NovelToon NovelToon

Suara Langit

Kondisi Yang Serba Sulit

Setelah ditinggal mati oleh ayahnya 7 tahun yang lalu Hilman menjadi pengganti sang ayah menjadi kepala keluarga, diusianya yang saat ini sudah memasuki 20 tahun dia sedang kuliah disebuah universitas ternama di Kota kelahirannya dengan fasilitas beasiswa yang diperolehnya dari sebuah yayasan pendidikan yang berada dibawah naungan perusahaan tempat ayahnya dulu bekerja sebagai seorang manajer.

Fasilitas tersebut didapatkan Hilman setelah melalui seleksi yang sangat ketat dan bersaing dengan puluhan kandidat calon penerima beasiswa, berkat kecerdasannya yang berada di atas rata-rata Hilman berhasil mendapatkan fasilitas beasiswa tersebut sehingga mengurangi beban ibunya untuk membiayai kuliah Hilman dan seorang adik perempuannya yang masih bersekolah dibangku SMP.

Keseharian Hana ibu Hilman selain mengurus rumah dan kedua anaknya dia juga membuka sebuah warung yang menjual bahan-bahan kebutuhan pokok rumah tangga, modal awal dari warung mereka tersebut berasal dari pesangon yang mereka dapatkan ketika Hendra ayah Hilman meninggal dunia dan pada setiap bulannya mereka masih masih menerima manfaat pensiun bulanan dari perusahaan tempat Hendra ayah Hilman bekerja walaupun besarannya tidak sebesar jumlah gaji yang diterima saat sang ayah masih bekerja.

Walaupun Hana masih menerima pensiun tapi karena kebutuhan akan biaya hidup yang semakin tinggi maka hampir semua harta warisan peninggalan Hendra satu persatu mulai terjual untuk mencukupi biaya sekolah Anita dan kuliah Hilman, Hana tidak mau membiarkan bakat dan kecerdasan anak-anaknya yang juga merupakan keturunan gen dari suaminya Hendra menjadi sia-sia oleh karena itu dia berusaha untuk mencukupi semua biaya kebutuhan pendidikan kedua anaknya itu dengan menjual harta warisan peninggalan sang suami.

Hana berharap bahwa suatu saat ketika anak-anaknya selesai dengan pendidikan mereka maka kehidupan keluarga mereka akan berubah, dan hal itu selalu dia tanamkan dalam pikiran Hilman dan Anita pada setiap saat kebersamaan mereka di rumah.

"Mi...!, jumlah kontrak mata kuliahku pada semester ini tidak banyak, dan aku ada banyak waktu bebas karena semua waktu kuliahku ada di pagi hari, untuk itu aku berencana mencari pekerjaan paruh waktu saat siang sampai malam hari!, dan untuk membantu Mami menjaga warung saat siang sampai sore hari bisa diserahkan kepada Anita, bagaimana Mi...!" kata Hilman saat mereka bertiga sedang sarapan pagi bersama.

"Man...!, Mami setuju-setuju saja asalkan hal itu sama sekali tidak mengganggu kuliahmu dan waktu belajarmu!, ingat perjanjian dengan yayasan yang memberikan beasiswa kepadamu bahwa indeks prestasi kamu tidak boleh lebih kecil dari angka 3, kalau tidak maka fasilitas beasiswamu akan dicabut!, Mami rasa dengan pensiun bulanan yang kita terima masih bisa menutupi biaya sekolah adikmu dan kuliahmu?" kata Hana menjelaskan.

"Tapi Mi...!, sebentar lagi Anita mau masuk SMA dan aku di 2 semester akhir ini akan banyak membutuhkan biaya untuk membeli laptop baru dan kebutuhan untuk tugas penelitian!, dan kalau soal IP mami tidak usah terlalu memikirkannya karena selama ini nilaiku masih berada di atas angka 3" kata Hilman yang berusaha untuk mendapatkan ijin dari sang ibu agar bisa bekerja mencari tambahan pendapatan.

"Benar Mam...!, IP kak Hilman malah sempurna karena aku pernah melihat Kartu hasil Studi kakak yang nilainya di sana tertulis angka 4!" kata Anita yang membantu perjuangan sang kakak untuk mendapat restu dari Mami mereka.

"Begini saja, coba kamu temui Pak Yanto di perusahaan tempat Papi kamu bekerja dulu, siapa tahu mereka membutuhkan tenaga kerja paruh waktu, tapi ingat!, Mami tidak mau mendengar kuliahmu berantakan karena kamu ngotot mau bekerja!" kata Hana mewanti-wanti anak sulungnya itu.

"Beres Mam...!, aku janji akan kuliah dengan baik dan juga akan mencari pekerjaan yang tidak menganggu kuliah dan waktu belajarku" kata Hilman yang merasa senang karena akhirnya sang ibu menyetujui rencananya untuk bekerja.

Setelah selesai sarapan Hilman dan Anita segera bergegas untuk pergi ke kampus dengan terlebih dahulu Hilman mengantar Anita ke sekolahnya dengan membonceng sepeda motor milik Hilman, kemudian dia melanjutkan menuju kampus walaupun waktu kuliahnya masih 1 jam lagi baru akan dimulai.

Kehidupan Hilman di kampus sama seperti kebanyakan mahasiswa lainnya, dia juga sudah memiliki seorang pacar walaupun hubungan asmaranya dengan Susan belum diketahui oleh Hana dan juga oleh orang tua Susan. Hal ini juga dikarenakan Hilman yang memang belum serius memikirkan percintaannya dan masih fokus dengan kuliahnya, hal yang sama juga dari sisi Susan yang adalah seorang anak dari keluarga konglomerat yang hanya mencari status di kampus agar tidak dikucilkan oleh teman-temannya apalagi dia menyandang sebagai kekasih dari orang terpandai di kampus mereka.

Hilman tidak memperdulikan akan hal tersebut karena selama ini dia hanya mengikuti keinginan Susan yang menembaknya terlebih dahulu sehingga menjadi tidak gentle baginya jika tidak menerima Susan walaupun perasaannya sama sekali tidak seperti yang dia tunjukkan saat sedang bersama kekasih bonekanya itu. Bahkan ada kelompok mahasiswa lainnya yang sudah menaruh dendam terhadap dirinya yang merasa bahwa Hilman tidak layak berpacaran dengan Susan, karena perbedaan status mereka yang bagai langit dan bumi walaupun Hilman adalah sosok mahasiswa terpandai di kampus mereka.

Hilman masih berada dihalaman parkir ketika dia mendengar bunyi nada dering polyphonic dari ponselnya, dia segera mengambil ponsel dari sakunya dan menjawab panggilan tersebut yang bertuliskan nama Susan.

"Halo San...!"

"Hei Einstein kampus loe dimana?"

"Aku sudah diparkiran!, baru juga sampai kampus nih?, loe lagi dimana?"

"Ahh..., jangan pusing aku dimana!, cukup hari ini aku titip absen saja, besok baru aku masuk kuliah, oke itu aja"

Tuutt..., tuutt...

Panggilan telepon itu terputus dari sipemanggil, dan Hilman yang bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku sang kekasihnya itu. Hal seperti ini sudah berulang-ulang kali terjadi jika hanya ada mereka berdua saja, sehingga Hilman sudah menganggapnya sebagai hal yang biasa dan akan sangat berbeda jika mereka berdua sedang berada diantara teman-teman mereka yang lain maka pertunjukkan kemesraan akan mereka berdua tampilkan sebagai wujud layaknya pasangan kekasih.

Dari halaman parkir kampus Hilman berjalan menuju ruangan kelas dimana dia akan mengikuti pelajaran pagi ini, baru terlihat 2 sampai 3 orang mahasiswa yang hadir karena masih ada waktu 30 menit sebelum pelajaran dimulai dan itupun kalau sang dosen tidak datang terlambat.

"Hei Man...!, kesini dulu bentar!" kata suara seorang mahasiswa memanggilnya dari arah samping kanan.

"Hmm..., ada apa John?"

"Pingin ngobrol aja sama kamu sambil menunggu waktu pelajaran dimulai!, bagaimana hubunganmu dengan Susan apakah baik-baik saja?" tanya seorang mahasiswa yang dipanggil dengan nama Jhon.

"Seperti yang kalian lihat setiap hari!, tidak ada masalah hubunganku dengan Susan, semuanya berjalan lancar, kenapa?, apakah ada sesuatu hal yang aneh?"

"Ya sangat aneh bagi kami, karena sepertinya hubungan kalian berdua itu seperti dipaksakan, ketahuilah Man...!, aku sudah mendapatkan restu dari kedua orang tua Susan dan keluarga kami sudah dalam tahap membicarakan pertunangan kami berdua, jadi aku minta kamu memutuskan hubungan kalian berdua dan jauhilah Susan!" kata Jhon dengan tegas setelah menjelaskan status hubungannya dengan Susan.

"Katakan sendiri kepada Susan dan kalau memang benar?, maka saya bersedia mundur asalkan diminta sendiri oleh Susan!, oke?,"

"Baiklah!, akan aku katakan sendiri kepadanya kalau dia datang nanti"

Setelah percakapan itu Hilman masuk kedalam kelas dan tidak menanggapi dengan serius perbincangannya dengan Jhon, karena memang benar hubungannya dengan Susan hanya sebatas sandiwara agar Susan memiliki status seorang gadis yang sudah berpacaran dan memiliki seorang kekasih dan juga agar bisa menghindari kejaran dari Jhon yang sudah terkenal sebagai seorang playboy.

Tetap Melangkah

Hari ini Hilman hanya mengikuti 1 mata kuliah dan setelah itu dia berencana untuk mendatangi beberapa perusahaan yang menurut informasi yang dia dapatkan dari website mereka bahwa saat ini sedang membutuhkan tenaga kerja, dan juga termasuk perusahaan dimana dulu ayahnya bekerja karena bagaimanapun perusahaan tersebut adalah yang sudah memberikan banyak nafkah kepada keluarganya sampai hari ini dalam bentuk manfaat pensiunan bulanan.

Belum juga Hilman melangkahkan kakinya keluar dari kelas, dia telah ditunggu oleh Jhon dan 3 orang temannya di pintu keluar. Melihat gelagat yang kurang baik akhirnya Hilman menunggu sampai semua mahasiswa lainnya keluar terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan menuju pintu keluar kelas dimana Jhon dan ketiga temannya sedang menunggu.

"Aku tahu kalian menungguku!, ada keperluan apa lagi Jhon?, apakah penjelasanku tadi belum cukup?"

"Kenapa Susan tidak datang hari ini!, apakah kamu sudah menghubunginya dan memberitahu tentang pembicaraan kita tadi?"

"Kekasihku memang menghubungiku tadi sebelum kelas dimulai!, tapi kami tidak membicarakan hal lain selain dia mengatakan tidak bisa mengikuti kuliah hari ini karena sedang tidak enak badan, itu saja"

"Sikat saja Jhon!, sudah tidak ada orang lain lagi ditempat ini" kata seorang teman Jhon.

"Jangan Wil...!, dikelas sebelah masih ada kuliah, nanti saja diluar kampus kita beri pelajaran kepadanya!, aku peringatkan sekali lagi kepadamu Hilman...!, jauhi Susan dan hidupmu akan aman!, ayo teman-teman kita pergi" kata Jhon kemudian mengajak teman-temannya pergi dari tempat itu.

Walaupun mulai mendapat ancaman yang serius, Hilman tetap melanjutkan rencananya hari ini. Karena dia sudah bertekad untuk segera mendapatkan pekerjaan agar bisa menjadi solusi dari semua kebutuhannya yang sangat membebani ibunya, dia juga ingin mencari kesempatan untuk membicarakan hubungan sandiwara asmaranya dengan Susan setelah menyelesaikan urusan mencari pekerjaan.

Dengan sepeda motor kebanggaannya dia meluncur dijalan raya menuju kantor perusahaan yang sudah menjadi target kedatangannya hari ini, ada 3 alamat yang akan dia datangi hari ini termasuk perusahaan dimana ayahnya dahulu bekerja.

"Selamat siang bu...!, saya Hilman, apakah perusahaan ini sedang mencari tenaga kerja paruh waktu?" kata Hilman sesampainya disebuah kantor perusahaan jasa konstruksi.

"Siang...!, ya benar saudara Hilman, kami sedang ada proyek besar diluar kota dan membutuhkan beberapa orang sarjana teknik sipil dan arsitek!, apakah saudara Hilman memenuhi kriteria tersebut?, kalau iya silahkan masukkan lamarannya dan akan segera kami proses dan sore hari nanti sudah bisa melakukan wawancara!" kata resepsionis kantor perusahaan itu.

"Ohh..., baiklah aku akan segera menyiapkan lamarannya dulu, terimakasih bu..., saya permisi dan selamat siang!" kata Hilman kemudian segera pergi dengan perasaan kecewa karena perusahaan pertama yang dia datangi hanya membutuhkan seorang yang sudah lulus kuliah dan di bidang teknik sipil sedangkan dia kuliah di bidang teknik informatika yang mengambil jurusan programer.

Hilman kembali menyusuri jalan raya menuju target perusahaan kedua yang sudah ada didalam daftar targetnya hari ini, dia sampai di alamat yang tertera tapi yang dilihatnya hanyalah sebuah gedung kosong dan terlihat sudah lama tidak ditempati karena sudah tidak terurus lagi. Dengan penuh kekecewaan dia meninggalkan tempat tersebut dan kembali menunggang sepeda motor Kingnya menyusuri jalanan Kota mencari alamat target selanjutnya, kembali Hilman harus menelan pil yang sama setelah melihat alamat yang ditujunya telah berubah menjadi sebuah reruntuhan bangunan dengan 2 buah eksavator yang sedang bekerja membersihkan sisa-sisa puing bangunan.

Menjelang sore akhirnya Hilman menuju kantor perusahaan tempat ayahnya dulu bekerja dengan harapan orang yang ingin ditemuinya itu masih berada di sana, Yanto Kuncoro adalah orang yang akan ditemuinya saat ini. Sosok tersebut adalah sahabat karib ayahnya semasa hidup, dan Yanto saat ini sedang menjabat sebagai seorang manajer personalia di Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara tersebut dan bergerak di bidang teknologi informasi sesuai dengan jurusan kuliah Hilman saat ini.

"Hei nak Hilman...!, waduh bapak sudah hampir tak mengenali kamu lagi nak?, bagaimana kabarmu dan ibu Hana serta adikmu" kata seorang pria dewasa dengan pakaian Satpam yang menyapa Hilman didepan pintu gerbang kantor perusahaan tersebut.

"Pak Muhdi...!, sudah lama sekali tidak kesini pak, kabar ibu dan adik mereka baik-baik saja, dan sekarang Anita sudah bersekolah di SMP, bapak sendiri dan keluarga bagaimana?"

"Syukurlah..., kami juga sehat!, ada keperluan apa kamu kesini? biar bapak bantu sebisanya!" kata Muhdi satpam perusahaan yang dikenal sangat akrab dengan keluarga Hilman.

"Aku ingin bertemu pak Yanto, apakah beliau masih ada di kantor?"

"Masih...!, itu mobilnya masih terparkir dihalaman, ya sudah masuklah kamu dan bawa kartu tamu ini, aku akan menghubungi pak Yanto nanti via interkom, untuk memberitahu bahwa kamu sedang menuju ke ruangannya untuk bertemu"

"Baik..., terimakasih pak Muhdi, saya pergi dulu!" kata Hilman kemudian bergegas masuk kedalam kantor perusahaan itu sambil mengenakan kartu tamu pemberian Muhdi sang Satpam.

Suasana didalam kantor sudah mulai sepi karena sudah banyak karyawan yang pulang dan hanya beberapa orang yang berada ditingkat manajerial yang masih berada di ruangan mereka termasuk Yanto Kuncoro sang Manajer Personalia, Hilman masih akrab dengan beberapa ruangan termasuk bekas ruangan sang ayah yang saat ini ditempati oleh orang lain.

Tok..., tok..., tok...

"Masuk...!" kata suara dari dalam ruangan

"Selamat sore pak Yanto...!"

"Hilman...!, mari masuk dan duduklah, ahh..., ada angin apa yang membawamu hingga kesini hahh...!, mmm..., tidak terasa hampir 8 tahun telah berlalu nak...!, bagaimana kabar Mami kamu juga adikmu!" tanya Yanto yang terlihat senang atas kedatangan Hilman.

"Mereka sehat-sehat saja pak...!, mmm..., begini Pak Yanto..., kedatangan saya kesini memang untuk menemui pak Yanto, saya sekarang sudah berada di semester akhir masa perkuliahan ku, nah kalau ada lowongan di perusahaan ini aku ingin bekerja paruh waktu mulai siang sampai sore atau malam hari!,"

"Mmm..., kamu kuliah jurusan apa nak Hilman...?"

"Saya di jurusan teknik Informatika dengan mengambil konsentrasi programmer dan pengembangan perangkat lunak atau aplikasi, mungkin keahlian saya yang belum seberapa bisa bermanfaat di perusahaan ini!"

"Hmm..., jurusanmu sangat dibutuhkan oleh perusahaan ini, begini saja..., besok kembalilah sebelum makan siang dan bawalah semua kartu hasil studimu mulai dari semester awal, akan saya coba konsultasikan dengan Manajer Umum dan kamu berdoa saja mudah-mudahan kamu bisa diterima nanti!"

"Ahh..., baik pak Yanto, akan saya siapkan semua berkasnya dan akan kembali menemui bapak besok" kata Hilman yang berantusias.

"Sampaikan salam kepada Mami kamu, dan kamu jangan pernah berputus asa untuk maju!, jika ada keperluan apa-apa hubungi saya, ini kartu nama saya ada nomor ponsel saya di sana!" kata Yanto sambil memberikan kartu namanya .

"Baik pak..., akan saya sampaikan salamnya kepada Mami nanti, kalau begitu saya pamit dulu, samai ketemu besok!" kata Hilman kemudian berpamitan.

Hilman kembali ke rumah dengan perasaan senang sambil berharap usahanya untuk mendapatkan pekerjaan dapat segera terwujud, dia belum memikirkan jumlah gaji yang bisa didapatkannya yang terpenting adalah bisa bekerja dulu.

Mendapat Peluang

Keesokan harinya setelah selesai kuliah Hilman langsung menuju kantor perusahaan tempat ayahnya dulu pernah bekerja dan di sana telah menunggu Yanto Kuncoro, dengan membawa surat-surat yang diminta oleh sang manajer personalia itu serta beberapa persyaratan yang lumrah harus disiapkan oleh seseorang saat melamar pekerjaan.

Hilman memang sudah menyiapkan persyaratan-persyaratan tersebut seperti pasfoto, surat lamaran, daftar riwayat hidup serta surat keterangan dari dokter dan dari pihak kepolisian yang menyatakan dia berbadan sehat dan berkelakuan baik, dengan melangkah pasti kembali dia disambut oleh pak Muhdi satpam perusahaan yang senantiasa berjaga didepan gerbang masuk perusahaan.

Hilman diterima oleh pak Yanto di ruangannya,

"Bagaimana nak Hilman?, apakah kamu sudah membawa dokumen yang bapak minta kemarin?"

"Sudah Pak!, semuanya ada dalam map ini, silahkan diperiksa!" kata Hilman sambil menyerahkan sebuah map yang berisikan semua dokumen persyaratan untuk melamar pekerjaan dan beberapa lembar kartu hasil studi Hilman mulai dari semester I sampai semester VI.

"Wah..., kamu memang pintar nak Hilman!, seperti kata pepatah buah mangga jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, semua hasil kuliahmu dari awal sampai sekarang semuanya sempurna!, tapi saya ingin bertanya lebih detail lagi?, bidang apa yang menjadi spesialisasimu dalam jurusan programmer itu?" kata Yanto yang kemudian menanyakan spesialisasi Hilman.

"Saya masih belajar pak Yanto, tapi saat ini saya sedang mendalami bidang Software Engineering atau Rekayasa Perangkat Lunak, nah bidang ini mengkhususkan diri untuk bisa menghasilkan sebuah software yang kuat serta mampu menghadapi ancaman dan gangguan, contohnya adalah membuat anti virus atau melindungi sebuah server data dari serangan para hacker!" kata Hilman menjelaskan.

"Hmm..., bagus itu yang sedang dicari oleh perusahaan ini, ada beberapa yang mengirimkan lamaran tapi mereka mematok permintaan gaji mereka sangat tinggi, jadi langsung ditolak oleh perusahaan, kalau kamu bagaimana?, berapa gaji yang kamu inginkan dalam sebulan?" tanya Yanto yang membuat Hilman kaget karena langsung mendapat tawaran gaji.

"Pa Yanto...!, memang di fakultas saya untuk jurusan dengan konsentrasi bidang ini hanya saya seorang yang menekuninya!, bahkan ada sebuah universitas terkenal dari luar negeri yang mengirimkan penawaran untuk melanjutkan kuliah S2 kepada saya melalui email, tapi belum saya berikan respon karena bapak tahu sendiri biaya untuk kuliah dan sekolah adik saya, Mami hanya mengandalkan pensiun almarhum ayah dari perusahaan ini, jadi diterima bekerja paruh waktu saja, saya sudah syukur dan untuk gajinya bagaimana saja perusahaan ini akan menghargai hasil kerja saya nantinya, tapi ya itu pak...!, saya hanya bisa masuk kantor mulai siang hari sampai malam karena pagi harinya saya harus kuliah" kata Hilman menjelaskan situasi yang dihadapinya saat ini.

"Tenanglah, saya tidak akan memanfaatkan kamu, tapi saya menjamin kamu bisa diterima bekerja di kantor ini dengan kondisi yang sedang kamu hadapi demikian juga dengan gaji yang akan kamu terima, saya akan konsultasikan dulu dengan beberapa pejabat yang berwenang dan akan memberi kabar kepadamu, yang tercantum dalam surat lamaranmu disini apakah nomor ponsel yang sedang kamu pakai sekarang?"

"Benar pak...!"

"Baik, kembalilah dan tunggu kabar dariku!" kata Yanto setelah memberikan jaminan kepada Hilman tentang kepastian dia bisa bekerja di perusahaan tersebut.

Dengan perasaan senang Hilman kembali ke rumah dan memacu sepeda motor Kingnya agar segera sampai, dia tidak sabar lagi untuk segera memberitahu sang ibu setelah dia merasa yakin mendapatkan peluang untuk bekerja di perusahaan tempat ayahnya dulu bekerja. Terlebih sosok yang membantunya adalah teman akrab sang ayah semasa hidup, dan hal itu juga karena rekomendasi sang ibu yang memberitahunya untuk menemui sosok tersebut.

Hilman memarkirkan sepeda motornya disamping warung sang ibu kemudian masuk kedalam rumah untuk segera mendapatkan Hana sang ibu yang dia ketahui saat-saat seperti ini sedang berkutat dengan pekerjaan rumah tangga di dapur, rumah keluarga Hilman walaupun sederhana tapi cukup luas karena memiliki 3 buah kamar tidur dan ruangan tamu serta dapur yang menyatu dengan ruangan makan dan didepan rumah tinggal mereka itu dibangun sebuah bangunan warung berukuran kecil yang menjadi salah satu sumber nafkah untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Belum sempat dia menemui sang ibu Hilman sudah mendengar suara nada dering polyphonic ponsel miliknya pertanda ada panggilan yang masuk, segera dia merogoh ponsel keluaran beberapa tahun yang lalu itu dari dalam saku celananya dan melihat identitas pemanggil yang tertera di layar kecil ponsel tersebut yang tertulis 'Susan Memanggil'.

"Halo?"

"Halo juga...!, elo lagi dimana Man...?"

"Kenapa..., kangen?"

"Ciihh..., sembarangan kamu!, ngaca dong Man...?, kita kan cuman pura-pura btw terimakasih untuk semua itu, tapi sekarang ada masalah baru lagi Man!, loe masih mau membantuku kan?, mmm..., kali ini gue bayar dech..., bagaimana?"

"San..., gue cape...!, tau nggak itu si Jhon mulai ngancam gue, apa loe tega kalo gue sampe celaka karena sandiwara ini!, mending bikin beneran aja biar gue nggak rugi banyak!"

"Oalah..., kepedean banget loe Man...?, woi bangun...!, ntar dech gue bawain kaca sebesar lemari biar loe liat dan teliti dengan baik apakah sosok didalam kaca itu pantas nggak bersanding dengan gue?, ini urusan bisnis dan ada harganya!, kalau loe mau?, ayo kita bicarakan di kafe mutiara deket taman kota, gue tunggu di sana jam 3 sore hari ini!"

"Hmm..., serah loe mau nganggep gua apaan, tapi...?, gini-gini juga ada yang beneran ngelirik gue loh!, awas aja ntar ada yang nyesel!"

"Nggak bakalan kalo gue Man...!, loe bukan tipe gue, dan sekali lagi ingat, semua ini hanya sandiwara dan jasa loe gue hargai dengan uang, ya udah, gue tunggu loe sore nanti!"

Tuutt..., tuutt...

Kembali seperti biasa panggilan dari Susan terputus sepihak tanpa menunggu komentar atau jawaban dari Hilman, sesaat ada rencana untuk mencoba membuat Susan agar benar-benar tertarik kepadanya karena selain pandai Hilman juga memiliki wajah yang lumayan dengan postur tubuhnya yang sangat menggoda iman bagi seorang wanita kesepian hanya latar belakangnya yang berasal dari keluarga sederhana yang membuat Susan tidak menyukainya dengan tulus.

Kemudian Hilman menuju dapur dimana sang ibu berada,

"Mi...!, aku sudah menemui pak Yanto Kuncoro di perusahaan, dan dia sepertinya menjamin bahwa aku bisa mendapatkan pekerjaan paruh waktu di tempat itu, bagaimana menurut Mami...?"

"Baguslah..., karena setahu Mami masih ada beberapa teman-teman almarhum ayahmu di kantor itu, ehh..., nanti kamu kalau keterima jangan minta bayaran yang tinggi-tinggi yang biasa-biasa saja, karena buat Mami bisa bekerja saja sudah syukur buat kita dan jangan lupa kuliahmu!"

"Iya Mi..., aku juga sudah bilang ke pak Yanto bahwa aku hanya bisa bekerja dari siang sampai sore atau malam hari!, karena paginya aku harus kuliah, dan aku sekarang disuruh menunggu panggilan saja, tapi apa sebaiknya saya mencari lowongan lain ya.., sebagai cadangan saja kalau tidak jadi diterima di kantor perusahaan itu!"

"Nggak boleh gitu nak...!, pastikan dulu baru cari yang lain lagi, nanti kalau akhirnya dua-duanya keterima bagaimana?, pasti akan ada salah satu yang kecewa dan itu artinya kamu sudah menanam benih kebencian pada salah satunya, dan itu adalah tindakan yang tidak baik"

"Baiklah Mi..., aku akan menunggu panggilan dari pak Yanto saja dulu, Nita sudah pulang belum Mi!"

"Sudah tadi, tapi ijin lagi katanya mau belajar kelompok di rumah temannya, karena ada tugas berkelompok yang harus mereka selesaikan bersama, tadi juga datang bersama 2 orang teman perempuannya"

"Ya sudah kalau begitu, aku istirahat dulu karena jam 3 nanti ada janjian dengan teman"

Hilman kemudian pergi beristirahat sebentar setelah dari pagi keluar rumah dan baru bisa pulang setelah jam makan siang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!