NovelToon NovelToon

Forbidden Love

Happy birthday

Kediaman keluarga Ardiansyah begitu ramai malam itu. Ya, di sana sedang di adakan pesta ulang tahun yang begitu meriah. Namun yang hadir bukanlah orang orang penting dari kalangan bisnis melainkan anak anak muda yang masih mengenyam pendidikan di universitas.

Pesta tersebut begitu sangat meriah dengan tema Putri disney. Bahkan semua tamu undangan yang hadir di haruskan membawa pasangan.

“Gimana sih nyuruh kita kita hadir bawa pasangan tapi yang punya acara sendiri nggak ada pasangan-nya.” Cibir Mutia, teman dekat Jennifer, si pemilik acara yang nyatanya memang masih betah dengan kesendirian-nya tanpa sedikitpun pernah merasa iri pada semua teman temannya yang sudah memiliki gandengan.

“Iya, aneh banget. Nggak jelas memang kamu Jen.” Tambah Lala teman Jennifer yang satunya lagi.

Jennifer hanya tertawa menanggapi ocehan kedua teman-nya itu. Gadis yang baru genap berusia 21 tahun itu merasa sangat tergelitik mendengar cibiran kedua temannya.

“Kan yang penting kalian berdua bisa pergi sama cowok incaran kalian. Harusnya kalian itu berterimakasih sama aku. Karena berkat aku yang mengadakan acara seperti sekarang ini akhirnya kalian bisa pergi sama mereka. Ya kan?”

Mutia dan Lala saling menatap bingung. Mereka berdua tidak mengerti dengan apa yang di maksud oleh jennifer.

“Jadi?” Tanya Mutia menanyakan maksud dari ucapan jennifer lagi.

“Udah nggak penting buat di bahas. Kalian nggak perlu khawatir. Aku punya kok pasangan. Ya.. Tapi kita cuma teman. Dan kalian kenal siapa orang itu.”

Mutia dan Lala benar benar tidak paham. Jennifer benar benar aneh karena mengusung tema yang tidak seharusnya. Dan menurut Lala juga Mutia tema itu terlalu kekanak kanakan.

“Kayaknya si jennifer stres gara gara kelamaan melajang La.”

“Ya.. Aku rasa juga begitu.”

Jennifer hanya tertawa lagi menanggapinya. Yang mengejarnya banyak, bahkan yang meminta jennifer untuk menjadi kekasihnya juga ada beberapa. Tapi Jennifer tidak pernah menanggapi dan selalu menolak dengan alasan yang sama. Jennifer selalu mengatakan sudah memiliki pria idaman lain.

Tamu undangan semakin banyak berdatangan. Mereka datang dengan pasangan mereka juga tidak lupa memberikan kado ulang tahun pada Jennifer.

“Hey, maaf banget yah aku telat. Tadi jalanan macet banget soalnya. Oh ya, happy birthday..”

“Makasih Nando..” Senyum Jennifer menerima kado yang di sodorkan oleh Nando padanya.

Suara seseorang berhasil membuat Mutia dan Lala menoleh. Mereka berdua membulatkan kedua matanya begitu melihat Nando yang sedang berhadapan dengan jennifer.

“Jadi maksudnya orang itu Nando?” Tanya Lala yang juga mewakili apa yang ingin di pertanyakan oleh Mutia.

“Sejak kapan Jennifer dekat sama Nando? bukannya Nando itu gay ya?”

“Atau mungkin Jennifer sengaja meminta Nando datang sebagai pasangan karena tau Nando itu nggak akan mungkin ngejar dia. Kan Nando gay?”

Mendengar dirinya sedang menjadi perbincangan dua teman akrab Jennifer Nando pun menoleh. Itu membuat Lala dan Mutia terkejut. Karena malu ketahuan menggosipkan orang di depan orangnya secara langsung, keduanya pun langsung berpura pura mengobrol topik lain sambil menikmati hidangan yang ada.

“Udah nggak usah di dengerin. Mereka memang begitu. Tapi aslinya mereka baik banget. Makannya aku betah temenan sama mereka dari jaman kita SMP sampai sekarang mulai menua.” Jennifer berusaha menarik perhatian Nando lagi agar tidak terlalu mendengarkan apa yang dua temannya bicarakan tentang isu tidak sedap tentang Nando. Meski sebenarnya Jennifer juga menganggap Nando demikian.

Nando hanya tersenyum tipis. Dia tau isu tidak sedap mengenai dirinya. Namun isu itu tersebar bukan tanpa sebab. Dan sebabnya tentu hanya karena masalah sepele, yaitu kesalah pahaman.

“Ya sudah yuk temenin aku di depan.”

Jennifer meraih tangan Nando dan menariknya menuju kue ulang tahunnya yang begitu besar dan tampak mewah.

Dan apa yang jennifer lakukan dengan menggandeng Nando membuat semua yang hadir disana bertanya tanya. Apa lagi mereka juga tau isu tidak sedap tentang Nando.

Namun Jennifer tidak perduli dengan hal tersebut. Yang terpenting untuknya malam ini adalah dirinya punya pasangan dan pasangannya pastilah tidak sedikitpun tertarik. Ya, karena Jennifer mempercayai isu miring tentang Nando yang adalah penyuka sesama jenis.

Pesta ulang tahun itu berlangsung sangat meriah. Kedua orang tuan Jennifer hanya menyapa teman teman Jennifer sebentar. Setelah itu mereka memilih masuk kedalam rumah karena tau pesta itu untuk para muda mudi dan tidak pantas jika keduanya bergabung.

Deringan ponsel yang ada di tangan nyonya Larasati membuat keduanya saling menatap. Nyonya Larasati tersenyum ketika mendapati nama kontak putra sulung kesayangannya di layar benda pipih berkesing warna gold itu.

“Leo pah..” Katanya tersenyum menatap tuan Ardiansyah sebelum mengangkat telepon dari Leo, atau Leonard Ardiansyah. Putra sulung mereka yang sedang menimba ilmu di luar negeri.

“Halo nak..”

“Mah.. Apa Jennifer marah?”

Nyonya dan tuan Ardiansyah tertawa mendengar pertanyaan yang langsung di lontarkan oleh Leo begitu teleponnya di angkat. Mereka berdua tau bagaimana sayangnya Leo pada Jennifer, adik satu satunya. Nyonya Larasati memang sengaja memperbesar suara telepon agar mereka sama sama bisa mendengar suara putranya.

“Tiga hari yang lalu dia sempat ngambek sayang.. Tapi sepertinya sekarang sudah tidak. Semua itu tentu saja karena bujukan papah yang bahkan sampai rela menyuruh orang untuk mendekor taman samping rumah seperti di negeri dongeng.” Jawab nyonya Larasati dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

“Papah memang tidak kompak.” Gerutu Leo diseberang telepon.

“Ayolah Le.. Papah paling tidak bisa melihat putri papah cemberut.” Tuan Ardiansyah berusaha menjelaskan.

“Leo kan sudah bilang sama papah ini rencana kita untuk memberikan kejutan pada Jennifer.”

“Oke oke.. Papah minta maaf.”

“Ya sudahlah. Mau bagaimana lagi.” Dengus Leo yang membuat sang mamah semakin merasa geli. Wanita itu tau putranya marah karena rencananya tidak berjalan seperti apa yang di kehendaki olehnya.

“Ya sudah pah mah, Leo akan sampai dua jam lagi. Kali ini tolong kerja samanya. Jangan katakan Leo pulang malam ini pada Jennifer.” Ujar Leo sebelum menutup sambungan teleponnya.

Tuan dan nyonya Ardiansyah sama sama tertawa mendengarnya. Mereka berdua tau Leo ingin memberikan kejutan untuk Jennifer adiknya. Leo sengaja membuat Jennifer marah lebih dulu sebelum membuatnya tersenyum dengan alasan tidak bisa pulang untuk ikut merayakan ulang tahun Jennifer seperti tahun tahun biasanya. Tentu karena selain ingin memberikan kejutan pada Jennifer, Leo juga sudah akan kembali dan menggantikan papahnya tuan Ardiansyah untuk memimpin perusahaan karena memang kuliahnya di luar negeri sudah selesai.

“Nggak terasa ya mah, anak kita sudah pada besar. Semoga saja mereka bisa menjadi orang yang baik dan berguna bagi sesama ya..”

“Dan selalu berada di jalan terbaik Tuhan tentunya pah..” Tambah nyonya Larasati.

Tuan Ardiansyah menganggukkan kepalanya setuju. Pria itu merangkul bahu istrinya mesra. Keduanya kembali menatap kerumunan muda mudi yang sedang tertawa bersama dengan Jennifer yang berada di tengah mereka semua.

“Happy birthday..!!” Seru mereka bersama sama pada Jennifer.

Happy birthday 2

“Kalau begitu aku pulang dulu ya Jen.. Thank's banget udah ngundang aku. Di jadiin pasangan lagi.”

Jennifer tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mengundang dan menjadi Nando sebagai pasangan adalah satu rencana agar tidak akan ada gosip tidak mengenakkan tentangnya. Mereka juga tidak mungkin menggosipkan Jennifer dengan Nando karena Nando bukan seperti pria pada umumnya.

“Aku kali yang makasih sama kamu Do.. Kamu udah mau hadir di pesta ulang tahun aku yang serba mendadak ini dan mengesampingkan kesibukan kamu..”

Mutia dan Lala yang menatap keduanya saling berbisik dengan wajah sinis. Keduanya tau bagaimana percayanya Jennifer dengan isu tentang Nando yang tersebar di seluruh kampus.

Nando kemudian masuk kedalam mobil mewahnya di iringi dengan lambaian tangan dari Jennifer. Pria itu sebenarnya sangat tampan dengan wajah kebarat baratan serta rambut coklat terang yang begitu kontras dengan kulit putih kemerahannya. Namun karena isu yang tersebar tentang Nando yang gay, semua wanita pun menjadi berpikir dua kali untuk mendekatinya. Mereka hanya sebatas mengagumi ketampanan Nando saja tanpa berniat untuk mendekat apa lagi menjadi kekasihnya.

Setelah mobil Nando keluar dari pekarangan luas kediamannya, Jennifer pun menghela napas. Gadis cantik yang mengenakan gaun aurora itu si sleeping beauty itu memutar tubuhnya lalu melangkah mendekat pada Mutia dan Lala.

“Kami berdua nggak habis pikir Jen kamu mau dekat dengan cowok gay kaya si Nando.”

“Iya.. Apa kata teman teman yang melihat tadi? Di kampus besok pasti akan sangat heboh.” Tambah Mutia.

Jennifer tertawa lagi mendengarnya. Jennifer tidak perduli dengan gosip yang akan beredar. Yang terpenting adalah dirinya tidak menggandeng orang yang salah. Nando tidak akan mungkin tertarik padanya.

“Sudahlah, itu tidak penting. Sekarang kalian mau pulang atau menginap disini menemaniku membuka kado yang menggunung itu?”

Mutia dan Lala saling tatap kemudian nyengir kuda pada Jennifer.

“Hem.. Kayanya nggak bisa deh Jen.. Kami sudah harus pulang sekarang.”

Jennifer mencebikkan bibirnya. Gadis itu tau kenapa keduanya tidak mau menemaninya. Tentu saja karena ada pria incaran mereka yang sedang menunggu.

“Kalian tidak setia kawan.” Ketus Jennifer.

“Oh my baby Jennifer Bunga Ardiansyah, bukan begitu maksud kami berdua. Tapi kamu tau bukan ini kesempatan langka kami bisa dekat? Ayolah.. Ini juga kan berkat kamu. Apa salahnya membantu sekali lagi.” Ujar Mutia dengan suara yang dibuat buat seimut mungkin berharap Jennifer bisa mengerti.

Jennifer menghela napas. Gadis itu menatap dua sahabatnya bergantian.

“Hem.. pulang sana.” Usirnya.

Mutia dan Lala tersenyum dengan kedua mata di kedip kedip kan meminta Jennifer untuk maklum. Bisa bersama dengan pria idaman mereka itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Mutia dan Lala benar benar tidak ingin menyia nyiakan kesempatan itu.

“Kami pulang ya ya sayangku.. bye..”

Tanpa menunggu jawaban dari Jennifer, Mutia dan Lala langsung bergerak cepat masuk kedalam mobil pasangan masing masing. Kali ini mereka berdua benar benar berharap Jennifer bisa mengerti.

Setelah mobil pasangan Mutia dan Lala melaju keluar dari gerbang rumahnya, Jennifer menghela napas. Wajahnya yang tadi begitu ceria dan sumringah langsung berubah sendu.

“Kak Leo..” Gumamnya kemudian masuk kedalam rumah dengan langkah lunglai lemas.

Ini adalah kali pertama Jennifer merayakan ulang tahun tidak dengan kakak tercintanya, Leonard Ardiansyah. Pria tampan dengan sejuta prestasi karena kecerdasan otaknya. Pria yang juga selalu menjadi penguasa di hati Jennifer diam diam.

Jennifer menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua. Kamarnya ada disana.

Begitu sampai didepan pintu kamarnya Jennifer mengeryit. Entah kenapa gadis itu seperti mendengar sesuatu dari kamar kakaknya yang berada tidak jauh dari kamarnya.

“Masa Setan?” Jennifer bertanya dengan ketakutan yang merayapi hatinya. Suasana rumah sudah sangat sepi. Kedua orang tuanya mungkin sudah beristirahat dan hanya ada bibi yang tadi sibuk mengambil gelas kotor dengan di bantu oleh pak satpam. Pak Jupri namanya.

Jennifer menelan ludah. Suara itu tidak terdengar lagi. Jennifer memang sangat penakut dan paling anti dengan yang namanya setan sejak kecil.

“Hiii takut..” Jennifer bergidik kemudian segera masuk kedalam kamarnya. Jennifer tidak mau mengambil resiko mendapati penampakan seram dari balik pintu kamar kakaknya yang memang sudah sangat lama tidak di tempati itu.

Jennifer masuk kedalam kamarnya dan segera melangkah menuju lemari pakaiannya. Gadi itu membuka lemari yang berada di dekat pintu, mengambil piyama tidurnya kemudian segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri, mengganti gaunnya dengan piyama yang dia ambil dari lemari kemudian istirahat mengingat malam hampir menjelang pagi.

Namun baru saja masuk kedalam kamar mandi tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar mandinya. Kedua mata Jennifer mendelik. Seingatnya tidak ada siapapun dikamarnya saat dirinya hendak masuk kedalam kamar mandi.

“Siapa?” Tanya Jennifer dengan tubuh mulai bergetar.

“Mamah? atau papah?” Jennifer kembali bertanya sambil menatap pintu kamar mandi yang baru dia tutup.

Namun pelaku yang mengetuk pintu tidak bersuara. Hal itu membuat Jennifer langsung teringat dengan film horor yang pernah sekali di tontonnya seumur hidup dan berhasil membuat Jennifer kapok. Di film tersebut si pemeran utama baru saja menutup pintu kemudian ada yang mengetuk. Begitu pintu di buka ternyata yang mengetuk pintu adalah sosok menyeramkan penuh darah.

Jennifer menelan ludah. Dia tidak berani membayangkan jika adegan dalam film horor itu nyata terjadi padanya.

“Itu bibi ya?” Jennifer kembali bertanya namun tetap tidak ada sautan.

“Enggak enggak.. Setan beneran itu takut sama manusia kata kak Leo.. Aku nggak boleh penakut.” Jennifer bergumam untuk memberanikan diri.

Dengan langkah pelan, Jennifer mendekat pada pintu. Gadis itu yakin tidak akan ada apa apa.

“Ingat Jennifer, Setan takut sama manusia.” Sekali lagi Jennifer bergumam.

Jari jari lentik Jennifer meraih handle pintu memutarnya perlahan kemudian menariknya dengan cepat dan...

“KEJUTAAANNN....!!!!”

Jennifer sangat terkejut hingga jantungnya hampir saja berhenti berdetak begitu sang kakak berseru dengan senyuman lebar yang menghiasi bibir tipisnya.

“Loh kok...” Jennifer terbata bata. Mamah dan papahnya bilang kakaknya sedang sibuk karena mau menghadapi ujian kelulusan dan tidak bisa pulang untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi sekarang sosok tampan dan penuh semangat itu berdiri didepannya sambil membawa kue ulang tahun untuknya.

“Ini kejutan loh.. Kamu nggak terkejut Jen? kakak pulang ini..” Leo mengeryit karena Jennifer yang malah bengong.

Jennifer tertawa namun juga menangis secara bersamaan. Rasa takutnya langsung sirna seketika begitu melihat sosok yang sangat di rindukannya. Sosok yang selalu Jennifer inginkan selalu ada di sampingnya untuk menemani dan melindunginya.

“Loh kok malah nangis?” Leo kebingungan karena adiknya yang malah menangis di beri kejutan.

Jennifer menggeleng kemudian langsung berhambur memeluk tubuh tinggi tegap juga kekar Leo. Jennifer sangat senang dan bahagia karena sosok tampan kakaknya kini berada di depannya.

“Aku kangen banget sama kakak..” Lirihnya menangis di dada bidang Leo.

Leo tersenyum. Pria itu lalu membalas pelukan penuh kerinduan adik kesayangannya itu dengan satu tangannya karena satu tangannya lagi memegang kue ulang tahun untuk Jennifer.

“Iya iya.. Kakak tau. Tapi kan sekarang ulang tahun kamu, nggak boleh cengeng dong.” Leo memaklumi sikap manja adiknya. Jennifer memang sangat cengeng.

“Sekarang lebih baik kamu tiup lilinnya. Kakak punya hadiah untuk kamu.” Ujar Leo.

Jennifer menurut. Gadis itu mengusap air mata yang membasahi pipinya kemudian meniup lilin berangka 21 diatas kue tart yang disodorkan kakaknya.

“Selamat ulang tahun sayang..” Senyum Leo menatap Jennifer lembut.

Hari bahagia

Pagi ini adalah pagi yang paling membahagiakan bagi Jennifer. Selain karena Leo yang pulang dan memberi kejutan di hari ulang tahunnya, Leo juga mengatakan tidak akan lagi pergi keluar negeri karena memang kuliahnya sudah selesai disana.

“Pagi mamah, papah...” Sapa Jennifer dengan raut kebahagiaan dari wajahnya yang tidak bisa sedikitpun Jennifer sembunyikan.

Nyonya dan tuan Ardiansyah tersenyum dan saling menatap. Mereka berdua tentu tau penyebab putri bungsunya begitu bahagia hari ini.

“Loh mah, pah, kakak mana?” Tanya Jennifer mencari keberadaan sang kakak yang memang belum ada di meja makan pagi itu.

“Kakak kamu lagi siap siap sayang..” Jawab nyonya Ardiansyah sambil mengoleskan selai kacang pada roti tawar di tangannya.

Jennifer mengeryit heran.

“Siap siap untuk apa?” Tanyanya penasaran.

Tuan Ardiansyah menghela napas kemudian tersenyum.

“Jadi hari ini papah mau ngenalin kakak kamu ke semua karyawan papah di kantor. Kan sebentar lagi juga kakak kamu yang bakal gantiin papah di perusahaan.” Jawab tuan Ardiansyah memberitahu.

“Oooh begitu. Aku boleh ikut nggak pah?”

“Kamu kan harus kuliah dek..”

Jennifer menoleh ketika mendengar suara kakaknya. Leo sedang melangkah menuruni satu persatu anak tangga. Penampilannya sudah rapi dengan setelan jas warna hitam yang membuatnya terlihat semakin tampan menurut Jennifer.

“Wah.. Kakak ganteng banget..” Puji Jennifer yang semakin merasa kagum dengan sosok tampan kakaknya.

Leo membenarkan kerah jas yang dikenakannya dengan bangga. Pria itu memang selalu bersikap begitu terbuka jika dengan adiknya.

“Kakaknya siapa dulu dong..”

Jennifer terkikik geli kemudian langsung menghampiri kakaknya yang masih berdiri di anak tangga terakhir. Jennifer tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya terhadap sosok sang kakak. Sosok yang selalu dia puja dan dia harapkan bisa selalu melindungi dan menjaganya sampai tua nanti.

“Ada baiknya kamu nggak usah ikut sayang.. Kan sayang kalau sampai kamu ketinggalan materi penting di kampus.”

Senyuman di bibir Jennifer memudar begitu menoleh pada nyonya Ardiansyah, mamahnya.

“Tapi mah, aku kan pengin liat bagaimana kakak di kantor. Ini pertama kalinya loh kakak mau di kenalin ke semua karyawan papah. Ya kan siapa tau papah juga mau ngenalin aku juga. Bukan begitu papah?”

Jennifer berganti menatap sang papah meminta dukungan agar di perbolehkan untuk ikut.

Tuan Ardiansyah tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya. Putrinya memang selalu punya alasan jika sedang menginginkan sesuatu.

“Nggak usah lah Jennifer.. Kamu berangkat ke kampus aja. Nanti sepulang dari kantor kakak jemput kamu deh. Kita jalan jalan dan kamu boleh membeli apapun yang kamu mau. Kakak traktir.”

Jennifer menoleh kembali pada sang kakak. Wajah antusiasnya langsung terlihat begitu mendengar apa yang Leo katakan.

“Serius kak? Kakak nggak bohong kan?” Tanyanya memastikan kembali ucapan kakaknya.

“Ya beneran dong.. Emangnya kapan sih kakak pernah bohong sama kamu.” Senyum Leo menjawab.

Saking bahagianya, Jennifer pun berhambur memeluk Leo erat. Gadis itu benar benar merasakan kebahagiaan yang berlipat lipat sejak mendapat kejutan ulang tahun dari kakaknya semalam.

Karena di iming imingi akan dijemput dan di ajak jalan jalan oleh Leo, Jennifer pun akhirnya tidak keberatan meski tidak boleh ikut ke kantor untuk menyaksikan kakaknya di perkenalkan sebagai CEO baru di perusahaan papahnya. Jennifer bahkan berangkat ke kampus dengan sangat semangat di antar oleh supir yang biasa mengantar kemanapun nyonya Ardiansyah pergi.

“Leo..” Panggil tuan Ardiansyah pada Leo yang sedang fokus dengan kemudinya.

“Ya pah..” Saut Leo. Pria tampan itu menoleh sekilas pada papahnya karena tidak mau sampai terjadi sesuatu yang buruk mengingat dirinya sedang mengemudi. Di tambah jalanan pagi ini juga sangat ramai dan padat oleh kendaraan. Baik kendaraan beroda dua maupun empat. Maklum lah, pagi pagi adalah waktunya orang orang berangkat bekerja dan mengantar sekolah anak.

“Papah rasa mulai sekarang kamu jangan terlalu memanjakan adik kamu deh Le..”

Leo mengeryit mendengarnya.

“Memangnya kenapa pah?” Tanyanya penasaran.

“Yah.. Papah cuma nggak mau saja nanti Jennifer jadi ketergantungan sama kamu. Apa lagi kamu kan juga sudah punya pacar. Takutnya nanti Jennifer cemburu kalau kamu lebih memprioritaskan pacar kamu.” Jawab tuan Ardiansyah.

Leo tertawa mendengarnya. Pria tampan itu menggelengkan kepala merasa sangat lucu dengan apa yang di katakan oleh papahnya.

“Papah ada ada aja mikirnya. Ya itu nggak mungkinlah pah.. Lagian kan bukannya papah bilang kalau Jennifer itu sudah punya teman dekat? Yang kata papah jadi pasangannya saat pesta semalam.”

“Papah hanya menebak saja.”

“Ya itu artinya ke khawatiran papah nggak akan terjadi. Lagian Jennifer itu sudah besar pah, sudah dewasa, sudah bisa membedakan mana yang baik atau tidak. Jennifer pasti paham lah. Dan lagi pula, aku juga nanti niatnya mau ngenalin Jennifer sama Sinta kok. Jennifer pasti seneng. Apa lagi Sinta, sejak semalam dia ngotot banget pengin ikut aku pulang kerumah. Tapi aku larang karena aku tau dia pasti juga lelah setelah berada di dalam pesawat selama berjam jam.” Ujar Leo yang yakin semua ke khawatiran papahnya tidak akan terjadi.

“Jangan lupa kenalkan juga Sinta sama mamah sama papah.”

“Loh, kan papah sama mamah udah kenal, udah pernah ketemu juga kan pas mamah papah nengokin aku sakit dulu?”

“Ya.. Tapi itu belum resmi Le.. Mungkin mengundang Sinta untuk makan malam bersama ide yang bagus.”

“Baiklah.. Leo akan bicarakan nanti dengan Sinta pah.”

Setelah itu tidak ada lagi obrolan. Leo menambah kecepatan laju mobilnya agar cepat sampai di perusahaan sang papah.

Sorenya, seperti apa yang direncanakan sebelumnya, Leo benar benar membuktikan ucapannya. Leo menjemput Jennifer di kampusnya yang membuat Jennifer kembali di hujami kebahagiaan tiada tara. Padahal Jennifer sempat berpikir mungkin saja kakaknya lupa dan tidak sempat untuk menjemputnya.

“Ya udah La, Tia, aku duluan yah.. Udah di jemput tuh sama kakak aku..” Ujar Jennifer dengan pipi merona merasa tersipu.

“Oh oke..” Angguk Lala tersenyum.

Sedang Mutia, gadis berkaca mata itu mengeryit merasa aneh dengan tingkah Jennifer. Mutia merasa Jennifer seperti orang yang sedang jatuh cinta. Mutia menatap Jennifer yang berlari menghampiri Leo, memeluknya erat sebelum akhirnya masuk kedalam mobil kakaknya itu. Namun kemudian Mutia menepis jauh pemikirannya itu. Mutia yakin itu hanya perasaannya saja. Mana mungkin Jennifer jatuh cinta pada kakaknya sendiri.

Didalam mobil Leo.

“Jadi kita mau kemana dulu?” Tanya Leo sambil mengenakan seatbeltnya.

“Eemm.. Aku pengin makan ice cream kak..” Jawab Jennifer dengan senyuman lebar yang menghiasi bibirnya.

“Oh oke.. Kita makan ice cream dulu abis itu kakak mau ajak kamu jalan jalan sekalian juga kakak mau ngenalin seseorang sama kamu.”

Senyuman Jennifer memudar. Gadis itu mengeryit mendengarnya.

“Siapa?” Tanyanya pelan.

“Nanti juga kamu tau kok dek..” Jawab Leo mengedipkan sebelah matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!