Happy reading....
Bobby Albern yaitu pria berusia 29 tahun yang merupakan suami dari wanita cantik bernama Cesya Dree. Bobby adalah pria yang tampan dengan tinggi badan mencapai 189 cm, kulitnya putih dan bermata biru. Selain itu, dia juga berasal dari London yang menetap di Indonesia.
Hanya saja, Bobby memiliki kekurangan yang membuat istrinya sering kali merasa kesal. Kekurangan Bobby yaitu dalam pekerjaannya. Bobby hanya bekerja sama sebagai kurir di salah satu express yang cukup terkenal.
Meski pekerjaannya hanya sebagai kurir, Bobby tetap memperlakukan istrinya seperti ratu. Apapun yang Cesya inginkan, dia selalu menurutinya selama itu masih di batas wajar. Cesya adalah wanita yang sering bersosialita.
Terkadang Cesya selalu meminta barang-barang branded seperti yang teman-gemannya beli. Tapi, Bobby tidak mampu untuk membelikannya karena kendalanya ada di harga. Bagaimana bisa seorang kurir bisa membelikan tas dengan harga puluhan juta bahkan ratusan juta.
Bobby merupakan kurir kesayangan bosnya karena selain wajahnya yang tampan, banyak job yang selalu menghampirinya. Tidak sedikit wanita yang ingin barang pesanannya di antar oleh Bobby. Mereka rela membayar lebih asalkan pesanannya diantar oleh Bobby.
Cesya pernah meminta pada Bobby untuk mengencani para wanita yang begitu tergila-gila pada ketampanannya. Seorang istri yang harusnya menjaga suaminya dengan baik, ini malah berbanding terbalik. Cesya merasa bangga jika suaminya diminati banyak orang.
Menurut Cesya dengan mengencani para wanita itu, akan menghasilkan banyak yang dan hidupnya akan cepat kaya. Pikirannya memang sangat dangkal dan sangat egois. Dia tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan suaminya.
Meski istrinya tidak memperdulikan perasaannya, Bobby masih tetap sabar. Dia begitu menyayangi Cesya, dia mengerti kenapa sikapnya berubah 180°. Dia sadar diri, Cesya berubah karena gajinya yang tidak seberapa, jauh sekali pada saat dia menjadi seorang manager.
****
Malam hari ....
Bobby masih diperjalanan dengan membawa paket-paket untuk diantar ke alamat penerima. Setelah beberapa jam, Bobby selesai mengantarkan semua pesanannya. Sebelum pulang ke rumah, dia membeli martabak spesial keju untuk istrinya tercinta.
Tidak lupa, dia juga menyelipkan sebuah kata-kata romantis di dalam kotak martabaknya. Bobby mengendarai motornya sembari tersenyum. Dia tidak sabar ingin bertemu istrinya.
Bisa dibilang Bobby ini begitu bucin pada istrinya. Kasih sayangnya benar-benar tulus. Bobby tidak mengizinkan istrinya masak dan mengerjakan pekerjaan lain. Dia tidak ingin wanita yang sangat dia sayangi terlalu kecapean. Biarkan dia saja yang merasa lelah.
Namun, kejadian tak terduga terjadi. Begitu Bobby sampai di rumah kontrakannya, dia dikejutkan dengan sebuah mobil mewah yang terparkir di depan kontrakannya. Bobby sangat takut, jika sesuatu terjadi pada istrinya. Dia berlari seraya menenteng kantong plastik yang berisi martabak penuh cinta itu.
Begitu sampai di dalam rumah, dia melihat seorang pria berkulit sawo matang, tengah duduk di kursi kucel miliknya. Tak lama kemudian, Cesya keluar dari kamarnya dengan pakaian yang begitu seksi dan membawa koper. Pakaian yang selalu dilarang oleh Bobby untuk digunakan. Bobby mencoba menahan emosinya. Dia berjalan mendekati istrinya.
"Sayang, bukankah aku sudah melarangmu untuk tidak memakai pakaian ini? Kenapa kau masih saja memakainya?" tanya lembut Bobby.
"Suka suka aku, Mas. Ini tubuhku! Aku berhak memakai pakaian mewah ini. Aku tahu, kenapa kau selalu melarangku untuk tidak memakai pakaian ini karena kau tidak mampu untuk membelinya 'kan? Itu sebabnya kau selalu melarangku," timpal Cesya dengan nada yang ketus.
"Sayang, jaga ucapanmu! Aku ini suamimu, aku berhak menjaga kehormatanmu! Aku tidak ingin tubuhmu dilihat dan dinikmati pria lain. Aku melarangmu juga untuk kebaikan kita, aku ingin melindungimu. Jika kau mau barang-barang branded lainnya, mungkin aku akan berusaha untuk mewujudkannya asalkan tidak dengan pakaian seksi ini. Aku minta padamu untuk ganti pakaianmu sekarang!" perintah Bobby.
"Tidak akan! Aku tidak akan menurutimu lagi, mulai hari ini aku ingin bercerai darimu, Mas!" pekik Cesya dengan wajahnya yang merah padam karena emosi.
Boby yang mendengar itu terlihat sangat syok.
"Tenanglah, jangan marah seperti ini. Kita bisa membicarakannya baik-baik. Duduklah, aku juga ingin bertanya tentang pria itu. Siapa dia? Apa dia saudaramu atau dia temanmu?" tanya Bobby dengan lembut.
"Tidak ada yang mau aku bicarakan lagi denganmu, Mas. Sudah cukup, selama ini kau membuat hidupku sengsara. Kau selalu melarangku untuk jangan ini dan itu. Apapun yang aku sukai kau selalu melarangnya. Perkenalkan, dia pacarku, Mas." Cesya berjalan seraya membawa kopernya menghampiri pria yang tengah duduk itu.
"Sayang, ayo!" Cesya menggandeng lengan pria itu.
BERSAMBUNG.....
Happy reading....
"Cesya tunggu!" pekik Bobby dengan wajahnya yang merah padam karena menahan emosi.
"Sayang, kamu tunggu di mobil ya. Aku akan menyusulmu. Aku perlu bicara dengan mantan suamiku ini," ucap Cesya dengan manis pada kekasihnya itu.
Bobby mengepalkan kedua tangannya. Matanya memerah, tanda amarahnya sudah memuncak. Tanpa berlama-lama, Bobby menarik tangan istrinya dan membawa ke kamar.
"Mas, apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku, sakit tau!" teriak Cesya dengan matanya yang penuh kebencian.
"Jelaskan, apa semua ini! Kenapa kau tega mengkhianati pernikahan kita? Apa salahku sampai kau berani melakukan ini?" tanya Bobby dengan memegang kedua tangan Cesya dan menatapnya.
"Lepasin!" Cesya melepaskan tangannya dari genggaman Bobby.
"Asal kau tahu saja, Mas! Aku sudah cape hidup sengsara denganmu. Selama ini aku sudah banyak sabar. Tapi, apa buah dari kesabaranku selama ini? Kau tidak mapan juga, kau masih menikmati pekerjaanmu sebagai kurir. Aku sering dikucilkan oleh teman-temanku karena pekerjaanmu, Mas. Mereka selalu menghinaku. Aku cape hidup seperti ini, Mas. AKU CAPE!" Cesya menangis.
"Sayang, tidak bisakah kau sedikit bersabar lagi? Aku akan berusaha lebih keras lagi, aku akan mencari sampingan lain selama aku belum mendapat pekerjaan kantoran seperti yang kau inginkan. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Aku sangat menyayangimu, Ces. Tolong pikirkan baik-baik, jangan pergi demi pria itu. Kau tidak tahu seperti apa sikap asli pria itu. Aku hanya takut, dia akan menyakitimu nanti. Jangan mudah percaya sama orang Cesya." Bobby menasehati Cesya seraya memegang kedua bahunya.
"Pacarku Garvin orang yang baik, dia jauh lebih baik darimu, Mas. Dia yang selama ini selalu membelikanku barang-barang mewah," timpal Cesya dengan menyeka air matanya dengan kasar.
"Apa kau bilang? Bukankah aku selalu memberimu uang untuk barang-barangmu?" Bobby terlonjak kaget mendengar ucapan yang keluar dari bibir istrinya.
"Apa kau pikir uang 15 juta cukup untuk harga tas yang aku inginkan? Uang segitu hanya cukup untuk makan malam saja!" tegas Cesya.
"Jadi, selama ini kau--"
Cesya mengangguk cepat. "Ya, aku berselingkuh dengan Garvin! Dan malam ini aku ingin kau menceraikanku, karena setelah bercerai denganmu aku ingin menikah dengannya. Aku harap kau tidak mencegahku."
Bagaikan disambar petir saat itu juga, Bobby merasa hatinya sangat sakit. "Sejak kapan kau berselingkuh dengannya?" tanya Bobby dengan air matanya yang mulai menetes.
"Sudah 1 tahun aku berselingkuh dengannya."
Bobby menghembuskan napasnya yang kasar. Dia menjatuhkan martabak yang dia beli. Ingin sekali dia menampar istrinya, tapi itu tidak mungkin. Rasa cintanya terlalu besar sehingga dia tidak bisa melukai Cesya sedikitpun.
"Sebelum aku menalakmu, aku ingin bertanya padamu ... apa kau yakin akan memilih pria itu dari pada mempertahankan pernikahan kita?"
"Aku sangat yakin, 1000%."
"Baiklah, kalau begitu. Malam ini juga, aku talak kamu! Kita sudah bukan pasangan suami istri lagi."
"Tidak masalah. Oh iya, aku yang akan mengurus surat perceraian kita. Aku takut uangmu tidak cukup, biar pacarku Gavin yang mengurus semuanya. Akan kukirimkan surat perceraian kita nanti. Selamat tinggal, Mas Bobby!" Cesya pergi meninggalkan Bobby dengan menyimpan luka yang dalam di hati mantan suaminya.
Bobby hanya bisa menatap kepergian istrinya. Dia tidak menyangka jika pernikahannya akan secepat ini kandas hanya karena materi. Disaat ini juga, Bobby bertekad untuk terus bekerja keras. Dia akan membuktikan jika dia bisa bangkit dan kembali sukses.
"Akan kuingat kejadian ini sampai kapanpun. Tetap sehat dan bahagia selalu Cesya. Sampai bertemu di masa depanku yang cerah! Akan kuputar roda hidupku sendiri." Bobby meninju dinding sampai tangannya mengeluarkan darah. Hanya dengan cara itu, dia bisa melampiaskan sakit hatinya.
****
Hari demi hari telah Bobby lalui dengan status barunya sebagai seorang Duda. Meski awalnya sulit, Bobby terus berusaha untuk berlapang dada menerima nasibnya. Dia masih sangat merasa kehilangan dan juga merasakan kekecewaan di hatinya atas pengkhianatan yang istrinya lakukan.
Kini sudah satu bulan dia hidup tanpa adanya seorang istri. Rasanya hampa tanpa adanya Cesya di rumahnya. Tidak ada yang suka bermanja-manja, tidak ada yang suka mengeluh, tidak terdengar suara tawanya. Bobby tidak pernah menyangka sedikitpun jika rumah tangganya akan kandas dengan cara seperti ini.
Bobby sudah bertekad, jika dia tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Dia tidak akan tertarik dengan wanita manapun. Kini hatinya sudah mati, dia sudah menutup pintu hatinya rapat-rapat. Dia juga tidak akan menikah lagi dengan wanita manapun. Hanya ada satu perasaan yang dia miliki saat ini untuk wanita, yaitu KEBENCIAN.
****
Bobby yang saat ini sedang membereskan barang-batang yang dia miliki saat bersama istrinya. Dia ingin membuang semua barang-barang itu yang akan mengingatkannya pada Cesya. Dia tidak ingin hidup dengan rasa kekecewaan, dia ingin menjalani hidupnya yang baru tanpa adanya seorang wanita. Mungkin itu jauh lebih baik untuknya.
Terdengar suara ketukan pintu. Bobby pun bergegas untuk membuka pintu. Pada saat pintunya dia buka, terlihat seorang kurir yang berdiri di depan kontrakannya.
"Maaf, ada apa ya?" tanya Bobby pada kurir.
Kurir itu membalikkan badannya setelah mendengar suara Bobby. "Apa benar ini rumah Bobby Albern?" tanya kurir itu.
"Benar, dengan saya sendiri," jawab Bobby.
"Ini ada paket dari bu Cesya, silakan di terima dan tolong tanda tangan di sini." Kurir itu mengeluarkan buku untuk Bobby tanda tangan.
BERSAMBUNG......
Happy reading....
Bobby pun mengambil paket tersebut dengan menandatanganinya sebagai bukti, jika dia sudah menerima paketnya. "Terima kasih," ucap kurir sebelum akhirnya dia pergi.
Setelah kurir yang mengantarkan paketnya pergi, Bobby pun masuk kembali ke kontrakannya. Dia duduk di sebuah kursi yang sudah lepet dan kucel. Perlahan dia membuka sebuah paket yang berbentuk kotak panjang.
Begitu dia membukanya, ternyata isinya tidak lain adalah surat perceraian beserta cincin kawin Cesya. Bukan hanya itu, di dalam paket itu juga ada sebuah kartu undangan dan selembar kertas kecil. Bobby mengambil kertas itu dan membacanya.
{ Mas, tandatangani surat perceraian kita! Karena aku pun sudah menandatanganinya. Aku juga mengembalikan cincin kawin ini untuk kau jual dan pakailah uangnya untuk menyambung hidupmu yang melarat itu. Aku juga mengundangmu untuk datang ke pernikahanku dengan mas Garvin. Kau hanya perlu menghadirinya saja. Tidak perlu membawa hadiah apapun karena aku tidak akan menerima hadiah murahan darimu. Dari mantan istrimu, Cesya Dree. }
Setelah membaca surat itu, tentunya Bobby sangat marah. Selain menghinanya, Cesya juga berani mengundangnya untuk hadir ke pernikahannya. Dia meremas surat itu dan melemparkannya ke sembarang arah.
Brakk!
Bobby menggebrak meja disertai matanya yang sudah berubah menjadi merah darah. Amarahnya kian memuncak. Dia belum pernah semarah ini sebelumnya.
Bobby adalah pria selembut sutra namun, kali ini dia telah berubah. Dia tidak bisa terus menahan amarahnya. Pria mana yang tidak marah jika mantan istrinya berani mengundang dia dan menghinanya seperti yang Bobby alami.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Bobby yang saat ini masih merasakan amarahnya, dia pun menyebar ponsel yang berada di atas meja. Dia berniat untuk mengabaikan telepon yang masuk. Dia tidak ingin bicara dengan siapapun.
Namun, begitu dia hendak menyentuh layarnya, sekilas dia melihat nama Daddy di layar ponselnya. Tentu saja melihat namanya membuat bola mata Bobby membelalak dengan sempurna. Dia berkali-kali menampar kedua pipinya untuk memastikan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi.
Setelah merasa yakin, jika ini bukanlah mimpi. Dia dengan cepat mengangkat telepon dari ayahnya. Ayah Bobby bernama Allard Albern Edric.
Telepon terhubung!
"Hallo, Dad." Bobby menempelkan ponsel di telinga kanannya.
''Bobby, are you okay?" terdengar suara pria paruh baya di seberang telepon.
"I'm okay. How are you, Dad?"
"I'm fine."
"Ada apa? Tumben sekali Daddy meneleponku? Semua baik-baik saja 'kan?" tanya Bobby dengan bahasa Inggris yang fasih.
"Ada yang mau Daddy bicarakan denganmu. Tapi, kau harus pulang ke London. Ada hal penting yang harus Daddy beri tahukan padamu," jelas Allard.
"Kenapa tidak bicara di telepon saja, Dad? Untuk sekarang ini, aku belum memiliki cukup uang untuk pulang, Dad. Lagipula aku dan istriku baru saja bercerai, aku sedang cuti kerja beberapa hati."
"Jangan pikirkan itu, Daddy akan mengirimmu uang. Kau harus pulang besok pagi!" perintah Allard.
"Sebenarnya ada hal apa, Dad? Kenapa Daddy bersikeras menyuruhku pulang? Katakan, ada apa?" Bobby merasa heran karena tidak seperti biasanya ayahnya menghubunginya bahkan menyuruhnya pulang.
"Kau akan segera mengetahuinya setelah kau berada di London. Jangan banyak bertanya, tanyakan saat kau sampai di London. Mulai packing barang-barangmu, Daddy akan mengirim uangnya sekarang. Tutt!" Allard mengakhiri teleponnya.
Telepon terputus!
Bobby menaruh kembali ponselnya di atas meja. Sejenak dia bermonolog memikirkan hal ini. 'Apa yang terjadi dengan Daddy? Aneh sekali, pertama dia meneleponku dan kedua Daddy menyuruhku untuk pulang ke London? Apa sebelumnya Daddy sudah tahu jika hubunganku dengan Cesya sudah berakhir? Tapi, siapa yang memberi tahu Daddy? Daddy bahkan tidak berada di Indonesia.' Bobby menggaruk pelan pelipisnya yang tidak gatal.
Hubungan Bobby dengan ayahnya tidak begitu baik. Kenapa? Karena Allard sangat tidak menyukai Cesya. Bahkan Allard tidak menghadiri pernikahan putranya sendiri. Bukan hanya itu saja, Allard juga telah mengusir Bobby dari Albern Home London.
Sebenarnya Bobby adalah anak dari seorang pengusaha kaya di London. Tapi, Bobby memilih untuk tinggal di Indonesia bersama dengan istrinya. Bahkan selama menikah, ayahnya tidak pernah membantu keadaan financial Bobby, begitupun sebaliknya.
Bobby tidak berani meminta bantuan keluarga Albern karena apapun keadaannya, ini adalah pilihannya. Dia harus berjuang sendiri di atas kakinya sendiri tanpa bantuan dari Albern Family. Dia yakin jika dia bisa sukses tanpa bantuan keluarganya.
Namun, semua itu tidak semudah yang Bobby pikirkan. Kehidupan ini serba mahal. Dia sudah berusaha kelas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan juga kebutuhan istrinya tapi, istrinya tidak pernah merasa puas dengan penghasilannya yang hanya sebagai kurir.
Bobby, berencana akan meminta bantuan Albern Family untuk merintis bisnisnya. Bobby berencana ingin membuka sebuah perusahaan makanan di negara Indonesia yang akan dia beri nama Albern Food. Mulai saat ini, Bobby akan fokus pada bisnisnya.
Terkadang, dia suka berpikir kenapa dia tidak menuruti perkataan keluarganya untuk tidak menikahi Cesya. Keluarganya benar, jika Cesya bukanlah wanita yang baik. Dia hanya cinta pada harta saja. Kini di hati Bobby hanya tersisa penyesalan serta kebencian yang begitu besar pada Cesya. Tidak, bukan hanya pada Cesya. Ini juga berdampak pada seluruh wanita yang ada di dunia ini.
BERSAMBUNG.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!