NovelToon NovelToon

Misteri Terbunuhnya Ceo Muda

MTCM 1

Gadis cantik bernama Emily Renita yang kerap disapa Lily oleh teman-temannya, dia berkerja disebuah percetakan buku dan seorang penulis novel.

"Lily, ada tugas dari Joy buat lu! ini baca aja," kata Vanessa sembari memberikan sebuah kertas pada Lily.

Lily mulai membaca kertas itu. "Apa! gue di suruh nulis cerita horor? apa-apaan ini Joy," ucapnya. Kemudian bangkit dari meja kerjanya.

"Joy!" teriak Lily.

"Apa sih berisik jadi orang," kata Joy.

"Maksud lu apaan? nyuruh gue nulis cerita horor," kata Lily dengan kesal.

"Ly, ini project kita! kalau kamu berhasil kita bisa dapat keuntungan gede," jelas Joy.

"Enak ya lu! gue disuruh jadi temen setan, lu yang ketawa-tiwi nikmati hasil! ogah gue," sewot Lily mengerucutkan bibirnya.

"Lu, mau berkembang gak? berhasil gak? sukses gak? mikir!" ketus Joy.

"Hehehe... iya sih! gue ingin menjadi penulis novel yang terkenal. Emily Renita cantik kan nama gue," ucap Lily dengan bangga.

"Pergi sana! cari inspirasi," usir Joy.

Lily keluar dari ruangan Joy sembari bernyanyi, tiba-tiba ada buku yang terjatuh dari atas meja. Tubuh Lily berasa merinding, ia kemudian memberanikan diri mengambil buku itu.

"Catatan Harian Seorang Pengusaha, buku siapa ini? sepertinya menarik," ucapnya lalu menaruh buku itu kembali ke meja tadi.

"Gimana, lu terima tidak tawaran Joy?" tanya Vanessa masih fokus pada kerjaannya.

"Terpaksa! gue terima, gue juga ingin dapat cuan," ucap Lily.

"Nanti pulang kerja lu ikut gue," kata Vanessa.

"Terserah lu aja! gue ngikut asal bukan hantu yang ngikutin gue," kata Lily.

"Lu ngomong jangan sembarangan deh! diikuti beneran tau rasa," kata Vanessa.

Lily mencebikkan bibirnya, kemudian dia kembali ke meja kerjanya. Waktu terus berputar, tepat jam empat sore mereka meninggalkan kantor.

Lily saat ini harus meninggalkan mobilnya di kantor, karena dia harus ikut Vanessa menuju ke sebuah rumah. Vanessa mengatakan kalau Lily bisa mencari inspirasi di rumah tersebut.

"Ngapain lu bawa gue ke rumah pengusaha yang udah mati! gila lu, Van," ucap Lily.

Rumah yang begitu mewah dan besar, terlihat sangat terawat karena sangat bersih bahkan tanaman hias yang ada ditepi rumah tumbuh subur.

"Lu bisa nyari inspirasi di rumah itu, udah coba aja dulu! siapa tau ada hawa mistis nya," kata Vanessa.

"Ogah! gue ngarang cerita aja bisa, ngapain pakai uji nyali segala," protes Lily.

Vanessa mengatakan pada Lily, kalau kali ini novelnya harus menjiwai dan seperti halnya kisah nyata. Lily memikirkan ide Vanessa ada benarnya juga, biasanya orang jarang menulis genre horor dengan kisah nyata. Lily sudah mulai tertarik, kemudian dia meminta izin kepada penjaga rumah.

"Pak, rumah ini sudah lama kosong belum ya?" tanya Lily pada Pak Darto penjaga rumah itu.

Kebetulan Pak Darto sedang berada di pos penjaga depan rumah Harva, dia memang ditugaskan menjaga dan membersihkan rumah Harva.

"Sudah sekitar lima bulan, Neng. Sejak meninggalnya den Harva," jawab Pak Darto.

"Penghuni lain ada gak, Pak? terus rumahnya ada yang bersihin gak," kata Vanessa penasaran juga.

"Kalau dalam rumah saya yang selalu membersihkan, Tuan dan Nyonya tiap minggu juga datang kesini. Neng Alena juga sering ke sini," jelas Pak Darto.

"Berati gak serem dong, Van," sahut Lily.

"Heh! lu belum coba, buktikan aja dulu," kata Vanessa.

"Ada satu kamar yang tidak bisa dibuka pintunya, Neng. Kamar den Harva selalu terkunci, sudah saya coba buka gak bisa," kata Pak Darto.

"Mungkin itu Harva nunggu lu, Lily," kata Vanessa asal ngomong.

Lily dan Vanessa meminta izin untuk tinggal beberapa hari di rumah Harva, Pak Darto kemudian menelpon orang tua Harva untuk bertanya diperbolehkan atau tidak. Ternyata orang tua Harva memperbolehkan Lily tinggal disana, tetapi dilarang merusak atau merubah apapun.

"Besok aja gue kesini lagi, sekarang gak bawa peralatan apapun," ucap Lily.

"Waktu lu ngerjain novel gak banyak, Ly," kata Vanessa. Mereka berdua kemudian berpamitan untuk pulang ke rumah, karena sudah hampir petang juga.

Sampai di rumah Lily meminta izin pada tantenya, karena saat ini dia tinggal bersama tantenya yang bernama Viona dan ponakannya yang bernama Bagas.

"Tante, besok Lily ada pekerjaan jadi gak pulang. Untuk beberapa hari aja sih," ucap Lily saat berada di ruang makan, kebetulan saat ini mereka sedang makan malam.

"Udah berani nginep aja lu," sahut Bagas.

"Diam lu," kata Lily kebetulan Bagas dan Lily seumuran jadi maklum kalau mereka sering meledek atau bertengkar, tetapi banyak akurnya kok.

"Sama Marcel? nikah dulu! Tante gak kasih izin," kata Viona dengan tegas.

"Bukan, Tante! Lily mau menyelesaikan novel horor, jadi harus cari inspirasi gitu. Biar lebih greget pembacanya, honornya juga lumayan," jelas Lily. Bisa buat beli rumah," Lanjutnya.

Tidak cukup disitu saja, Viona masih memberikan pertimbangan dan pertanyaan. Dia tidak mau sampai Lily salah jalan, karena pergaulan anak remaja zaman sekarang sangat bebas. Dia tidak mau kalau sampai ponakan tercintanya terjerumus ke hal yang merugikan, dan merusak masa depannya.

"Oke! Tante kasih izin, tapi jangan disalahgunakan," kata Viona.

"Makasih, tante sayang," ucap Lily sembari memeluk Viona.

"Mah, Bagas besok juga mau camping dipinggir pantai sama Raya boleh kan," kata Bagas.

"No... no... no... ! Bagas, di rumah temani Mamah," ucap Viona lalu pergi ke kamarnya karena dia sudah selesai makan.

Bagas menatap kesal Lily yang masih makan, dia iri dengan Lily karena diberikan izin. Secara dia laki-laki tetapi kenapa tidak diberikan izin, itulah yang menjadi pertanyaan.

"Apa lu, liatin gue," kata Lily saat Bagas menatapnya.

"Gue gak diberikan izin," ucap Bagas sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Salam buat Marcel ya, Gas! gue mau ke kamar," ucap Lily kemudian meninggalkan Bagas sendiri.

Marcel adalah kekasih Lily, mereka sudah satu bulan menjalin hubungan. Marcel juga teman kerja Bagas, jadi mudah bagi Lily untuk memantau Marcel.

Pagi hari Lily bagun lebih awal, dia langsung membersihkan diri lalu bersiap pergi ke kantor. Dengan mengendarai mobilnya, Lily melaju melalui jalanan yang masih sepi kendaraan. "Untung gak kena macet," ucapnya.

Lily sebelum masuk kerja mampir dulu disebuah cafe, dia memesan satu cangkir kopi cappucino dan satu potong roti tawar.

Dia menunggu pesanannya sembari membaca buku yang dia bawa, tentunya tak lepas dari sebuah novel author terkenal favoritnya.

Di belakang ia duduk ada sepasang kekasih yang sedang sarapan pagi juga di cafe itu, keduanya seperti bersembunyi dari Lily.

"Ada pacar lu tuh," ucap seorang perempuan yang sepertinya juga mengenal Lily.

"Sayang, jangan cemburu gitu dong! aku sayangnya sama kamu, bukan dia," ucap Marcel sembari memegang tangan perempuan itu untuk menenangkan.

Lily masih fokus dengan bukunya, ia tidak menyadari keberadaan orang yang dibelakangnya.

MTCM 2

"Mbak, ini pesanannya," ucap pelayanan cafe sembari meletakkan pesanan Lily di meja.

"Makasih ya, Mbak," ucap Lily kemudian tersenyum.

Lily menoleh ke belakang, dia melihat Marcel dan Raya sedang duduk. Ia pun berdiri dari duduknya dan menuju ke tempat Marcel dan Raya yang pura-pura tidak melihatnya.

"Lily, kamu kok ada disini? kita lagi ngomongin kerjaan kok," kata Raya.

"Terserah kalian mau ngapain, gue cuma ingetin kalau Bagas lihat mampus lu," kata Lily yang sebenarnya sangat kesal kepada mereka berdua, Lily sering memergoki mereka berdua tetapi Marcel selalu mengelak.

"Sayang, kita gak ada apa-apa kok," ucap Marcel menenangkan.

Lily tersenyum tipis, lalu duduk dan menghabiskan makanannya di meja yang ada Marcel dan Raya. Mereka berdua sepertinya canggung dengan keberadaan Lily, yang tadinya berbincang-bincang berdua menjadi diam seribu bahasa.

"Gue duluan ya, makanan gue dah habis," kata Lily.

"Sayang, aku antar ya? kamu mau ke kantor kan," ucap Marcel dengan lembut.

"Gak perlu, Cel! gue bawa mobil kok," tolak Lily kemudian ke kasir untuk membayar makanannya lalu pergi meninggalkan cafe.

Raya hanya diam, dan menatap kesal kepergian Lily. "Cel, pacar lu sok munafik deh," ucapnya.

"Pacar ku kan kamu, sayang," kata Marcel mengusap lembut kepala Raya.

Raya kemudian mengatakan kalau akan ke kantor sendiri, karena takut Bagas curiga dan akhirnya hubungan mereka ketahuan. Kalau Lily memang baru mengumpulkan bukti, ia sudah beberapa kali memergoki Raya dan Marcel berdua.

💀

💀

"Muka lu kenapa, Ly?" tanya Vanessa melihat Lily dengan muka murung.

"Gue ketemu Marcel jalan sama Raya lagi, makin curiga deh," ucap Lily.

"Dibilang suruh mutusin aja, lu bandel sih," kata Vanessa.

Lily berjalan menuju ke rak buku, dia mengambil sebuah buku kemudian membacanya. Pekerjaan Lily saat ini sangat banyak, sampai tidak sempat membuka ponselnya. Banyak sekali pesan dari Marcel dan Raya, mereka berdua menjelaskan soal tadi pagi.

Pulang dari kantor Lily langsung ke rumah Harva, dia meminta Pak Darto untuk mengantarkannya ke dalam rumah.

"Neng, kamarnya disana ya. Saya keluar dulu," kata Pak Darto.

Lily hanya tersenyum, kemudian dia duduk di sofa ruang tamu sambil bersandar dan memejamkan mata. Lily terkejut saat membuka mata, segelas jus jeruk ada di meja depannya padahal tidak ada siapapun.

"Kok merinding gue lama-lama," ucapnya sembari memegang gelas jus itu.

Lily kemudian hendak masuk ke dalam kamar, pintunya tidak bisa di buka. Rasa takut mulai menyelimuti nya, Lily kemudian naik ke lantai atas. Hanya ada satu kamar, dan sebuah foto laki-laki tampan berada di dinding dengan ukuran lumayan besar.

"Harva Anggara, pasti foto pengusaha itu," ucapnya.

Lily memandang foto yang menempel di dinding, sembari tersenyum. Dia terkejut dan berteriak saat melihat foto itu juga tersenyum, Lily hendak berlari tiba-tiba tubuhnya membeku seperti ada yang mencekalnya.

"Tolong!" teriak Lily.

"Percuma lu minta tolong, gak akan ada yang mendengar," suara seorang pria dari belakangnya.

"Lu, kan udah mati!" ucap Lily teriak lalu pingsan.

"Kok dia bisa lihat, gue! Pakai pingsan lagi, ngerepotin aja," kata Harva.

Aneh tapi nyata Harva bisa mengangkat tubuh Lily, ia bawa ke dalam kamar dan ditidurkan di ranjang.

"Cantik juga gadis ini," ucap Harva sembari menyingkirkan sulur rambut Lily yang menutupi mukanya. Aneh gue juga bisa pegang ini orang," Lanjutnya.

Pagi hari Lily terbangun dari tidurnya, dia mengingat kejadian semalam. Setelah melihat ke arah samping, ia berteriak lagi, melihat laki-laki tampan tidur disebelahnya.

"Berisik! ganggu orang tidur aja," kata Harva.

Lily memberanikan diri menyentuh tangan Harva. "Gue kok bisa nyentuh lu! jangan-jangan pura-pura mati ya," ucapnya.

"Gue juga heran, kenapa bisa nyentuh lu! lihat lu! kebetulan banget ini," kata Harva menatap Lily.

"Kebetulan apa? jangan macam-macam ya," kata Lily kemudian membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Cari jasad gue," ucap Harva.

"Apa? jasad lu kan udah dikubur, gali aja itu kuburan," kata Lily.

Harva mengatakan kalau dia sudah pernah mencoba memasuki jasad itu, tetapi tidak bisa. Waktu kejadian itu Harva berada disebuah hotel terus meminum minuman bersama temannya, setelah itu dia tidak ingat apa-apa.

Saat bangun tidur dia melihat orang tuanya menangis, dan jasad yang sudah tidak bisa dikenali lagi. Jasad itu dinyatakan dirinya, Harva berteriak kalau dirinya masih hidup tetapi tidak ada yang mendengar.

"Waktu itu gue baru sadar, kalau ternyata gue dah mati," jelas Harva.

"Terus jasad lu, dimana?" tanya Lily.

"Kalau gue tau, gak bakal minta bantuan kamu buat nyari," ketus Harva.

"Gila! bener-beber gila, gue ke sini mau kerja. Bukan mau cari jasad lu," kata Lily.

"Rumah ini gak butuh pembantu! pergi aja, lu," kata Harva.

Lily menjelaskan pada Harva, kalau dia harus menulis novel tentang dirinya. Harva tidak mengizinkan Lily, kalau Lily tidak mau membantu menemukan jasadnya. Akhirnya mereka berdua bersepakat untuk saling membantu, Harva juga sudah mengizinkan kisahnya tertulis dalam novel Lily.

"Gue mau mandi, mau kerja! keluar lu dari sini," ucap Lily mengusir Harva dari dalam kamar.

"Mau lu ngumpet dimana aja, gue bisa tau kok," ucap Harva yang sejak arwahnya gentayangan dia bisa menembus tembok.

"Awas ngintip! gue sumpahin jasad lu gak ketemu," kata Lily sembari mengambil handuk hendak mandi, tiba-tiba Harva sudah menghilang begitu saja.

Lily mengusap dadanya karena kaget, kemudian ia masuk ke kamar mandi. Seperti biasa selesai mandi ia berkaca, untuk memastikan pakaian yang ia kenakan udah rapi belum. Harva tiba-tiba muncul didalam kaca, membuat Lily teriak.

"Huaaa!" teriak Lily.

"Lu, dah tau gue hantu masih saja takut," ucap Harva.

Ketika Lily sedang asyik berkaca, ia malah nampak dikaca begitu ditengok ke belakang Harva tidak ada itu yang membuat Lily kaget.

"Bisa gak sih lu, kalau datang jangan ngagetin," kata Lily.

Di lantai bawah ada Nyonya dan Tuan Anggara yang baru saja datang, mereka mendengar teriakan Lily.

"Pah, kok ada orang teriak dari kamar Harva," ucap Nyonya Anggara penasaran dengan suara Lily.

"Mungkin gadis yang dibilang Pak Darto ingin tinggal disini, Mah. Ayo kita lihat," ajak Tuan Anggara.

Mereka berdua kemudian naik ke lantai atas, dan masuk ke dalam kamar Harva. Mereka mendapati Lily yang sedang berbicara sendiri, membuat Nyonya dan Tuan Anggara saling berpandangan.

"Kamu siapa berani masuk ke kamar anak ku?" tanya Nyonya Anggara.

"Tante, Om, perkenalkan saya Lily," ucap Lily sembari tersenyum manis lalu menjabat tangan Tuan dan Nyonya Anggara secara bergantian.

"Itu nyokap ma bokap gue," ucap Harva.

"Iya, gue tau," kata Lily.

"Kamu ngomong ma siapa, Lily? Om perhatikan dari tadi ngomong sendiri," kata Tuan Anggara.

MTCM 3

Lily bingung mau menjawab apa, kemudian dia berpamitan untuk berangkat ke kantor karena sudah siang. Saat Lily berada didalam mobil hendak menyalahkan mesin tiba-tiba Harva sudah berada disebelahnya.

"Ngapain lu disini? keluar sana," ucap Lily mengusir Harva.

"Gue mau ikut lu kerja, sekalian nanti aku tunjukkan dimana cewek gue," kata Harva.

Lily melarang Harva ikut kerja, karena dia takut dianggap gila oleh temannya. Pasti Harva juga akan berbicara.

Harva membuat mobil Lily berjalan sendiri, padahal Lily sama sekali belum menghidupkan mesin mobilnya.

"Hentikan hantu gila! gue masih ingin hidup, punya suami, punya anak!" teriak Lily ketakutan. Sedangkan Harva tertawa melihat tingkah Lily yang dianggapnya lucu.

Harva menghentikan mobilnya tepat didepan Pak Darto yang kebetulan sedang menyirami tanaman, Pak Darto pun kaget.

"Neng, mau nabrak saya ya!" teriaknya.

"Tuh kan! gara-gara lu, gue jadi kena omel," ucap Lily kemudian menurunkan kaca mobilnya.

Lily meminta maaf pada Pak Darto, kemudian dia berangkat kerja. Harva masih duduk disebelahnya, sesekali Lily masih melirik Harva.

"Bisa terlambat ini! pakai macet segala," gerutu Lily.

"Terbang kalau gak mau macet, kaya gak hafal aja hidup di kota," kata Harva.

"Dan lu tau! semua ini gara-gara lu, coba kalau tadi gak ngajakin ribut," kata Lily.

Tiba-tiba Harva menghilang begitu saja, Lily kembali fokus pada jalanan karena sudah bisa jalan kembali walaupun harus pelan-pelan. Sampai di kantor Lily beneran terlambat, sampai ia ditegur oleh atasannya.

"Lily, gimana udah dapat inspirasi belum?" tanya Vanessa sembari melihat Lily.

"Inspirasi apaan! ide lu bikin gue gak tenang hidup, itu hantu malah ngikutin gue." kata Lily lalu duduk di kursinya. Harva sudah duduk diatas meja kerja Lily, membuat Lily kaget.

"Hantu? maksudnya," ucap Vanessa.

"Dia ada didepan gue, lihat aja," kata Lily menatap Harva dengan kesal.

"Teman lu gak akan bisa lihat," sahut Harva.

Lily menyuruh Harva untuk pergi, dia sudah seperti orang gila bicara dengan Harva. Vanessa sampai heran dengan Lily yang tiba-tiba ngomong sendiri.

"Ly, lu gak ngomong ma gue kan," ucap Vanessa merasa ada yang aneh dengan Lily.

Vanessa merasa bersalah, dia berfikir kalau Lily menjadi gila karena tinggal di rumah Harva. Sebelumnya Lily tidak pernah berbicara sendiri seperti ini, Vanessa mengira kalau rumah Harva sangat angker.

"Joy, gawat! Lily...

"Lu kenapa? apanya yang gawat," kata Joy menghentikan pekerjaannya.

Vanessa mengatakan pada Joy apa yang dia khawatirkan, tetapi Joy menyalahkannya karena Vanessa yang memberikan ide itu. Mereka berdua kemudian saling menyalahkan, suara mereka sampai didengar oleh Lily.

"Kalian kenapa?" tanya Lily membuka pintu ruang kerja Joy.

"Kita lagi bahas soal pekerjaan, gimana pekerjaan lu?" tanya Joy mengalihkan pembicaraan.

"Sulit, Joy! gue harus berhadapan dengan hantu," kata Lily.

Joy tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lily, membuat Harva kesal.

"Lily, tema lu cuma mau untungnya doang! mending lu kerja sama gue aja, masalah gaji jangan khawatir entar gue kasih dua kali lipat," kata Harva sembari berusaha menyentuh Joy.

"Lu sekarang bukan manusia lagi, terus gimana mau gaji," kata Lily sambil berkacak pinggang dan menatap Harva.

Joy dan Vanessa saling berpandangan melihat tingkah aneh Lily, mereka sudah berfikir buruk pada Lily.

"Lily, lanjutkan kerja lu," kata Joy.

"Oke! gue lanjut kerja," Kata Lily kemudian kembali ke meja kerjanya.

Harva tidak mengikuti Lily, ia masih berada di ruang kerja Joy. Joy dan Vanessa berencana akan membawa Lily ke paranormal, mereka takut Lily bertambah gilanya.

"Yang gila itu kalian! nyuruh orang seenaknya," ucap Harva sembari menendang kursi yang diduduki Joy.

Joy merasakan kalau ada yang menggeser kursinya, ia bertanya pada Vanessa. Tetapi Vanessa tidak melakukan apa-apa dari tadi.

###

Bagas minta bertemu dengan Lily, dia akan membicarakan sesuatu yang tidak bisa dibicarakan lewat ponsel.

Pulang kerja Joy dan Vanessa mengajak Lily pergi ke suatu tempat, tetapi Lily menolak selain dilarang oleh Harva dia juga ada janji dengan Bagas.

Harva meminta Lily bertemu dengan Bagas dirumahnya saja, agar Bagas tau dimana Lily tinggal.

"Ly, ini kan rumah ceo terkenal itu? kenapa bisa lu tinggal d sini," kata Bagas sembari melihat sekeliling rumah Harva.

"Ceo apaan, dia sekarang hantu! tuh duduk disebelah lu," kata Lily.

"Sembarangan aja lu ngomong, merinding nih," ucap Bagas kemudian berpindah tempat disebelah Lily. Harva juga mengikuti, sehingga Lily duduk berada di tengah.

"Kenapa kalian malah pindah ke sini," ucap Lily kemudian berpindah tempat duduk.

Bagas kemudian menceritakan tentang Marcel dan Raya, ia takut kalau Marcel menyakiti sepupunya. Lily juga sudah tau soal Marcel dan Raya. Bagas sangat bersyukur kalau Lily sudah tau semua, ia tinggal mengatur waktu untuk memutuskan hubungannya dengan Raya.

Harva mendengar cerita Bagas tertawa, dia meledek Lily dan mengatakan kalau kekasihnya sangat setia. Bahkan walaupun dia sudah meninggal, Alena sering datang ke rumahnya. Harva sudah merencanakan pernikahannya dengan Alena, tetapi karena kecelakaan tragis semua menjadi hancur.

Bagas berpamitan pulang, dari tadi Harva bikin ulah yang membuat Bagas takut.

"Gara-gara lu, saudara gue pulang! bisa gak sih, jangan bikin ulah kalau ada orang," kata Lily.

"Ini rumah gue! suka- suka gue," ucap Harva.

Lily menagih ucapan Harva yang akan memperlihatkan kekasihnya, tetapi tidak jadi karena mereka pulang sudah terlalu sore.

*

*

Suasana kampung dipinggir kota sangat sepi, kampung seorang dukun yang sangat terkenal. Rumah dukun ini berada dipaling ujung, jika berkunjung ke sana dilarang membawa kendaraan. Mereka harus menitipkan kendaraannya ditempat yang sudah tersedia.

"Joy, kita gak salah harus jalan kaki? mana gelap lagi, gue takut," kata Vanessa.

"Dasar penakut," ejek Joy.

Joy menggandeng tangan Vanessa, karena selain jalanan gelap mereka juga mendengar suara aneh. Ada tangisan bayi yang sangat kencang, tetapi tidak ada siapapun.

Warga kampung tidak ada yang keluar saat petang, mereka takut ada kejadian yang tidak diinginkan.

"Joy, itu apa?" tanya Vanessa saat melihat tengkorak menggantung di pohon.

Mereka berdua kemudian berlari, Vanessa ingin pulang dan tidak jadi ke tempat dukun itu. Tetapi mereka berdua sudah terjebak, awalnya mereka ingin mencari dukun untuk menanyakan soal Lily.

"Vanessa, sebentar lagi kita sampai," ucap Joy melihat rumah yang akan dia tuju.

Rumah yang sangat seram dikelilingi kuburan, membuat Vanessa menjerit ketakutan. "Joy, kita balik aja," ucapnya.

"Tanggung Vanessa, ini sudah sampai. Ayo kita masuk ke dalam?" ajak Joy.

Rumah dukun yang akan mereka tuju.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!