Sebuah rombongan yang berasal dari Kampus Todai yang datang dengan menggunakan beberapa bus sekolah. Mereka mulai turun ketika telah sampai di tempat tujuan.
Yeap, hari ini para mahasiswa baru Universitas Todai akan mengadakan masa orientasi di pedesaan Aiko Iyashi No Sato yang yang terletak di sisi barat tepi Danau Saiko. Atau sebuah pedesaan yang dikenal dengan nama Nenba Hama yang termasuk ke dalam desa tradisional yang cukup terkenal di Jepang.
Meskipun sudah berada di musim semi, namun suasana di pedesaan Aiko Iyashi No Sato ini cukup dingin dan dipenuhi dengan kabut yang cukup tebal.
Shu Ryuki, dia adalah salah satu mahasiswa baru di tahun ini yang mengikuti dalam masa orientasi saat ini. Dia yang memiliki sifat pendiam dan acuh tak acuh, hanya berjalan seorang diri paling belakang karena belum memiliki seorang teman dan kenalan. Sementara para mahasiswa lainnya saling bergerombol bersama teman-teman barunya.
Rombongan itu berjalan menyusuri sebuah jalanan landai dan berbatu untuk mencapai daerah perkemahan yang akan digunakan untuk membuat tenda. Shu melenggang santai namun dia selalu mengawasi sekitarnya.
Shu melihat rumah dan bangunan tradisional Jepang dengan beberapa jerami dan anyaman bambu sebagai atap dan dindingnya. Begitu sederhana!
Shu begitu menikmati pemandangan menakjubkan ini, dimana perpaduan antara Gunung Fuji dan Danau Saiko berpadu menjadi satu pemandangan yang indah. Suasana yang asri, perpaduan pepohonan dan air danau, serta sejuknya udara di area pegunungan Gunung Fuji membuatnya merasa nyaman.
Setelah beberapa saat mereka telah sampai di tempat tujuan dan segera mendirikan beberapa tenda dan mempersiapkan beberapa kayu bakar untuk api unggun.
...🍁🍁🍁...
Keesokan harinya para mahasiswa sudah berkumpul kembali setelah membersihkan diri dan sarapan bersama dengan menu sarapan pagi seadanya, karena mereka memanggang beberapa daging panggang bersama.
Setelah itu mereka akan segera melanjutkan tugas di dalam masa orientasi ini kembali. Seorang senior mulai berdiri di tengah-tengah mahasiswa itu dan mulai menjelaskan permainan dan tugas yang harus mereka selesaikan kali ini.
"Kalian harus berhasil menemukan 5 kristal pelangi dan segera kembali lagi ke pos utama! Namun untuk mendapatkan kristal pelangi tentu saja tidak akan mudah! Selain kalian akan menemukan beberapa hambatan, kristal pelangi juga begitu tersembunyi. Bagi kelompok yang tidak menemukan kelima kristal pelangi sebelum matahari terbenam, maka akan mendapatkan sebuah hukuman dari kami." ucap salah satu senior menjelaskan.
"Baiklah apakah ada pertanyaan?" ucapnya lagi lalu bergantian menatap para juniornya.
Semua terdiam dan tak ada yang mengajukan pertanyaannya, entah sudah paham atau karena takut untuk bertanya.
"Baiklah jika tidak ada pertanyaan. Sekarang masing-masing dari kalian majulah ke depan dan ambil sebuah kertas undian untuk menentukan kelompok masing-masing! Setelah itu berkumpullah sesuai dengan kelompok masing-masing, karena kegiatan kali ini akan segera dilakukan." imbuh senior berambut jabrik itu kembali menjelaskan.
"Baiklah ... bisa dimulai dari sekarang! Maju satu persatu dan ambillah dengan tertib!"
Satu persatu mahasiswa dan mahasiswi baru maju ke depan dan mengambil masing-masing sebuah kertas undian.
Kelompok demi kelompok telah terbentuk, dan pagi ini mereka akan mendapatkan tugas kelompok untuk mengumpulkan beberapa petunjuk demi petunjuk dan 5 kristal pelangi di sekitar mereka.
Shu bergabung dalam kelompok 5 yang terdiri dari 5 orang termasuk dirinya. Shu, Zoe, Kiryu, Eren, dan Yumeko.
Kelompok demi kelompok sudah mulai memasuki sebuah wilayah yang telah dijadikan sebagai tempat untuk untuk diadakannya masa orientasi kali ini, yang terletak di dalam sebuah hutan bayangan yang berjarak tak jauh dari kawasan perkemahan.
Setiap kelompok mulai memasuki hutan itu dan setelah 15 menit akan menyusul kelompok lainnya memasuki hutan itu. Hingga kini tibalah kelimpok 5 untuk memasuki hutan bayangan itu.
Mereka menyusuri sebuah jalan setapak dan mengawasi sekitarnya, mereka bergerak atas instruksi dari Zoe, karena pemuda berambut gondrong keemasan itu telah ditunjuk sebagai ketua dari kelompok 5.
Namun Shu yang berjalan pada barisan paling akhir, tiba-tiba saja terpeleset saat mereka berjalan di tepian jurang yang sebenarnya tidak terlalu dalam. Teman-teman satu kelompoknya tidak menyadarinya karena terlalu fokus dan sibuk sendiri.
BRRUGHHH ...
Shu berguling beberapa kali saat terjatuh di dalam jurang itu dan berhenti saat tubuhnya menabrak sebuah batu yang cukup besar.
"Aargghh! Sial!! Seharusnya aku memakai sepatu yang tidak licin!" geramnya berusaha untuk duduk dan bangkit kembali.
Shu mendongak ke atas dan berusaha untuk memanggil temannya, namun tak ada satupun dari mereka yang mendengarnya. Mungkin mereka juga tidak menyadari jika Shu sudah menghilang.
Tak ada pilihan lain, karena tak bisa memanjat ke atas, akhirnya Shu memutuskan untuk menyusuri jalan lain seorang diri. Tak jauh berbeda dari tempat sebelum dia terjatuh, hanya saja struktur tanahnya yang lebih rendah dari tempat sebelumnya.
Namun tiba-tiba tak sengaja Shu menendang sesuatu hingga menabarak sebuah batu besar di hadapannya. Namun hal itu menimbulkan sebuah denting seperti senuah besi atau tembaga yang menghantam bebatuan itu.
KLONTANG ...
Karena merasa penasaran, akhirnya Shu mencari benda tersebut di bawah tumpukan dedaunan kering yang berjatuhan. Hingga akhirnya Shu mulai menemukan sebuah kunci kuno berbahan tembaga dan memiliki desain sebuah kerangka daun.
"Ehh?? Kunci apa ini? Apakah ini milik salah satu pengunjung hutan bayangan?" gumam Shu sambil menelisik kunci tua berbahan tembaga itu.
"Hhm. Sebaiknya aku menyimpannya. Mungkin saja pemiliknya akan yang mencarinya." gumamnya lagi lalu menyimpan kunci itu pada saku pakaian hangatnya
Shu kembali melanjutkan perjalanan, namun anehnya dia sama sekali tidak bertemu dan berpapasan dengan satupun mahasiswa ataupun para seniornya.
"Apakah aku tersesat? Mengapa aku tidak juga menemukan jalan keluar? Aku bahkan tidak menemukan siapapun disini. Huft ... lapar dan haus sekali! Sebaiknya aku mengisi perutku dulu!" gumam Shu lalu segera mencari sebuah tempat untuk beristirahat.
Dia duduk di sebuah batang pohon yang sudah tumbang dan segera mengeluarkan beberapa makanan dan minuman dari dalam ranselnya.
"Bukannya menemukan batu kristal pelangi, namun aku malah menemukan sebuah kunci kuno yang aneh! Huft ... semoga saja mereka lebih beruntung dariku dan bisa menemukan batu kristal pelangi itu deh!" gumamnya mendengus kesal lalu meneguk minuman kalengnya setelah mulutnya kosong kembali.
PLUKK ...
Sebuah tepukan pada bahu lebarnya membuatnya terkejut bukan main, hingga dia tersedak dan terbatuk-batuk.
"Sialan! Bukanya segera mencari kami, tapi kamu malah enak-enakan bersantai disini dan memakan makanan enak! Huft!!" terdengar seorang pemuda berkata dengan nada kesal.
"Kalian ..." ucap Shu terkejut namun juga sedikit merasa lega karena melihat keempat teman satu kelompoknya lagi.
"Ya, tentu saja ini kami! Siapa lagi yang akan bersusah payah untuk mencarimu!" seorang gadis berambut pendek mendengus kesal, namun segera duduk di sebelah Shu dan merebut kue dan minuman kaleng dari Shu.
"Ini untukku! Gara-gara mencarimu, aku menjadi sangat lapar dan haus!" tandasnya kembali lalu memakan kue itu.
Bukanya segera melanjutkan perjalanan, namun mereka malah memutuskan untuk beristirahat sebentar dan memakan bekal mereka untuk membalikkan energi kembali.
Setelah melakukan perjalanan kembali dan menyusuri jalanan yang lebih rendah dari sebelumnya selama beberapa jam, namun mereka tak juga berhasil menamukan satupun petunjuk ataupun batu kristal pelangi.
Bahkan meeka juga tidak bertemu dengan para mahasiswa lain maupun dengan para seniornya. Dan sebenarnya ini cukup aneh.
"Sebaiknya kita berusaha untuk mendaki kembali. Sepertinya jalanan yang kita ambil ini adalah salah. Dan kita malah semakin jauh dari mereka." Zoe sang ketua kelompok ini berkata sambil menengadahkan wajahnya menatap ke atas yang memiliki tinggi sekitar 10 meter.
Sepasang matanya yang berada di balik lensa bening minus itu sangat menyiratkan jika dia sedang begitu fokus dan serius.
"Zoe benar! Kita sudah menyusuri jalanan ini selama berjam-jam, namun kita masih saja tak bisa menemukan petunjuk apapun. Sebaiknya kita kembali saja." sahut gadis berambut kecoklatan panjang bergelombang- Yumeko.
"Ehh!! Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kompas ini tiba-tiba saja tidak berfungsi? Padahal sebelum menuruni jurang kompas ini masih berfungsi dengan baik." seorang pemuda yang mengenakan pakaian paling stylish dan berkelas kini terlihat kebingungan saat membuka alat navigasi kompasnya untuk melihat arah yang sudah tidak bisa berfungsi.
"Ehh? Apa maksudmu, Kiryu?" seorang gadis berambut pendek mulai melihat kompas tersebut bersama pemuda bernama Kiryu itu.
"Bagaimana mungkin bisa tidak berfungsi begitu saja? Aku bahkan menuruni jurang dengan sangat hati-hati dan tidak menyebabkan kompas ini rusak." gumam Kiryu kebingungan.
"Alat navigasi adalah untuk menentukan arah mata angin dengan sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas dan menyelaraskan jarumnya dengan medan magnet bumi secara akurat. Seharusnya alat navigasi ini masih memberikan petunjuk arah tertentu. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Dan apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, seharusnya alat navigasi ini akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Namun mengapa malah sebaliknya?"
Zoe sang ketua kelompok 5 bergumam dan mengusap dagu tirusnya dengan kening berkerut, memperlihatkan ekspresi rumit.
"Itu berarti di sekitar tempat ini medan magnet sedang tidak stabil. Atau arah angin yang tidak beraturan. Sehingga kompas ini tidak bisa berfungsi kembali dengan baik." Yumeko menyimpulkan sesuatu dan membuat semua orang menatapnya bingung.
"Tapi hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan kompas ini sudah sering digunakan oleh kakakku untuk berkemah, di berbagai tempat yang bahkan lebih ekstrim. Dan alat navigasi ini selalu saja berguna dengan cukup baik dan sangat akurat." gumam Kiryu lagi.
Disaat keempat temannya masih dibingungkan dengan kerusakan alat navigasi dari Kiryu yang secara tiba-tiba, Shu malah berbalik dan mengedarkan pandangannya memperhatikan sekitarnya.
Dia merasakan ada hembusan angin yang lebih kencang dari sebelumnya, namun yang membuatnya merasa sedikit berbeda, tiba-tiba saja arah angin itu manjadi berlawanan dari sebelumnya.
Shu melenggang beberapa langkah untuk menuju arah angin itu berasal. Langkah demi langkahnya membuatnya berjalan semakin menjauh meninggalkan teman-temannya.
Namun yang sangat membuatnya terkejut bukan main adalah, saat ini Shu melihat ada sebuah pintu kuno berbahan tembaga yang sudah dipenuhi dengan lumut hijau dan akar tanaman yang besar dan kuat melilitnya.
"Pintu apa ini? Mengapa ada pintu seperti ini di dalam hutan bayangan? Ada apa dibalik pintu ini?" gumam Shu menelisik pintu di hadapannya.
Pemuda tampan itu juga mengamati di sekitar pintu itu dan hanya terlihat bebatuan yang berlumut saja. Bahkan disisi atasnya juga hanya ada bebatuan yang berlumut. Perlahan Shu mendekati pintu tua itu sambil menelisiknya lekat.
Hanya sebuah pintu kuno tua yang terlihat usang dan memiliki beberapa ukiran dengan beberapa tulisan kuno. Namun meskipun begitu, tiba-tiba saja ada sebuah rasa keingintahuan dan penasaran di dalam diri Shu.
Semilir angin tiba-tiba menerpa wajah Shu yang berasal dari pintu yang masih tertutup itu. Ini cukup aneh sekali. Perlahan dia mengangkat tangan kanannya dan berniat untuk mengusap pintu tua itu.
Namun belum sempat hal itu terjadi, sebuah tangan tiba-tiba saja menahannya dan membuat Shu menghentikan pergerakannya.
"Kiryu?" gumam Shu saat menyadari jika dia adalah Kiryu.
"Mengapa kamu sering sekali bertindak sendirian dan meninggalkan kami? Apa susahnya jika kita semua selalu pergi bersama-sama?!" ucap Kiryu terlihat sangat kesal menatap Shu.
"Eh? Aku hanya ingin melihat-lihat sekitar karena aku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Jadi aku ..." ucap Shu terputus karena Zoe memotongnya.
"Apa yang sudah kamu temukan? Pintu apa ini?" celutuk Zoe menatap lekat pintu tua di belakang tubuh Shu dengan tatapan rumit.
"Aku juga tidak tau. Aku baru saja menemukannya." jawab Shu seadanya.
Sementara Eren si gadis berambut pendek malah menatap pintu tua itu penuh binar.
"Jangan-jangan ... di dalam sana ada batu kristal pelangi! Kita harus mendapatkannya! Kita harus masuk dan melewati pintu ini!" celutuk Eren berbinar.
Seketika keempat temannya terdiam selama beberapa saat dan hanya menatap pintu tua itu.
"Baiklah! Tidak ada salahnya kita mencoba memasukinya. Siapa tau kita bisa menemukan batu kristal pelangi di dalam. Ayo kita buka pintu ini!" seru Zoe menyetujui usulan dari Eren.
"Baiklah! Semakin cepat mendapatkan batu kristal pelangi, maka kita akan semakin cepat untuk kembali! Dan setidaknya kita tidak akan mendapatkan hukuman. Ayo!"
Kiryu menyauti dan mulai berusaha untuk menyingkirkan beberapa dedaunan dan akar-akar pohon yang melilit pintu itu. Zoe juga segera membantunya. Namun karena akar tanaman yang melilit sisi pintu itu cukup besar dan kuat, dia mengeluarkan sebuah pisau lipat untuk memotongnya.
Namun sepertinya hal itu sia-sia saja, akar tanaman itu tak bisa terpotong karena sangat kuat. Bahkan beberapa kali Kiryu dan Zoe berusaha untuk mendobrak pintu kuno itu, namun tetap saja pintu itu tak bisa terbuka. Hingga Kiryu dan Zoe sudah merasa kelelahan dan berhenti untuk sejenak.
"Tidak bisa dibuka! Percuma saja kita berusaha sekuat apapun!" keluh Kiryu dengan nafas yang sudah naik turun. "Pintu ini sepertinya terkunci dan tak bisa dipatahkan dengan mudah! Sial!!"
Shu masih saja berdiam diri, namun pandangannya masih menelisik pintu kuno itu. Hingga akhirnya Shu mulai melihat sebuah lubang kunci pada pintu itu. Seketika dia mulai mengingat jika dia pernah menemukan sebuah kunci tembaga kuno beberapa saat yang lalu.
Hingga akhirnya Shu mengeluarkan sebuah kunci tua yang ditemukannya beberapa saat yang lalu dari saku pakaianny. Dan secara naluri Shu segera memasukkannya dalam lubang kunci pintu tersebut dengan sangat berhati-hati.
Keempat temannya hanya terdiam bingung mengamatinya. Mengapa Shu memiliki kunci tersebut?
Satu putaran kunci, dua putaran kunci. Dan akhirnya pintu itu berhasil terbuka dengan kunci yang digunakan oleh Shu. Perlahan Shu membuka pintu itu.
Angin berhembus cukup kuat berasal dari balik pintu tua itu, dan menyapu wajah serta tubuh mereka. Sebuah cahaya menyilaukan seketika membuat penglihatan mereka menjadi silau dan mereka melindungi penglihatan masing-masing dengan lengan.
CEKLEK ...
KRRIEETT ...
Pintu itu mulai terbuka. Angin berhembus cukup kuat berasal dari balik pintu tua itu, dan menyapu wajah serta tubuh kelima mahasiswa dan mahasiswi baru ini. Sebuah cahaya menyilaukan seketika membuat penglihatan mereka menjadi silau dan mereka secara naluri melindungi penglihatan masing-masing dengan lengan.
Setelah beberapa detik akhirnya cahaya menyilaukan itu menghilang. Terlihat sebuah kota tua yang terlihat sudah lama mati dan tidak berpenghuni. Begitu hening, berantakan, dan tak terawat.
Shu melenggang melewati pintu kuno itu dan menelisik sekitarnya. Keempat teman-temannya tanpa ragu dan tanpa pikir lama juga mulai memasuki dan melewati pintu tua ini.
Aura tempat ini sungguh sangat berbeda dari hutan bayangan yang beberapa saat yang lalu sempat mereka jelajahi bersama.
"Tempat apa ini? Tempat ini lebih terlihat seperti kota mati dan tidak terlihat seperti sebuah hutan." gumam Eren masih mengamati sekitarnya sambil memungut memungut sebuah tongkat baseball yang tergeletak tak jauh dari dirinya.
"Benar. Tempat ini tidak terlihat seperti bagian dari hutan. Melainkan sebuah kota mati. Namun aku sama sekali tidak pernah jika ada tempat seperti ini sebelumnya. Bahkan di dalam peta juga tak pernah ada tempat seperti ini. Hutan bayangan hanya ada di pedesaan dwsa Aiko Iyashi No Sato yang terletak di bawah kaki gunung Fuji. Seharusnya tak akan ada kota megah seperti ini di sekitarnya." gumam Zoe menyimpulkan.
"Lalu apakah itu artinya ini adalah kota tersembunyi yang sudah lama mati? Atau ..." belum sempat Kiryu melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja mereka dikejutkan oleh teriakan histeris dari Yumeko.
"Ti-tidak mungkin!! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?" pekik Yumeko histeris dan membuat keempat teman-temannya menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" tanya Zoe.
"Pi-pintu masuk kuno tadi menghilang ..." ucap Yumeko yang sudah berbalik dan berusaha untuk mencari pintu kuno tua itu. Namu pintu itu sama sekali tak terlihat. Di sekeliling mereka hanya ada hamparan kota yang begitu sunyi dan seperti tak berpenghuni.
"Apakah pintu itu adalah sebuah portal yang menghubungkan kita dengan dunia lain?" Shu bergumam lirih dan kembali melihat kota aneh ini.
"Entahlah. Satu yang aku tau, tempat ini pasti memiliki sebuah rahasia. Karena kita sudah sampai disini, sebaiknya kita kembali mencari kelima kristal pelangi itu. Jika kita beruntung, maka kita akan mendapatkannya." ucap Zoe mulai melenggang untuk semakin memasuki kota mati ini.
Keempat temannya tak menyautinya, namun meteka juga segera mengekori Zoe. Mereka berjalan menyisiri tempat yang terlihat seperti sebuah kota besar dengan banyak gedung menjulang tinggi di sisi-sisinya.
Hanya saja tempat itu benar-benar tak terawat dan tak berpenghuni. Bahkan beberapa bangunannya juga sudah mulai retak dan rusak seakan hampir roboh.
Namun tiba-tiba saja, pandangan Shu mulai menangkap sebuah pergerakan yang berada dalam radius kira-kira 50 meter di arah depan.
Pada awalnya Shu merasa senang karena mengira ada orang lain di tempat ini. Kelegaan ini juga dirasakan oleh keempat temannya yang juga mulai melihat seorang pria di depan. Namun senyuman Shu mulai memudar ketika pemuda ini menyadari sebuah keanehan dan kejanggalan yang terjadi.
Pada awalnya Shu hanya melihat punggung pria itu, namun ketika Shu melihat wajahnya yang hancur serta tangannya yang bisa memanjang dan memiliki kuku-kuku hitam yang panjang.
Dengan cepat Shu segera memberi isyarat dan menginstruksi untuk teman-temanya untuk segera bersembunyi. Bahkan Shu sempat membungkan mulut Eren yang hampir berteriak memanggil pria itu.
Dan beruntungnya hal itu belum sempat terjadi, karena tepat disaat itu juga mereka mulai melihat wajah dan tangan dari pria itu yang menyerupai monster.
Pada akhirnya mereka mulai memasuki sebuah bus tua untuk bersembunyi. Sesekali, Shu juga kembali mengintai dan memeriksa kembali pria berwajah hancur itu melalui kaca jendela.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Makhluk apa itu tadi?" Yumeko terlihat pucat dan berkata lirih sambil meringkuk.
"Aku juga tidak tau pastinya. Namun sepertinya kita sudah benar-benar memasuki sebuah dunia yang aneh. Aku hanya melihat makhluk seperti itu di dalam film dan komik saja." sahut Eren yang sesekali juga ikut mengintip di dekat Shu.
BRAKK ...
"Sial!!" Kiryu mengumpat kesal karena dirinya tak sengaja malah menyenggol sesuatu dan membuatnya terjatuh.
Seketika perhatian makhluk aneh itu beralih pada bus tua itu. Dan dengan pergerakan yang cukup aneh dan cepat makhluk itu memanjangkan kedua tangannya ke arah suara itu berasal.
PRANG ...
BRAKK ...
Kedua tangan panjang dengan kuku-kuku yang hitam dan panjang menembus bus tua itu dan membuat nafas kelima orang itu tercekat. Mereka reflek membungkam mulut masing-masing dengaan sepasang mata yang membulat dan menahan nafas.
Karena tangan monster itu hanya ada beberapa senti saja dari mereka. Begitu tajam dan kuat! Andai serangan tangan monster itu mengenai mereka, mungkin saja akan membuat mereka cukup parah, atau mungkin berakibat kematian.
Setelah tangan moster itu bergerak-gerak dan memastikan sesuatu, kini tangan itu mulai memendek kembali. Dan moster berwajah hancur itu seketika melenggang kembali meninggalkan tempat ini.
Kelima orang ini menghembuskan nafas lega, namun Eren terus menatap Shu untuk beberapa saat. Lalu dia mulai mencari sesuatu di dalam ransel hitamnya.
Sebuah plaster biru bergambar lucu mulai dipakaikan pada tulang pipi Shu. Shu yang tidak menyadari apa yang sudah terjadi, hanya terdiam menatapnya rumit.
"Wajahmu terluka, sepertinya terkena serpihan kaca." ucap Eren menjawab kebingungan Shu.
"Oh, terima kasih." Shu menyauti lirih.
"Sialan! Sebenarnya makhluk apa itu?! Mengapa begitu mengerikan sekali! Dia hampir saja membunuh kita!" ucap Kiryu mengusap rambutnya dengan kasar dan terlihat frustasi melihat seauatu yang sangat aneh ini.
"Rasanya aku ingin segera kembali saja! Tidak masalah jika mendapatkan hukuman dari senior! Makhluk itu benar-benar menyeramkan sekali." Yumeko bergumam lirih dan terlihat ketakutan.
"Baiklah. Kalau begitu kita tidak boleh berdiam diri. Kita harus menemukan pintu itu kembali dan menemukan batu kristal pelangi. Ayo!" ucap Zoe setelah memastikan jika sekitarnya sudah kembali aman.
Dia memimpin untuk menuruni bus tua ini dan diikuti oleh Kiryu, Eren, Yumeko dan Shu. Mereka kembali menyisiri dan menelisik tempat ini berharap akan menemukan sesuatu yang berguna.
Zoe menemukan sebuah katana tua namun masih terlihat begitu tajam. Dia memungutnya dan menyimpannya untuk berjaga-jaga. Sedangkan Kiryu menemukan sebuah tombak tua dalam tumpukan benda-benada yang berserakan di sekitar mereka. Pemuda itu juga memutuskan untuk menyimpannya untuk antisipasi.
Disaat teman-temannya sedang mencari sesuatu yang berguna, tiba-tiba saja Shu malah menemukan sesuatu yang cukup membuatnya terkejut bukan main. Sesuatu yang selama ini sangat dikenalinya dengan baik dan sangat tak asing untuknya. Sebuah kalung berliontin bulan sabit.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!