"Leon! Leon!" Suara teriakan kaum hawa kini memenuhi arena balap.
Seorang pria bertubuh tegap rahang tegas dan hidung mancung serta mata tajam kini mulai memakai helm untuk melindungi kepalanya.
Dia adalah Leon Aditya, sang idola para wanita dan ketua geng motor BlackSky dan terkenal sebagai brandal Tampan di kota itu.
Meskipun dia sang idola para wanita namun tak ada satu pun yang bisa membuat seorang Leon Aditya jatuh cinta dan membuatnya tertarik padanya.
"Ketua kau pasti juaranya!" Teriak seorang pria yang tak kalah tampan dari Leon berteriak memberikan semangat padanya.
"Aku yakin ketua akan kembali memenangkan pertarungan ini, dan seluruh kota akan berada di bawah kekuasaan nya." Ucap Anthony dengan tawa bahagianya sedikit mengenjek pria remaja yang menantangnya.
"Jangan terlalu bangga! Jangan menganggap kami remeh, kau juga belum tahu siapa tuan muda kami." Jawab pria berjas hitam layaknya seorang bodyguard yang tak terima dengan ucapan Anthony.
"Ciihhh... Percaya diri sekali kalian! Ingatlah kalian semua berada di lingkungan kekuasaan kami, jadi kalian semua tidak akan mudah untuk bisa melepaskan diri. Mungkin kau juga akan pulang tinggal nama saja, jadi bersiap-siaplah! Anthony semakin tertawa mengejek membuat Daniel kesal.
Namun seperti yang Anthony katakan dia tidak bisa melakukan hal apapun, karena ini adalah kesalahan mereka masuk ke kawasan yang salah.
Daniel berpikir sejenak, ia mulai merasa sangat takut bagai mana jika terjadi sesuatu pada Elbara yang akan membuat seluruh keluarga Sebastian akan murka padanya.
"Semoga saja tuan muda memenangkan permainan ini." Daniel berdoa dalam hatinya.
Kini pertarungan di arena balap pun semakin sengit kedua pria yang tengah memutari arena itu tak ada yang mau mengalah, hingga akhirnya mereka berdua memiliki nilai yang sama.
Elbara membuka helm nya dan berjalan menghampiri Leon. "Sudah ku katakan padamu jangan menantang ku, pada akhirnya kau akan malu di hadapan seluruh antek-antek mu!" Ucap Elbara dengan senyuman mengejeknya.
Bughh..
Leon mendaratkan bogem mentah di pipi Elbara karena rasa malunya tak bisa mengalahkan seorang Elbara yang notabe nya masih seorang bocah.
"Tuan muda!" Seru Daniel yang kini menghampiri kedua pria yang sedang berduel adu bogem di arena balap.
Daniel menarik tuan mudanya begitu juga dengan Anthony yang berusaha memisahkan ketua nya.
"Tuan muda kau terluka lebih baik kita pulang sekarang!" Ajak Daniel yang kini menarik paksa Elbara dari tempat itu.
"Lihat saja aku akan membalas mu nanti." Teriak Leon yang kini melepaskan dirinya dari pegangan Anthony.
****
"Auhh... Kak itu sangat sakit sekali kenapa kau sengaja menekannya!" Protes Elbara pada wanita cantik yang kini tengah mengobati luka nya saat ini.
Wanita itu tersenyum miring dan kembali menekan luka adiknya dengan sengaja membuat Elbara semakin berteriak. "Itu hukuman kecil untuk mu! dasar anak nakal selalu saja membuat mama dan papa khawatir." Queenara terus mengomel memberikan nasihat pada adiknya.
Sedangkan Elbara langsung menutupi kedua lubang telinganya agar tak mendengar suara sang kakak yang terus menceramahi nya.
"Ishhh... Kau sangat menyebalkan! jika aku bisa memilih, lebih baik aku meminta mama untuk memberikan adik perempuan saja waktu itu." Queenara melemparkan kapas pada adiknya dan pergi begitu saja karena kesal.
"Kak... Kau harus bersyukur memiliki adik yang sangat tampan sepertiku karena adik sepertiku tidak di jual dimana pun." Elbara terkekeh saat melihat raut wajah sang kakak yang terlihat begitu kesal padanya.
Elbara melanjutkan pekejaan sang kakak mengobati wajahnya yang kini terlihat memar karena bogem yang Leon berikan padanya.
"Ini karena brandal gila itu! lihat saja suatu hari nanti aku akan membalas nya lebih dari ini. Owhhh... Astaga wajah tampanku..!" pekik Elbara yang kini mulai mengoleskan salep di bagian memar nya.
Begitu pun dengan Leon yang kini sedang sangat marah karena merasa harga dirinya terinjak oleh Elbara yang sudah berani mempermalukan nya di wilayah nya sendiri.
"Aaarrghhh... Anthony! cari tahu siapa bocah tengik itu beri tahu aku secepatnya." Teriak Leon yang kini tengah mengompres wajahnya dengan es.
"Baik ketua," Kini Anthony pun mencari tahu siapa Elbara Sebastian namun pencarian nya nihil ia tak menemukan apapun tentang Elbara.
"Ketua, aku tidak bisa menemukan apapun tentang bocah itu, seperti nya dia bukan dari kalangan keluarga biasa. Sama seperti gadis yang kau cari selama ini." Ujar Anthony yang membuat Leon kini mulai berpikir keras.
Kini Leon mengambil buku yang di berikan sahabat pertamanya di masa kecil dulu dan mengusap foto usang itu dengan sangat lembut.
"Dimana kau Queen, aku sudah mencarimu selama beberapa tahun. Tapi kau bagaikan di telan bumi, aku ingin melihatmu sekali saja." Guman Leon dalam hatinya.
Di sisi lain Queenara sedang berjalan dengan cepat setelah menerima panggilan darurat dari rumah sakit. "Astaga dimana mobilku? Daniel! Daniel!" Queenara mencari tangan kanan adiknya namun tak ada jawaban apapun di sana ia hanya melihat motor adiknya yang terparkir di halaman rumah.
"Ini keadaan darurat dan tak ada pilihan lain lagi." Queenara menggulung rambut panjangnya dan mulai memakai helm lalu mengemudikan motor kesayangan adiknya melesat pergi meninggalkan rumahnya.
"Kak tunggu! kau mau kemana dengan motorku!" teriak Elbara dari dalam rumah berlari mengejar sang kakak, namun ia terlambat Queenara sudah pergi jauh dan tak mendengar suara adiknya.
"Semoga saja aku tidak terlambat," Queenara terus menyusuri jalanan yang ia lalui dan berpikir untuk mengambil jalan alternatif agar ia lebih cepat sampai di tempat tujuannya, namun kini segerombolan geng motor mulai mengejarnya.
"Astaga siapa mereka? kenapa mereka mengejarku?" Queenara semakin mempercepat laju kendaraan nya namun kini ia berhenti secara mendadak saat melihat gerombolan lain sudah menutup jalannya.
"Ohh.. Ya ampun siapa mereka?" Queenara menatap jam yang berada di pergelangan tangannya dengan hati waswas.
"Owhh... Tidak! Aku hampir terlambat, semoga saja pasienku masih bisa menunggu sedikit waktu untukku." Gumam Queenara yang kini mengambil ponselnya untuk menelepon pihak rumah sakit.
Namun dengan cepat ponsel itu terbang melayang karena ulah para brandal yang kini berputar mengelilingi nya memakai sepeda motor. Queenara menatap nanar pada ponselnya yang kini sudah hancur tak terbentuk karena terus di lindas oleh gelombang geng motor BlackSky.
"Berani sekali mereka menghancurkan ponselku!" Queenara turun dari motor nya dan mulai menendang satu persatu brandal itu hingga terjatuh.
"Ketua dia sudah melanggar aturan masuk ke wilayah kita dan membuat keributan apa yang harus kita lakukan?" Tanya Anthony meminta persetujuan Leon.
"Tabrak saja, buat dirinya jera." Jawab Leon tanpa berpikir panjang.
"Baik ketua." Kini Anthony pun memberikan isyarat pada anak buahnya sesuai permintaan sang ketua mereka.
Bughh..
Arrghhh.... Suara jeritan perempuan membuat Leon meminta seluruh anak buahnya berhenti.
Queenara terjatuh dengan helm yang terlepas dari kepalanya membuat seluruh geng motor terkejut, saat melihat rambut panjang tergerai menutupi wajah cantik wanita yang kini tengah memegangi lengannya.
Dari kejauhan kini Leon menatap wajah cantik Queenara dengan rambut yang melambai-lambai terbawa angin. Ada perasaan lain di hati Leon saat ini.
Kini Leon mulai melangkahkan kakinya berjalan menghampiri gadis yang tengah meringis duduk di atas aspal, namun dengan cepat Anthony menarik lengannya untuk pergi meninggalkan tempat itu saat mendengar suara sirine polisi.
Kini para geng motor BlackSky pun pergi meninggalkan tempat itu. Namun pandangan Leon tak berhenti berkedip menatap wajah gadis yang sudah mencuri hatinya saat pandangan pertama.
"Kakak!" Pekik Elbara yang kini datang dengan mobil ambulance menghampiri sang kakak yang kini duduk di aspal meringis memegangi lengannya.
"Kak apa kau baik-baik saja? kenapa kau memasuki kawasan pria gila itu." Protes Elbara yang langsung mendapatkan tarikan di telinganya.
"Awuhhh... Kak sakit." Keluh Elbara yang kini mengusap telinganya yang terasa berdenyut.
"Dasar anak nakal! jadi beginilah kelakuanmu di luar rumah! pantas saja kau pulang dengan wajah jelek itu." Cetus Queenara.
Elbara mulai cengengesan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lupakan itu kak, lebih baik sekarang kita pergi sebelum para brandal itu datang kembali dan menyadari bahwa ini bukan sirine mobil polisi." Elbara memapah kakaknya masuk ke dalam mobil ambulance dan meninggalkan motor kesayangan nya begitu saja.
"Biarkan saja mereka datang aku akan menghajarnya, dia pikir siapa dirinya yang sok jagoan dan berani bermain keroyokan! jangan meremehkan ku aku ini seorang dokter aku bisa melakukan apapun untuk membuat mereka jera." Ucap Queenara dengan penuh semangat, ia masih tak terima saat melihat ponsel keluaran terbatas yang di belikan sang papa hancur di hadapannya.
"Owhh ayolah kak, jangan membuat masalah semakin rumit kita hanya berdua saja disini sedangkan mereka ratusan. yang ada kuta akan mati konyol karena kegilaan para brandal itu." Elbara terus memaksa kakaknya untuk masuk ke dalam mobil ambulance dan membawanya ke rumah sakit.
"Hey kak kau mau kemana?" Elbara membuntuti kakanya yang kini berjalan menjauh meninggalkan nya.
"Tentu saja aku akan menemui pasienku." Jawab Queenara yang kini melepaskan jaket yang ia kenakan dan mengganti nya dengan jas putih kebanggaan nya.
"Tapi kak tanganmu terluka, kau harus segera di obati." Ucap Elbara yang merasa sangat khawatir dengan kondisi kakaknya.
"Ckkk.. Hey jagoan aku sedang buru-buru sekarang ayo minggir jangan menghalangi jalanku atau aku akan menyuntikmu dengan jarum yang lebih besar lagi." Queenara mendorong tubuh adiknya dan masuk ke dalam ruangan yang sudah di sediakan oleh para tim nya.
"Ya tuhan, dia sangat keras kepala sekali bagai mana jika orang rumah tahu kakak terluka karena dia memakai motorku. Aaarrghh... Ini semua karena brandal gila itu! lihat saja aku akan membalas nya nanti." Elbara mengepal erat tangannya dan duduk menunggu sampai kakaknya selesai memeriksa keadaan pasiennya.
***
"Ada apa dengan ketua?" Gumam Anthony saat melihat Leon yang sejak tadi hanya diam melamun sambil tersenyum sendiri membuat Anthony merinding melihat nya.
"Apa ketua baik-baik saja?" Bisik Sergio yang kini menepuk pundak Anthony.
"Entahlah, sejak tadi ketua hanya tersenyum seperti itu." Jawab Anthony yang kini mulai mengusap tengkuknya.
"Apa ketua kita mulai gila?" Ucap Sergio yang langsung mendapat bogem mentah dari Anthony.
"Jaga bicaramu." Anthony menarik kerah baju Sergio dan memperingatkan nya agar tidak mengulangi kata-kata yang akan membuat Leon murka.
"Anthony sedang apa kau lakukan?" Tanya Leon yang kini menatap tajam pada kedua orang yang kini saling menarik kerah baju lawannya.
"Dia,"
"Aku mengerti dan tidak perlu di jelaskan, karena suasana hatiku sedang sangat baik hari ini aku tidak akan menghukum kalian berdua, tapi sebelum itu aku meminta kau untuk mengerjakan tugas penting dariku."
"Tugas apa itu ketua?" Sahut Anthony dengan sedikit gugup.
"Cari tahu siapa wanita itu secara detail, aku tidak ingin menerima kekurangan sedikit pun tentang informasi nya dan aku memberimu waktu selama dua jam, dan jika selama dua jam aku belum mendapatkan laporan yang ku inginkan maka kalian semua akan mendapatkan akibatnya." Ucap Leon yang membuat semua anak buahnya menelan ludah.
"Ba, baik ketua. Hei kalian semua ikut aku!" Seru Anthony yang kini mulai meninggalkan markas BlackSky.
Sedangkan Leon kembali melamun memikirkan gadis yang sudah membuat hatinya berdebar saat pandangan pertama mereka.
***
"Akhirnya selesai juga." Queenara menghela nafas lega saat ia berhasil menyelamatkan nyawa pasiennya.
"Aishhh.." Queenara meringis saat merasakan lengannya terasa nyeri akibat ulah para brandal yang sengaja menabrak lengannya.
"Dokter apa anda baik-baik saja?" Tanya seorang perawat yang kini menghampiri Queenara.
"Iya aku baik-baik saja, suster ikut aku sebentar." Ajak Queenara yang langsung di angguki oleh perawat itu.
Queenara keluar dari ruangan itu dan melihat sang adik tengah menunggunya hingga tertidur lelap di kursi tunggu. Kini Queenara pun menghampiri sang adik dan mulai membangunkan nya.
"El bangunlah!" Queenara mencoba membangunkan adiknya perlahan, namun beberapa kali mencoba Elbara tidak bangun juga membuat sikap barbar Queenara pun muncul seketika.
"Elbara Sam Sebastian bangunlah!" Pekik Queenara tepat di samping telinga sang adik membuat El jatuh karena terkejut.
"Astaga kak! kau sangat mengejutkan ku." Kesal Elbara yang kini duduk di lantai rumah sakit dengan wajah di tekuk.
Kini perawat yang berada di belakang Queenara pun tersenyum saat melihat tingkah konyol kakak beradik itu. "Ayo sus," Ajak Queenara yang tak memperdulikan ocehan adiknya saat ini.
"Hei kak tunggu aku!" Seru Elbara yang kini mulai berlari mengejar kakaknya.
Sedangkan di tempat Lain Leon tengah menunggu informasi dari para anak buahnya dengan tidak sabaran.
"Kemana mereka pergi? apa mereka tertidur." Gumam Leon yang kini menatap jam di pergelangan tangannya.
Dua jam hampir berlalu namun Anthony belum juga kembali menampakan dirinya. Namun tak lama kemudian Anthony dan para anak buahnya sudah kembali dan langsung menemui Leon yang kini sudah bersedekap dada mentap tajam pada mereka.
"Bagai mana? apa kau menemukan informasi yang ku minta?" Tanya Leon pada anak buah kepercayaan nya.
"Ini ketua, semuanya ada di dalam." Anthony menyerahkan amplop coklat pada Leon.
"Ponsel rusak?"
"Itu ponsel miliknya gadis itu yang tadi kami," Anthony menjeda ucapanya saat Leon menyuruh nya untuk diam dan terus melihat isi di dalamnya.
Kini matanya terbelalak saat melihat nama yang sama seperti nama sahabat kecilnya dulu. "Queenara!"
"Haahh.. Apakah dia?" Leon tertawa di ikuti oleh Anthony dan kawan-kawannya.
"Hahahaha.."
"Diam!! kenapa kalian tertawa?" Leon mentap semua anak buahnya dengan tatapan setajam silet.
"Karena kau tertawa, kami hanya mengikuti nya saja iya kan semuanya?" Anthony mulai mencari pembelaan namun tidak ada satu pun di antara mereka yang menjawab pertanyaan Anthony.
"Damn." Anthony merasa sangat kesal karena tak ada satu pun di antara mereka yang membenarkan ucapan nya.
Sedangkan Leon tak perduli dengan kekesalan Anthony saat ini, karena ia sedang merasa sangat bahagia saat mendapatkan petunjuk gadis yang selama ini ia cari.
"Carikan ponsel yang sama persis dengan ini." Leon melemparnya ponsel rusak itu pada Anthony.
Anthony mengangkap nya dengan sempurna dan melihat kembali ponsel yang ada di tangannya. "Tapi ketua, ponsel ini seri terbatas dan hanya ada sepuluh saja di dunia ini."
"Aku tidak perduli, secepatnya kau harus mendapatkan ponsel yang sama persis seperti itu." Jawab Leon dengan nada dinginnya.
Setelah memerintahkan anak buahnya kini Leon kembali ke rumahnya karena sejak tadi sang nenek terus menghubungi nya dengan perasaan cemas, karena sudah beberapa hari Leon tak kembali ke rumah.
"Nenek aku pulang!" Leon berseru setelah mematikan motor kesayangan nya, lalu masuk kedalam rumah dan berteriak mencari keberadaan wanita tua yang sudah merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Tak lupa Leon pun membelikan kue kesukaan sang nenek sebagai buah tangan dan bujukan agar tidak marah padanya, karena selama beberapa hari ini ia tak pulang ke rumah karena harus membereskan musuh-musuh yang akan merebut wilayah kekuasaan nya termasuk Elbara.
"Nenek ku yan manis, lihatlah aku membawakan sesuatu untukmu!" Leon mencari keberadaan neneknya dengan wajah ceria tak seperti saat berhadapan dengan musuh atau pun anak buahnya.
"Nenek disini nak." Sahut sang nenek yang langsung berdiri menghampiri cucunya dan memeluk nya dengan erat.
"Dasar anak nakal, apa kau tidak tahu sepanjang hari aku terus memikirkan dan mengkhawatirkan mu." Nenek Sofia yang tak lain adalah bibi dari ayahnya kini menyeberang telinga Leon dengan gemas.
"Awhh... Awhh.. Ampun sakit nek," Leon berpura-pura kesakitan agar sang nenek segera melepaskan tarikan di telinga nya.
Leon terus bercengkrama dengan nenek Sofia hingga ia tak menyadari sejak tadi ada seseorang yang duduk diam menatap interaksi mereka.
"Leon ayo duduklah nak." Nenek Sofia menarik tangan Leon dan menuntun nya untuk duduk, kini barulah Leon tersadar bahwa disana tidak hanya ada mereka berdua saja.
"Leon ayo duduklah nak, ayahmu sudah menunggu mu sejak lama." Sambung nenek Sofia lagi.
"Jadi ini kenapa nenek menyuruhku untuk segera pulang?!" Leon melepaskan genggaman tangan neneknya dan berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut. Liam yang masih duduk menatap putranya yang kini semakin menjauh dari pandangannya.
"Leon kau mau pergi kemana nak?" Nenek Sofia berusaha untuk mengejar putra keponakan nya, namun Liam mencegahnya dan membiarkan Leon pergi.
"Biarkan saja dia pergi bi, wajar saja jika dia membenciku dan tak ingin melihat ku saat ini." Liam membuka kaca matanya dan mengusap wajahnya kasar.
Sedangkan Leon langsung masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu dengan sangat keras untuk meliapkan segala kekesalan dalam hatinya."Kenapa pria itu datang kembali setelah sekian lama dia membuangku tanpa belas kasih." Leon mengepalkan erat tangannya hingga otot-ototnya pun mulai terlihat.
Kini pintu kamar Leon di ketuk, namun tak ada sedikitpun ia berniat untuk membukakan pintu itu.
"Leon aku ingin berbicara dengan mu sebentar saja." Ucap Liam dari luar kamar putranya.
"Pergilah aku tidak ingin melihatmu disini. Anggap saja aku sudah tiada seperti aku yang menganggapmu sudah tiada saat kau menjauhkan aku dari hidupmu." Jawab Leon penuh kebencian.
Liam tak mempedulikan ucapan Leon saat ini. Kini ia pun masuk walau tanpa seizin putranya.
"Sudah aku katakan bukan! aku tidak ingin melihatmu lahi apa kau lupa dimana saat kau membuangku, dan sekarang untuk apa kau datang kembali dan mencariku?!" Leon mulai terbakar emosi saat melihat ayahnya masuk tanpa seizin nya.
"Maafkan aku Leon, aku tahu aku salah tapi bisakah kita memulai segalanya dari awal. Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama, tapi aku,"
"Apa kau sudah hilang akal Liam Dameer?" Leon tersenyum sinis setelah memotong perkataan sang ayah yang baru menyadari segalanya setelah beberapa tahun.
Leon tertawa sumbang menatap pria paruh baya yang sudah memakai kacamata menghiasi wajahnya. "Owhh... Astaga lawakan apa lagi ini?" Leon memerangi keningnya dan menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan sang ayah yang bagaikan lelucon baginya.
"Leon berhentilah bercanda, dan aku datang kemari untuk memberikan informasi perjodohan mu, setelah kau menikah maka sembilan puluh persen aset yang aku miliki akan menjadi milikmu."
"Apa? coba ulangi kembali apa yang baru saja kau katakan?! menjodohkan ku? hahahaha.... Demi sebuah harta warisan? hahaha... Liam Dameer, simpan saja hartamu dan menikahlah sendiri. Aku tidak butuh harta yang kau miliki." Leon berjalan melewati sang ayah yang masih terdiam mematung.
"Liam Dameer aku tidak gila harta dan gila kerja seperti mu, jadi aku tidak membutuhkan semua itu. Dan soal perjodohan ya, hmm... Begini, kenpa tidak kau saja yang menikah! jangan hanya ingin meniduri wanita dan pergi begitu saja melepaskan semua tanggung jawabnya pada bayi yang tidak berdosa." Sindir Leon.
Kini Leon pun keluar dari kamarnya dengan sedikit menyenggol bahu ayahnya.
"Leon Dameer kamu jangan keterlaluan!" Liam mulai terpancingbemosi karena ucapan putranya menatap Leon dengan nyalang.
"Permisi anda salah menyebutkan nama saya, aku adalah Leon Aditya. Apa kau mengerti?" Jawab Leon tanpa menatap wajah ayahnya yang kini nampak sedih dan menyesal.
"Penyesalan yang sudah tak berguna." Gumam Leon yang kini pergi meninggalkan ruangan itu.
Sedangkan nenek Sofia menghela nafas kasar melihat ayah dan anak itu tampak tidak akur. "Aku hanya berharap suatu saat nanti mereka bisa bersatu layaknya anak dan ayah. Tak perduli bagai mana Leon di lahirkan saat itu, tapi aku menyayangi nya sama seperti cucuku sendiri."
Leon melajukan motornya kembali ke markas. "Cihh... Dia pikir tanpa uang darinya aku tidak bisa hidup? kau salah tuan Liam, bahkan hartaku jauh lebih banyak dari yang kamu miliki." Leon tersenyum miring.
"Setelah beberapa tahun dia menawarkan harta padaku sebagai hadiah perjodohan, owh astaga apa saja isi di dalam kepalanya itu?" Leon terus menggerutu tidak jelas meluapkan segala kemarahan dan kebencian nya pada sang ayah.
Hingga tanpa sadar ia terus menaikan kecepatan motornya hingga hampir menabrak seorang wanita muda yang tengah menyeberang jalan.
Leon menginjak rem secara mendadak hingga ia terpental melayang menatap wajah gadis yang terlihat begitu syok karena ulah nya.
Brakkk...
Suara motor terjatuh begitu keras begitu juga dengan Leon yang jatuh melayang hingga beberapa meter.
"Aaarrghhh.." Queenara memejamkan mata dan menutupi kedua telinganya. Ia merasa sangat syok an terkejut karena kejadian itu cukup mengerikan dan terjadi tepat di depan matanya.
Kakinya merasa sangat lemas hingga ia tak kuat berdiri menahan beban tubuhnya. "Astaga Queen! apa yang sudah kau lakukan? aku, aku menjadi penyebab kecelakaan ini?!" Queenara hampir pingsan, namun kini ia bangkit kembali dan mulai bertanggung jawab atas perbuatannya.
Queenara menghampiri pemuda yang masih mengenakan helm itu dan membukanya secara perlahan.
"Hey bangunlah," Queenara menepuk pipi Leon secara perlahan.
"Aku harus segera membawanya ke rumah sakit." Queenara meminta bantuan seseorang untuk membawa Leon masuk ke dalam mobilnya dan membawa Leon ke rumah sakit.
"Semoga dia baik-baik saja." Queenara terus melajukan mobilnya dan terus berdoa sepanjang jalan, membuat Leon yang pura-pura pingsan tersenyum mendengar celotehannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!