'Uangku sudah habis hanya tersisa lima ribu lagi, gimana ini? Aku harus masak untuk nanti makan malam. Bila Aku minta sama Mas Aldi, bakal dikasih enggak ya?' gumam Airin, kakinya tidak tinggal diam tapi bolak balik didepan pintu kamar.
Seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan pintunya mengenai tubuh Airin.
"Aww ...," ringis Airin, merasa sakit karena Aldi, membuka pintunya dengan keras.
"Makanya jangan diam disitu jadi kena pintu," Aldi, sambil menatap sinis Istrinya.
Airin hanya tersenyum kaku dan tangannya sambil mengusap tubuhnya yang sakit.
"Tumben jam segini Mas, sudah pulang? Biasanya suka pulang malam," lirih Airin.
"Emangnya kenapa? Enggak suka Aku pulang siang?" Aldi, menatap tidak suka Airin.
"E-enggak kok, Mas. Malahan Aku senang Mas, sudah pulang," ucap Airin, kemudian tersenyum
Aldi kemudian menatap Airin dari atas sampai bawah, lalu segera pergi meninggalkan Istrinya. Langkah Aldi,
Langkah Aldi harus terhenti saat Airin, memanggilnya.
"Mas," panggil Airin.
Aldi kemudian membalikan tubuhnya lalu menatap Istrinya.
"Iya, kenapa?" tanya Aldi.
"Anu Mas, Aku ...," ucapan Airin, sengaja digantung karena bingung harus berkata apa.
"Apa? Yang jelas dong kalo ngomong tuh, kayak orang bego," celetuk Aldi, kemudian menatap sinis Istrinya.
Airin kemudian menundukan kepalanya dan menarik napasnya, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Sudahlah lama amat mau ngomong juga," Aldi merasa kesal kemudian melanjutkan kembali langkahnya.
Lagi-lagi langkah Aldi harus terhenti karena Sang Istri memanggilnya kembali.
"Apa lagi sih? Panggil mulu!" bentak Aldi merasa emosi.
"A-aku mau minta uang, Mas," lirih Airin.
"Kamu mau minta uang? Bukannya seminggu yang lalu sudah Aku kasih? Masa tidak cukup? Emangnya uang yang aku kasih dipakai apa saja?" tanya Aldi dengan beberapa pertanyaan.
"Aku sudah pakai untuk keperluan sehari-hari, Mas. Beli beras, beli lauk pauknya sama keperluan dapur lainnya. Terus, Ibu meminta uang seratus lima puluh ribu, ya sudah Aku kasih," jawab Airin.
"Berarti masih ada sisa dong tiga ratus ribu? Kamu harus ikhlas kalau memberi uang kepada Ibu, Aku. Bagaimana pun dia tetap Ibumu juga," ucap Aldy.
"Emang Aku ikhlas kok, Mas, memberinya. Aku cuma menjelaskan saja uang yang kamu beri, Mas! Aku sudah bilang sisanya dipakai keperluan sehari-hari," jelas Airin.
"Aku enggak mau tau, pokoknya uang itu harus cukup sampai minggu depan! Kamu pikir cari uang itu gampang dan enggak cape? Mikir dong pakai otak, capek tau!" Aldi menatap tajam Airin.
Airin tidak bisa berkata apa-apa, dirinya hanya diam saja sambil menundukan kepalanya.
Aldi dengan segera pergi meninggalkan Istrinya dan kembali melangkahkan kakinya menuju ranjang.
Ya Tuhan, apa yang harus Aku lakukan? Mas Aldi, tidak memberikan uang. Kalau Aku tidak masak untuk nanti malam pasti Mas Aldi, akan marah-marah batin Airin merasa bingung. Netranya kini menatap punggung suaminya.
'Kalau aku masih ada uang tidak mungkin memintanya. Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa sih dia tidak pernah peka dan selalu saja begitu sikapnya. Sekarang Aku mau masak gimana untuk nanti malam? Kalau tidak masak, dia bakal marah.' gumam Airin, merasa jadi serba salah.
Airin, berjalan keluar dan pergi dari rumahnya menuju warung terdekat. Ketika Airin, tidak punya uang pasti akan selalu berhutang ke warung. Pemilik warung tidak pernah keberatan bila ada orang yang dikenalnya berhutang, asal dengan syarat dua hari harus langsung dibayar.
"Permisi, Bu. Maaf, enggak apa-apa 'kan, Bu, mau ngutang dulu," ucap Airin, dengan gugup.
"Iya, silahkan. Tapi harus sesuai syarat yang sudah aku terapkan ," kata Bu Hilmi.
"Iya, siap Bu," Airin, tersenyum dan merasa bersyukur ada orang yang mau memberikan kasbon.
Airin, dengan segera mengambil belanjaan untuk sehari-hari dan keperluan lainnya. Bu Hilmi, langsung mencatat jumlah uang yang harus disetor nanti oleh Airin.
"Terima kasih ya Bu, kalau gitu Saya permisi," pamit Airin.
"Iya, sama-sama. Silahkan."
Airin, segera pergi dari warung tersebut dan berjalan menuju rumahnya.
#Airin, seorang Ibu rumah tangga yang masih berusia 23 tahun. Airin, sudah berumah tangga dengan Aldi Firmansyah sekitar dua tahun lebih. Suaminya bekerja sebagai Manager di PT. BAKO, yang memproduksi makanan instan. Airin dan Aldi, masih belum dikarunia anak dan dokter bilang kalau Airin, tidak bisa mengandung alias mandul. Sedih, pasti sedih saat dirinya dinyatakan tidak bisa hamil. Akan tetapi, Airin tidak pernah putus asa dan yakin suatu saat akan hamil jika sudah kehendak dari Sang Kuasa.
Sudah Hampir lima bulan, Aldi, berubah menjadi pemarah, perhitungan dan tidak pernah memperdulikan Istrinya.
*
*
Sore berganti malam. Kini Airin, sedang memasak untuk makan malam. Airin, merasa bersyukur akhirnya bisa menyiapkan makan malamnya. Wanita itu langsung menghindangkan makananya diatas meja saat sudah selesai memasaknya. Tiba-tiba Bu Mila, datang berjalan menuju meja makan.
"Selamat malam, Bu," sapa Airin, sambil tersenyum kepada Ibu mertuanya.
Bu Mila, tidak menghiraukan sapaan menantunya. Bu Mila, memutarkan matanya dengan malas dan kemudian duduk dikursi meja makan. Airin, menghembuskan napasnya dengan kasar dan mencoba tetap bersabar menghadapi mertuanya yang selalu bersikap seperti itu.
Tiba-tiba Aldi, datang dan berjalan menuju meja makan lalu duduk saat sudah sampai ditempat tersebut.
"Katanya sudah habis uangnya, tapi ini bisa belanja buat makan malam?" tanya Aldi, menatap sinis Istrinya.
Airin, hanya tersenyum tanpa menjawab perkataan suaminya. Bila jujur, pasti suaminya akan marah bila mengetahui yang sebenarnya.
"Alah, paling juga cuma alasan ingin duitnya saja untuk kepentingan dirinya sendiri," elak Bu Mila.
"Apa yang dikatakan oleh Ibu tidak benar! Uangku memang habis Bu, ini saja aku ngambil belanjaannya ke Bu Hilmi," ceplos Airin.
huffs ... ini bibir kenapa sih, main asal bicara saja. Mampus nih batin Airin, dengan menggigit bibir bawahnya.
"A-apa? Kamu ngutang ke Bu Hilmi? Benar-benar memalukan ya, Kamu!" Aldi, menatap tajam Istrinya.
Airin, menundukan kepalanya dan benar-benar menyesal telah berbicara jujur.
"Sengaja ya bikin malu suamimu dan juga mamah? Benar-benar ya jadi menantu, memalukan!" Bu Mila, ikut kesal.
"Aku terpaksa Bu! Lagian, aku tadi sudah minta uang sama Mas Aldi, tapi enggak dikasih uangnya Bu. Kalau aku tidak masak untuk makan malam, Ibu tau sendiri, Mas Aldi, suka marah," jelas Airin.
"Alasan mulu! Kamu tuh harus bisa ngatur uang dong, jangan seenaknya digunakan! Suamimu kerja pasti cape dan hargai dia," lirih Bu Mila.
"Uang yang diberi Mas Aldi, 'kan Airin, dipakai kebutuhan sehari-hari Bu. Lagian, Airin tidak pernah uang tersebut dipakai seperti kebanyakan orang," ucap Airin, sambil menatap mertuanya.
"Jadi orang berani banget ya, ngomel balik Ibuku! Mau kamu apa sih?" tanya Aldi.
"Mas, aku tidak ngomelin Ibu. Aku hanya menjelaskan saja. Mas, jangan salah paham," Airin, berjalan menghampiri suaminya.
"Aku tau kamu butuh uang 'kan? Butuh berapa?" Aldi, kemudian mengambil dompetnya dari saku celana.
Aldi melemparkan uang tersebut ke dada Istrinya sehiingga uang tersebut berjatuhan ke bawah lantai.
Airin benar-benar tidak menyangka suaminya bersikap seperti itu.
"Ambil uangnya dan ingat, jangan pernah mengutang lagi ke warung!" bentak Aldi, kemudian beranjak dari meja makannya dan benar-benar marah kepada Istrinya.
Bu Mila, kemudian beranjak dari kursinya lalu berjalan menghampiri menantunya.
"Istri yang selalu membuat suaminya marah dan selalu bikin malu!" geram Bu Mila, kemudian menyenggol pundak Airin.
Bu Mila, segera pergi meninggalkan Airin, sendirian diruangan tersebut.
Airin, hanya diam mematung dan kini hatinya begitu sangat sakit saat melihat suaminya dan Bu Mila, marah kepadanya serta sikap suaminya yang telah membuat semangatnya jadi hancur.
Tuhan, kenapa jadi gini? Salah ya, bila aku harus jujur? Kenapa semuanya jadi berubah terutama suamiku. Apa salahku pada Mas Aldi? Dia tidak seperti dulu lagi, Aku kangen dia yang dulu selalu peduli serta selalu menyemangati diriku batin Airin, airmatanya terjatuh membasahi wajah cantiknya.
Airin, menjongkongkan tubuhnya untuk mengambil uang yang bertebaran dibawah lantai karena ulah suaminya sendiri.
Bersambung ...
"Dulu engkau berjanji padaku, akan membuatku bahagia. Dulu engkau berjanji akan memberikan harapan indah terhadapku! Semuanya begitu indah dalam lisanmu, yang tak pernah ku sangka ternyata palsu! Dulu kau nikahi aku karena cinta. Kau bilang kasih sayangmu utuh untukku. Kau janji tidak akan menyakiti. Tapi kenyataan ini tidak seindah ucapanmu, Mas! Kesalahan kecil kau besarkan. Kau mudah mencaci, seolah aku tidak berharga dimatamu. Kau mudah menghujat, tanpa berfikir menggores luka di dalam hatiku. Apa salahku padamu, Mas?! Kenapa kamu sekarang jadi begini batin Airin, tiba-tiba meneteskan airmata membasahi wajah cantik."
Saat Airin sudah selesai mengambil uang yang berceceran di lantai. Dirinya kini berniat untuk menghampiri suaminya yang kini berada di kamar.
Airin kini sudah berada di depan pintu kamar lalu dirinya memegang gagang pintu dan membukakan pintu tersebut.
"Mas, kamu mau kemana?" tanya Airin, saat melihat suaminya kini sedang memakaikan jaketnya.
Aldi tidak menjawab perkataan Istrinya karena sibuk memakai 'kan jaketnya yang sedikit ketat.
"Aku benar-benar minta maaf Mas, aku tidak jujur sama kamu. Aku berjanji tidak mengulanginya lagi," Airin, merasa menyesal.
"Bisa diam enggak? Kupingku jadi budeg karena kamu ngomong mulu," Aldi, merasa kesal.
"Maaf, Mas," Airin, menundukan kepalanya.
"Awas minggir," Aldi, sambil mendorong tubuh Istrinya.
"Mas, mau kemana?" tanya Airin lagi.
"Aku ada urusan dengan teman kerja," jawab Aldi.
"Oh gitu ya Mas, ya sudah hati-hati dijalannya," ucap Airin, sambil tersenyum kepada suaminya.
"Ya sudah aku berangkat dulu," pamit Aldi.
"Iya, Mas," Airin, menganggukan kepalanya.
Aldi segera pergi meninggalkan Istrinya sendirian di kamar.
Airin berjalan menuju ranjang lalu dirinya merebahkan tubuhnya diatas ranjang tersebut.
Airin mengambil uang yang tadi diberi suaminya lalu menghitungnya dan ternyata Aldi memberikan uang kepadanya sebesar dua juta.
'Aku pakai enggak ya, uang ini? Lagian aku bingung Mas Aldi tidak ikhlas memberinya. Bila aku berhutang lagi ke warung pasti mas aldi akan marah besar.
Airin kemudian menyimpan uang tersebut di dalam laci. Rasa kantuk pun mulai menyerangnya. Airin segera memejamkan matanya dan hingga akhirnya kini Airin sedang berada di alam bawah sadarnya.
*
*
Keesokan Harinya.
Airin membuka 'kan matanya lalu menatap jam dinding menujukan pukul setengah enam pagi.
Airin kemudian menatap sang suami yang masih tidur disampingnya. Airin tersenyum karena merasa bahagia.
Airin kemudian beranjak dari ranjangnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
#Satu jam sudah Airin berada di dalam kamar mandi, kini Airin segera berjalan menuju lemari untuk mengambil baju dan celananya.
Aldi kemudian terbangun, lalu menatap sang istri yang sudah rapi dan wangi aroma parfum.
"Eh, Mas, ternyata sudah bangun," ujar Airin, menatap Aldi.
"Sudah tau, nanya lagi!" Pria tersebut segera beranjak dari ranjangnya, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Saat Aldi akan berjalan menuju kamar mandi, tiba-tiba pria itu menyenggol pundak istrinya sehingga tersungkur ke belakang.
"Aww ...," pekik Airin saat merasakan sakit di pundaknya.
Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan sikap sang suami yang suka kasar. Airin hanya bisa mencoba untuk bersabar dan mengelus-ngelus dadanya.
Airin segera keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur untuk menyediakan sarapan paginya.
"Eh, ternyata ada Ibu disini," ujar Airin saat melihat Bu Mertuanya ada di dapur.
"Iya, napa? Kamu ini gimana sih, jam segini baru bangun tidur? Untung Ibu sudah bangun pagi-pagi kalau enggak habislah kamu dimarahin suamimu!" Bu Mila menatap menantunya.
"Maaf Bu, lagi enggak enak badan makanya bangun kesiangan," jawab Airin merasa tidak enak badan.
"Ya udah nih lanjutin masaknya Ibu ada perlu sebentar. Jangan lupa minum obat biar enggak menyusahkan!" ceplos Bu Mila.
"Baik, Bu."
Bu Mila segera pergi meninggalkan menantunya di dapur sendirian. Airin menarik napasnya lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. Wanita itu mencoba selalu sabar dan mengertiin sikap mertuanya yang suka seenaknya kalau bicara.
.
.
Tiga puluh menit sudah Airin selesai memasak. Wanita itu langsung menaruh makanannya satu- persatu di atas meja.
Aldi dan Bu Mila pun berjalan menuju meja makan dan kebetulan Airin sudah selesai menaruh makanannya.
Mereka pun segera duduk dan kini sedang menikmati sarapan paginya.
Sarapan pagi pun sudah selesai, Aldi berpamitan untuk berangkat kerja pada sang istri dan Ibunya.
Sebelum Aldi berangkat menuju mobil, Airin mencium tangan punggung suaminya.
"Hati-hati Mas di jalannya," lirih Airin.
"Heem." jawab Aldi.
"Ya sudah, aku pamit berangkat kerja dulu," ujar Aldi.
"Iya, Mas."
Aldi mencium tangan punggung sang Ibu dan segera pergi meninggalkan istrinya untuk berangkat ke kantor."
Airin merasa heran tiba-tiba suaminya pulang cepat. Wanita itu langsung menatap jam dindingnya menunjukan pukul sebelas siang.
"Mas, tumben jam segini baru pulang? Kamu lagi sakit ya, Mas?" tanya Airin merasa khawatir pada laki-laki yang sedang merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu.
Aldi semakin pusing saat istrinya tiba-tiba datang menanyakan kepulangannya
"Jadi orang cerewet banget sih, sesekali bisa enggak diam!" bentak Aldi menatap kesal istrinya.
"Maaf, Mas. Aku merasa khawatir aja."
Airin menundukan kepalanya dan menyesal telah menanyakan keadaan suami yang baru saja pulang kerja.
"Buatkan aku kopi," pinta Aldy.
"Baik, Mas."
Airin segera berjalan menuju dapur untuk membuat kopi.
Aldi melonggarkan dasinya merasa gerah. 'Nasib, nasib ... aku kena phk. Lagian ada-ada saja itu perusahaan harus di tutup karena menimbun barang-barang ilegal.' gumam Aldi kemudian memijit kepalanya yang terasa pusing.
Airin berjalan menghampiri suaminya dengan membawa secangkir kopi.
"Ini Mas, kopinya," ucap Airin sambil menyodorkan segelas kopi pada sang suaminya.
Aldi langsung mengambil kopi tersebut, lalu meminumnya. Aldi pun langsung menyeburkan kopi yang di minumnya karena merasa kepanasan di mulut.
"Panas banget sih kopi!" bentak Aldi menatap kesal sang istri.
"Lagian Mas, main seruput aja. Sudah tau itu kopi panas 'kan baru aja diseduh," jelas Airin.
"Arrrgh .... " Aldi menjambak rambutnya, karena benar-benar stress.
"Lagian ada apa sih, Mas? Pulang langsung marah gitu aja," tanya Airin menatap suaminya.
"Aku di phk, jadi mulai besok enggak akan kerja lagi disana!" jawab Aldi.
"Lho, napa bisa begitu, Mas?" Airin merasa terkejut mendengar perkataan suaminya.
"Iya gara-gara si perusahaan tuh menyimpan barang ilegal dan kini sedang dalam pemeriksaan polisi."
"Ya ampun, napa bisa mereka melakukan hal itu? Benar-benar sangat disayangkan. Padahal baru saja sukses besar perusahaan tersebut," ucap Airin.
"Sudah ah, pusing!" Aldi segera beranjak dari sofa, lalu berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar.
"Mas, mau kemana?" tanya Airin.
"Mau ke kamar!" jawab Aldi tanpa menatap sang istri.
Aldi pun segera melangkah kakinya berjalan menuju kamar.
'Kasihan sekali Mas Aldi harus terkena phk. Nanti, dia kerja dimana lagi dong? Lagian, dia punya pengalaman kerja sih, jadi enggak bakal susah kalau mau melamar pekerjaan ke perusahaan lain.' gumam Airin tersenyum.
Tiba-tiba ponsel Airin pun berbunyi, wanita itu langsung menatap ponselnya dengan nomor yang tidak di kenal.
'Siapa ya?' Airin merasa penasaran, lalu mengangkat ponselnya.
"Maaf, ini dengan siapa ya?" tanya Airin saat sambungan telepon tersambung.
"Kami dari perusahaan PT. EXTA ingin mengatakan kalau Anda di terima bekerja disini! Besok mulai bekerja, pukul jam setengah delapan pagi sudah ada disini," lirih Bu Lili.
"Baik, Bu. siap!" jawab Airin.
"Ya sudah kalau begitu saya permisi." Bu Lili langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Airin pun merasa senang, akhirnya diterima juga bekerja di perusaahaan PT.EXTA, yang memproduksi makanan instan dan pakaian.
'Alhamdulilah, akhirnya aku diterima bekerja disana. Lumayanlah untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Apalagi kini Mas Aldi dipecat, jadi bisa ada uang hasil kerja sendiri selama dia belum bekerja.' gumam Airin merasa sangat senang.
'Aku harus bilang sama Mas Aldi dulu, soalnya aku melamar kerja diam-diam takut nanti dia enggak mengizinkan aku bekerja. Semoga aja dia membolehkan aku bekerja.' Airin langsung berjalan menuju kamar menghampiri sang suami.
"Mas ...." panggil Airin saat sudah ada dikamarnya.
"Kemana Mas Aldi?' gumam Airin, sambil menatap seluruh ruangan yang ada dikamar.
"Mas, mas Aldi ...." panggil Airin.
Tiba-tiba Aldi pun keluar dari kamar mandi dan tubuhnya hanya di lilit dengan handuk.
"Ada apa sih? Dari tadi manggil terus, bikin telingaku pecah!" bentak Aldi, menatap tajam istrinya.
"Maaf, Mas. Habisnya aku senang banget Mas," ujar Airin.
"Senang? Emangnya ada apaan?" tanya Aldi.
"Jadi gini ceritanya, lima hari yang lalu aku melamar kerja di PT. EXTA tiba-tiba tadi aku di telepon sama pihak HRD kalau aku diterima bekerja, Mas," Airin merasa sangat senang.
"Kamu melamar kerja disana?" tanya Aldi merasa tidak percaya.
"Iya, Mas. Kenapa emangnya? Enggak boleh ya, aku kerja? Ya sudah kalau enggak boleh, aku enggak bakal kerja kok."
Aldi pun merangkul pundak istrinya, lalu menatap Airin, "aku izinin kamu kerja kok, emangnya kamu enggak apa-apa bila kerja?" tanya Aldi sekali lagi.
Airin menatap pria yang kini ada di depannya, lalu memegang kedua tangan sang suami.
"Aku enggak apa-apa kok bila harus kerja, Mas. Apalagi Mas baru saja kena phk, jadi lumayanlah bisa membantu untuk kebutuhan sehari-hari uangnya aku pake," jawab Airin.
"Ya udah kalau itu mau kamu. Lagian Mas enggak bakal maksa agar kamu kerja."
"Iya, Mas."
Airin pun merasa senang akhirnya, sang suami mengizinkan untuk bekerja.
*
*
#Keesokan Harinya.
"Mas, aku berangkat kerja dulu ya," pamit Airin saat selesai sarapan pagi.
"Iya, silahkan hati-hati dijalannya," lirih Aldi menatap sang istri.
"Lho, emangnya kamu enggak mau anterin aku kerja, Mas?" tanya Airin.
"Kamu naik taksi online saja, aku ada urusan penting sama rekan bisnisku," jawab Aldi.
"Oh, gitu ya Mas. Oya, bukannya Mas, sudah di phk 'kan?" tanya Airin sekali lagi.
Aldi menghembuskan napasnya dengan kasar dan merasa kesal kepada sang istri yang terus banyak bertanya.
"Dengar ya, aku di phk bukan berarti putus juga dengan rekan bisnis dong? Masa iya, kamu enggak paham sih," Aldi menatap kesal wanita yang ada di depannya.
"Iya, aku paham kok, Mas. Ya sudah kalau begitu aku berangkat kerja dulu." Airin mencium tangan punggung suaminya.
Airin segera pergi meninggalkan suaminya dan berjalan keluar dari rumah tersebut.
#PT. ELLS.
Airin kini sudah sampai di perusahaan dimana seminggu yang lalu dirinya melamar kerja disana. Wanita itu tidak menyangka akan bekerja di perusahaan yang sudah terkenal itu.
Wanita itu terus berjalan memasuki perusahaan tersebut. Tanpa disengaja seseorang menyinggung pundaknya.
" Maaf, Saya nggak sengaja," lirih seseorang tersebut, kemudian membungkukan badannya.
" Nggak apa-apa kok, ini juga mungkin salah saya karena kurang hati-hati saat berjalan," ujar Airin, tersenyum.
Pria itu membalas senyuman Airin, lalu segera pergi dari tempat tersebut.
'Kemana lagi ya? tanya aja deh sama pak satpam.' gumam Airin berjalan menghampiri satpam yang sedang berjaga.
"Maaf, Pak, Saya kemarin dapat panggilan kerja, terus Saya harus kemana ya?" tanya Wanita itu.
"Tunggu aja di ruangan interview nanti bakal ada pihak HRD yang kesana," jawab Pak Tio.
"Oh gitu ya Pak, makasih dan saya permisi, Pak," Airin tersenyum pada Pak Satpam.
"Iya, silahkan, Mbak."
Wanita itu segera pergi dan melangkahkan kakinya menuju ruangan interview.
'Enggak ada siapa-siapa ya? Aku salah masuk enggak ya? Tapi ini benar ruangan interview kok. Sudahlah mending masuk aja dulu siapa tau ada personalia datang kesini.' guman Airin kemudian duduk diruangan tersebut.
*Lima belas menit kemudian ....
Seseorang masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu berjalan menghampiri wanita cantik yang dari tadi menunggu disana.
"Pagi ... maaf, apakah Anda bernama Airin Larasati?" tanya seorang personalia menatap wanita tersebut.
"Iya, Bu." jawab Wanita tersebut tersenyum.
"Oh. Anda boleh ikut dengan saya," lirih Bu Ian.
"Baik, Bu."
Airin berjalan mengikuti langkah Bu Ian menuju ruangan yang dituju. Saat sudah sampai di tempat yang dimaksud, sang personalia pun meminta agar wanita itu masuk ke dalam.
"Ya udah kamu masuk aja ke dalam nanti ada Pak Bram disana," lirih Bu Ian.
"Baik, Bu."
Wanita dengan segera masuk ke dalam dan berjalan menghampiri seorang pria yang kini sedang membereskan berkas-berkas kerjaannya.
"Selamat pagi, Pak. Maaf, Saya di suruh untuk masuk ke dalam ruangan ini oleh Ibu Personalia.
"Iya, emang saya menyuruh beliau untuk mengantarkan kamu karena Saya butuh seorang sekretaris," ujar Pak Bram tanpa menatap wanita tersebut.
"A-apa berkerja jadi sekretaris?" Airin merasa terkejut.
"Iya jadi sekretarisku. Kenapa keberatan ya?" tanya Bram kemudian manatap Airin.
"Kamu?" ucap Bram dan Airin secara bersamaan.
Mereka sangat terkejut bisa bertemu kembali.
"Ternyata kamu melamar kerja disini?" tanya Bramasya menatap Airin.
"Iya, Pak," jawab Wanita tersenyum.
"Sekarang kamu kerja jadi sekretarisku," ujar Bram.
"Tapi Saya enggak melamar bagian sekretaris, Pak," ucap Airin.
"Saya membutuhkan sekretaris. Sudahlah nanti aku kasih tau kamu gimana kerja jadi sekretaris."
"Baiklah, Pak." Airin pasrah dan dia memang butuh pekerjaan.
Airin segera berjalan menuju tempat kerjanya dan Bram pun menjelaskan tata kerja sekretaris.
*
*
Dua Bulan Kemudian ....
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Seorang wanita cantik kini sedang mengerjakan tugas pekerjaan seperti biasa. Airin tidak menyangka kalau ia akan bekerja hampir sudah dua bulan lebih.
"Gimana tugasnya sudah selesai?" tanya Atasannya tiba-tiba datang ke ruangannya.
"Sedikit lagi Pak. Oya, udah beres rapatnya, Pak?" tanya balik Wanita itu.
"Udah makanya aku balik kesini. Kenapa kangen ya?"
Airin tertawa terkekeh, lalu menatap atasan tersebut. "ya ampun Pak, kangen apa nya? Lagian aku udah nikah jadi enggak mungkin kangen sama Bapak. Paling juga aku kangen sama marah dan cerewetnya Bapak tuh," ceplos Wanita itu.
"Iss, lagian aku bersikap itu demi kebaikan perusahaan kita juga," ucap Pak Bram menatap wanita itu.
"Iya, aku juga tau kok." Airin tersenyum.
Pria itu menatap jam tangannya, lalu menatap sang sekretarisnya. " oya, ikut aku ada pertemuan dengan Klien."
"Sekarang?" tanya Airin.
"Tahun depan!"
"Masih lama dong Pak, jadi nyantai ajalah."
"Ya sekaranglah masa tahun depan sih. Ih enggak peka banget ya." Bram menatap gemas Airin.
"Iss, mulai menyebalkan deh. Tadi bilang tahun depan. Ya udah baiklah." Wanita itu segera beranjak dari kursi kerjaannya.
"Ya udah, ayo." Bram tersenyum tipis dan entah kenapa sangat suka membuat wanita itu kesal padanya.
Mereka pun segera pergi dari ruangannya dan berjalan menuju mobil. Saat sudah sampai di dalam kendaraan tersebut, Bram segera menjalankan mobilnya menuju tempat yang di tuju.
*
*
Di tempat lain.
Seorang wanita kini sangat bahagia karena kekasihnya begitu perhatian dan selalu menuruti keinginannya.
"Sayang, aku haus dan lapar nih," rengek seorang wanita cantik yang baru saja selesai berbelanja baju.
"Ya udah, ayo, kita makan," ajak Pria tersebut.
"Ah, makasih Sayang, kamu begitu perhatian dan selalu mengabulkan apa yang aku mau. Aku semakin cinta sama kamu, Mas," lirih Wanita tersebut, tangannya bergelayut manja pada kekasihnya.
"Sama-sama, Sayang. Apapun yang kamu mau aku akan mengabulkan semuanya," ucap Pria tersebut.
"Ah, so sweatt deh, Mas," Wanita tersebut merasa sangat bahagia.
Mereka pun berjalan menuju cafe yang tidak jauh dari tempat mall tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!