“I ‘m happy. Yeaaah, I’m a happy woman. I’m happy, healthy and beauty,” ucap seorang wanita muda yang menyemangati dirinya sendiri dan kini tampak mengetuk palu di meja yang baru saja ia perbaiki.
Setelah memperbaiki meja itu, ia beranjak berdiri dan menghela nafasnya lega. Lalu wanita itu berjalan ke arah dapur belakang.
“Zizi … Kau belum ke pasar?” tanya seroang wanita paruh baya yang tampak sedang memasak di dapur.
“Belum, Bibi. Sebentar lagi aku akan ke pasar karena aku akan mencatat barang barang lainnya yang akan kubeli,” jawab Ozira.
“Oke,” jawab wanita tua bernama Bianca itu.
*
Ozira Olsen, seorang wanita muda berumur sekitar 24 tahun yang mengelola bisnis penginapan milik mendiang sang kakek.
Selepas kuliah di umur 22 tahun, tiba -tiba Ozira mendapat kejutan yaitu sebuah warisan dari sang kakek dari pihak ayah.
Warisan itu berupa sebuah penginapan tua yang masih terawat dengan sangat baik dan berada di area pegunungan di mana biasanya didatangi oleh banyak para pendaki.
Ozira hidup mandiri sejak umur 18 tahun di mana kala itu sang ayah baru saja meninggal dan ibunya langsung menikah lagi.
Pegawai yang bekerja di penginapan adalah orang - orang yang dulu bekerja dengan kakeknya. Jadi itu membuat Ozira tak terlalu sulit dalam mengelola penginapan itu karena ada yang mengarahkannya.
*
Musik di mobilnya diputar cukup keras oleh Ozira. Dia ikut mendendangkan lagu dari musik yang diputarnya dan itu adalah genre musik yang disukainya.
Kepalanya ikut bergoyang dan membuka jendela kaca mobilnya untuk menikmati udara segar pegunungan.
Tak lama kemudian, ia melihat seorang pria yang memberikan tanda dengan tangannya agar berhenti karena pria itu sepertinya butuh tumpangan.
Ozira berhenti dan terdiam sebentar untuk mengamati pria yang hanya membawa ransel itu.
Ozira mengambil sesuatu di dasbor mobilnya dan menaruhnya di balik kaosnya. Lalu wanita itu pun turun dari mobil.
“Ada apa? Kau butuh tumpangan?” tanya Ozira pada pria asing itu.
“Ya, aku butuh tumpangan. Bolehkah aku ikut sampai ke kota?” ucap pria itu.
“Boleh aku lihat tanda pengenalmu?” tanya Ozira.
“Aku tak membawanya. Namaku Jemmy,” jawab pria itu.
Ozira kemudian mengamati pria bernama Jemmy itu dari ujung rambut sampai ujung kepala.
“Oke, naiklah,” kata Ozira akhirnya.
Jemmy tersenyum dan mereka berdua jalan ke dalam mobil.
*
“Kau tinggal di sekitar sini?” tanya Jemmy.
“Ya, aku punya penginapan di kaki gunung,” jawab Ozira:
“Siapa namamu?” tanya Jemmy.
“Ozira,” jawab wanita cantik yang berpenampilan tomboy itu.
“Nama yang unik. Kau keturunan Jepang? Itu seperti nama Jepang,” kata Jemmy.
“Tidak, hanya saja aku dibuat di Jepang oleh kedua orang tuaku,” jawab Ozira dan membuat Jemmy tertawa pelan.
“Kau mau ke mana dan apa yang kau lakukan di tengah jalan perbukitan ini? Kau diturunkan paksa di tengah jalan?” tanya Ozira sambil fokus menyetir.
“Ya, aku tak bisa membayar ongkosnya karena aku kecopetan di kota sebelah,” jawab Jemmy.
Lalu Ozira tak bertanya lagi dan hanya fokus menyetir. Jemmy tampak melihat lihat mobil yang ditumpanginya itu.
Lalu mata pria itu tertuju pada tas Ozira yang terbuka dan melihat seikat uang yang cukup banyak.
Ozira memang membawa uang banyak karena ia akan membeli banyak kebutuhan di kota. Dia hanya memiliki uang tunai karena di tempat penginapannya tak ada transaksi memakai kartu atau uang digital untuk sementara diakibatkan karena rekening Ozira sedang bermasalah.
“Aku ingin buang air kecil. Bisakah kau meminggirkan mobilnya sebentar?” tanya Jemmy.
Ozira tak menjawab dan langsung meminggirkan mobilnya. Gerakannya yang lincah dan selalu waspada membuatnya peka jika ada sesuatu yang tak beres.
Begitu tangannya terlepas dari kemudi setir dan mesin mobilnya mati, Ozira langsung mengambil pisau yang ada di samping pintu lalu menyabetkannya pada Jemmy yang saat itu ingin menyerangnya menggunakan pisau juga.
SREETT!!
Jemmy berteriak kesakitan karena lengannya tergores pisau milik Ozira. Ozira bahkan memutar pergelangan tangan Jemmy hingga pisau milik pria itu terlepas dari tangannya.
“Kau pikir aku bodoh, Brengseek??!!” ucap Ozira geram dan memukul wajah pria itu dengan sikutnya.
Jemmy melawan dan terjadilah pergumulan sengit di dalam mobil itu. Lalu Ozira menusukkan pisau itu ke paha Jemmy bertubi tubi setelah pria itu berhasil memukul keras wajah cantik Ozira.
Pria itu berteriak kesakitan dan mengumpat keras karena kini pahanya berceceran banyak darah akibat luka tusukan yang cukup banyak itu.
Begitu pria itu tak berdaya, Ozira menendang nendang tubuh Jemmy agar bisa keluar dari mobil.
Lalu Ozira menelepon polisi setempat untuk datang ke tempatnya. Kemudian Ozira mengambil tali yang ada di belakang mobilnya dan mengikat tangan serta kaki Jemmy yang sudah terkapar di atas tanah.
BUG!!
Ozira menendang kembali tubuh Jemmy dan kemudian mengambil dompet di celananya.
Dia memeriksa identitas pria itu yang nama aslinya adalah Randal.
“Sebelum menyerang mangsamu, kau harus mengenali lawanmu, Bodoh! Tak ada copet di kota sebelah karena di sana hanya ditinggali tak kurang dari 100 penduduk saja dan aku mengenal mereka,” ucap Ozira dan melemparkan kembali dompet itu ke wajah pria yang aslinya bernama Randal itu.
Lalu sembari menunggu polisi datang, Ozira memgambil rokok di mobilnya dan menyalakannya.
Dia bersandar di pintu mobil sambil merokok dan satu kakinya menginjak Randal.
Randal masih merintih kesakitan akibat tusukan yang dilakukan oleh Ozira.
“Lain kali jangan meremehkan wanita,” ucap Ozira sambil menghisap rokoknya.
“Ck, karena kau, aku jadi telat ke kota. Menyebalkan,” lanjut Ozira.
Tak lama kemudian ada sebuah mobil yang melintas dan di mobil itu berisi 3 pria dewasa yang sepertinya adalah pendaki.
Mobil itu berhenti tepat di depan Ozira yang masih menginjak Randal.
“Hei, apa yang kau lakukan, Nona? Kau pembunuh berantai?” tanya salah satu pria itu dengan kening berkerut sembari melihat ke araj Randal yang tampak mengenaskan.
“Ya, jadi pergilah sebelum kalian menjadi korbannya,” jawab Ozira yang masih menikmati rokoknya dengan santai.
Lalu salah satu dari pria itu turun dari mobilnya dan Ozira kembali mengeluarkan pisau yang ia taruh di dekat pintu mobilnya.
“Grey, hati- hati. Dia sepertinya wanita yang berbahaya,” ucap salah satu teman pria yang bernama Grey itu.
Lalu pria bernama Grey itu tampak mendekati Ozira sembari melihat ke arah Randal.
“Ya, temanmu benar. Wanita itu berbahaya. Hati -hati lah,” sahut Randal dengan suara ngos - ngosan.
BUG!!
Ozira menginjak kembali kepala Randal karena masih berani bicara omong kosong.
Grey tampak tersenyum melihat Randal dan mengambil tas yang ada di sebelahnya.
“Hei, apa yang kau lakukan??” tanya Randal berteriak.
Grey tampak mencari sesuatu di dalam tas ransel Randal dan menemukan apa yang ia cari.
“Kau mengambil arloji temanku di penginapan sebelumnya. Kau lupa padaku?” sahut Grey dan ikut menendang tubuh Randal hingga pria yang sudah tak berdaya itu kembali merintih kesakitan.
“Hei, jadi itu pria yang kemarin kita cari?” sahut pria dari dalam mobil.
“Ya, dan sepertinya wanita ini sudah membantu kita menangkapnya,” sahut Grey.
“Apakah aku juga menerima imbalan?” tanya Ozira.
Grey tampak tertawa mendengar hal itu.
“Aku Grey. Kau?” tanya Grey.
“Aku Ozira. Bisa kulihat kartu pengenalmu?” ucap Ozira.
Lalu Grey mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu pengenalnya pada Ozira.
“Grey Stone Robert. Oke, aku mempercayaimu,” sahut Ozira dan mengembalikan kartu itu pada Grey.
Tak lama kemudian mobil polisi pun datang. Mereka langsung meringkus Randal yang merupakan residivis perampokan bahkan pembunuhan.
GreyOz 3
Grey dan Ozira harus datang ke kantor polisi untuk memberikan keterangan masalah Randal dan itu membuat Ozira menghabiskan waktunya setengah hari di sana.
“Menyebalkan. Pekerjaanku terlambat gara - gara pria brengsek itu,” kesal Ozira yang keluar cepat cepat dari kantor polisi.
“Hei, tunggu!!” panggil Grey yang berjalan di belakang Ozira.
“Aku tak punya waktu bicara. Aku harus ke pasar,” jawab Ozira yang terus berjalan ke arah mobilnya.
Lalu Grey memegang tangan Ozira dan menarik tubuhnya hingga mereka berhadapan.
“Kau mau bermain main denganku?” sahut Ozira.
“Aku tak sempat bermain main. Tadi kau bilang pada polisi bahwa kau memiliki penginapan. Aku ingin menyewanya karena rencananya aku akan di kota ini selama seminggu,” jawab Grey.
“Ah begitu ya. Bayar dimuka dan tak boleh mencicil karena tak ada pembayaran melalui kartu di penginapanku. Pembayaran dihitung per kepala dan bukan per kamar. Jika kau membawa dua temanmu itu juga berarti kalian membayar tiga. Ingat, bayar dimuka karena aku tak mau kalian kabur tanpa membayar sepeser pun setelah menginap dan menikmati fasilitas penginapanku,” sahut Ozira menjelaskannya dengan detail.
Grey tersenyum dan mengangguk.
“Oke, tunjukkan padaku di mana penginapannya,” kata Grey.
“Tunggu aku sebentar. Aku akan berbelanja kebutuhan penginapan. Kau bisa menunggu di restoran atau cafe di dekat sini,” jawab Ozira.
“Tom dan Toby ada di restoran sejak tadi. Aku ikut denganmu saja dan membantumu agar kau lebih cepat selesai,” kata Grey.
“Baiklah,” jawab Ozira dan berjalan menuju mobilnya.
“Pakai mobilku saja jika ingin cepat,” kata Ozira masuk ke dalam mobilnya.
Grey pun masuk ke dalam mobil milik Ozira. Mereka kemudian pergi ke sebuah pusat perbelanjaan kecil di kota itu yang hanya berjarak 100 meter saja dari sana.
“Kau berbelanja sendiri?” tanya Grey sembari melihat ke arah wanita yang memakai topi itu.
“Ya,” jawab Ozira singkat.
Meskipun tak memakai riasan apa pun dan penampilannya alakadarnya, tapi itu tak menutupi kecantikan asli Ozira.
Gadis keturunan Rusia Perancis itu memang lebih suka berpenampilan slengean menyesuaikan dengan pekerjaan kasar yang sering dilakukannya.
Dan juga untuk menghindari pelecehan seksual yang bisa saja dialaminya ketika pergi sendirian atau pun di penginapan di mana para tamunya kebanyakan pendaki pria.
Wajahnya tampak kusam karena sejak pagi ia bekerja memperbaiki beberapa sudut penginapan yang rusak akibat termakan usia termasuk perabotannya.
*
Setibanya di toko yang dituju, Ozira dan Grey turun bersamaan. Mereka berjalan cepat ke arah toko.
Grey cukup takjub melihat kecekatan Ozira dalam bertindak dan bergerak.
"Bisakah kau mencarikan benda ini?" tanya Ozira dan memberikan sebuah catatan pada Grey.
Grey mengambil kertas itu dan membacanya.
"Oke," jawab Grey dan mereka pun mencari barang yang sesuai dengan catatan yang mereka pegang masing masing.
*
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit saja untuk mencari barang barang itu. Lalu Ozira segera membayarnya dan mereka pun secepatnya kembali ke mobil.
"Terima kasih," ucap Ozira sambil berjalan dan memakan rotinya.
Ozira selalu bersikap apa adanya dan tak pernah gengsi melakukan apa pun selama itu tak merugikan orang lain
Grey hanya melihat ke arah Ozira dan membawa barang barang yang dibeli Ozira tadi.
"Hei, aku bukan pesuruhmu. Mengapa semua barang ini aku yang bawa?" tanya Grey.
"Aku sedang makan. Kau laki laki, bukan? Sudah sepantasnya membantu wanita," jawab Ozira santai.
"Kau seharusnya memberiku diskon penginapan karena sudah membantumu," kata Grey.
"Tidak, aku hanya akan memberimu makan pagi gratis. Hanya kau saja, dua temanmu tidak," sahut Ozira dan mereka pun menata barang di bagasi mobil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!