NovelToon NovelToon

Madina Is Cellina

Madina anak haram

Bu Zakaria meminta pengacaranya untuk bisa segera bebas dari penjara, dan ternyata keinginannya terkabul, kini Bu Zakaria pun bebas dan mulai menghirup udara segar.

Nyonya Zakaria menarik napas panjang saat langkahnya berhasil membuka gerbang tahanan yang selama ini mengurungnya.

Dengan hati yang penuh dengan dendam dia pun berjanji

"Aku berjanji aku tidak akan pernah membiarkan kamu hidup bahagia Zamrun, aku akan membuat kamu menderita setelah apa yang kalian semua lakukan padaku"

ADEGAN PUN BERALIH PADA

8 tahun sudah berlalu setelah kepergian Zulham untuk selamanya, Madina kini bertahan hidup dengan sebelah ginjal Zulham yang diberikannya pada Madina, begitupun Puspa gadis yang rela mengorbankan masa depannya untuk mengurus seorang anak yatim itu masih belum mau melepaskan masa lajangnya dan mengatakan yang sebenarnya tentang siapa Madina.

Kendati demikian, Madina kini tumbuh menjadi seorang remaja yang keras kepala setelah semua yang terjadi, dan semua itu karena hinaan yang terus menerus dia terima dari teman dan sekelilingnya, bullying yang selalu terjadi di sekolah padanya, hingga akhirnya Madina berada di titik terendah karena semua hinaan itu.

"ANAK HARAM, "

Sebuah kata hinaan untuk nya yang kini dia mengerti akan arti dua kata itu, karena sudah jera akhirnya Madina memutuskan untuk kembali bertanya pada sang ibu (Puspa).

Sebutan itu terasa sudah biasa untuk Madina, namun terdengar salah satu temannya mengatakan.

"Mungkin ibu kamu seorang wanita murahan ya (PELACUR) itu sebabnya kamu bisa lahir ke dunia ini"

Celoteh Risma membuat Madina naik pitam.

Kesabaran Madina pun kini sudah tidak bisa dia kendalikan kala mendengar wanita yang sangat dia hormati di hina dan di caci maki oleh temannya dengan sebutan yang sangat tidak pantas.

Madina menggebrak meja dengan sangat keras hingga membuat semua yang ada di dalam kelas terkejut, dia berdiri dan perlahan maju menuju Risma dan kawan-kawan nya yang selalu menghina dia. Tatapan Madina sangat dalam hingga membuat semua terdiam, dan saat itu pula tanpa ampun Madina langsung menyerang Risma dengan membabi buta, dia menjambak rambutnya, memukul wajah dan perutnya, dan menendang Risma hingga tersungkur, semua temannya tidak ada yang bisa menghentikan amarah Madina, karena saat itu Madina seperti orang yang sedang kerasukan karena amarahnya itu.

Seseorang pun memanggil guru untuk memisahkan Madina dan Risma.

"Hentikan, ada apa ini? Sudah cukup sudah Madina?"

Ujar Bu Ani melerai perkelahiannya, Madina coba membela diri namun belum sempat sepatah kata terucap dari bibirnya, Risma yang sudah bank belur jatuh pingsan hingga harus di larikan ke UKS. Madina sendiri sangat terkejut melihat keadaan Risma yang menghawatirkan itu, karena pada dasarnya dia memang tidak menyadari jika dirinya mampu menyerang teman sekelasnya brutal seperti itu.

"Madina sekarang juga kamu datang ke ruangan BP?"

Ujar Bu Ani pada Madina setelah semua perkelahiannya.

Beberapa saat kemudian Puspa pun mendapat panggilan dari sekolah atas apa yang telah terjadi Karena Madina.

"Baik Bu, saya akan segera datang ke sekolah"

Jawab Puspa saat menerima telpon dari sekolah Madina. Diapun penasaran apa sebenarnya yang sudah terjadi pada anaknya tanpa sampai berpikir jika anaknya mampu melakukan hal kriminal pada Risma.

Sesampainya di sekolah, Puspa sangat terkejut kala sang guru mengatakan jika anaknya terlibat perkelahian yang menyebabkan korbannya terluka parah dan harus di larikan ke rumah sakit.

"Apa Bu? Ini tidak mungkin, anak saya Madina tidak akan mungkin bisa melakukan seperti itu pada temannya"

Ucap Puspa yang tidak percaya.

"Tapi itu lah yang terjadi Bu, dan dengan terpaksa pihak sekolah menskor Madina selama 7 hari "

Jawab Bu Ani terpaksa meliburkan Madina untuk sementara waktu.

Hati Puspa saat itu sangat hancur mendengar semua keburukan tentang anaknya, dia tidak menyangka didikan dan kasih sayang yang selama ini dia berikan pada Madina akan membuat sikapnya tempramen seperti ini.

Keduanya pun pulang ke rumah, sepanjang jalan tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir masing-masing, mereka saling diam, namun saat tiba di rumah Puspa mengajak Madina bicara dari hati ke hati agar dia tahu alasan yang sebenarnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi nak? Mengapa kamu bisa melakukan hal sebodoh itu pada teman kamu sendiri?"

Tanya Puspa dengan nada yang cukup tegas.

"Mereka jahat Bu"

Jawab Madina tanpa mengatakan jika dirinya tidak bisa menerima jika ibunya di hina oleh Risma dan kawannya.

"Mereka selalu menyebutku anak haram Bu? Aku sudah tidak tahan dengan semua hinaan itu?"

Lanjut Madina merengek sedih.

Puspa pun menghela nafasnya panjang, namun pertanyaan yang tidak terduga pun keluar dari bibir mungil Madina pada ibunya.

"Bu kali ini Madina ingin ibu bicara, tolong ibu jawab yang jujur,m siapa sebenarnya ayah Madina? Dimana dia berada? Aku mohon bicaralah?"

Tanya Madina membuat Puspa sangat terkejut, dia masih belum siap mengatakan yang sebenarnya pada Madina.

Dia tidak ingin Madina tahu jika dia bukanlah anaknya, melainkan anak dari seorang wanita malam.

"Apa yang akan dia pikirkan jika dia tahu aku bukanlah ibu kandungnya, dan dia adalah anak dari seorang wanita malam?"

Pikir Puspa sedih.

Puspa masih terdiam meski Madina terus mendesaknya, semua sikap Puspa sudah Madina pahami jika ibunya itu tidak akan pernah bicara apapun mengenai dirinya dan siapa ayahnya.

"Baiklah jika ibu tidak mau bicara, Madina akan cari tahu sendri siapa ayah kandung Madina?"

Tegas Madina pada Puspa membuatnya sangat sedih.

Madina pun pergi ke kamarnya dengan sangat marah dan kecewa hingga dia menutup pintu kamar dengan sangat keras dan membuat Puspa merasa sedih dan sesak, air matanya pun tidak mampu dia bendung.

"Maafkan ibu nak?"

Lirih Puspa melihat Madina marah.

Tak lama kemudian Siska, teman sekelas Madina datang ke rumah dan mengatakan semua yang terjadi pada Madina di kelas tadi.

"Begitu Bi, Risma dan kawannya memang keterlaluan mereka selalu menghina Madina setiap hari, tapi kali itu perkataan mereka memang sangat keterlaluan"

Ucap Siska mengatakan yang sebenarnya.

Remuk hati Puspa saat mendengar semua itu, dia baru tahu jika apa yang Madina lakukan karena dirinya, air matanya pun menetes, Puspa segera pergi menuju kamar Madina untuk meminta maaf dan berterimakasih karena sudah mau membela dirinya.

"Madina sayang, buka pintu nya nak, ibu ingin bicara sesuatu denganmu? Buka"

Ucap Puspa mengetuk pintu kamar Madina, namu tidak ada jawaban dari dalam kamar, Puspa pun mulai khawatir, dia terus memanggil anaknya namun masih tidak ada jawaban, hingga akhirnya Madina keluar dari kamarnya dengan membawa tas besar berisi pakaiannya.

Puspa sangat terkejut melihat Madina membawa tas besar.

"Madina kamu mau kemana nak?"

Tanya Puspa menghentikan Madina.

"Madina mau cari ayah?"

Jawab Madina membuat Puspa terdiam dan melepaskan genggaman tangannya.

"Madina sudah tidak tahan Bu, Madina ingin memberitahu seluruh dunia jika Madina bukan anak haram, Madina juga mempunyai seorang ayah dan ibu lengkap seperti yang lain, Madina capek Bu, Madina tidak tahu arah saat ini, karena setiap Madina tanya pada ibu siapa ayah Madina, ibu selalu diam bahkan menghindari pertanyaanku dengan seribu alasan ibu, Madina sudah besar Bu, Madina bukan anak kecil lagi yang bisa dengan mudah ibu bohongi. Atau apa mungkin semua yang orang katakan tentangku itu benar, makanya ibu selalu menghindar setiap aku bertanya siapa ayahku? Jawab Bu, jawab apa benar aku ini anak haram?"

Kuliah di Singapura

Puspa sangat terkejut melihat Madina membawa tas besar.

"Madina kamu mau kemana nak?"

Tanya Puspa menghentikan Madina.

"Madina mau cari ayah?"

Jawab Madina membuat Puspa terdiam dan melepaskan genggaman tangannya.

"Madina sudah tidak tahan Bu, Madina ingin memberitahu seluruh dunia jika Madina bukan anak haram, Madina juga mempunyai seorang ayah dan ibu lengkap seperti yang lain, Madina capek Bu, Madina tidak tahu arah saat ini, karena setiap Madina tanya pada ibu siapa ayah Madina, ibu selalu diam bahkan menghindari pertanyaanku dengan seribu alasan ibu, Madina sudah besar Bu, Madina bukan anak kecil lagi yang bisa dengan mudah ibu bohongi. Atau apa mungkin semua yang orang katakan tentangku itu benar, makanya ibu selalu menghindar setiap aku bertanya siapa ayahku? Jawab Bu, jawab apa benar aku ini anak haram? Apa benar aku anak dari seorang wanita murahan seperti ibu?"

Jawab Madina dalam kemarahan.

Mendengar semua jawaban anaknya Puspa pun tak bisa mengendalikan tangannya dan langsung menampar pipi Madina dengan sangat kasar.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi Madina hingga berbekas,

"Ibu, ibu tega menamparku? Aku tidak percaya ini?"

Ucap Madina yang tidak percaya dengan apa yang dilakukan sang ibu padanya.

"Tidak, maafkan ibu nak, ibu tidak sengaja ibu tidak bermaksud seperti itu?"

Ucap Puspa yang khilaf karena tidak bisa mengendalikan amarahnya.

"Ibu jahat, ibu jahat"

Ucap Madina bergegas pergi meninggalkan Puspa, namun langkahnya berhasil pak Mamat dan Bu Siti hentikan.

...

"Kamu yang jahat Madina, kamu sudah tega melukai hati wanita yang paling baik di dunia ini, wanita yang rela menghabiskan hidupnya hanya untuk menjaga dan mengurus kamu, wanita yang rela berkorban dan berpisah dengan kelurganya hanya demi bersama kamu, tapi apa yang dia dapatkan, luka di hati karena semua yang kamu katakan"

Jawab pak Mamat spontan karena tidak tega melihat Puspa menangis dengan semua yang Madina katakan padanya.

"Apa maksud kakek"

Tanya Madina penasaran.

"Jangan pak, jangan katakan "

Pinta Puspa menarik lengan pak Mamat memintanya untuk tidak bicara.

"Lepaskan bapak nak Puspa, sudah saat nya Madina tahu yang sebenarnya jika dia bukanlah anak kandungmu, melainkan anak asuh yang kamu temukan di Singapura tempat kamu bekerja dulu"

Jawab pak Mamat membuat Madina terkejut.

"Apa?"

Ucap Madina tidak percaya dengan semua yang kakeknya itu katakan padanya.

"Benar nak, sebenarnya Puspa menemukan kamu terlantar di sebuah panti pijat tempat dia bekerja saat di Singapura, karena ibu kandung kamu sudah meninggal saat melahirkan kamu, Puspa tidak tega membiarkan kamu terlantar sendirian itu sebabnya dia membawa kamu sampai kesini dan memutuskan untuk membesarkan kamu dengan semua pengorbanan nya, kamu juga harus tahu jika Puspa rela diusir keluarganya sendiri hanya karena lebih memilih untuk mengurus kamu yang mereka sebut anak haram,

Puspa rela berjuang bekerja siang dan malam demi kelangsungan hidup kamu, kemudian pantaskah kamu mengatakan semua yang melukai hatinya atas apa yang telah dia korbankan selama ini untuk kamu?"

Madina menangis mendengar semua yang pak Mamat katakan tentang ibunya, begitupun dengan Puspa, dadanya terasa sesak mendengar semua yang pak Mamat katakan tentang dirinya.

Ditambah lagi sebutan wanita murahan yang Madina ucapkan terngiang di telinganya.

Madina menatap sang ibu yang sedang mengelus dada menahan sesaknya, dia pun segera berbalik memeluk sang ibu dengan semua penyesalannya karena telah melukai hati sang ibu.

"Ibu maafkan Madina Bu, "

Ucap Madina terisak mengucapkan kata maaf pada Puspa, dia sangat menyesali semua yang dia katakan sebelumnya tentang Puspa.

Air mata keduanya pun mengalir deras dalam satu pelukan.

Sebagai seorang ibu, Puspa memaafkan Madina dengan ikhlas karena bagaimana pun dia adalah anaknya, meskipun tidak terikat darah.

***

Beberapa bulan telah berlalu, setelah Madina tahu yang sebenarnya dia kini hidup lebih baik dan lebih menghormati Puspa sebagai wanita yang paling berjasa didalam hidupnya. Madina sudah tidak menggubris setiap cemooh yang menghinanya. Tujuan hidupnya kini adalah kebahagiaan Puspa dengan niat ingin mencari keberadaan sang ayah kandung yang dia yakini masih hidup.

Madina pun kini sudah lulus SMA dan diam diam tanpa sepengetahuan Puspa ternyata Madina sudah mendaftarkan dirinya untuk melanjutkan studi di Singapura dengan di bantu oleh sang kakek pak Mamat dan Bu Siti dalam pembiayaannya, Madina sangat bahagia karena dia berhasil masuk di universitas xx di Singapura sesuai dengan jurusan yang dia kuasai.

"Ibu"

Teriak Madina kegirangan memeluk dan mencium Puspa dengan penuh rasa cinta. Puspa pun tidak mengerti apa yang terjadi pada anaknya, mengapa dia sangat terlihat gembira.

"Ibu lihatlah ini?"

Ucap Puspa memperlihatkan pemberitahuan kelulusan di ponselnya.

Puspa pun coba membaca setiap kata di pemberitahuan itu dengan teliti, dahi nya pun mulai mengerut pertanda hatinya tidak menyetujui semua pemberitahuan yang dia baca di ponsel anaknya.

"Ini apa nak? Sejak kapan kamu memilih kuliah di tempat yang sangat jauh dari kita?"

"Sejak aku tahu kalau aku lahir di Singapura, Madina tahu ibu pasti tidak menyukai ini, tapi Madina berharap ibu mau mendukungku?"

Jawab Madina.

Puspa pun terdiam sejenak, dia tidak kuasa menentang keinginan Madina, karena Puspa melihat semua kebahagiaan di mata Madina kala tahu dirinya lulus di sebuah universitas Singapura.

Puspa pun memeluk Madina dengan erat dan penuh linangan air mata.

"Jika memang ini membuat kamu bahagia, ibu tidak bisa menghalangi kamu nak"

Jawab Puspa dengan semua doa yang dia panjatkan dalam hatinya untuk kebahagiaan Madina.

"Terimakasih Bu, Madina sayang ibu, Madina sangat sayang ibu"

Ucap Madina tak henti mengucapkan kata sayang pada Puspa yang selama ini telah menjaga dan mengurusnya dengan sepenuh hati meski dia tahu Madina bukanlah darah daging Puspa, melainkan anak dari hasil hubungan gelap sang ibu dan ayahnya di Singapura.

Madina pun mulai bertanya dimana Puspa dulu bekerja? Apakah tempat itu masih ada?

Sejenak Puspa pun terdiam mengingat semua kejadian yang menimpanya di Singapura dukun sesama Zulham.

Tidak ingin menutupi lagi semuanya Puspa pun akhirnya mengatakan yang sebenarnya jika Madina adalah anak dari Natasha dan Zamrun.

"Jadi om Zulham saudara kembar ayah? Sedangkan ibuku sudah tiada?"

Tanya Madina

"Benar nak, mungkin ini memang saat nya kamu tahu, memang semua pasti dirasa sakit dan berat, tapi inilah kenyataannya, dan ginjal yang sekarang membuatmu hidup adalah ginjal om kamu, Zulham"

Kata Puspa kembali menjelaskan.

Madina tentu masih ingat wajah Zulham, namun dia tidak tahu bagaimana rupa Zamrun meski dulu dia sempat bersamanya, karena yang Madina tahu saat itu dia bersama zulham bukan Zamrun.

Madina pun kini mendapat sedikit pencerahan, kalaupun dia ingin tahu rupa ayahnya, dia akan mengingat sosok Zulham yang selalu bersamanya saat kecil.

Tiba di Singapura

Berbekal informasi mengenai Zamrun dan selembar foto dirinya saat kecil bersama Zulham Madina pun akhirnya berangkat menuju bandara dengan diantar Puspa, nenek dan kakeknya.

Meski terasa berat, Puspa pun akhirnya melepas kepergian Madina ke Singapura.

Puspa tidak kuasa Manahan air mata saat tiba di pintu gerbang bandara, ingatannya pun mulai menyeruak pada saat dirinya dan Zulham tiba di tanah air setelah 3 tahun di Singapura saat itu, dimana Puspa yang masih remaja menggendong Madina yang masih bayi dengan segenap keyakinan jika dia akan menjaga Madina selamanya.

"Ditempat ini pertama aku berjanji untuk selalu menjagamu apapun yang terjadi nak, dan ditempat ini pula ibu akhirnya harus melepas kamu pergi dengan semua tujuan dan usahamu disana, jaga diri kamu baik-baik nak, ibu akan sangat merindukanmu setiap saat"

Ucap Puspa sebelum dia pergi.

"Ia Bu, Madina juga akan selalu merindukan ibu, ibu jangan khawatir Madina akan baik-baik disana, Madina juga akan selalu menghubungi ibu setiap waktu untuk melepas semua kerinduan kita, ya kan kek, nek"

Jawab Madina dengan ceria pada Puspa dan nenek kakeknya.

Suara pemberitaan jika pesawat akan segera berangkat dan penumpang harap segera masuk pun sudah terdengar, Madina pun memeluk ibunya sebelum dia benar-benar pergi.

"Aku sangat sayang ibu"

Ucap Madina dalam pelukan ibunya membuat air mata Puspa menetes.

"Ibu juga sangat menyayangimu nak, cepat kembali lagi padaku"

Jawab Puspa tak kuasa menahan air matanya, keduanya pun larut dalam kesedihan yang harus terpisah karena sebuah tujuan Madina untuk melanjutkan pendidikannya dan mencari ayah kandungnya.

Madina pun melepaskan pelukannya dan berjalan masuk menuju pesawat.

"Madina, Madina anakku"

Panggil Puspa melihat anaknya pergi.

"Madina "

Teriaknya saat Madina benar-benar pergi dari pandangannya.

Puspa menangis sejadinya melepas Madina, dia akan selalu merindukan anak asuhnya itu setiap waktu.

***

ADEGAN BERPINDAH DI DALAM PESAWAT

Madina duduk disamping seorang pria Asia berwajah oriental, dia terus memperhatikan Madina yang bertingkah konyol, karena ini kali pertama Madina naik pesawat, dia merasa takut hingga saat pesawat hendak terbang Madina memejamkan mata dan memegang kursi dengan sangat keras dengan bibirnya yang bergerak cepat seperti dukun yang sedang membacakan mantra. Padahal saat itu Madina sedang memakan doa agar dia selamat sampai tujuan.

"Haha dasar konyol"

Ujar si pria di sampingnya, Madina mendengar semua ucapan pria itu, hingga Madina pun mulai membuka matanya dan melihat sosok pria itu.

Madina tidak membalas semua ucapan si pria karena dia tidak ingin mendapat masalah.

Dia pun menghela napas panjangnya dan coba melupakan semua yang pria itu katakan tentangnya.

Sepanjang perjalanan Madina tak berhenti berdoa dan itu membuat si pria heran, disaat penumpang lain tidur dengan tenang Madina justru tidak henti membaca mantra di sepanjang perjalannya. Menurut pria itu.

Dan akhirnya pesawat pun berhasil mendarat sampai tujuan, Madina sangat bahagia sekali saat untuk pertama kali langkah kakinya menapakkan kaki di negara Singapura, tanah kelahirannya.

"Alhamdulillah ya allah akhirnya aku selamat sampai tujuanku"

Ucap Madina bersyukur, sementara di pria Asia itu berlalu dengan tatapan meremehkan Madina.

"Dasar kampungan"

Ucap pria itu dan tak sengaja terdengar oleh Madina.

Seketika Madina pun mengejar pria itu dan mengentikan langkahnya.

"Kamu itu siapa? Kenapa dari tadi kamu terus saja menghinaku? Apa kesalahanku?"

Ujar Madina yang sudah tidak bisa menahan emosinya.

"Kamu ingin tahu aku siapa? Maaf aku tidak selevel denganmu, pergilah mobilku sudah menungguku, waktuku akan terbuang percuma bicara dengan gadis seperti mu"

Jawab pria asing itu dengan angkuhnya dan berlalu meninggalkan Madina.

"Euh"

Madina pun mengalah, dia tidak ingin memperpanjang masalah kecil ini, akhirnya diapun juga mencari mobil untuk menuju asrama tempat dia tinggal disini.

Madina membuka catatan alamat asramanya da menunjukannya pada sopir mobil.

"Baiklah nona masuklah"

Ucap sang sopir dengan ramah. Madina pun masuk dengan perasaan yang masih sangat kesal pada pria Asia tadi. Namun dia berusaha untuk tenang dengan melihat keindahan negri Singapura di balik kaca mobil.

"Singapura, tanah kelahiran ku rasanya aku tidak percaya dengan semua ini, aku lahir di sini, di Singapura tapi aku besar di Indonesia bersama ibu Puspa"

Ucap Madina dalam hati tersenyum teringat akan sang ibu, diapun memberi pesan pada Puspa memberitahu jika dirinya sudah sampai dengan selamat dan hendak menuju asrama.

"Ayah, aku pasti akan menemukanmu"

...

Ditengah perjalanan Madina tidak sengaja melihat mobil yang sedang dihadang oleh dua pria bertubuh besar, dan sedang menyerang pemuda di depannya.

"Berhenti pak, lihat itu kita harus membantu pria itu pak"

Ucap Madina memberhentikan mobilnya dan mengajak sang supir untuk menolong pria yang sedang dianiaya itu.

"Tapi saya takut non, lebih baik aku telpon polisi saja ya"

Jawab sang supir menolak ajakan Madina.

"Kelamaan pak"

Madina pun bergegas turun dari mobil dan meminta supir untuk tetap menunggu dan menelpon polisi, sementara dia akan membantu pria yang sendiri itu.

Madina pun mencari cara untuk melawan dua pria itu, setelah melihat sekitar, Madina pun menemukan sebatang besi dan membawanya, Madina berjalan mengendap-endap agar dia bisa langsung menyerang pria sangat itu.

Dan

"Pergi kalian pergi"

Teriak Madina memukul salah satu pria bertubuh besar dengan sekuat tenaga tanpa ampun.

Pria itupun merasa tertolong karena ada yang membantunya, setelah satu pria tumbang Madina coba menolong pria yang hendak di pukul dengan kayu baseball oleh pria besar satunya lagi, namun tiba-tiba saja saat pria itu hendak menyerang si pemuda Madina berhasil mendorongnya namun dia yang terkena pukulan kayu itu dengan sangat keras hingga Madina tidak sadarkan diri dan terjatuh.

"Awas"

Teriak Madina mendorong pria itu dan

Bugh...

Satu pukulan keras mendarat di belakang kepalanya hingga membuat pandangan Madina mulai kabur dan akhirnya Madina jatuh tidak sadarkan diri.

Disaat yang tepat suara sirine polisi pun terdengar dari kejauhan membuat dua pria itu lari Engan cepat untuk kabur.

"Ayo kita harus segera lari sebelum polisi itu datang kemari"

Pria itu pun segera menolong Madina yang terkapar dengan luka di kepala, darah yang keluar dari luka di kepala Madina membuat pria itu ketakutan dan sangat panik hingga dia terus berteriak minta tolong.

Pria itu sangat terkejut kala melihat wajah Madina.

"Dia... Ternyata gadis ini yang telah menolongku?"

Ucap pria Asia yang ternyata bernama Jonathan, pria Asia yang duduk disamping Madina saat di pesawat.

Dia sangat tidak menyangka jika gadis yang terus dia hina dan dia cela adalah gadis yang menolongnya.

"Cepat bawa gadis ini ke rumah sakit pak"

Pinta Jonathan pada keamanan agar segera membawa Madina untuk ditangani.

Supir mobilnya pun akhirnya datang dan membawa Madina.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!