laki yang bukan mahromnya, terlebih lagi itu adalah Dosen tampan dan terfavorit yang ada di kampusnya.
" Ayo Cyra, jangan melamun, kamu duduk saja di belakang, jika kamu malu dengan Bapak ," kata Akmal lagi kepada Cyra.
Akmal tentu saja sangat mengerti sekali wanita seperti Cyra, dia pasti akan sungkan berada satu mobil dengan laki-laki yang tidak ada ikatan dengannya.
Oleh karena itu Akmal menyuruh Cyra untuk duduk di kursi belakang saja, dan dia sementara menjadi sopir untuknya.
" Baiklah, terimakasih Pak Akmal ," jawab Cyra akhirnya mau.
Akhirnya, Cyra pun masuk ke dalam mobil dan langsung duduk di kursi penumpang.
Setelahnya, Akmal langsung menjalankan mobilnya menembus hujan yang turun cukup lebat sekali saat itu.
...🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️🎗️...
...***TBC***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!