NovelToon NovelToon

Menikah Tanpa Cinta

Bab 1: Menjijikkan

Sedih dan menyakitkan....

Itulah yang terjadi saat kau menikah dan tinggal satu atap bersama orang yang tidak kau cintai ataupun mencintaimu.

Dan hal itu pula yang di rasakan oleh gadis cantik berdarah campuran Korea-America bernama Celine Jung.

Pernikahan yang terjadi bukan karna cinta melainkan karna sebuah perjodohan. Di usianya yang ke 24 tahun, Celine di paksa menikah dengan pria berdarah China bernama Aiden Xiao.

Usia mereka terpaut dua tahun. Aiden adalah senior Celine saat kuliah dulu. Celine tidak pernah mengenal seperti apa seorang Aiden, dan yang Celine ingat, Aiden adalah tipe pria dingin yang tidak mudah bersosialisasi. Saat kuliah dulu tidak banyak teman yang Aiden miliki, dia hanya memiliki satu sahabat baik bernama Ravy.

Tidak ada keharmonisan dalam pernikahan mereka, meskipun mereka telah menikah dan tinggal dalam satu atap yang sama.

Celine dan Aiden sangat jarang bertegur sapa, bahkan nyaris tidak pernah. Mereka hanya bicara ketika ada kepentingan saja.

Meskipun pernikahan mereka sudah berjalan selama 1 tahun, tapi tidak ada perkembangan sama sekali dalam hubungan mereka. Mereka tetap bersikap acuh dan seolah-olah tidak saling mengenal, bahkan mereka memutuskan untuk tidur di kamar yang terpisah.

Karena pernikahan itu, Celine harus kehilangan seseorang yang sangat dia cintai. Mereka berpisah setelah dia mengatakan pada kekasihnya jika Ia telah di jodohkan dan akan segera menikah. Dan sejak saat itu mantan kekasih Celine menghilang bak ditelan bumi, yang sampai detik ini tak pernah dia ketahui keberadaannya.

Celine menghentikan langkahnya ketika melewati kamar 'Aiden' suaminya. Dari tempatnya berdiri, ia mendengar rintihan dan desahhan seorang wanita dari dalam sana. Dan hal semacam ini kerap sekali terjadi. Hampir setiap hari Aiden pulang membawa wanita bersamanya, dan setiap harinya selalu berbeda-beda.

Wanita-wanita itu selalu menginap dan baru pulang esok harinya. Tapi sudah satu bulan ini Aiden pulang dengan satu wanita yang sama, wanita itu selalu mendatangi kediaman mereka sebanyak tiga kali dalam satu Minggu, dan dia akan tidur satu kamar dengan suaminya.

Celine tidak tau siapa wanita itu dan hubungan special apa yang dia miliki dengan suaminya, ia hanya mengingat namanya, wanita itu bernama Irene. Celine tidak terlalu ambil pusing, toh itu juga bukan urusannya.

Celine mengintip dari pintu kamar Aiden yang sedikit terbuka, posisi wanita itu memunggunginya dengan Aiden yang sedikit menundukkan wajahnya dan kepala sedikit miring ke samping. Tanpa di jelaskannya pun Celine tau jika mereka sedang berciuman.

"Ai, lepaskan. Bagaimana jika istrimu melihat kita seperti ini?" Ucap Irene yang berusaha mendorong tubuh Aiden agar menjauh.

"Memangnya apa peduliku, dia mau melihatnya atau tidak itu bukan urusanku!" Kata Aiden acuh tak acuh.

"Tapi, Ai. Bagaimana pun juga dia itu istrimu. Kalian sudah sah menikah!" Ujar Irene memperingatkan.

"Aku tidak amnesia, sayang. Tentu saja aku tau hal itu, tidak perlu di pikirkan. Kau tau bukan siapa yang aku cintai!" Suara Aiden begitu dingin, pandangannya tertuju pada sosok wanita lain yang berdiri di depan kamarnya.

Celine hanya memutar matanya jengah. Ia sudah sangat terbiasa melihat pemandangan semacam itu, tidak ada yang special. Bahkan Celine tetap bersikap biasa saja meskipun melihat suaminya sendiri bercumbu dengan wanita lain. Tidak ada rasa cemburu sedikit pun di hatinya apalagi merasa sakit. Karena dalam hatinya hanya ada satu nama saja dan cintanya hanya untuk orang itu.

"Cihh, mereka sangat menjijikkan!" Ucapnya seolah-olah ingin muntah. Melanjutkan langkahnya dan melenggang memasuki kamarnya.

Setelah memastikan Celine benar-benar telah pergi. Aiden segera mendorong tubuh Irene menjauh, raut wajah Aiden berubah dingin begitu pula dengan tatapan matanya.

"Kau boleh pulang sekarang, aku akan menghubungimu jika ku butuhkan lagi!" ucap Aiden dingin.

Lelaki itu terlihat membetulkan kancing kemejanya yang sengaja Ia biarkan terbuka demi meyakinkan Celine jika Ia dan Irene benar-benar akan melakukannya. Aiden hanya ingin membuat istrinya cemburu, itulah kenapa dia sering pulang bersama wanita lain bahkan kini Ia menyewa Irene hanya untuk pura-pura menjadi kekasihnya.

"Apa perlu kusiapkan sarapan dulu untukmu?" Tawar Irene namun di tolak cepat oleh Aiden.

"Tidak usah, kau pulanglah!" Pintanya sekali lagi.

Irene mengangguk mengerti "Baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa transfer bayaranku untuk hari ini," Kata Irene mengingatkan.

"Tidak perlu cemas!" Jawab Aiden menimpali.

Selepas kepergian Irene, Aiden menjatuhkan tubuhnya di atas kasur king size miliknya. Menggunakan satu lengannya untuk menutupi sebagian wajahnya terutama kedua matanya.

Enam tahun dia menyimpan perasaan pada gadis itu. Menyimpan rasa sakit karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan, berbagai cara telah Aiden lakukan demi menarik perhatian Celine. Akan tetapi hingga detik ini dia tetap tidak bisa mendapatkan hatinya.

Aiden pikir dengan menikahinya, itu akan lebih memudahkannya untuk mendapatkan hati mantan juniornya itu. Namun apa yang dia bayangkan tidak seperti kenyataannya, sekali lagi Ia harus menelan pahitnya rasa sakit karena perasaan yang tidak terbalaskan.

"Harus dengan cara apa, Cell? Harus dengan cara apa lagi agar aku bisa mendapatkan hatimu!" Ujar Aiden entah pada siapa.

Aiden mencengkram dadanya yang terasa sakit, sesak hingga membuatnya sulit untuk bernafas. Dia ingin sekali menyerah pada perasaannya, tapi kata hatinya selalu menahannya dan berharap jika suatu saat nanti Celine akan bisa menerima keberadaannya dan membalas cintanya.

.......

.......

Baru saja Irene membuka pintu. Tapi Ia lebih dulu di kejutkan oleh dua orang pemuda yang berdiri menjulang di hadapannya. Irene menatap pria itu dari ujung rambut sampai ujung kaki 'Kenapa mereka begitu mirip dengan , Aiden? Mungkinkah mereka bersaudara?' Batin Irene penasaran.

"Maaf, Nona cantik. Em, apa benar ini kediaman pria bernama Aiden Xiao?" Tanya salah satu dari kedua pria itu pada Irene.

Irene mengangkat sebelah alisnya dan menatap keduanya penuh tanya. "Benar, memangnya kalian siapa? Dan ada keperluan apa kau mencarinya?" tanya Irene penasaran.

"Oh iya perkenalkan namaku, Neo dan ini adik kembarku, Ren. Kami adik Aiden Xiao yang baru saja kembali dari America. Ahh biar aku tebak, pasti Nona cantik ini adalah Celine Jung istri dari kakak kami kan," tebak Neo dengan wajah berseri-seri.

"Halo Kakak ipar, Ren salam kenal!" Ren mengulurkan tangannya pada Irene di sertai senyum manis.

"Kalian salah orang. Aku bukan Celine, tapi aku Irene. Kekasih, Aiden Xiao!"

"Ohhh, kekasih Kakak." Neo manggut-manggut tanda mengerti. Tapi tiba-tiba saja... "APA KAU BILANG, KEKASIH KAKAK?!"

Neo memekik sekencang-kencangnya dengan kedua mata membulat sempurna setelah sadar dengan kalimat yang baru saja keluar dari bibir Irene dengan entengnya "Kau bercanda?" Ren memekik tidak percaya.

Ren mengamati Irene dari ujung rambut sampai ujung kaki kemudian berputar mengelilingi tubuh gadis itu dan kembali lagi pada posisi saling berhadapan. "Sudah kuduga, karena tidak mungkin kau itu, Kakak ipar. Kau lebih mirip seorang wanita simpanan dari pada seorang istri!" Lanjut Ren dengan nada sinis.

Kini giliran Neo yang maju untuk meniti Irene, pemuda dengan kulit seputih susu itu menyeringai lebar sambil mengendus aroma tubuh Irene. "Aku setuju denganmu, Ren. Aromanya memang lebih mirip wanita simpanan!' Sahut Neo menimpali.

"Yakkkk apa-apaan kalian ini?!" Amuk Irene kesal dengan apa yang Ren dan Neo.

Neo mengangkat sebelah alisnya sambil bersidekap dada. "Apa aku tidak salah dengar? Kau tadi mengatakan jika kau ini adalah kekasih kakak ka.j? Bagaimana bisa?" Tanya Neo penuh selidik. Dia membutuhkan penjelasan.

'Mampus kau, Irene!' Jerit Irene membatin. Ia harus memutar otaknya mencari jawaban yang tepat untuk membalas pertanyaan Neo.

Meskipun Neo dan Ren adalah adik kandung Aiden, tapi tidak mungkin Irene mengatakan yang sebenarnya pada mereka karna itu akan melanggar perjanjiannya dengan kakak mereka. Irene tidak ingin mencari masalah dengan Aiden karena Irene masih menyayangi nyawanya.

"Te..tentu saja bisa, aku dan dia saling mencintai jadi apa salahnya jika kami berdua berpacaran. Bahkan aku dan kakak kalian lebih dulu saling mengenal jauh sebelum dia menikah dengan gadis itu," Ujar Irene menjelaskan.

"Oh begitu? Aku paham, lalu di mana kakak?" Tanya Neo.

"Dia ada di kamarnya!" Balas Irene.

"Baiklah, kita berdua akan mencarinya sendiri. Hei Nona simpanan, tolong bawakan koperku dan milik kakak kembarku ke kamar tamu!" Ren menyerahkan koper miliknya dan Neo pada Irene sebelum beranjak dari hadapan wanita itu.

Sedangkan Irene, sepertinya wanita itu masih belum juga sadar dengan perintah Ren. Dan kedua matanya membulat sempurna setelah dia menyadarinya.

"Tunggu?! Apakah dia baru saja menyuruhku?" Gumam Irene pada dirinya sendiri, wanita itu menoleh tapi sosok Neo dan Ren sudah menaiki tangga.

"YAKKKK BOCAAAHHHH... DI MANA SOPAN SANTUNMU?!" Amuk Irene penuh emosi Ia tidak terima di permainkan seperti itu oleh Neo dan Ren.

Neo dan Ren tidak mengatakan apa-apa lagi, hanya lambaian tangan tanda jika mereka tidak peduli. Dan dengan terpaksa Irene menuruti perintah Ren karna tidak memiliki pilihan lain.

"Dasar Iblis, untung kalian tampan. Jika tidak, pasti kau sudah ku gantung hidup-hidup!"

.......

.......

...Bersambung...

2: Dia Kakak Ipar!!

Seorang gadis bersurai coklat panjang dengan balutan dress hitam selutut berlengan panjang berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Terlihat gadis itu menyisir lembut rambut panjangnya dengan perlahan, setelah di rasa rapi. Gadis itu menyelipkan bondu berhiaskan tiara, simpel tapi terlihat elegan.

Tak lupa dia memolesi wajah cantiknya dengan make up tipis di akhiri dengan lipstik berwarna pink alami pada bibir tipisnya. Dan dalam hitungan detik, gadis itu menjelma menjadi barbie hidup yang tidak di ragukan lagi kecantikannya.

Setelah memastikan penampilannya benar-benar sempurna, gadis itu menyambar tasnya yang Ia letakkan di atas tempat tidur kemudian melenggang meninggalkan kamarnya.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat seorang pria dengan balutan kemeja putih yang lengannya di gulung sampai siku di lapisi vest hitam, celana hitam berbahan kain menggantung pas di pinggulnya berdiri beberapa meter di depannya. Dan pertemuan tak sengaja itu membuat pandangan mereka bertemu.

Pria itu yang pastinya adalah Aiden tak sedikit pun mengalihkan tatapannya dari sosok gadis yang selama satu tahun ini telah resmi dan menyandang marga Xiao. Rasanya Aiden ingin sekali menghampiri Celine kemudian memeluknya dan mengatakan betapa sempurnanya penampilan dia hari ini.

Tapi lidahnya terasa keluh dan tubuhnya terasa kaku, cukup lama mereka melakukan kontak mata tanpa berniat mengakhirinya terutama Aiden. Jika bisa Ia ingin menghentikan waktu detik ini juga.

"KAKAK, KAMI DATANG!!"

Dan kontak mata di antara mereka harus berakhir karna seruan lantang seseorang dari arah tangga, keduanya menoleh pada sumber suara. Dua pemuda tampan berjalan menghampiri mereka dengan cengiran khasnya.

"Kakak, aku kangen!"

Tubuh Aiden terhuyung kebelakang karena Ren yang menerjang tubuhnya dengan tiba-tiba. Aiden yang merasa tidak nyaman segera mendorong tubuh Ren hingga pelukan itu terlepas.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Aiden pada kedua adiknya dengan nada datar dan alis saling bertautan.

"Astaga dasar kakak tak berhati, apakah begini caramu menyambut adikmu sendiri. Dua tahun kita tidak bertemu, apa kau tidak merindukanku dan bocah ini?" Ujar Neo melayangkan protesnya.

Aiden hanya memutar matanya jengah. "Lalu kau ingin aku bersikap seperti apa?" Tanya Aiden membuat senyum Neo dan Ren merekah lebar.

"Seharusnya kau bersikap hangat padaku dan bocah ini. Aku kasih contoh, adik-adikku tersayang yang paling tampan, memangnya kapan kalian tiba? Kenapa tidak menghubungi kakak terlebih dulu? Kemarilah, biarkan kakak memeluk kalian?"

Rasanya Aiden ingin sekali menonjok wajah Neo yang sok manis itu. Sedangkan Ren malah terkikik geli, membayangkan bagaimana jika Aiden yang kaku tiba-tiba berbicara dengan gaya Neo yang sok manis tapi jatuhnya malah menggelikan,

"Maaf, bisakah kalian bertiga berikan sedikit jalan untukku?" Tegur Celine dan membuat perdebatan kecil antara kakak beradik itu terhenti detik itu juga.

Ketiganya pun menoleh pada Jessica, mata Ren dan Neo membulat melihat pemandangan indah di hadapannya. "Ya Tuhan!! Si...siapa dia, Kak? Cantik sekali?"

Beo dan Ren memekik sekencang-kencangnya. Mereka berdua terpaku pada sosok Celine yang notabenenya adalah istri Aiden yang sudah pasti kakak ipar mereka. Neo dan Ren menatap Celine tanpa berkedip, sosok itu begitu anggun dan elegan.

"Cell, kenalkan mereka kedua adikku! " Kata Aiden memperkenalkan kedua adiknya pada Celine 'Istrinya'

"Hai Nona salam kenal. Perkenalkan aku Ren, aku adalah si bungsu. Aku dan Neo hanya berbeda 10 menit saja!" Celine tersenyum lembut kemudian menerima uluran tangan Ren.

"Celine,"

"Ahh jadi nama Nona, Celine. Nama yang sangat cantik, secantik orangnya!" Neo memberikan kedipan mata menggodanya tanpa menyadari ada tatapan tajam yang terarah padanya.

"Tunggu dulu. Nona, namamu Celine ya? Sepertinya aku pernah mendengarnya, tapi di mana?" Kata Ren sedikit berfikir, sampai akhirnya Ren menyadari sesuatu. "Celine!! Berarti kau adalah... ISTRI KAKAK?!" Ren menjerit histeris di tiga kata terakhirnya, pemuda itu tersenyum kikuk.

Merasa tidak enak pada Aiden maupun Celine ia pun segera meminta maaf pada mereka berdua, ternyata wanita yang dia goda adalah kakak iparnya sendiri.

"Hehehe Maafkan aku, Kak. Aku tidak tau jika Nona ini adalah kakak ipar, untuk itu aku benar-benar minta maaf!" Kata Ren sambil nyengir kuda.

"Tck," Aiden mendecih sambil memberikan tatapan tak bersahabat pada Ren dan Neo.

"Kak, pantas saja kau bisa jatuh cinta pada Kakak Ipar, dia benar-benar mengagumkan! Dia cantik dan sangat sopan." Puji Neo yang begitu mengangumi kecantikan alami yang Celine miliki.

"Berhentilah menggombal, Neo Xiao. Kau itu sungguh tidak sopan!" Kata Aiden datar. "Cell, atas nama kedua adikku aku minta maaf, maaf jika mereka membuatmu tidak nyaman!" ucap Aiden. Pandangannya tertuju pada Celine.

Celine menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, tidak perlu di permasalahkan. Lagipula hanya masalah sepele. Maaf, aku harus pergi!"

.......

.......

...Bersambung....

3: Dasar Ceroboh

Neo dan Ren tak sedikit pun mengalihkan atensi mereka dari sosok kakak iparnya yang begitu cantik dan anggun.

Neo yang notabenenya adalah seorang playboy kelas kakap sangat paham mana yang berkelas dan mana yang bukan.

Celine bukan hanya memiliki kecantikan fisik yang nyaris sempurna, yang mampu membuat banyak wanita di luar sana akan merasa iri, tapi juga kecantikan hati yang di dukung dengan sikapnya yang selalu ramah dan penuh tata krama baik itu dari cara dia berbicara maupun berperilaku.

Bukan hanya kecantikan Celine yang membuat seorang Aiden sampai jatuh cinta padanya, tapi juga karena kepribadiannya. Aiden mengenal Celine lebih dari siapa pun, bahkan lebih dari dirinya sendiri.

Ren dan Neo berdiri di lantai dua kediaman kakaknya sambil memerhatikan setiap gerak gerik kakak iparnya yang sedang berkutat di dapur. Awalnya Celine berniat untuk langsung pergi tanpa membuat sarapan terlebih dulu. Karena memasak pun akan percuma saja, Aiden tak akan menyentuh masakannya dan dia lebih memilih sarapan di luar.

Begitulah yang selalu ada di pikiran Celine selama ini, tanpa Ia sadari jika sebenarnya Aiden sangat ingin sekali bisa sarapan bersama dan merasakan masakannya. Tapi keadaan pagi ini berbeda, ada dua tamu di rumah mereka dan Celine tidak bisa membiarkan kedua tamu itu mati kelaparan.

Akhirnya Ia memutuskan untuk memasak makanan sederhana untuk mereka berdua, mungkin juga untuk suaminya. Itu pun jika Celine memang sudi memakan masakannya.

"Kau sangat beruntung, Kak. Karena memiliki istri sepertinya. Selain cantik, baik dan ramah, ternyata dia juga pandai memasak. Lihatlah betapa lincahnya dia dalam memilih bahan, memotong sayuran dan menyiapkan bumbu-bumbu!" tutur Ren yang begitu mengagumi sosok Celine.

"Andaikan saja yang menikah dengan, kakak ipar itu adalah aku bukan kau, Kak. Pasti aku akan menjadi pria paling beruntung di dunia ini!" sahut Neo menambahkan. Dia terus menatap Celine tanpa peduli jika ada sepasang mata yang sedang menatapnya dengan pandangan ingin menerkam.

"Ahhh. Panas... panas.. panas..." seru Celine panik setelah tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan penggorengan yang berada di atas kompor yang masih menyala.

Dan seruan Celine yang cukup keras itu mengalihkan perhatian ketiga kakak beradik tersebut. Tak lama terlihat Aiden menuruni anak tangga di susul Neo dan Ren yang mengekor di belakangnya.

Sesampainya di dapur, Aiden melihat Celine yang tampak kesakitan sambil memegangi tangannya yang memerah. "Dasar ceroboh!!"

"Ehhh," Celine tersentak kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang menariknya menuju wastafel, detik berikutnya yang dia rasakan adalah rasa dingin dan basah menyentuh permukaan kulitnya. Ketika menoleh, yang pertama ia lihat adalah wajah tampan suaminya yang dingin. "Aiden!!"

"Lain kali lebih hati-hati," dia menoleh membuat pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat.

Cukup lama Celine menatap mata suaminya. Dan dia baru menyadari jika pria yang sudah satu tahun hidup satu atap dengannya itu memiliki sepasang bola mata yang sangat indah, di dukung dengan hidungnya yang mancung, bibir merah tipis dan wajah yang tidak bisa di katakan sedang-sedang saja, Karena Aiden memiliki wajah yang sangat tampan namun juga terlihat cantik.

Dan ini pertama kalinya Celine memerhatikan wajah suaminya sedekat ini. Ada desiran aneh saat saat menatap mata itu.

Aiden berharap waktu berhenti detik itu juga, Ia tidak ingin moment indah ini berakhir begitu saja. Mungkin bagi orang lain moment sekecil ini adalah hal yang biasa-biasa saja, tapi hal itu tidak bagi Aiden. Moment seperti ini tentu sangat berharga untuknya.

Matanya tidak bisa lepas begitu saja dari mata Hazel Celine, hatinya menghangat dan begitu teduh hanya dengan menatap mata itu. Celine yang merasa gugup buru-buru menundukkan wajahnya lalu menarik tangannya yang masih di genggam oleh Aiden.

"Aku tidak apa-apa!" ucap Celine seraya mengalihkan pandangannya dari Aiden.

"Tidak apa-apa pun sebaiknya di obati, Kakak Ipar. Bagaimana jika lukanya semakin memburuk!" seru Neo yang kebetulan ada di dapur juga.

"Kak ini, sebaiknya obati tangan, Kakak Ipar!" Ren datang dengan membawa kotak p3k yang tidak sengaja Ia temukan di meja samping tangga.

"Tidak perlu, hanya luka bakar kecil saja kok. Nanti juga sembuh sendiri!" tandasnya. "Aku akan menyelesaikan masakannya, pasti kalian sudah lapar!" Celine hendak berbalik dan kembali pada pekerjaannya jika saja tidak ada sebuah tangan kekar yang menahannya.

"Masakanmu biar Neo yang menyelesaikan. Dia koki yang handal, sebaiknya kita obati dulu tanganmu!"

Nada bicaranya begitu dingin. Bahkan Celine tak kuasa untuk menolak dan akhirnya menuruti Aiden. Celine juga tidak menolak saat Aiden menggenggam tangannya menuju ruang tengah.

Sepanjang Aiden mengobati luka bakar yang ada di tangan kiri istrinya, tak ada sedikit pun perbincangan di antara mereka berdua.

Kebersamaan langkah itu hanya di isi keheningan dan cara canggung. Aiden sendiri tidak tau harus melakukan apa, dia ingin sekali berbincang dengan istrinya tetapi Aiden sendiri bingung harus dari mana memulainya.

Aiden benar-benar kehilangan kata-katanya, sedangkan Celine sedari tadi hanya diam sambil menundukkan wajahnya.

"Neo, apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" Ren menoleh menatap Neo yang berdiri di sampingnya. "Ini hanya perasaanku saja, atau memang benar jika sebenarnya kakak mencintai kakak ipar hanya saja dia tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan perasaannya." ujar Ren menambahkan.

"Bagaimana kau bisa seyakin itu, Ren?".

"Pancaran mata kakak, lihatlah bagaimana cara dia menatap kakak ipar. Bukankah itu adalah tatapan cinta?" tutur Ren menegaskan.

Pemuda itu diam untuk beberapa saat, pandangannya bergulir pada kakak serta kakak iparnya. Neo memerhatikan bagaimana cara Aiden ketika menatap Celine, dan Neo melihat pancaran mata kakaknya begitu teduh, bahkan dia berkali-kali menarik sudut bibirnya dan tersenyum setipis kertas.

Ya, Neo sependapat dengan Ren dan meyakini bila Aiden sebenarnya memang mencintai Celine. Lalu yang menjadi pertanyaannya, siapa sebenarnya wanita bernama Irene itu dan bagaimana bisa wanita itu mengaku sebagai kekasih kakaknya. Neo harus bisa memecahkan teka-teki ini.

"Maaf jadi merepotkan," kata Celine yang merasa tidak enak pada Aiden.

Lantas Aiden mengangkat wajahnya dan menatap Celine datar. "Tidak masalah," jawabnya.

Tidak ada perbincangan lagi setelah obrolan singkat itu. Aiden membereskan kotak p3k nya sementara Celine diam sambil meremas jari-jarinya. Ia ingin berbincang dengan Aiden layaknya suami-istri seperti pasangan lainnya, tapi Ia bingung bagaimana memulainya.

Hubungannya dan Aiden tidaklah sebaik itu , bahkan mereka berdua hidup seperti orang asing yang tidak saling mengenal meskipun pada kenyataannya mereka adalah pasangan suami-istri yang sah.

"Apa hari ini kau tidak pergi bekerja?" Setelah cukup lama berkutat dengan pikirannya akhirnya sebuah pertanyaan lolos begitu saja dari bibir Celine membuat Aiden sedikit terkejut pasalnya ini adalah kali pertama gadis itu bertanya secara gamblang padanya..

Apakah Aiden merasa bahagia? Maka jawabannya adalah iya. Dan rasanya itu seperti sebuah mimpi, hal-hal sekecil itu bagi orang lain mungkin akan terasa biasa saja tapi bagi Aiden itu sangat special.

"Ya, aku sudah meminta Lay untuk mengambil alih semua jadwalku hari ini." ujarnya. "Ada apa? Tidak bisanya kau bertanya hal-hal sepele padaku!" lanjutnya.

Celine menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya Ia ingin meminta suaminya itu untuk menemaninya berbelanja bulanan tapi lidahnya terasa keluh, Ia takut jika Aiden akan menolaknya mengingat bagaimana kehidupan rumah tangga mereka selama ini.

Akhirnya Celine pun mengurungkan niatnya dan mengunci rapat-rapat bibirnya.

"Kakak, Kakak Ipar sarapan siap!" seru Ren dari arah dapur.

Aiden dan Celine menoleh pada sumber suara sebelum mereka kembali saling bertatap muka. "Ayo," Aiden mengulurkan tangannya untuk membantu Jessica berdiri.

Celine tak lantas menerima uluran tangan Aiden, Ia terbengong-bengong dengan sikap suaminya itu pagi ini karena tidak biasanya dia bersikap seperti itu. Apa dia salah minum obat pagi ini? Pikir Celine.

Dengan ragu dan tak yakin, Celine menerima uluran tangan Aiden sambil menundukkan wajahnya. Dan sialnya saat hendak melangkah tapi kaki kanannya malah terjegal kaki kirinya sendiri, hampir saja tubuh dia jatuh dan berciuman dengan lantai jika saja Aiden tidak lebih gesit untuk menangkap tubuhnya.

Tangan kanan Aiden melingkar di pinggang Celine, sementara tangan kirinya memegang lengan gadis itu, dan insiden tersebut membuat pandangan mereka kembali bertemu untuk yang kesekian kalinya. Di sadari atau tidak, muka Celine kini memerah.

"Dasar, ceroboh!" Aiden menggeram rendah tanpa mengakhiri kontak matanya dengan Celine.

Perempuan itu malu sendiri, pasalnya Ia melakukan tindakan memalukan di depan Aiden setelah satu tahun hidup bersama. Dan ada apa pagi ini, kenapa semuanya terasa berbeda? Dan Celine seperti menemukan sesuatu yang lain tentang suaminya, pagi ini suaminya itu tidak sedingin biasanya.

.......

.......

...Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!