"Bang kakak hari ini, kita tidak punya apa-apa hanya ada sedikit beras dan 2 butir telur untuk makan anak-anak." ucap Sekar kepada suaminya sambil menggenggam sebutir telur.
"Sabar ya nanti Abang coba keluar siapa tau ada yang membutuhkan tenaga Abang dan upahnya bisa kita belikan beras." ucap Faris sambil tersenyum getir.
Sekar hanya bisa tersenyum, kemudian ia berlalu meninggalkan suaminya yang masih duduk melihat kedua anaknya yang masih kecil sedang bermain di ruang tengah.
Sekar kemudian segera memasak sebelum ia pergi untuk bekerja. Sejak suaminya terkena PHK karena covid 19, ia menjadi tulang punggung keluarga. Semua kebutuhan hidup menjadi tanggung jawabnya.
Semua biaya hidup sehari-hari, bayar kontrakan, listrik, air dan biaya penitipan anak menjadi tanggung jawabnya. Iya harus menitipkan Naka keduanya yang masih bayi agar bisa tetap bekerja.
Sementara anaknya yang pertama terpaksa ia ajak untuk mandiri padahal ia masih duduk di bangku TK, suaminya kadang bekerja kadang juga menganggur karena ia hanya bekerja serabutan.
Kehidupan yang penuh dengan kekurangan dan biaya hidup yang terus meningkat akibat semua bahan kebutuhan pokok naik akibat dari kebijakan pemerintah yang menaikkan PPN dan mencabut subsidi BBM.
Bahkan kenaikan tersebut diumumkan setelah diumumkannya tidak ada kenaikan UMK bagi para buruh seperti Sekar.
Bantuan yang digembor-gemborkan oleh pemerintah tidak pernah Sekar rasakan sama sekali. Disaat yang lain mendapatkan bantuan dari pemerintah baik berupa sembako atau uang tunai, ia hanya bisa tersenyum pahit menerima kehidupan yang terus berjalan tanpa perduli apakah ia mendapatkan bantuan untuk makan dan membeli susu untuk anak-anaknya.
Kemiskinan memang bukan sebuah kesalahan, namun kemiskinan terkadang membuat seseorang seolah-olah atau tepatnya disalahkan oleh kehidupan yang membutuhkan harta.
Setelah selesai melakukan aktivitas di dapur, Sekar segera memandikan anaknya dan mendandaninya untuk belajar disalah satu sekolah taman kanak-kanak.
Dengan terpaksa anaknya hanya membawa bekal nasi dan telor dadar setiap hari untuk bekal sekolahnya. Sementara anaknya yang masih bayi ia titipkan ke salah satu tetangganya dengan uang jasa setiap bulannya.
Sekar tersenyum pahit, saat anaknya meminta agar ia bisa membawa bekal seperti teman-temannya yang lain. Bisa menabung dan bahkan bisa membeli jajanan yang dijual di sekitar sekolahnya.
"Kak ayo kita berangkat, nanti terlambat sekolahnya." ucap Sekar sambil menggandeng tangan anaknya pergi ke sekolah sekalian ia berangkat bekerja.
Sementara suaminya lebih dulu pergi keluar untuk mencari pekerjaan atau mungkin ada yang membutuhkan tenaganya dengan imbalan seadanya.
"Bu, nanti kalau ibu sudah gajian kakak belikan ayam goreng ya Bu." ucap Farel sambil menatap Sekar dengan penuh harap.
"Iya sayang, sekarang kakak bawa bekal telor dadar dulu seperti biasanya nanti kalau ibu sudah gajian kita beli ayam goreng." jawab Sekar sambil mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih.
"Hore ! nanti beliin dua ya Bu ayam goreng kayak punya Upin dan Ipin itu." ucap Farel dengan gembira.
Setelah Sekar memastikan anaknya masuk kedalam kelas, ia segera berlari menuju ke perusahaan tempat ia mengais rezeki, ia setiap hari pergi bekerja dengan berlari agar tidak terlambat masuk bekerja.
Sekar tidak pernah menghiraukan pandangan orang yang selalu melihatnya sebelah mata, karena ia satu-satunya karyawan yang pergi bekerja dengan berjalan kaki.
Selama ia bisa bekerja ia rela jika harus pulang pergi berjalan kaki, bukannya ia tidak ingin pergi bekerja dengan menggunakan sepeda atau motor, apalah daya ia tak mampu untuk membelinya.
Bisa makan tanpa berhutang ke warung saja sudah cukup bagi Sekar. Ia dan suaminya harus rela menahan lapar demi kedua anaknya yang masih membutuhkan makan dan juga susu.
Terkadang ia merasa iri, karena tetangganya yang kehidupannya jauh lebih baik dari keluarganya, mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Namun lagi-lagi rasa itu harus ia telan, karena takdir memaksanya harus bisa mencukupi kebutuhan keluarganya tanpa bantuan dari siapapun termasuk dari pemerintah.
Ketika ia berfikir untuk bertanya mengapa ia tidak pernah mendapatkan bantuan apapun, pasti ketua RT atau RW selalu mengatakan bahwa data para penerima bantuan itu berasal dari pusat.
Saat Sekar sedang sibuk bekerja, ia mendapatkan kabar dari staf pengawasnya bahwa suaminya mengalami sebuah kecelakaan dan sedang salam perjalan ke rumah sakit.
Ia buru-buru meminta ijin dan segera menuju rumah sakit tempat suaminya mendapatkan perawatan. Dengan cepat ia menemui suaminya.
"Bang apa yang terjadi ? Dan bagaimana kondisi Abang?." tanya Sekar.
"Abang baik baik saja, hanya kaki Abang saja yang terluka." jawab Faris.
"Permisi ibu, tolong segera selesaikan administrasinya untuk mendapatkan perawatan selanjutnya dan agar kami bisa segera memindahkan pasien ke ruang perawatan." ucap salah seorang perawat dengan ramah.
"Baik saya akan mengurus administrasinya." jawab Sekar.
Ia segera berjalan meninggalkan Faris untuk mengurus semua administrasi, namun Faris segera memanggil Sekar sebelum ia keluar dari pintu.
"Sekar tunggu !." ucap Faris.
Sekar berjalan menghampiri suaminya. Ia kemudian membantu sang suami yang berusaha untuk duduk dengan susah payah.
"Ada apa bang ? jika memerlukan sesuatu biar Sekar bantu." ucap Sekar.
" Sekar nanti kita pulang saja, Abang tidak apa-apa masalah luka nanti kita obati di rumah saja. Pakai obat dari warung atau obat tradisional saja." ucap Faris sambil menahan rasa sakitnya.
"Tapi bang, jika Abang tidak diobati nanti bagaimana ?." tanya Sekar dengan meneteskan air mata.
"Tidak akan terjadi apa-apa. Jika kita memaksa tetap tinggal di sini bagaimana biayanya ? bagaimana dengan anak-anak ?."
"Untuk biaya saat ini saja Abang tidak punya uang. Lebih baik kita pulang saja, itu akan lebih baik." ucap Faris sambil mengusap air mata istrinya.
"Iya bang, saat ini kita tidak punya uang." jawab Sekar dengan tersenyum pahit menerima keadaan yang ia hadapi.
"Ya sudah bang, aku mau keluar untuk mencari pinjaman di perusahaan, siapa tau bisa dan kita segera bisa pulang." ucap Sekar segera berlalu meninggalkan suaminya tanpa menunggu jawaban sang suami.
Ia segera kembali ke perusahaannya dengan harapan mendapatkan bantuan atau pinjaman untuk biaya suaminya di rumah sakit.
Namun kenyataan pahit lagi-lagi harus ia terima, karena perusahaan tempat ia bekerja tidak bisa membantu kesulitan yang di hadapinya.
Ia hanya mendapatkan saran dari salah satu personalia untuk meminjam disalah satu aplikasi pinjaman online. Karena dalam aplikasi tersebut kita bisa meminjam sejumlah uang hanya dengan menggunakan KTP saja serta prosesnya sangat mudah dan hanya dalam hitungan menit uang tersebut langsung cair.
Sepanjang perjalanan Sekar memikirkan hal tersebut, karena jujur saja ia belum pernah melakukan hal itu.
Sekar menyampaikan niatnya untuk meminjam ke salah satu pinjaman online untuk membayar biaya rumah sakit suaminya. Hal itu terpaksa ia lakukan karena mereka berdua tidak mempunyai uang dan mencari pekerjaan ke orang terdekat bahkan ke perusahaan tempat ia bekerja tidak membuahkan hasil.
Sebuah kemudahan yang ditawarkan di dalam pinjaman online tentu sangat membuat orang tergiur untuk melakukan pinjaman. Hanya menggunakan KTP kemudian mengisi identitas pribadi, memasukkan nomor rekening Dann uang tersebut cair dalam waktu beberapa menit.
Sebuah kemudahan yang akan membuat seseorang menjadi ketagihan. Dan merupakan awal dari kisah kehidupan Sekar dan keluarganya. Dibalik kemudahan tersebut, ada sebuah peristiwa yang tidak mungkin Sekar lupakan seumur hidupnya.
Setelah menerima uang dari salah satu pinjaman online tersebut, Sekar segera membayar administrasi rumah sakit, dan segera membawa pulang suaminya.
Tak lupa ia menebus resep obat yang diberikan oleh dokter untuk beberapa hari, ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada suaminya, setidaknya ada obat yang sesuai untuk kesembuhan sang suami.
Setelah sampai di rumah, Sekar melanjutkan aktivitas di rumah ia ijin karena tidak tega meninggalkan sang suami dalam keadaan yang masih sangat lemah.
Sekar teringat keinginan sang anak, yang sangat menginginkan ayam goreng. Ia segera membeli beberapa potong daging ayam dan 1 kg ikan gabus. Karena kata orang ikan gabus sangat baik untuk menyembuhkan luka.
Sekar memasak dengan sangat bahagia, terbayang wajah sang buah hati yang tersenyum bahagia karena keinginannya terwujud, sebuah keinginan yang sangat sederhana bagi sebagian orang, namun hal tersebut sangat sulit untuk Sekar wujudkan.
Ya ayam goreng, mungkin adalah makanan biasa bagi sebagian orang, tetapi bagi Sekar dan keluarganya ayam goreng adalah makanan yang sangat luar biasa karena sangat mahal bagi keluarga sederhana itu.
Setelah semua siap, mereka menikmati bersama makan mewah yang ada dihadapan mereka, Farel begitu antusias menikmati ayam goreng yang selama ini sangat ia inginkan.
"Ibu, terimakasih kerena telah membuatkan ayam goreng untuk Farel. Hari ini Farel sangat bahagia karena keinginan Farel selama ini bisa terwujud. Terimakasih ibu, terimakasih ayah." ucap Farel dengan tulus.
"Iya sayang, kita jangan lupa untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan untuk kita. Jika ada sedikit rejeki nanti ibu buatkan ayam goreng lagi untuk Farel." jawab Sekar sambil tersenyum bahagia melihat kebahagiaan yang terlukis di wajah putranya.
Setelah selesai makan, Sekar segera menyiapkan obat untuk suaminya. Dengan telaten Sekar merawat suaminya, ia ikhlas dengan semua yang telah terjadi dalam kehidupan mereka.
Meskipun sang suami tidak bekerja lagi, namun Sekar tetap menghormati dan menyayangi sang suami dengan tulus.
Terkadang sebuah keadaan yang memaksa kita untuk tetap tersenyum, meskipun hati selalu menangis. Tapi kehidupan akan tetap berjalan entah kita siap atau tidak siap, entah bahagia atau menderita. Setiap manusia harus bisa melewati jalan kehidupan yang sudah menjadi suratan takdirnya.
Keesokan harinya, seperti biasanya Sekar harus bekerja, dengan terpaksa ia harus meninggalkan suaminya karena ia tidak mungkin untuk ijin lagi. Semakin sering ia ijin ia takut kehilangan pekerjaannya.
Apalagi saat ini hanya ia yang menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya sakit dan harus tetap mengkonsumsi obat untuk kesembuhannya.
Bertambah lagi beban yang harus ditanggung oleh Sekar. Biaya hidup sehari-hari, biaya sekolah, dan semua biaya kini harus ia tanggung seorang diri.
Ya begitulah kehidupan yang Sekar jalani, meskipun kodratnya ia sebagai tulang rusuk namun pada kenyataannya ia harus menjadi tulang punggung.
Hari berganti silih berganti, tak terasa koni saatnya jatuh tempo pembayaran di aplikasi pinjaman online. Gaji yang Sekar terima ia gunakan untuk membayar cicilan di pinjaman online tersebut.
Sekar menarik nafas dalam-dalam, uang yang seharusnya cukup untuk kebutuhan satu bulan kini telah berkurang untuk cicilan tersebut.
Sekar bingung harus bagaimana lagi, biaya pengobatan untuk suaminya tidak mungkin ia hentikan karena itu bisa berakibat fatal bagi kesehatan sang suami.
Sementara kebutuhan kedua anaknya juga tidak mungkin ia hentikan, biaya kontrak, biaya air dan listrik juga tidak mungkin ia hentikan. Bagaimana jadinya kehidupan mereka nantinya ?.
Sekar termenung saat semua anggota keluarga terlelap. Ia mencoba berfikir keras untuk mengatasi masalah ekonomi keluarganya.
"Apa yang harus aku lakukan ? kepada siapa aku harus mengadu semua ini ?." ucap Sekar lirih.
Ia menatap wajah kedua anaknya secara bergantian, setelah itu ia menatap wajah suaminya. Terasa perih saat membayangkan kehidupan yang ia jalani selama ini.
Seolah-olah kebahagiaan selalu menjauhinya. Sejak kecil ia hidup dalam kesederhanaan kini meskipun ia sudah bekerja namun kebahagiaan itu tetap enggan untuk menghampirinya.
Tak terasa menetes butiran-butiran bening dari sudut matanya. Kehidupan ini harus tetap ia jalani apapun yang terjadi. Ia harus tetap memenuhi semua kebutuhan keluarganya seberat apapun itu.
Tak terasa Sekar terjebur dalam lingkaran hutang pinjol, ia terpaksa melakukan gai lubang tutup lubang demi mencukupi semua kebutuhan keluarganya.
Hutang yang awalnya hanya sedikit kini semakin membukit. Karena hutang-hutang tersebut bukannya berkurang tetapi semakin bertambah.
Begitulah akhir dibalik kemudahan yang ditawarkan oleh pinjaman online, mungkin bagi sebagian orang hal itu tidak memberatkan, tetapi bagi masyarakat miskin seperti Sekar hal tersebut sebenarnya sangat memberatkan.
terlebih lagi syarat dan ketentuan yang tertulis dalam awal pinjaman dapat berubah sewaktu-waktu, tergantung dari kebijakan pinjaman online tersebut yang tidak bisa peminjam tau setiap saat, hanya pihak pemberi pinjaman yang mengetahuinya.
Kehidupan yang Sekar jalani semakin sulit, namun apa yang bisa Sekar lakukan ? ia tidak bisa melakukan apa-apa selain tetap menjalani semuanya terlepas ia mampu atau tidak kehidupan terus tetap berjalan.
Dan apakah pihak yang memberikan pinjaman online tersebut, mentolerir apa yang Sekar hadapi ? tentu saja jawabnya TIDAK !. Apapun yang terjadi dalam kehidupan Sekar, sistem pinjaman online tersebut tetap berjalan tanpa peduli dengan kesengsaraan yang Sekar alami.
Siapa yang perduli akan hal itu ? Siapa yang akan menjamin keamanan Sekar ? baik dari DC atau dari pihak yang tidak bertanggung jawab ? yang dengan senang hati memanfaatkan kelemahan yang Sekar miliki.
Adakah yang peduli ? tentu jawabannya hanya tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Sekar harus tetap membayar tagihan pinjol tersebut apapun yang terjadi.
Sebuah kemudahan yang awalnya ia terima, kini berubah seratus delapan puluh derajat. Ia seakan tercekik bahkan untuk bernafas saja begitu susah.
Sekar saat ini hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi. Ia tidak tau lagi kemana ia harus mengadu. Dan kehidupan ini terus berputar seberat apapun keadaan yang Sekar alami.
Waktu trus berganti tanpa bisa dihentikan. Hari ini tepatnya tanggal 6 Februari, Sekar mendapatkan pesan dari WhatsApp. Bahwa hari ini adalah jatuh tempo pembayaran di salah satu pinjaman online.
Namun setelah ia cek diaplikasi, tidak ada jadwal pembayaran. Sekar mengerucutkan kening. Ia mencoba berfikir bagaimana bisa ada seorang oknum yang mengatasnamakan DC dari pinjaman online dan menagih dengan kata-kata yang kasar sementara ia tidak memiliki pinjaman pada aplikasi tersebut.
Sekar mengabaikan pesan-pesan dari oknum tersebut, ia tetap fokus bekerja. Akar tidak terganggu Sekar mengaktifkan mode senyap pada ponselnya.
Setelah istirahat, Sekar segera makan siang dan segera beristirahat untuk memulihkan tenaganya agar ia bisa bekerja kembali.
Saat ia tengah beristirahat, ia mengambil ponselnya dan memeriksa pesan yang masuk. Alangkah terkejutnya Sekarang ada begitu banyak nomor tak dikenal mengirimkan pesan atau melakukan panggilan tak terjawab.
Perlahan Sekar membaca satu persatu pesan, dari nomor-nomor tak dikenal tersebut. Semua berisi kata-kata kasar, bahkan nama binatang-binatang juga tak lepas dari absen mereka.
Ancaman, dengan alasan jika tidak segera membayar tagihan tersebut maka data pribadi Sekar akan disebar luaskan bahkan pelaku ada yang mengancam dengan mengedit foto Selfi Sekar dan memasukkan ke sebuah situs porno.
Tak cukup sampai di situ semua nomor kontak yang ada di ponsel Sekar telah mereka kantongi. Sekar tak bisa berkata apa-apa lagi hanya air matanya yang menetes sebagi bukti bahwa jalan hidupnya begitu sangat berat.
Waktu menunjukkan pukul 13.00 waktu setempat. Hal itu menandakan bahwa Sekar harus kembali bekerja setelah istirahat.
Sekar menghapus air matanya, menata hatinya yang kacau dan menonaktifkan ponselnya. Untuk sementara Sekar harus meninggalkan masalah teror dari oknum-oknum yang mengatasnamakan DC dari pinjaman online.
Ia harus bisa fokus dengan pekerjaannya. Ia tidak ingin jika apa yang menimpa dirinya akan berdampak buruk terhadap pekerjaannya. Ia harus tetap bekerja demi keluarga yang berada dalam tangung jawabnya.
Sekar kembali bekerja sampai saat pulang tiba. Ia segera pulang, ia ingin segera terbebas dari semua teror dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab itu.
Seandainya bisa, ia ingin sekali mengulang kembali peristiwa yang terjadi. Seandainya bisa ia tidak ingin terjerat dalam pinjaman online ini.
Tapi alah daya semua telah terjadi, ia ingin berlari namun kemana tempat yang akan ia tuju. Apakah dengan lari semuanya akan berakhir ?.
Sekar berjalan dengan gontai, semua ucapan kasar, ancaman-ancaman, bahkan video porno yang digunakan untuk mengancam Sekar semua terbayang dengan jelas dalam ingatan Sekar.
Rasa takut, tertekan dan depresi tentu saja Sekar alami, ia sudah begitu terbebani dengan semua tanggung jawab yang ada dipundaknya. Kini bertambah berat pula bebannya dengan ancaman dan teror dari DC pinjaman online.
"Bu, apakah ibu sakit ?" tanya Farel saat melihat Sekar pulang dengan tampang yang sangat menyedihkan.
"Tidak, ibu baik-baik saja, ibu hanya merasa sangat lelah dan ingin beristirahat sebentar." jawab Sekar menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
Sekar segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu ia berbaring sejenak, berniat untuk mengurangi rasa lelah yang ia alami. Mencoba melupakan apa yang baru saja terjadi.
Dengan sabar, Farel menemani Sekar yang sedang beristirahat di kamar. Ia melihat ponsel di dekat Sekar yang berkedip-kedip karena panggilan dari seseorang.
"Bu, ponselnya berkedip mungkin ada telpon dari teman ibu." ucap Farel pelan karena takut mengganggu sang ibu.
"Iya nak biarkan saja, ibu mau beristirahat sebentar, kau pergi bermainlah di depan, nanti jika adik pulang bangunkan ibu." ucap Sekar tanpa membuka matanya.
"Baik Bu." ucap Farel kemudian berlalu meninggalkan Sekar.
Setelah Farel pergi, perlahan Sekar membuka ponselnya. Masih sama panggilan dari nomor-nomor tak dikenalnya dan begitu banyak pesan teror dan caci maki dari DC pinjol.
Sekar dimaki dan dicaci maki dengan kata-kata yang kasar, bahkan ia juga diancam akan segera menyebarkan video porno yang sudah diedit dengan foto dirinya.
Sekar berusaha tenang, ia menata hati, menarik nafas dalam-dalam kemudian ia bangkit dan membuatkan minuman untuk suaminya.
Tak lupa ia menyiapkan makan malam mereka dengan lauk seadanya. Meskipun ia berusaha melupakan masalah yang baru saja ia hadapi namun tetap saja ia tidak mampu.
Terlebih ancaman akan video porno tersebut sangat menggangu hati dan pikirannya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi suami dan para kerabat serta orang-orang terdekatnya nanti.
Tapi sekarang apa yang bisa Sekar lakukan ? ia tidak bisa berbuat banyak, karena saat ini ia benar-benar tidak mempunyai uang untuk membayar tagihan dari DC pinjol tersebut.
Jangan untuk melunasi hutang pinjol, untuk makan besok saja Sekar harus mencari terlebih dahulu baru bisa untuk makan.
Lagi-lagi Sekar hanya bisa menarik nafas dalam-dalam. Ia tidak ingin membebani pikiran Farel dan ia tidak ingin anaknya yang masih bayi terkena imbas dari semua masalah ini.
Sekar mencoba menelan semuanya sendiri, meskipun entah sampai kapan ia mampu menutupi masalah ini dari keluarganya.
Namun satu hal yang pasti, ia tidak ingin kedua anaknya terkena dampak dari hal-hal negatif terkait pinjaman online ini.
Nasi sudah menjadi bubur, tidak banyak yang bisa Sekar lakukan saat ini. Ia berharap ada sebuah keajaiban yang bisa menolong dirinya dari semua ini.
Setelah selesai menyiapkan semuanya Sekar memanggil Farel, agar menemani sang ayah makan. Sementara Sekar menjemput anaknya yang masih bayi ketempat salah satu tetangganya yang ia percaya untuk menjaga bayinya.
Seperti biasanya, setelah selesai makan Sekar menyiapkan obat-obatan untuk suaminya. Sambil menggendong anaknya.
"Ibu baik-baik saja ?." tanya Faris yang melihat wajah sang istri.
"Ibu baik baik-baik saja." jawab Sekar dengan singkat.
"Ya sudah jika ibu belum bisa berbagi. Maafkan ayah karena sampai saat ini ayah belum bisa membahagiakan kalian." ucap Faris.
Sekar hanya tersenyum menanggapi ucapan dari sang suami. Ia kemudian menemani Farel yang sedang asik mewarnai.
Sambil menemani anak-anaknya Sekar mengganjal perutnya. Ia harus tetap makan agar ia tidak sakit. Ia harus kuat demi kedua anaknya. Ia harus sehat agar bisa menjemput rezeki bagi keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.
Sekar melihat wajah kedua anaknya secara bergantian. Terbayang dimatanya bagaimana nasib kedua anaknya jika ia di penjara gara-gara tidak mampu membayar tagihan pinjol tersebut.
Tak terbayang alangkah sedih dan malunya Farel, saat ia harus melihat sang ibu menjadi seorang tahanan. Pasti ia akan menjadi bahan hinaan oleh teman-temannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!