NovelToon NovelToon

Pak Dosen Itu Suamiku

BAB 1 : Dosen Kulkas

Sepulang kuliah Nada terkejut dengan tamu yang ada di rumahnya. Jelas saja dia tidak amnesia dengan sepasang suami-istri yang tersenyum manis kepada dirinya. Dia adalah ibu Maryam dan pak Subha. Tiga tahun lalu pasangan suami-istri itu telah mengkhitbah darinya untuk anak semata wayangnya, Arshaka Maulana Ibrahim.

"Masya Allah, calon mantu udah pulang. Sini dulu, Nak." Tangan Maryam memberi isyarat untuk Nada agar duduk disampingnya.

Setelah menyalami tamu istimewa, Nada pun langsung duduk disamping Maryam. "Lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu dan kuliah kamu, Nak? Sekarang sudah masuk semester berapa. Ibu sampai lupa," tanya Maryam dengan rasa bahagia karena bisa melihat Nada kembali, setelah hampir satu tahun tidak bertemu. Terakhir Maryam bertemu Nada saat kelulusan Nada dan setelah itu mereka tidak saling bertemu lagi karena Maryam pulang ke kotanya.

"Alhamdulillah, kabar Nada baik, Tan. Sekarang Nada baru masuk semester ke 2. Tante sendiri bagaimana kabarnya?" tanya Nada dengan canggung.

Dipanggil dengan sebutan Tante, Maryam langsung mengerucutkan bibirnya. Wanita itu merasa tidak terima saat dipanggil Tante oleh Nada. "Kok Tante, sih?" protesnya.

Merasa ada yang salah dengan ucapannya, Nada hanya nyengir. Jika tidak mau dipanggil Tante, lalu dipanggil apa?

"Panggil ibu. Kan sebentar lagi jadi mantu." lanjut Maryam.

Nada semakin canggung. Bahkan lidahnya terus kelu untuk memanggil ibu pada calon mertuanya.

"Gak usah canggung begitu. Bentar lagi kamu akan terbiasa kok. Oh iya bagaimana perlakuan Shaka sewaktu di kampus? Pasti senang sekali selalu diperhatikan sama dosennya sendiri kan? Ah, ibu jadi keinget masa muda ibu sama bapak dulu. Tapi dulu ibu yang jadi Dosennya, dan bapak kamu ini jadi mahasiswanya." Maryam bercerita dengan kehebohannya sendiri, membuat Nada menelan kasar salivanya.

"Ya Allah Nada kenapa bisa beda sama anaknya ya? Ibunya super heboh seperti ini tapi anaknya, masyaallah kayak kulkas dua pintu." Batin Nada saat membedakan antara anak dan ibu yang terlihat bertolak belakang.

"Bu!" Pak Subha selaku suami Maryam menegur istrinya untuk menjaga imagenya.m

"Ah, maaf. Ibu sampai lupa tempat." Maryam hanya nyengir saat ditegur oleh suaminya.

Hampir satu jam lamanya pasangan suami istri itu berbincang dengan Nada dan keluarganya untuk membicarakan lebih lanjut tentang pernikahan Shaka dan juga Nada.

Nada tidak akan terkejut lagi dengan pembahasan para orang tua, karena sebelumnya memang sudah pernah dibicarakan tetapi saat itu Nada meminta waktu untuk bernafas terlebih dahulu. Dan orang tua Shaka memberikan waktu 1 tahun untuk Nada. Bukankah kedua orang tua Shaka sudah sangat baik?

Dan akhirnya dari sebuah kesepakatan pernikahan akan dilakukan bulan depan. Sedikit Nada tidak merasa keberatan karena jauh hari dirinya telah di khitbah. Itu artinya Nada sudah setuju untuk menikah dengan Shaka kapan saja.

*

*

Sesampainya di dalam kamar Nada langsung menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur. Hari ini rencananya Nada ingin pergi ke bioskop, namun dengan kedatangan calon mertuanya akhirnya dia gagal untuk menonton film seru yang baru saja tayang di bioskop.

"Ya Allah, gini amat sih hidupku. Gagal nonton, deh! Mana pernikahan juga dipercepat jadi bulan depan lagi!" gerutu Nada sambil membuang napas kasarnya.

Baru saja ingin memejamkan mata, notifikasi di ponsel Nada berbunyi. Karena Nada sedang kesal tak bisa menonton, dia pun memilih untuk mengabaikan pesan yang masuk. Sudah bisa ditebak itu pesan dari dua orang sahabatnya yang sedang menonton tanpa dirinya.

"Dasar sahabat gak berakhlak! Bisa-bisanya mereka nonton berdua tanpa aku. Sahabat macam apa itu!" Nada menggerutu lagi.

Semakin didiamkan, semakin terus berbunyi notifikasi di ponsel. Dengan rasa kesal, Nada langsung mengambil ponsel yang berada didalam tasnya untuk dimatikan, karena sat ini dirinya sedang tidak ingin di ganggu. Namun, sekilas Nada melihat nama yang mengambang di layar ponselnya bukanlah nama sang sahabat, melainkan nama Dosennya.

"Pak Shaka?" Nada langsung menutup mulutnya dengan rapat.

Perlahan Nada mulai membuka pesan yang telah dikirim oleh Shaka. Nada mengira jika itu adalah pesan penting, namun nyatanya hanya spam hingga berpuluh kali.

"Nih maksudnya apa coba. Pakai acara spam segala!"

[ Nad, apa yang dikatakan Bapak sama ibu tadi? ]

Semua pesan paling atas. Namun, karena Nada tidak membalas Shaka langsung mengirim spam.

[ Jawab Nad! ]

[ Jawab Nad! ]

[ Jawab Nad! ]

Begitulah spam dari Shaka yang jumlahnya lebih dari sepuluh.

Nada langsung menggelengkan kepalanya dengan pelan seraya membuang nafas kasarnya. "Dih, apaan sih pakai spam segala! Dasar Dosen kulkas!" rutuk Nada.

Tak ada sedikitpun niat Nada untuk membalas pesan Shaka. Padahal jika ingin tau apa yang dikatakan oleh orang tuanya, Shaka bisa bertanya langsung kepada bapak dan ibunya. Toh keduanya juga pulang ke rumah Shaka.

[ Nada, balas pesan saya atau nilai kamu aku beri C ]

Nada melebarkan bola matanya saat membaca pesan yang baru saja dikirimkan oleh Shaka. Bagaimana bisa dosen kulkas itu mencampur adukkan masalah pribadi dengan masalah di kampusnya. Nada tidak terima saat mendapat ancaman dari Shaka.

"Dasar Dosen kulkas bisanya cuma ngancem terus! Lagian apa susahnya sih langsung bertanya sama bapak dan ibunya. Heran deh!"

Meskipun mendumel, pada akhirnya Nada langsung membalas pesan Shaka.

[ Jika Pak Shaka ingin tau, tanyakan saja sama bapak dan ibunya Pak Shaka, jangan ngancem saya! Saya sedang sibuk, jangan ganggu saya ]

Diseberang sana seorang dosen yang masih mengisi kelas, langsung meletakkan kasar ponselnya di atas meja, membuat beberapa mahasiswa tertuju padanya.

Seorang dosen dengan julukan dosen kulkas, karena selalu serius dan sulit untuk diajak bercanda. Dosen kulkas itu tidak akan segan untuk menghukum para mahasiswa yang sering datang terlambat saat kelasnya sedang berlangsung. Bahkan sampai juga ada yang tidak boleh mengikuti kelasnya jika terlambat. Dengan peraturan yang telah dibuat, tak satupun mahasiswa yang berani datang terlambat saat sedang berada di kelasnya. Dia adalah Arshaka Maulana Ibrahim. Kata orang yang belum mengenal Shaka, dia adalah pria sejuta pesona. Namun, nyatanya setelah mengenal banyak yang mengatakan dia adalah beruang kutub Utara.

"Kelas ini sampai disini dan persiapan presentasi untuk Minggu depan. Jangan sampai ada yang mangkir jika tidak ingin mendapatkan nilai C!" kata Shaka saat membubarkan kelasnya.

Bukannya senang kelas dibubarkan, sebagian dari mahasiswa malah merasa tertekan karena harus menyiapkan presentasi lagi untuk Minggu depan. Tiada hari tanpa tugas, begitulah ungkapan yang sering diucapkan oleh para mahasiswa yang kenyang akan tugas dari dosen kulkas.

Sebenarnya apa yang dibicarakan bapak dan ibu di rumah Nada. Mengapa tiba-tiba datang hanya untuk menemui keluarga Nada. Apakah ada yang salah? Apakah perjodohan ini gagal? Tidak bisa! Nada sudah aku ikat. Dia tidak boleh lari! Tak hentinya Shaka menerka-nerka apa yang telah dilakukan orang tuanya di rumah Nada.

~BERSAMBUNG~

Halo Assalamualaikum, selamat datang dan membaca karya receh Author remahan ini Semoga kalian terhibur, ya. 💜 Jangan lupa tinggalin jejaknya dong, biar gak sepi kayak kuburan 🤭

BAB 2 : Diusir Dari Kelas

Nada berjalan gontai saat melewati lorong kampus yang masih terlihat sepi karena belum banyak mahasiswa yang datang. Nada sengaja berangkat lebih awal, karena hari ini ada jadwal di kelasnya dosen Shaka, calon suaminya.

Bibirnya mengerucut karena masih kesal dengan dua orang sahabatnya yang memamerkan foto mereka saat berada di bioskop. Terlebih saat mereka juga bisa berfoto dengan para pemainnya.

"Ih ... nyebelin banget, sih!" Nada menghentakkan kakinya saat mengingat foto yang baru saja dilihatnya. "Awas aja mereka!"

Langkah Nada tiba-tiba harus terhenti karena suara deheman seseorang. Dilihatnya ada sepasang sepatu yang telah berhenti di depannya. Karena merasa penasaran, Nada langsung mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu itu. Perlahan matanya naik hingga sampai keatas dan ... terlihatlah wajah Arshaka, kesayangan ibunya.

"Pak Shaka." Nada sangat terkejut dengan kemunculan dosen kulkas yang tiba-tiba berada di depannya. "Bapak ngapain pagi-pagi udah sampai disini?" tanya Nada dengan heran.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku. Sekarang jawab dulu pertanyaanku. Jangan sampai aku beritahu orang tua kamu kalau kamu sering bolos dari kampus!" ancam Shaka.

Kening Nada langsung mengernyit. Jadi hanya masalah pernyataan kemarin, dosen kulkas ini sampai rela pagi-pagi datang ke kampus untuk menemui dirinya. Luar biasa. Padahal bisa bertanya pada orang tuanya secara langsung.

"Ya ampun, Pak Shaka! Jadi bapak masih penasaran dengan masalah kemarin? Pak Shaka kan bisa bertanya langsung kepada orang tua Pak Shaka. Kenapa musti ribet bertanya padaku. Aneh deh!"

"Suka-suka aku ingin bertanya kepada siapa."

"Ya udah. Suka-suka aku juga dong, mau jawab atau enggak!" Nada membalas dengan ucapan yang sangat santai.

Dia pikir dia aja yang bisa suka-suka. Aku pun juga bisa. batin Nada.

"Nada!" Mata Shaka sudah mantap Nada dengan tatapan tajam. "Baiklah, aku akan mengirimkan pesan kepada orang tua kamu kalau kamu sering bolos dan sering tidak mengerjakan tugas dari kampus. Biar kamu langsung diboyong ke pesantren!" Lagi-lagi Shaka melayangkan sebuah senjata andalan untuk menaklukkan Nada.

Nada segera merampas ponsel yang ada ditangan Shaka. "Bapak curang! Masa dikit-dikit ngadu sama bapak dan ibu!" protes Nada dengan kesal.

"Ya udah makanya jawab. Kemarin kalian bahas apa. Kenapa tiba-tiba bapak dan ibu datang dari Surabaya dan langsung ke rumah kalian. Tinggal jawab aja apa susahnya, sih!"

Dengan bibir yang mengerucut Nada memerankan diri untuk menatap mata Shaka. "Baiklah aku akan katakan apa yang dibahas oleh orang tua Pak Shaka kemarin, tapi dengan satu syarat. Bagaimana?"

"Ya udah, tinggal katakan apa syaratnya. Mau mobil, rumah atau jet pribadi. Nanti aku belikan tapi nunggu sah dulu."

Bibir Nada langsung menyungging. "Aku gak minta yang muluk-muluk dari Pak Shaka kok. Aku cuma ingin Pak Shaka janji dulu," rayu Nada.

"Janji apa lagi? Cepetan katakan nanti keburu ada yang melihat kita."

"Janji dulu!" Nada mengangkat jari kelingking agar dosen kulkas itu mengaitkan ke jari kelingkingnya.

Dengan perasaan sedikit kesal karena merasa sedang dipermainkan oleh Nada, Shaka pun langsung mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Nada agar urusannya cepat selesai.

"Iya udah janji ini! Sekarang cepat katakan!"

"Baiklah, jadi kemarin itu orang tua Pak Shaka datang ke rumah hanya untuk memberitahu jika pernikahan kita akan diundur lagi. Mereka memberi waktu agar aku lulus kuliah S2 dulu," jelas Nada yang sedang membohongi Shaka.

"Kok bisa gitu?"

"Ya aku enggak tahu. Mending Pak Shaka tanya langsung aja sama orang tua Pak Shaka. Mungkin mereka mengerti kalau aku belum siap untuk menikah. Udahkan? Jadi sekarang Pak Shaka harus menepati janji yang telah kita sepakati bahwa selama satu bulan kedepan Pak Shaka enggak boleh ngasih tugas terus sama kita. Awas aja kalau sampai ingkar. Aku sumpahin sembelitan!" Nada tertawa puas setelah berhasil memeras dosen kulkas itu. Siapa suruh setiap hari memberikan tugas.

"Nada!" panggil Shaka dengan keras, hingga membuat beberapa mahasiswa tertuju ke arah Shaka. Namun, tidak dengan Nada yang sudah ngacir meninggalkan Shaka.

"Astaga ... itu hapeku." Shaka membuang napas beratnya saat menyadari jika ponselnya masih berada ditangan Nada. Ingin mengejar, tetapi tidak mungkin karena telah banyak mahasiswa yang mulai berdatangan, terlebih ada beberapa orang yang masih menatapnya.

*

*

Sesampainya di dalam kelas, Nada mengatur napasnya. Berlari melewati anak tangga membuatnya hampir kehabisan oksigen.

"Untung selamat," ucapnya yang sambil menyandarkan punggung di tempat duduknya. Namun saat meletakkan tas di meja, Nada baru menyadari ada sebuah ponsel yang berada didalam genggamannya.

"Astaghfirullahaladzim ... ini kan hapenya dosen kulkas itu. Aduh ... kenapa aku lupa mengembalikannya, sih!" Nada menyesali kecerobohannya.

Terdiam untuk sesaat dengan ponsel yang di timang-timang akhirnya Nada memutuskan untuk mengintip ponsel milik dosen kulkas itu. "Ngintip dikit, gak papa kan? Kalaupun dosa cuma dikit kok. Lagian bentar lagi ini hape juga akan menjadi milikku. Kan barang milik suami juga barangnya istri. Ih, tumben banget sih kepala ini encer." Nada tertawa pelan.

Namun, sebelum mengintip ponsel Shaka, Nada harus dibingungkan dengan password untuk membuka ponsel tersebut. "Nah kan ... apa coba password-nya?" Nada kembali menggerutu.

Tidak putus asa, Nada mencoba memasukkan angka untuk membuka password di ponsel Shaka. Namun, rasanya ingin menyerahkan karena tetap tidak bisa menemukan password-nya.

"Apakah pakai tanggal ulang tahunnya ya?" Nada pun langsung menekan angka sesuai dengan tanggal lahir Shaka. Namun, nyatanya tepat saja gagal.

"Coba tanggal ulang tahunku. Kalau enggak bisa ya sudahlah, berarti enggak boleh ngintip. Kan dosa." Dengan sisa harapan, Nada memasukkan tanggal lahirnya untuk membuka password ponsel milik Shaka. Dan akhirnya ....

"Ya ampun .... demi apa coba!" Nada terlihat sangat puas dengan hasil akhir di mana dia telah bisa membuka ponsel Shaka.

Dua orang yang baru saja masuk dan duduk didekat Nada langsung menggelengkan kepala saat melihat sahabatnya terlihat aneh.

"Kamu kenapa Nad? Menang togel?" tanya Kila, sahabat Nada.

Melihat ada seseorang di sampingnya nada langsung menyimpan ponsel Shaka kedalam tasnya. "Kalian ngapain disini?" tanya Nada yang merasa terkejut dengan kemunculan dua orang sahabatnya.

"Lah, kita mau belajar, Nad. Emang kamu pikir kita di dalam kelas kayak gini mau ngapain? Mau ngerumpi?" Arsyila, sahabat Nada menjawab pertanyaan Nada yang sedikit nyeleneh.

Seketika Nada baru menyadari jika saat ini dia sedang berada di kampus.

"Nad, jangan marah dong. Kan kita enggak tahu kalau kamu ada halangan jadi gak bisa ikut nonton. Kamu sih ngasih taunya pas kita udah beli tiket. Kan mubazir kalau tiketnya dibuang, Nad. Udah dong jangan ngambek. Nanti aku terakhir makan bakso setan di pinggir jalan, deh." Kila mencoba membujuk Nada

"Siapa juga yang marah. Aku tuh enggak marah, tapi kecewa!" kata Nada dengan bibir yang mengerucut.

"Maafin kita ya. Kapan-kapan kita nonton lagi deh." bujuk Arsyila.

*

*

Selama materi berlangsung, Nada tidak fokus pada dengan apa yang tengah dijelaskan oleh dosennya. Matanya hanya terfokus pada sebuah ponsel yang memperlihatkan beberapa foto yang biasa saja tetapi lucu. Ternyata seorang dosen yang mempunyai julukan dosen kulkas itu mempunyai hobi berselfi. Sungguh tidak sesuai dengan covernya yang dingin.

Tanpa disadari tepat didepan bangku Nada sudah berdiri Shaka yang terus menatap Nada dengan kedua tangan yang telah dilipat di depan dada. Hampir semua mahasiswa terdiam tidak berani berkutik sama sekali. mereka semua sudah memastikan jika sebentar lagi Nada akan langsung dikeluarkan dari kelas yang sedang berlangsung.

Kekhawatiran juga dirasakan oleh dua orang sahabat Nada yang tidak bisa memberitahu jika saat ini dosen kulkas sudah ada di depannya.

Menyadari akan sebuah bayangan, Nada langsung mendongak untuk melihat siapa yang berdiri didepannya. Sontak mata Nada langsung membulat dengan lebar dan segera memasukkan kembali ponsel ke dalam tasnya.

"Kenapa dimasukkan?" tanya Shaka dengan datar.

Nada terdiam. Jika sudah berada dalam mode serius, Nada tidak berani berkutik.

"Jika tidak serius mengikuti materi saya, silakan keluar. Pintu kelas terbuka dengan sangat lebar," lanjut Shaka lagi.

"Maaf Pak," ucap Nada dengan lemah.

"Sejak tadi kamu tidak mendengarkan materi saya. Kamu hanya fokus pada ponsel kamu. Itu artinya kamu tidak serius untuk mengikuti kelas saya. Sekarang silahkan keluar!"

Nada langsung menautkan kedua alisnya. "Serius ini, Pak?" tanya Nada dengan penuh ketidak percayaan.

Shaka tidak memberikan jawaban lagi kepada Nada dan langsung kembali ke mejanya.

"Saya belum akan meneruskan materi saya jika masih ada mahasiswi yang tidak ingin mengikuti kelas saya tetapi masih berada di dalam. Bahkan saya tidak peduli jika kelas kalian selanjutnya akan terhambat."

Semua masih terdiam. Bahkan semua mata tertuju pada Nada. Menyadari jika saat ini dirinya telah menjadi pusat perhatian semua orang, akhirnya nada memutuskan untuk keluar dari kelas. Namun, saat langkah Nada sudah berada di ambang pintu suara itu kembali terdengar di telinganya.

"Sebelum keluar, berikan ponsel itu kepada saya!"

Dengan helaan napas panjang, Nada berbalik arah menuju ke meja Shaka. Dengan lesu dia pun langsung menyerahkan ponselnya kepada sang Dosen.

"Lain kali kalau sedang ada kelas jangan main hape. Mengerti?"

"Iya, Pak."

...~BERSAMBUNG~...

...Jangan lupa jejaknya, ya 💜💜...

BAB 3 : Cemburu

Meskipun suka bolos saat ada kelas yang tidak disukai, tetapi ini adalah kali pertama Nada diusir dari dalam kelas oleh seorang dosen. Seharusnya dia sudah paham dengan peraturan saat berada dalam kelas Dosen kulkas itu. Namun, karena tergoda dengan galeri foto dosen kulkas itu membuat Nada melupakan peraturan yang ada, dimana dosen kulkas tidak menyukai mahasiswa yang tidak bersungguh-sungguh saat mengikuti kelasnya. Bahkan dosen kulkas itu tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan dari kelas yang sedang berlangsung, contohnya seperti dirinya saat ini yang baru saja diusir keluar dosen kulkas yang tak adalah calon suaminya.

Duduk di taman seorang diri membuat Nada merasa jenuh dan bosan. Karena sedang kesal dia pun melempar kerikil ke sembarang arah. Namun, siapa yang menyangka kerikil yang dilemparnya mengenai kepala seseorang.

tuuukkk

Seorang pria yang sedang lewat di depan Nada mengaduh merasakan sakit di kepalanya. "Aduh," serunya.

Pria dengan kacamata tebal itu langsung menoleh ke kanan kiri untuk mencari seseorang yang telah melempar kepalanya. Saat memastikan hanya ada satu orang, pria itu yakin jika dialah pelakunya. Pria yang mendapat julukan pria terculun di kampusnya itu langsung melebarkan senyum di bibirnya saat melihat Nada sedang duduk seorang diri. Terlebih saat melihat pergerakan tangan Nada yang sama melemparkan batu kerikil, pria itu langsung berjalan untuk mendekat.

Panggil saja Ucup. Pria yang memiliki nama lengkap Yusuf Alfarezi adalah salah satu dari sekian mahasiswa yang menyukai Nada sejak pertama kali bertemu 1 tahun lalu. Namun, karena mereka beda fakultas sehingga keduanya jarang bisa bertemu. Dan kali ini adalah nasib keberuntungan bagi Ucup yang bisa bertemu dengan Nada.

"Haii!" Ucup menyapa Nada yang hendak melemparkan kerikil yang ada di tangannya.

Mendengar sebuah sapaan, Nada langsung mendongak untuk melihat siapa yang sedang menyapanya. Seorang pria dengan rambut klimis, kacamata tebal serta beberapa buku yang sedang dipeluk sedang tersenyum lebar kearahnya.

"Astaghfirullahaladzim ... " Nada langsung mengelus dada karena sangat terkejut dengan kedatangan Ucup.

Kedua alis Nada langsung menaut saat Ucup melambaikan tangan padanya "Nih, aku kembaliin baru kerikil kamu. Tadi kena kepalaku!" Ucap langsung memberikan batu kerikil yang baru saja mengenai.

Nada masih tercengang dengan ucapan Ucup. Bahkan terasa sulit untuk ingin menelan ludahnya.

"Haii!" Ucup melambaikan kembali tangannya di depan wajah Nada agar wanita itu tersadar. "Kamu kenapa?" tanyanya lagi.

Saat itu juga Nada berusaha untuk menetralkan diri dan langsung mengambil batu kerikil yang telah Ucup.

"Maaf tadi aku gak sengaja," sesal Nada.

"Iya. Enggak apa-apa kok. Kamu lagi sedih ya? Apa sedang ada masalah?" Ucup memberikan diri untuk bertanya lebih.

Nada membuang napas kasarnya. Sebenarnya dia sedang merasa kesal dengan dosen kulkas yang baru saja mengusirnya, dari dalam kelas. "Aku enggak ada ada masalah apa-apa kok. Hanya saja Aku sedang kesal karena baru saja diusir sama dosen kulkas itu," ucap Nada dengan lemah.

"Yang sabar ya. Pak Arsha memang seperti itu orangnya. Dia sangat tegas dan disiplin. Apakah kamu baru saja melakukan sebuah kesalahan sehingga kamu diusir dari kelasnya?" tanya Ucup yang sudah tahu siapa itu dosen kulkas. Hampir semua mahasiswa tidak asing lagi dengan kata dosen kulkas karena memang julukan itu sudah di sah kan hanya untuk memanggil dosen Shaka.

Kini dua orang itu telah duduk bersebelahan. Hanya beralaskan rumput dua orang itu saling bercerita. Ya, meksipun pada awalnya Nada merasa canggung, tetapi lama-lama juga biasa saja.

"Nad, aku boleh enggak minta tanda tangan kamu?" Tiba-tiba Ucup menyodorkan sebuah buku kepada Nada.

Nada langsung mengernyitkan dahinya. "Hah? Untuk apa? Aku bukan artis!" seru Nada.

"Buat koleksi aja. Aku juga ngumpulin tanda tangannya temen-temen yang lainnya kok."

"Astaga ... ada ya orang kayak kamu yang punya hobi ngumpulin tanda tangan. Aku pikir cuma hobi baca aja, sih." Nada pun langsung mengambil buku yang telah disodorkan kepadanya dan segera membubuhkan tanda tangan. "Kamu aneh, deh!"

Dari jarak jauh, sepasang mata sedang memantau Nada yang sedang berbincang dengan seseorang. Tentu saja hatinya terasa panas, meskipun pria yang sedang bersama dengan Nada tidaklah sebanding dengan dirinya.

"Selera apa seperti itu! Kucing aja gak tertarik untuk menatapnya. Apakah mata Nada sudah rabun?" Shaka menggerutu dari balik jendela yang bisa melihat dengan jelas Nada sedang tertawa bersama seorang mahasiswa culun.

"Pantas saja dia tidak memprotes saat dikeluarkan dari kelas, ternyata sudah punya janji dengan pria lain. Parah, ini gak bisa dibiarin!" Hati Shaka terasa terpanggang saat melihat Nada bersama dengan pria lain, selain dirinya.

Shaka berlari kecil untuk menuju ke taman dimana Nada berada. Dia tidak peduli dengan beberapa mata mahasiswa yang sedang tertuju pada dirinya, karena saat ini dia harus mengambil Nada dari pria culun itu.

"Hkmmm." Suara deheman membuat dua orang yang sedang asyik bercerita langsung terdiam. Dan betapa terkejutnya kedua orang itu saat melihat orang yang sedang dibahas tiba-tiba muncul begitu saja di depan mereka.

"Bagus ya, bukannya merasa bersalah karena sudah melakukan kesalahan malah seru-seruan pacaran disini ya." Shaka langsung melayangkan sindiran pada Nada.

Mata Nada langsung membulat dengan lebar. Begitu juga dengan Ucup.

"Maaf Pak, kami enggak pacaran. Saya hanya sedang menghibur Nada yang sedang bersedih saja, Pak." Ucup langsung pasang badan untuk melindungi Nada.

"Terus kenapa pakai ketawa-ketawa segala!" protes Shaka.

"Ya namanya juga lagi dihibur ya ketawa, lah Pak. Iya kali dihibur malah nangis," celetuk Nada.

Karena sedang dibakar dengan api cemburu, Shaka tidak bisa mengontrol kekesalannya saat melihat Nada bersama dengan pria lain, hingga dia terjebak sendiri dengan pertanyaannya.

"Dasar aneh!" Nada mengejek Shaka. "Mending kita cari tempat lain aja buat ghibah, Cup!" kata Nada pada Ucup.

Ucup sebenarnya merasa takut jika sedang berhadapan dengan dosen kulkas itu, tetapi dia mencoba untuk biasa saja demi menjaga imagenya kepada Nada.

"Kamu gak boleh kemana-mana! Ikut ke ruangku. Urusan kita belum selesai!"

Mata Nada lagi-lagi harus mendelik saat mendengar ucapan Shaka. "Urusan apa lagi, Pak?"

"Kamu nanyak? Sini biar aku kasih tahu warga kampus jika kamu itu adalah—" Belum sempat Shaka melanjutkan ucapannya Nada sudah memotongnya.

"Iya iya .... saya ke ruangan bapak sekarang. Puas!" Dengan rasa kesal, Nada pun mengikuti langkah Shaka untuk menuju ke ruangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!