Venna pulang ke rumah orangtuanya dalam keadaan kacau. Ia menahan perih pada bagian intinya dengan baju terkoyak hampir setengah telanjang. Beruntunglah ia membawa mobil sendiri, sehingga tidak ada orang yang melihat penampilannya yang acak-acakan.
Sepanjang jalan ia hanya menangis sambil mengingat kembali kejadian yang sangat menjijikkan saat tubuhnya digerayangi oleh pria yang tidak di kenal yang memperkosa dirinya di dalam mobil pria itu, lalu meninggalkannya begitu saja di tempat parkir persis di sebelah mobilnya.
Wajah laki-laki itu tidak begitu jelas dalam penglihatannya karena keadaannya sangat gelap saat itu. Walaupun begitu dari aroma parfum pria itu tergolong parfum mahal yang mengalahkan bau alkohol pada mulut pria itu yang menciumnya secara brutal.
"Aaakkkkk....!" Pekik Venna sambil mengendarai mobilnya. Rasa jijik dan marah bahkan ia membenci dirinya sendiri karena tidak bisa melawan pria itu. Venna hanya bisa menangis sepanjang jalan mengenang mimpi buruk barusan yang ingin ia hentikan tapi tidak bisa.
Setibanya di rumah, kedua orangtuanya yang sedang menunggunya karena putri mereka belum juga pulang langsung mengucapkan syukur dan menyambut Venna. Venna melihat kedua orangtuanya yang sedang berdiri di depan mobilnya menunggu gadis ini keluar dari mobilnya.
Karena merasa malu dengan tubuhnya yang setengah telanjang, membuat Venna enggan untuk turun. Ayahnya menggedor kaca jendela mobil itu untuk meminta putrinya turun. Venna hanya membuka jendela kacanya sedikit.
"Venna ....! Kenapa kamu tidak turun, sayang?"
"Aku ingin bicara dengan ibu, ayah." Ucap Venna lirih.
"Ibu...! Putrimu ingin bicara denganmu." Ucap Tuan Grayson pada istrinya.
Nyonya Venny menghampiri putrinya dan melihat wajah Vena sedikit memar dengan bibir bengkak membuat matanya melebar." Venna! Apa yang terjadi padamu, sayang?" Tanya nyonya Venny panik.
"Tolong ambilkan Venna kain atau apapun ibu untuk menutupi tubuh Venna!" Pinta Venna dan nyonya Venny meminta pelayan mengambil selimut tipis untuk putrinya.
Tidak lama pelayan itu datang memberikan selimut yang dibutuhkan Venna. Gadis malang itu turun dari mobil menutupi seluruh tubuhnya sambil dipeluk sang ibu. Tuan Grey terlihat bingung dengan sikap putrinya.
"Ada apa ini? Kenapa kamu menutupi tubuhmu dan juga wajahmu, Vena?" Bentak tuan Grayson.
"Venna diperkosa ayah!" Ucap Venna dengan bibir bergetar karena masih terlihat syok.
Duarrr....
Wajah kedua orangtuanya tidak terlihat baik-baik saja. Bagai diledakkan bom di hadapan mereka saat ini, putri mereka satu-satunya diperkosa dan mereka belum mengetahui kronologinya.
"Siapa yang memperkosamu?" Selidik tuan Grayson.
Venna menggelengkan kepalanya karena tidak tahu apapun tentang laki-laki itu. Ingatannya tidak bisa terlepas dengan penyerangan yang dilakukan pria itu pada tubuhnya saat ia hendak masuk ke mobilnya.
"Venna.....! Katakan kepada ayah! Siapa orang itu?" Teriak tuan Grayson dengan amarah yang tidak bisa di kendalikan hingga ingin menampar putrinya yang langsung pingsan.
"Ayah ...! Putrimu dalam keadaan kalut, kenapa kamu malah membentaknya?" Bentak nyonya Venny sambil menahan tubuh putrinya.
Tuan Grayson menggendong tubuh putrinya dan membawa ke kamar Venna. Nyonya Venny segera memanggil dokter untuk memeriksa keadaan putrinya. Dalam beberapa menit kemudian dokter datang dan memeriksa keadaan Venna di temani ibunya.
"Putri anda mengalami trauma berat usai di perkosa. Jangan menanyakan apapun padanya karena ia bisa kehilangan akal sehatnya. Saat ini jiwanya sangat terguncang." Ucap dokter Nih Luh.
Saat ini kedua orangtuanya Venna sedang berlibur di Bali merayakan keberhasilan putrinya yang sudah meraih gelar sarjana hukum di Amerika. Tuan Grayson adalah pria keturunan Perancis dengan ibunya asli Bali. Ia menikah dengan nyonya Venna yang merupakan wanita Indonesia tulen. Putri mereka bernama Vena mewarisi darah Perancis dengan mata biru dan kulit putih bersih.
Wajah Venna yang sangat cantik membuat para pria sangat mengaguminya. Namun sayang Venna yang terlalu jual mahal yang tidak ingin berpacaran dengan laki-laki jika itu tidak sesuai dengan karakter seperti ayahnya yang juga merupakan seorang mafia.
Tuan Grey merasa serba salah saat ini. Jika ia melibatkan polisi, maka aib putrinya akan terbongkar dan itu akan berpengaruh pada perusahaannya yang akan mendatangkan banyak awak media.
Tuan Grey memilih untuk menyelidiki sendiri kasus pemerkosaan putrinya dengan menyewa detektif handal untuk menemukan pelaku pemerkosaan itu di lokasi kejadian tempat Venna di perkosa. Satu-satunya petunjuk adalah memeriksa CCTV di lokasi tersebut untuk menangkap pelaku.
"Aku akan membayarmu mahal jika kamu bisa menemukan pelaku itu dan aku sendiri yang akan membunuhnya." Titah tuan Grayson.
"Baik Tuan." Ucap detektif Felix.
"Tapi ingat! Tutup mulutmu dan jangan sampai orang di luar tahu tentang kasus putriku. Ini uang mukanya untukmu. Jika kamu tidak berhasil mengungkap kasus ini untuk menemukan pelakunya, aku tidak akan membayar sisanya." Imbuh Tuan Grayson.
"Terimakasih Tuan! Saya permisi." Ucap detektif Felix beranjak pergi dari restoran tempat mereka bertemu.
...----------------...
Keadaan Venna makin hari makin memprihatinkan. Ia lebih banyak diam dan tenggelam dalam pikirannya yang hampa. Kadang pembicaraannya dengan sang ibu atau pelayan mulai tidak nyambung. Kadang ia berteriak sendiri saat membayangi lagi malam sial itu.
"Pergi...! Jauhi aku..! Lepaskan aku! Jangan menyentuhku...! Jangan...! Aku mohon..! Ambil ini!" Venna membuka arlojinya dan memberikan kepada pria tampan yang terus menarik tubuhnya.
"Aku tidak butuh benda mewah darimu, sayang! Yang aku butuhkan hanya kamu, tubuhmu sangat harum! aku menyukainya." Ucap pria itu lalu membungkam mulut Venna dengan memagut bibir gadis itu."
"Lepaskan....! Lepaskan...! Jangannnn!" Pekik Venna saat pria itu berhasil merenggut kesuciannya.
"Venna....! Venna...!" nyonya Venny berusaha menenangkan putrinya yang terus berteriak saat adegan menyakitkan itu menghampiri pikirannya kala gadis ini termenung.
"Ya Tuhan ..! Kenapa harus berakhir seperti ini. Dosa apa yang sudah aku lakukan hingga putriku mengalami kejadian buruk seperti ini?"
"Ayah...! Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan pada putri kita kalau dia tidak boleh berobat di rumah sakit dengan dokter psikiater." Keluh nyonya Venny.
"Putriku tidak gila, ibu! Putriku hanya tertekan." Ucap tuan Gray.
"Ya lama-lama bisa gila kalau kita terus mendiamkannya, ayah. Lakukan sesuatu agar putriku bisa sembuh. Ini sudah dua pekan dan keadaannya makin memprihatinkan." Desak nyonya Venny sambil memohon pada suaminya yang terlalu menjaga reputasi nya.
"Baiklah. Kalau begitu kita akan membawa dia ke tempat orang tuaku di Perancis. Aku tidak ingin putriku di rawat di Bali maupun di Jakarta." Ungkap tuan Gray.
"Nyonya Venny menerima apa saja yang di kehendaki suaminya yang jelas ia ingin putrinya sembuh.
Venna bisa tenang jika ia diberi obat tidur oleh ibunya karena Venna sulit untuk memejamkan matanya. Jika tidak diberikan obat tidur, putrinya akan terus mengingat kejadian yang menyakitkan dirinya di malam kejadian naas itu.
Dua hari kemudian, tuan Gray bertolak ke Paris Perancis untuk mengobati putrinya di negara kakek moyangnya itu. Sebenarnya, ia bisa saja berobat di Jakarta, namun ia tidak mau aib keluarganya terendus para pencari berita itu.
Venna menempati rumah besar Oma dan opa nya yang saat ini sudah berusia 65 tahun. Wajah Venna terlihat makin pucat karena sulit memejamkan matanya. Setiap kali memejamkan mata, mimpi buruk itu kembali menyapa. Hanya obat tidur yang bisa membuatnya tertidur.
Pagi itu nyonya Venny menyuapi putrinya sarapan. Venna merasakan sesuatu di makanan yang membuatnya tidak enak untuk menelannya. Ia bergegas masuk ke bathroom untuk memuntahkan lagi makanannya ke kloset.
Nyonya Venny merasa sudah tidak enak saat ini. Perasaannya mengatakan kalau putrinya mungkin sedang hamil. Ia segera menghubungi dokter untuk memeriksa keadaan putrinya untuk memastikan kecurigaannya.
Venna ditangani langsung oleh dokter spesialis kandungan dan ternyata apa yang dicurigai ibunya adalah kebenaran." Selamat nyonya..! Putri anda sedang hamil. Usia kandungannya sudah delapan Minggu."
Duarrrr....
"Tidak...! Aku tidak mau hamil. Keluarkan bayi ini. Aku tidak mau hamil anak bajingan itu. Aku tidak mau hamilll..!" Pekik Venna sambil membentur kepalanya ke tembok.
"Sayang...! Sayang..! Dengarkan ibu! kita akan mengugurkan nya. Jangan sakiti dirimu lagi. Kamu mengerti, hmm?" Nyonya Venny menenangkan putrinya.
Sementara hatinya sendiri sangat hancur. Dokter yang melihat itu merasa sangat bingung dengan dengan 8bu dan anak itu." Kenapa harus diaborsi? Apakah kekasihnya tidak mau bertanggungjawab?"
"Masalahnya putriku hamil karena diperkosa, dokter. Aku mohon tolong lakukan aborsi janinnya. Kami tidak bisa menerima aib ini." Pinta nyonya Venny membuat dokter merasa sangat kebingungan.
Jika menjadi ibu dari Venna atau Venna sendiri, perempuan manapun menolak hamil dari hasil perkosaan, tapi nyawa pasti menjadi taruhannya." Baiklah nyonya, saya akan membantu anda tapi, kita harus melakukan beberapa pemeriksaan medis apakah putri anda mengalami penyakit bawaan atau apapun yang bisa mengancam nyawanya." Pukas dokter Gabriel.
"Tolong lakukan yang terbaik dokter! Putriku sudah sangat depresi. Aku tidak mau putriku jadi gila." Nyonya Venny menangis meratapi nasib putrinya.
Tiga hari kemudian, dokter Gabriel mempersiapkan segalanya untuk melakukan aborsi pada janin Venna. Tapi sebelumnya itu, dokter Gabriel melakukan pemeriksaan secara mendetail pada tubuh Venna dan hasilnya sangat mengejutkan dokter Gabriel jika Venna menderita gagal jantung.
Dokter Gabriel menemui lagi Keluarga Venna dan menceritakan keadaan Venna membuat kedua orangtuanya Venna sangat syok masalahnya kehamilan Venna bukan hanya satu bayi tapi bayi kembar.
"Maafkan saya nyonya! Saya tidak bisa melakukannya karena ini menyangkut nyawa pasien. Kita terpaksa memantau kehamilannya dan juga kesehatan jantungnya sekaligus."
"Astaga...! Bagaimana ini, ayah! Venna pasti makin tertekan jika kandungnya dibiarkan tumbuh dalam rahimnya sampai anak ini lahir." Keluh nyonya Venny pada suaminya.
"Mungkin ini sudah bagian dari takdir Venna, ibu! Sebaiknya kita terima saja anak yang dikandungnya Venna atau kita akan kehilangan putri kita." Ucap tuan Gray membuat nyonya Venna makin hancur.
Keduanya sama-sama tenggelam dalam lamunan mereka sambil memperhatikan Venna yang sedang tertidur pulas karena pengaruh obat penenang.
Beberapa jam kemudian, Venna mulai mengerjapkan matanya. Ia menatap wajah ibunya dan ingin menanyakan sesuatu yang menyangkut kehamilannya.
"Apakah mereka sudah membuang iblis di dalam tubuh ku, ibu?" Tanya Venna.
"Sayang...! Jantungmu tidak cukup kuat untuk melakukan aborsi. Jika ibu nekat, maka kami juga akan kehilanganmu, nak. Apa lagi kamu mengandung bayi kembar yang akan membuat nyawamu terancam."
"Lebih baik aku mati ibu dari pada harus menanggung malu seperti ini dan anak-anak ini akan terus mengingatkan aku pada bajingan itu." Gumam Venna merasakan perutnya yang sedikit kelihatan membuncit.
"Ayo kita pulang sayang. Cobalah menerima keadaan ini, Venna! Kita akan menyerahkan bayi ini pada panti asuhan. Setelah itu kamu bisa melanjutkan hidupmu lagi sebagai pengacara handal." Ujar tuan Gray dengan entengnya.
Venna memejamkan matanya merasakan kehidupan dalam dirinya adalah benih bajingan yang tidak mau meninggalkan pikirannya.
"Tidak...! Aku tidak menginginkan anak kembar ini. Aku tidak mau bajingan itu mengetahui aku punya anak darinya. Bagaimana caranya aku membunuh mereka?" Venna terlihat gelisah.
Sepanjang perjalanan ia hanya mengulangi setiap adegan pemerkosaan itu. Entah bagaimana caranya agar ia bisa terbebas dari bayangan lelaki itu saat ini." Apakah aku bunuh diri saja, untuk mengakhiri penderitaan ku dengan dua iblis di dalam tubuhku ini?" Geram Venna dengan setumpuk rencana peliknya.
Nyonya Venny menggenggam tangan putrinya yang terlihat tenggelam dalam pikirannya sendiri." Venna...! Ada ibu dan ayah yang selalu mendukungmu. Jangan takut untuk menghadapi hidup. Masih banyak laki-laki diluar sana yang akan menerima keadaan mu, nak."
"Keadaan yang mana ibu? Pria yang mana yang mau dengan gadis bekas diperkosa orang lain? Apakah aku harus memaksakan diriku untuk menerima mereka karena mereka tertarik dengan hidupku yang naas ini? Mereka hanya mempermainkan aku ibu. Yang gadis saja mereka bisa mengkhianati apalagi. gadis yang sudah cacat statusnya, Bu." Keluh Venna.
"Jangan pesimis begitu sayang. Tuhan maha adil. Ia tidak akan membiarkan hambaNya menderita seumur hidupnya."
"Mengapa ibu bicara dengan sudut pandang ibu saja? Mengapa tidak mau merasakan kesakitan yang aku alami?"
"Terus ibu harus bagaimana nak?"
"Ijinkan aku mati. Bu!" Ucap Venna seraya membuka pintu mobil ingin melompat dari mobil saat mobil sedang melaju dalam kecepatan tinggi.
Sontak saja sang sopir gelagapan melihat keadaan itu hingga mobil berjalan secara zikzak dan terlihat oleng membuat nyonya Venna menarik baju putrinya.
"Vennaaaaa.....! Jangannnn....!"
"Lepaskan ibuuuu.....! Biarkan Venna mati ibu ..!" Pekik Venna yang ingin melompat
"Venna...! Jangan sayang...!" Teriak tuan Gray panik.
Sang sopir memelankan laju kendaraannya lalu menepi di jalan dengan menginjak sekencang mungkin. Sementara nyonya Venny berhasil mencengkram leher putrinya dengan lengannya seperti gaya sandera agar tangan Venna bisa melepaskan pintu geser mobil itu.
Mobil itu berhasil berhenti dengan keadaan wajah sang penumpang menegang lagi pucat. Nafas mereka terengah-engah disertai tubuh gemetar karena syok berat. Tapi tidak pada Venna yang terlihat depresi berat.
Tuan Gray yang tadi duduk di depan bersama sopir pindah ke jok belakang mengapit putrinya agar Venna tidak nekat lagi untuk bunuh diri.
"Venna...! sadar sayang..! Tolong jangan lakukan itu! Cobalah terima keadaan ini. Berpikirlah secara hukum jika kamu sebagai pengacara yang menghadapi klien mu yang mengalami kasus yang sama denganmu. Apa yang kamu lakukan untuk menenangkan dirinya sambil mencari pelaku pemerkosaan itu?" Imbuh tuan Gray.
"Ayah...! Aku hanya belajar teorinya. Aku tidak tahu rasanya sesakit ini menghadapi keadaan ini." Batin Venna tanpa ingin mengungkapkan kepada ayahnya.
Tuan Gray hanya bisa memeluk putrinya itu. Ia berniat untuk mengirim putrinya ke rumah sakit jiwa untuk ditangani kejiwaan putrinya secara serius sebelum Venna benar-benar sakit jiwa atau gila.
Berjalannya waktu, usia kandungannya Venna memasuki tiga bulan membuat gadis ini masih berusaha melukai dirinya sendiri. Sang ibu yang tidak pernah sedikitpun meninggalkan dirinya, membuat Venna tidak bisa mengakhiri hidupnya.
Sekarang Venna mulai berbincang sendiri dan kerap tertawa sendirian. Selebihnya ia mulai meracau tidak karuan makin membuat nyonya Venny ikut setress. Seperti malam itu, nyonya Venny yang sedang menemani Venna tidur di kamar gadis itu, di kejutkan dengan suara pot bunga yang ada di balkon itu jatuh. Rupanya Venna sedang berusaha bunuh diri untuk melompat dari balkon.
"Venna...!" Sentak nyonya Venny saat melihat tempat tidur Venna sudah kosong.
Nyonya Venny berteriak histeris melihat Venna hendak menjatuhkan dirinya, membuat Venna ikut tersentak hingga ia mengurungkan niatnya untuk lompat.
"Pergi.....! Pergi kalian semua! Jangan dekati aku...!" Pekik Venna yang sudah tidak mengenali orangtuanya.
"Venna! Ini ibu sayang. Jika kamu mati, ayo kita mati bersama, nak. Ibu tidak sanggup hidup tanpamu di dunia ini. Tujuan hidup ibu hanya karena mu. Jadi, ibu mohon jangan melompat...!" Pinta nyonya Venny sambil berlutut.
Kakinya sudah tidak cukup kuat untuk menahan tubuhnya karena syok berat. Tuan Gray dan pelayannya masuk ke kamar Venna dan mendapati gadis itu mulai lagi dengan aksinya. Ia melihat lagi ke bawah.
"Venna mau terbang seperti burung. Tidak...! seperti kelelawar itu." Tunjuk Venna menatap ke udara sambil tertawa geli.
Di saat Venna lengah seperti itu, tuan Gray menarik bad cover untuk menutupi tubuh putrinya. Usaha tuan Gray berhasil di saat Venna ingin melompat, tubuhnya sudah di tutup dengan selimut tebal itu dan ayahnya langsung memeluknya dari belakang. Nyonya Venny bernapas lega dan langsung menghubungi rumah sakit jiwa untuk menjemput putrinya.
Tuan Grey menyetujui tindakan istrinya kali ini untuk mengirim putri mereka di tempat tersebut. Karena malam hari berangkat ke rumah sakit jiwa membuat keluarga itu merasa tenang karena tidak akan ada awak media yang menyoroti keadaan putri mereka yang terlihat hamil besar saat ini. Di dalam mobil ambulans itu, Venna sudah diberikan obat penenang agar gadis ini bisa tidur.
Keesokan harinya, Venna bangun dengan tubuh yang sudah mengenakan jaket penahan kedua tangannya yang sudah tidak bisa bergerak. Dokter Claire menangani pasiennya yang terlihat gelisah dengan mengajak gadis cantik dengan tubuh jenjang dan bermata biru ini untuk mengobrol. Venna tidak terlalu mengusai bahasa Perancis.
Akhirnya dokter Claire menggunakan bahasa Inggris." Apakah kamu mau berkenalan denganku, nona?"
"Aku siapa...?" Tanya Venna lagi.
"Apakah kamu tahu saat ini kamu hamil?"
"Hamil...? Aku hamil..? Tidak.....! Aku tidak hamil. Aku tidak mau hamil." Pekik Venna.
"Baiklah. Tenangkan dirimu Venna. Perkenalkan namaku dokter Claire dan ada dua temanku lagi yang akan mengobati kamu." Ucap dokter Claire yang merupakan dokter psikiater.
"Lihat bandulan ini, Venna! Dia akan membuat kamu mengantuk tapi tidak membuat kamu tidur. Aku akan mengajak kamu untuk mengingat sesuatu di bawah alam sadar mu. Jawablah pertanyaan ku dan jangan merasa tersiksa. Cobalah mengenali wajah orang yang telah menyakiti mu itu." Pinta dokter Claire.
Dalam dua menit, Venna akhirnya terhipnotis oleh dokter Claire. Keduanya saling memperkenalkan diri dan dokter Claire mulai menanyakan bagaimana pemerkosaan itu terjadi pada Vena.
"Ke mana kamu sebelumnya saat pemerkosaan itu terjadi Venna?"
"Aku ke rumah temanku yang saat itu sedang berulang tahun. Saat sudah larut malam aku pamit pulang. Dalam perjalanan aku berpikir untuk menonton film midnight karena ku pikir pasti sudah sepi.
Film usai aku menuju tempat parkir yang tertinggal beberapa mobil di sana. Saat hendak masuk ke mobilku, tiba-tiba ada seseorang yang menarik tubuhku sambil membekap mulutku dan masuk ke mobilnya.
Ia dengan tega mengoyak bajuku dan mengangkat rokku lalu merenggut kesucianku dengan begitu garang membuat aku sempat pingsan."
"Apakah ada sesuatu yang hilang dari tubuhmu seperti perhiasan mungkin?"
"Ada."
"Apa itu..?"
"Arloji."
"Apakah ada tanda kepemilikan arloji itu?"
"Ada tulisan namaku dibelakangnya, Venna. Itu hadiah dari ayah saat usiaku 17 tahun."
" Berapa usiamu sekarang ini Venna?"
"Dua puluh satu tahun."
"Apakah kamu ingat wajah pria itu?"
"Wajahnya tidak jelas namun aku hanya ingat aroma parfumnya. Hanya orang-orang terkaya memakai parfum mahal itu." Lanjut Venna.
"Cobalah mengingat pria itu Venna. Entah mata, hidung, bibir atau apapun yang bisa kamu ingat darinya!"
Venna kembali lagi mengembara ke dalam ingatannya. Ia berusaha mengingat wajah pria itu namun sangat sulit. Tapi, ia bisa mengenali suara pria itu andai saja bisa dipertemukan kembali.
"Apakah kamu tidak ingat apapun, sayang?" Tanya Claire yang jauh lebih tua tujuh tahun dari usia Venna.
"Aku tidak mengingatnya sama sekali, dokter."
Venna mulai berkeringat dingin. Ia terlihat kembali gelisah membuat dokter Claire segera menyadarkan gadis malang itu.
"Baiklah Venna! Kalau begitu pengobatan kita cukup hari ini saja. Dua hari lagi kita akan bertemu lagi." Ucap Claire.
Venna yang sudah sadar kembali lagi menatap nanar wajah Claire yang terlihat sangat cantik." Kamu dokter...?" Tanya Venna.
"Iya Venna. Aku sudah berkeluarga dan belum memiliki keturunan. Kalau kamu tidak menginginkan anakmu, aku bisa merawat mereka. Apakah kamu mau memberikan anakmu ini padaku?" Tanya Claire.
"Anak...? Anak siapa?" Tanya Venna membuat dokter Claire hanya menggelengkan kepalanya.
"Bicara dengan orang tidak waras, akan membuat aku jadi seperti mereka." Tawa kecil Claire sambil menulis laporan kesehatan Venna.
Tidak lama seorang dokter muda masuk menemui Venna. Dia adalah dokter Cristin yang merupakan dokter spesialis kandungan untuk memeriksa kandungan Venna. Dokter Claire ikut mengawasi keduanya karena takut terjadi apa-apa pada Venna karena kandungannya sudah cukup besar.
"Pastikan makanannya yang mengandung zat yang bergizi untuk pertumbuhan janinnya." Ucap dokter Cristin."
"Baik dokter terimakasih atas bantuannya."
"Kasihan gadis malang itu. Dia tidak menginginkan bayinya. Jika nanti dia sudah lahir, ia akan lebih menerima bayinya." Ucap dokter Cristin.
"Mungkin aku yang akan mengadopsi bayinya, dokter Cristin." Imbuh dokter Claire.
"Apakah keluarganya tidak mau menerimanya?"
"Sepertinya begitu. Mereka tidak mau menerima anak dari hasil perkosaan." Jelas dokter Claire.
"Kamu orang yang beruntung bisa menerima bayi kembar itu sekaligus." Canda dokter Cristin.
Tidak lama kemudian, dokter spesialis jantung, bernama Carlos masuk ke ruang rawat Venna. Dua dokter wanita sudah tidak ada lagi di ruangan itu.
Venna yang tidur membelakangi, dokter Carlos, di sapa oleh dokter tampan itu. Iapun memanggil Venna dengan sebutan nona. Saat Venna membalikkan tubuhnya, betapa kagetnya Carlos melihat wajah cantik Venna.
"Kau....?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!