Peringkat nilai untuk hasil ujian tengah semester pertama sudah ditempel dimading utama dimana para murid dari kelas 1 sampai 3 berkumpul semua disana.
Kelas 11
Alfhazriel Satria Aryanzha 11-3 99,8
Millisanna Alsari Salsabila 11-3 99,0
-
-
"Yah kayak biasa Azriel dari awal masuk dia peringkat pertama seangkatan"kata salah satu anak disana pada temannya.
"Ya sih tuh anak emang jenius. Kayaknya Tuhan gak sengaja numpahin banyak kejeniusan pas bikin tuh orang, belajar aja kagak tapi pinternya kebangetan"kekeh temannya itu.
"Gue yang sekelas sama dia pas kelas 10 juga ngeliat tuh orang jarang masuk kelas, kalo masuk pun cuma tidur dikelas"sahut anak lain.
"Tapi tuh cewek anteng ya diperingkat dua, gak bisa ngalahin si Azriel terus kasian banget"
"Huuh bener, dari awal masuk sampe setiap olimpiade gak pernah ya ngalahin Azriel, kasian banget"
Murid-murid itu tertawa setelahnya, merasa lucu dengan si perempuan malang itu yang mereka tak tahu kalau orang yang dibicarakan berdiri tak jauh dari mereka menatap mereka.
Anna menatap orang-orang yang mentertawainya itu dengan tersenyum kecil lalu berbalik menuju kelasnya.
Aku tak marah, aku memang pecundang.
Masuk ke kelas dan disana hanya ada Alfhazriel yang tidur dimejanya yang berada dipojok paling belakang samping jendela, jauh sekali dengan meja Anna yang berada dibarisan tengah jajaran kedua.
Membuka bukunya kembali belajar, membaca buku tebal yang hanya berisi rumus-rumus kimia.
Benar-benar gak berguna. Udah belajar terus, les sampe malem pun tetep aja gak dapet rangking satu, gak guna banget emang.
Setetes air mata lolos buru-buru Anna menghapusnya dan kembali fokus dengan bukunya.
***
Anna sampai dirumah jam 8 malam. Sudah ada ibunya yang duduk disofa ruang tengah menatapnya.
Terbiasa, Anna mendudukkan dirinya disofa kosong sebrang ibunya setelah menyalami sang ibu. Ibu menyodorkan hasil ujian tengah semester nya yang rata-rata nilainya diatas 96, berikut dengan peringkatnya ditulis angka dua disudut atas kanan disamping namanya.
"Dua lagi? Betah kamu disitu?"tanya ibunya.
Anna tak ingin menjawab ia memilih menunduk memainkan ujung rompi abu dengan corak kotak kotak seragamnya.
"Gak ada kemauan untuk maju kamu? Puas kamu di angka 2?"tanya ibunya lagi.
Sang ibu menghela nafas kesal menatap sang anak kedua itu dengan kesal. "Kenapa kamu gak bisa dapetin angka 1 setelah mama masukin kamu ke tempat les ini itu? Mama udah bantu kamu ini itu, dan balasan kamu cuma bisa dapet peringkat 2?! Bukan cuma disekolah tiap olimpiade juga kamu gak pernah juara!! Apa mau mu sih?! Mau mama tambahin jam belajar kamu?! Oke mama tambahin! Dihari libur juga kamu harus les, soal ekstrakulikuler kamu itu, urus aja jadwalnya sendiri"
Sang ibu pergi masuk kamar meninggalkan Anna disana sendirian menatap kertas selembar hasil ujiannya. Mengambilnya dan menaiki tangga menuju kamarnya.
Setelah membersihkan diri Anna duduk dimeja belajarnya mengambil papan tulis kecil yang ia gantung didinding atas meja belajarnya. White board itu berisi jadwal Anna sehari-hari dan Anna harus merombaknya karena sang ibu menambahkan durasi waktu lesnya.
Anna menatap bangga dengan hasilnya. Papan tulis digarisi kotak-kotak dan disetiap kotak-kotak itu tertulis semua kegiatan yang harus Anna kerjakan. Dengan sedikit hiasan seperti gambar bunga-bunga kecil warna warni berserta lebah dan kupu-kupu dan lain sebagainya.
Walaupun terlihat sangat cantik, tapi jika membaca jadwalnya membuat si pembaca bergidik ngeri karena disana 97% ditulis dengan kata belajar.
Tak peduli jika dirinya seumur hidup hanya belajar, Anna menggantung lagi papan tulis itu dan mengambil buku yang akan membantunya belajar hari ini.
Jadwalnya kali ini belajar sampai dirinya mengantuk. Tapi karena Anna tidak akan merasakan kantuk jadi ia berniat akan berhenti saat jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.
'woylah?! Yang bener!!'
Anna mulai mendengar suara dari balik tembok kamarnya membuatnya mengambil headphone warna ungu mengkilap dan memasang dikepalanya menutupi kedua telinganya dan menyetel lagu yang biasa menemaninya belajar dan menghalau suara teriakan adiknya yang sedang bermain game online itu.
Jam 12 malam Anna menutup bukunya dan melepas headphonenya naik keatas tempat tidur bersiap untuk tidur. Menatap langit-langit kamarnya yang ada tempelan plastik bintang yang akan bersinar jika gelap.
Beralih mengambil satu-satunya boneka dikamarnya yang berada disudut kasur atas samping tembok, boneka koala warna biru dengan hidung ungu dan kedua mata yang berupa jahitan garis tebal karena tersenyum.
Anna menatap boneka satu-satunya itu. "Kau harus bangga. Kau sudah bekerja keras"kata Anna pada boneka itu dengan tersenyum tapi air matanya turun dari mata kiri nya.
Menaruh kembali boneka itu ketempatnya dan mengusap matanya.
"Ya kau sudah bekerja keras, berbahagialah"gumamnya pada diri sendiri.
***
Pagi hari. Semua anggota keluarga sudah berkumpul untuk sarapan. Ada ayah yang membaca koran ditemani secangkir kopi hitam, sang ibu yang bolak balik mengurus keluarganya yang sedang sarapan, Aris kakak laki-laki Anna sedang asik memakan nasi goreng, begitu juga dengan ketiga adiknya, Anna, Sarah, dan Idris.
"Ayo Idris berangkat"kata ayahnya yang siap berangkat seperti biasa bareng anak bungsunya karena memang searah dengan kantornya, dimana sekolah Idris terlewati mobil ayahnya sebelum sampai kantor.
Keduanya pamit setelah keempat anaknya dan sang istri menyalami ayah.
"Mau bareng gak? Mumpung baik nih"tawar Aris pada Sarah.
Tempat kerja Aris searah dengan Sarah, tapi baru kali ini kakaknya itu mengajak Sarah, biasanya mah bodo amat.
"Hayu lah, hemat ongkos"kata Sarah bangkit dari duduknya menyalami sang ibu dan mengikuti Aris yang sudah pergi duluan.
Anna yang terakhir berdiri dari duduknya, menyalami sang ibu untuk pamit berangkat sekolah.
"Jangan lupa les kamu"ingat ibunya.
Anna hanya mengangguk, mengucapkan salam dan berjalan keluar rumahnya. Menutup gerbang rumahnya Anna menatap tetangga seberangnya.
Disana terlihat seorang anak berseragam SD dengan semangat naik keboncengan sang ayah yang akan mengantarnya dengan motor.
"Hati-hati ya"pesan sang ibu.
Anna tersenyum kecil melihatnya, mengunci pagar dan berjalan ke gerbang perumahan nya yang langsung disambut dengan jalan raya besar.
Kenapa tak ada yang mengajak Anna untuk berangkat bersama atau mengantarnya, ada jawaban simpel dan masuk akal untuk pertanyaan tersebut. Sekolah Anna berlawanan arah dengan tujuan mereka.
Berdempetan diangkot sudah biasa bagi Anna. Fokusnya pada seorang siswi SMA yang berbeda seragam dengannya, dengan buku terbuka diatas pahanya dan wajah yang menunduk dan bibir yang berkomat kamit pelan tanpa suara membuat siswi itu terlihat luar biasa dimata Anna.
Anna memang penggila belajar, tapi tak pernah ia sampai belajar diangkutan umum, memang terlihat keren tapi Anna tak mau, karena ia tak bisa fokus dan alasan pribadi lainnya adalah ia tak mau terlihat sok sok-an.
Karena dulu Anna pernah belajar diangkutan umum dibicarakan sok sok-an oleh beberapa pelajar yang satu kendaraan dengannya dan itu membuat Anna trauma, tak ingin lagi berperilaku yang sekiranya dianggap sok sok-an oleh orang lain.
***
Turun dari angkot dan bergabung dengan murid-murid lain yang berjalan masuk ke dalam lingkungan sekolah, Anna berjalan dengan tenang sendirian.
Tin tin.
Anna melirik kebelakang sedetik kemudian menyisi memberikan jalan pada anak-anak geng yang membawa motor itu.
Keempat motor sport itu berhenti diparkiran yang biasa mereka gunakan, bahkan ada aturan tak tertulis kalau space itu adalah milik mereka pribadi.
Anna tak memperhatikan, ia tak peduli karena sudah menjadi pemandangan setiap kali berangkat sekolah Anna berjalan ke koridor dan menaiki tangga utama menuju kelasnya berada.
Azriel melepas helmnya kemudian merapikan rambutnya sambil berkaca dispion lalu menatap teman-temannya yang sudah siap ke kelas masing-masing itu.
"Gue mau tidur dikelas aja kali ini"kata Azriel pada teman-temannya itu.
"Oke. Kita-kita mau ke kantin, isi bahan bakar dulu biasa"sahut Milan salah satu dari 4 teman yang berangkat bareng Azriel.
Mereka pun berpisah dikoridor, keempat temannya terus berjalan kearah kantin sedangkan Azriel naik tangga menuju kelasnya.
Masuk kedalam kelas pemandangan yang selalu sama selama ia menghabiskan setengah semester awal kelas 11nya kembali ia lihat.
Duduk di bangkunya Azriel menatap punggung gadis yang selalu mengikat rambutnya dengan ekor kuda itu sedang membaca buku sesekali mencatat sesuatu dibuku catatannya.
Selalu seperti itu membuat Azriel merasa aneh, sedikit kesal, tapi kasihan juga membuat Azriel membuang wajah dan memilih menaruh wajahnya dilipatan tangan diatas meja.
"Gue gak peduli"gumamnya kemudian menutup matanya mencoba tidur.
***
Anna dan Azriel dipanggil keruang guru saat istirahat. Bukan karena membuat masalah tapi karena mereka akan mengikuti olimpiade seperti biasa.
Guru pembimbing olimpiade menjelaskan ini itu sembari memberikan masing-masing untuk mereka sebuah tumpukan soal-soal olimpiade sebelumnya.
"Saya berharap banyak sama kalian, terutama kamu Azriel"kata guru bernama pak Sugeng itu menatap kesal Azriel.
"Kamu emang nakal, berandal tapi jangan sampai kamu kehilangan peringkat satu kamu. Awas loh!"ancam pak Sugeng yang hanya diangguki malas oleh Azriel.
Lalu pak Sugeng menatap datar Anna lalu menghela nafas lelah membuat Anna menunduk menggigit bibir bawahnya dan memilin ujung rompinya.
Azriel menatap gadis itu lewat ekor matanya dan menghela diam-diam.
"Kamu yang paling saya wanti-wanti. Pertahankan peringkat mu itu tapi kalau bisa naikin dan kalahkan nih berandal, tapi kalau malah turun kamu emang gak becus"kata pak Sugeng menunjuk-nunjuk Anna.
"Sudah sana istirahat, masih ada waktu 15 menit buat jajan"kata pak Sugeng mengakhiri perkataannya.
Azriel langsung berdiri dan berlalu tanpa membawa tumpukan soal miliknya, sudah biasa karena Anna tanpa diminta gadis itu akan membawakan milik Azriel dan miliknya sendiri. Selalu seperti itu sejak mereka mengikuti olimpiade pertama mereka sebagai tim dikelas 10.
Anna berjalan dibelakang Azriel menjaga jarak dengan membawa tumpukan soal dihadapannya, menatap punggung Azriel yang terlihat sangat kokoh membuat Anna kagum dan juga benci.
Ya Anna membenci laki-laki didepannya. Laki-laki itu terlalu sempurna membuat Anna melarat karena tak bisa mendapat nilai sempurna yang diinginkan orang-orang disekitarnya dan itu menghancurkan hidupnya yang membuat Anna terbiasa direndahkan.
Azriel berbelok karena akan ke kantin sedangkan Anna lurus terus menuju kelasnya.
Masuk kekelas menaruh kumpulan soal miliknya dimejanya kemudian kembali melangkah menuju meja Azriel yang ada dibelakang.
Tak langsung kembali ke mejanya, Anna mendekati jendela dan membukanya menatap keluar melihat sekelompok anak laki-laki sedang bertanding basket dan diantara yang sedang main ada Azriel disana, karena Azriel memang anak ekskul basket yang berprestasi juga karena sering mendapatkan mendali dan menjuarai turnamen bahkan pernah dipilih sebagai pemain terbaik.
"Ternyata memang ada orang yang istimewa"gumam Anna.
Anna membandingkan Azriel dengan dirinya. Azriel sangat tampan dan tinggi seperti idol idol Korea, Anna tidak terlalu cantik hanya rata-rata tak terlalu tinggi juga. Azriel diekskulnya begitu berprestasi bahkan menjadi pemain terbaik, Anna mengikuti ekskul bela diri tak pernah diturunkan saat ada pertandingan tak mungkin menjadi atlet terbaik ia hanya menjadi orang yang membantu menyiapkan keperluan para anggota yang akan bertanding.
"Selamat Anna kau akan menderita, jangan sampai bunuh diri ya"kekehnya pada dirinya sendiri.
Menutup jendela dan berjalan ke mejanya untuk kembali belajar.
Hari ini Anna ada jadwal ekskul, jadi begitu sekolah bubar Anna pergi untuk mengganti seragamnya dengan seragam latihannya. Mengunci loker memakai sandal membawa botol airnya Anna berlari menuju gym sekolah.
Entah karena tim basket akan menghadapi sebuah pertandingan, mereka juga ikut latihan disetengah lapang yang sudah dibagi dua untuk mereka dan untuk ekskul bela diri.
Membuat gym itu terasa lebih ramai dimana biasanya hanya suara teriakan semangat dan suara dari pukulan tendangan dan seseorang yang dibanting diatas matras kali ini ditambah dengan suara decitan sepatu basket dan pantulan bola juga teriakan para pemain membuat gym serasa festival.
Kali ini latihan sparing dan tim basket sedang latihan three point. Anna duduk paling sisi disamping Mira dan Alsa teman seangkatannya yang ikut ekskul yang sama dari kelas 11-5, mata mereka fokus memperhatikan yang sedang sparing.
"Rame banget sih ni gedung"keluh Mira.
"Ya kan tuh ada anak basket, mereka juga bakal ada pertandingan"sahut Alsa membuka botol minumnya.
Anna hanya diam, matanya fokus melihat kedua temannya yang sedang sparing diatas matras sesekali melirik ke anak-anak basket yang melakukan dengan baik lemparan mereka karena jarang sekali ada yang meleset.
Tak! Sebuah bola meleset menghantam keras pinggiran ring membuatnya kembali memantul jauh.
"Hei awas!!!"seru pelatih ekskul basket saat melihat bola liar itu melewati jaring pembatas lapangan.
Anna menatap bola melayang itu dengan minat sampai.
Brak.
"Aw! Weeee!! Mira sakit!"keluh Alsa yang akan minum malah kena bola liar dan itu membuat wajahnya basah dan kepalanya sakit dihantam bola.
"Sorry gak sengaja"kata Azriel yang sudah berada didepan mereka memegang bola liar tadi menatap Alsa bersalah.
"Minta maaf! Minta maaf!"seru teman-temannya dibalik jaring hijau pembatas lapangan.
"Berisik! Ini juga lagi minta maaf sialan!"umpat Azriel pada teman-temannya itu.
"Maaf elah, gak usah nangis"kata Azriel menatap Alsa.
"Siapa yang nangis?"sungut Alsa kesal.
"Yaudah gue dah minta maaf dan dimaafkan"kata Azriel berlalu membawa bola basketnya setelah melirik Anna yang sedari tadi hanya memperhatikan tanpa minat.
Sampai dibagian lapangan yang digunakan tim basket Azriel diomeli pelatihnya karena tidak fokus menyebabkan masalah tadi.
Azriel hanya meminta maaf dan duduk disamping teman-temannya yang sedang istirahat. Membuka botol airnya dan meminumnya sembari melihat kesebrang lapangan dimana diatas matras sudah ada Anna yang sedang sparing dengan temannya.
Anna memukul menendang dan membanting begitu juga kebalikannya, ia sering kena pukul tendang dan banting juga dan berakhir dengan Anna yang kalah satu poin dengan lawannya.
Anna keluar dari gelanggang melepas pengaman badannya dan kembali duduk ditempatnya tadi membuka botol airnya dan meminumnya lalu tatapan nya tak sengaja saling tatap dengan Azriel yang juga melihat kearahnya.
Mengabaikan, Anna lebih memilih fokus dengan pikirannya sendiri. Selalu kalah dengan beda satu poin huh, kekeh Anna dalam hati.
Anna sudah berganti pakaian dengan seragam sekolah nya membuka loker mengambil tasnya lalu memasukan seragam latihannya yang basah karena keringat kedalam tas jinjing menutup lokernya dan menguncinya.
Berbalik Anna melihat ada Azriel didepan loker milik laki-laki itu yang berada 5 loker dari miliknya. Menatap sebentar sebelum melewati laki-laki itu seolah tak ada orang disana.
Azriel hanya menaikkan sebelah alisnya tak peduli, mengambil tasnya dan akan pulang.
***
Anna memperhatikan guru yang sedang menerangkan. Begitu pulang dari sekolah Anna langsung pergi ke tempat lesnya.
Dan ini sudah pukul 10 malam dan lesnya berakhir. Anak-anak yang ikut les keluar dari gedung dan menghampiri orangtuanya yang menjemput anak mereka.
Hanya Anna seorang yang tak dijemput dan ia sudah biasa. Berjalan di trotoar dengan penerangan lampu jalan Anna berjalan dengan menatap ponselnya ragu.
Ingin sekali ia mengirimkan SMS kalau ia juga ingin dijemput. Tapi mengingat sifat keluarganya yang bodo amat dimana mereka hanya bertanya masih dimana tanpa mengatakan akan menjemput saja itu sudah cukup bagi mereka. Anak sudah sampai dirumah berarti beres.
Anna melihat ada minimarket 24 jam. Anna masuk dan membeli sebuah roti coklat.
"Terimakasih"
Anna keluar dengan membuka sebungkus roti itu dan melahapnya melihat sekitar dimana begitu sepi dengan kendaraan yang dipastikan tak akan ada angkot atau angkutan umum lainnya yang lewat melihat jam sudah hampir menunjuk pukul setengah 11 malam dan Anna masih agak jauh dari perumahannya dan ia harus jalan kaki.
Anna sampai dirumah pukul 11 malam dan disambut oleh orangtuanya yang duduk disofa ruang tengah.
"Darimana kamu?"tanya ayahnya sedikit membentak.
"Anak perawan jam segini baru pulang?!"bentak ayahnya.
"Anna habis les yah"jawab kecil Anna.
"Les apaan sampe jam 11 malem?! Gak usah bohong kamu!!"bentak ayahnya lagi.
"Les biasa yah, hari ini ada ekskul jadi jam lesnya ditambah"jelas Anna.
"Alasan! Sana masuk kamar!"suruh ayahnya.
Anna hanya mengangguk dan naik masuk ke kamarnya. Anna dengar ibunya sedang menjelaskan kalau Anna les dan jamnya memang ditambah karena nilainya turun.
Anna merengut sendirian di kamarnya.
Apa katanya? Nilaiku turun? Ya! Harapan ku untuk melanjutkan hidup yang turun, selalu turun setiap harinya.
***
Paginya tak akan ada kata permintaan maaf dari ayahnya setelah ibu menjelaskan pun memang tak akan ada permintaan maaf dari pria paruh baya itu.
"Anna, berangkat ma, Anna piket"pamit Anna menyalami kedua orangtuanya dan Aris.
Berjalan santai ditrotoar perumahan lalu menunggu angkot lewat. Naik dan menunggu sampai angkot itu berhenti di sekolahnya.
Melihat ke jendela motor kakaknya lewat dengan Sarah di boncengan. Melihat itu Anna jadi berpikir kenapa ia tak diajak bareng saja tapi berpikir lagi tak mungkin karena bonceng tiga itu tidak boleh.
Turun dari angkot dan memasuki kawasan sekolahnya tanpa tahu dari belakang ada anak-anak yang datang sambil bercanda saling mengejar dan menyenggol Anna sampai jatuh dan saat itu juga bertepatan dengan sebuah motor sport datang.
Tiiiinnnn!!! Brak.
Untuk menghindari Anna si pengemudi membanting stir dan terjatuh. Melihat itu orang-orang disekitar dan satpam penjaga gerbang langsung membantu siswa tersebut begitu juga teman-teman nya yang baru datang langsung turun dari motor mereka membantu siswa itu bangkit.
Anna buru-buru menghampiri orang itu untuk memeriksa keadaannya dan meminta maaf.
"Bro Lo gak apa-apa?"seru temannya yang membantu orang itu berdiri.
Orang itu melepas helmnya buru-buru dan wajah itu Azriel menatap Anna dengan marah.
"Lo mau mati hah?!"bentak Azriel membuat Anna yang ketakutan semakin ketakutan dan menunduk.
Anna meringis saat melihat celana bagian samping Azriel sobek dan memperlihatkan betis kirinya luka.
"Maaf Azriel, Anna minta maaf banget"kata Anna setulus hati merasa bersalah.
Azriel menghela nafas kasar tak habis pikir dengan gadis didepannya itu.
"Ada apa ini?"tanya kepala sekolah yang tiba-tiba muncul membelah kerumunan.
"Itu pak! Dia caper sama temen saya tapi malah bikin temen saya celaka"seru Milan menunjuk Anna.
Kepala sekolah menatap Anna dan menggeleng. "Kamu ikut saya ke kantor dan kamu obati lukamu di uks"kata kepala sekolah itu pergi dan diikuti Anna.
Anna menunduk takut menatap kepala sekolahnya yang sedang menatap Anna tak suka.
"Kau tahu? Perilakumu itu bisa saja membuat Azriel kehilangan nyawanya"kata kepala sekolah membuka percakapannya.
"Saya minta maaf pak"cicit Anna.
"Kalau suka dengannya jangan terlalu berlebihan untuk mencari perhatiannya, kau terlihat seperti sampah"kata kepala sekolah.
Anna harus bersyukur pada Tuhan karena dihidupkan diantara orang-orang yang tak pernah menyaring perkataan mereka dan selalu membuat Anna ingin mengakhiri hidupnya selalu.
"Ke tengah lapangan berdiri menghadap tiang disana sampai bel istirahat berbunyi"perintah kepala sekolahnya.
"Terimakasih pak, sekali lagi saya minta maaf, permisi"pamit Anna.
Keluar dari ruang kepala sekolah ia berniat untuk kelokernya terlebih dahulu untuk menaruh tasnya dan berjalan kelapangan utama.
Berdiri ditengah dan mendongak menatap bendera merah putih yang berkibar karena angin itu. Berpikir kalau ia akan ketinggalan beberapa jam pelajaran kali ini dan ia harus belajar lebih ekstra untuk mengejarnya.
Diantara pikiran negatifnya ada satu pikiran positif yaitu Anna bersyukur karena sekolah sepertinya tak akan memberitahukan hal ini pada orang tuanya.
Semakin lama semakin panas, matahari semakin tinggi membuat Anna sedikit pusing tapi ia yakin tak akan pingsan seperti cerita cerita lain atau sinetron di tv karena ia sudah makan banyak saat sarapan, ia hanya merasa haus.
Teeeettt. Bel istirahat berbunyi membuat Anna menghela nafas lega bersyukur hukumannya selesai.
Byuur. Baru selangkah ingin meninggalkan lapangan Anna sudah basah kuyup dari atas sampai bawah bahkan banyak tetesan air yang menetes ditubuhnya. Suara tawa terdengar dari mana-mana mentertawakan Anna yang basah kuyup.
Anna menatap bingung orang-orang disana yang mentertawakannya lalu ia menatap tiga perempuan yang ada dihadapannya dengan masing-masing membawa ember yang masih meneteskan air dari sana.
Perempuan ditengah melemparkan ember itu pada Anna yang membuat Anna menghindar dan mendapat tepuk tangan malas dari perempuan itu.
"Gue ngeliat Lo kepanasan, jadi karena gue baik hati ngebuat Lo merasa segar, baik kan gue?"kata perempuan bername tag Vanesa itu.
Vanesa berjalan maju mendekati Anna dan langsung menamparnya tanpa sebab sampai Anna membalikan wajahnya.
"Buat pembunuh kayak Lo emang pantes diginiin"desis Vanesa mendorong keras bahu kanan Anna.
"Lo kalo suka sama Jiel jangan gitu cara Lo! Gak usah caper karena Jiel punya gue!"kata vanesa membentak lalu menatap Anna dari atas sampai bawah lalu terkekeh remeh.
"Dan cewek kek Lo gak pantes buat caper ke Jiel"kata Vanesa terakhir lalu menoyor kepala Anna dan pergi begitu saja dengan kedua temannya.
Anna mengerjapkan matanya bingung dan selanjutnya berjalan keluar lapangan untuk mengganti pakaiannya yang basah, rasanya Anna memiliki seragam cadangan di lokernya.
***
Milan membuka pintu UKS dan duduk dikursi samping ranjang Azriel lalu memberikan pesanan temannya itu, berupa susu kotak rasa melon.
"Gimana?"tanya Milan sembari mencoblos susu kotak rasa strawberry miliknya.
"Cuma luka luar kecil gak parah"kata Azriel mengingat perkataan suster yang mengobatinya.
"Syukurlah Lo masih bisa main Minggu depan"kata Milan.
Mereka pun saling diam menikmati susu kotak masing-masing sampai Milan ingat sesuatu yang ia lihat saat perjalanan dari kantin ke UKS.
"Tuh cewek dibully ditengah lapangan tadi sama si Vanesa cs"kata Milan santai.
"Cewek mana"tanya Azriel tak minat.
"Itu loh yang caper ke Lo dan bikin Lo begini"kesal Milan.
Azriel hanya beroh ria saja. Tak minat dan tak peduli dengan gadis bernama Anna itu.
Azriel memilih kekelas dan mengikuti pelajaran karena ia bosan di UKS membuat Milan terkejut melihatnya dan sepanjang jalan menemani Azriel ke kelas Milan selalu bertanya apa Azriel tidak kerasukan atau otaknya rusak karena terjatuh tadi.
"Ah elah udah gak apa-apa gue, balik sana kekelas, siniin tas gue"kata Azriel mengambil tasnya yang dibawakan Milan.
"Bener Lo gak kerasukan atau otak Lo masih bener kan?"kata Milan masih tak percaya.
"Pergi gak Lo?!"bentak Azriel membuat Milan buru-buru pergi kekelasnya sambil berkata kalau ia akan menjemput Azriel kekelas saat jam pulang nanti.
Azriel masuk kekelas bertepatan dengan bel masuk berbunyi dan teman-teman sekelasnya mengabaikan bel tersebut dan memilih mendekati mejanya.
"Lo gak apa-apa kan?"
"Ada yang patah?"
"Emang keterlaluan si Anna, diem-diem nyebelin"
"Dari awal dia emang nyebelin emang orangnya"
Dan seterusnya hanya ada cacian dari mereka yang pasti terdengar oleh Anna yang duduk dikursinya itu.
"Dah dah sana pada balik, sesek gue"usir Azriel pada teman-temannya itu.
Begitu mereka duduk guru masuk dan pelajaran dimulai. Dari belakang Azriel menatap punggung Anna yang kali ini tertutupi oleh rambut panjangnya yang tergerai terlihat basah.
Gadis itu fokus memperhatikan guru yang sedang mengajar dan Azriel melihat gadis itu merasa tak bersalah sama sekali membuat Azriel merasa sedikit kesal dan lega juga.
Toh Azriel tahu Anna terjatuh bukan sengaja dan tanpa sebab. Sebenarnya sudah sejak awal Azriel melihat dua murid laki-laki yang berjalan sambil bercanda saling mengejar dan Azriel kaget saat berbelok masuk ke gerbang Anna terjatuh karena tersenggol mereka.
"Ya untung aja gue jago, kalo gak udah kegiles kali tuh cewek"gumam Azriel mengalihkan pandangannya menatap keluar jendela.
Azriel berjalan ke loker untuk membawa bukunya dan ia melihat ada Anna juga disana didepan loker miliknya sendiri, entah sedang apa Azriel tak peduli.
Membuka loker mengambil buku dan memasukannya kedalam tas nya dan dari ekor matanya ia melihat Anna yang mendekatinya dan berdiri menjaga jarak darinya.
"Mau apa Lo?"tanya Azriel sinis tanpa melihat Anna.
"Mau minta maaf. Minta maaf gara-gara Anna Azriel jatuh"kata Anna menunduk dan semakin membungkuk saat berkata maaf.
Azriel menutup pintu lokernya dengan tak santai membuat Anna terkejut.
"Dahlah gak usah minta maaf terus, buat apa?! Gue gak cacat gak mati jadi biasa aja kali"kesal Azriel dan pergi meninggalkan Anna sendirian.
Anna menatap kepergian Azriel. "Apa artinya Anna udah dimaafin?"tanyanya pada dirinya sendiri.
***
Azriel pulang kerumahnya dan disambut kedua orangtuanya membuat Azriel menatap heran pasalnya kedua orangtuanya itu tak pernah dan jarang berada dirumah.
"Mau diem disana terus atau salam?"kata Andari, bunda Azriel.
Azriel pun menyalami kedua orang tuanya dan duduk karena bundanya menarik tangannya untuk duduk disofa single sampingnya.
"Gimana sekolah?"tanya Andari.
"Biasa aja"jawab Azriel singkat, toh memang tak ada yang harus ia ceritakan ke orangtuanya.
"Itu kenapa kaki sama tangan kamu?"tanya Aryan, ayah Azriel.
Andari langsung mengambil tangan anaknya yang memiliki luka goresan dan menatapnya ngeri ditambah saat ia melihat celana Azriel yang sobek.
"Jatuh dari motor yah"
"Tuh kan apa kata bunda, gak usah bawa motor lagi, kamu dianterin aja sama pak Harto ya?"kata Andari, dan Azriel hanya menatap malas bundanya yang mulai lagi.
"Gak apa-apa bun, emang lagi sial aja, mau ngehindar malah jatuh, udah nasibnya Bun"jelas Azriel santai.
Aryan hanya menatap kedua orang terkasihnya itu yang saling mengobrol itu, sudah lama mereka tak berkumpul seperti ini jadi rasanya sangat nyaman.
"Sana mandi, ayah mau ngajak kamu sama bunda makan malam diluar"kata Aryan.
"Oh tumben? Ada apa nih?"tanya Azriel curiga.
"Udah sana gak ada apa-apa, curigaan amat sama orangtua sendiri"suruh Andari menyuruh anaknya segera ke kamar.
Keluarga Azriel memasuki sebuah restoran mewah dan duduk dimeja yang ternyata sudah dipesan ayahnya itu.
Azriel menatap ayah dan bundanya yang sedang memilih makanan dengan curiga. Kedua orangtuanya itu memesan cukup banyak makanan yang bisa dimakan untuk enam orang semakin membuat Azriel curiga.
"Selamat malam pak Ryan. Maaf telat"sapa seorang pria paruh baya dengan setelan mahalnya mengapa ayahnya dan dibelakang pria itu ada dua wanita yang Azriel yakin istri dan anak perempuannya.
"Ah selamat malam pak Ardi, tidak apa kami juga baru tiba. Silahkan duduk"kata ayahnya menyuruh tiga orang itu duduk dan si anak perempuan mereka duduk disamping Azriel yang melirik tak suka pada perempuan yang salting sendiri karena diperhatikan Azriel.
Wah wah gak beres, batin Azriel.
Sambil menunggu makanan datang mereka mengobrol lebih tepatnya para orangtua yang dimana orangtua perempuan disamping Azriel selalu membicarakan hal baik Inggrid anak mereka dan kedua orangtua Azriel juga bertanya-tanya pada si Inggrid itu yang dijawab dengan malu-malu anjing.
Weylah gue mending belajar aja daripada begini, batin Azriel kesal.
"Inggrid sekolah dimana?"tanya Andari yang ia tahu kalau Azriel dan Inggrid berbeda sekolah.
Inggrid tak langsung menjawab karena pelayan datang dan menaruh makanan pesanan mereka. Setelah pelayan itu pergi Inggrid menjawab pertanyaan itu.
"SMA Nusa tante"kata Inggrid.
"Oh ya? Itu tempat Jiel buat olimpiade Minggu depan kan?"tanya Andari pada Azriel yang sibuk dengan makanannya.
Azriel menatap bundanya lalu menggangguk tanpa mejawab karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Jiel sering ikut olimpiade? Berarti pinter banget"kata Inggrid memuji Azriel.
Azriel memberhentikan kunyahannya lalu menelan makanannya, menaruh sendok dan garpunya meminum airnya lalu menatap Inggrid yang juga menatapnya dengan tatapan antusias karena merasa mendapatkan perhatian Azriel.
Dih siapa Lo manggil gue begitu?!
"Yah, Jiel butuh angin. Saya permisi om tante"kata Azriel berdiri meminta izin kemudian pergi keluar restoran begitu saja.
Berjalan di trotoar depan restoran itu dengan memasukan kedua tangannya kedalam saku Azriel mengumpat tidak jelas.
"Amit anjing! Cewek manja najis!"umpat Azriel mengeluarkan beberapa kata kotor diantara banyaknya kata kotor yang berada dalam kamusnya.
Duduk dikursi depan restoran menatap sebal kesebrang jalan yang lenggang. Karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Gak sudi gue sama anak manja begitu, mending sama janda aja sekalian"umpat Azriel tiada hentinya karena ia benar-benar kesal bukan main.
Membuka permen loli rasa susu melon yang ada disakunya dan melahapnya masih menatap kesebrang jalan.
Beberapa saat kemudian ia melihat seseorang yang rasanya tak asing berjalan di trotoar sebrang masih memakai seragam sekolah dan lengkap dengan tas ranselnya dan tas jinjing yang Azriel yakin itu berisi pakaian basah gadis itu.
"Anna?"gumam Azriel menatap gadis itu sampai tak terlihat lagi karena berbelok.
"Oh jadi namanya Anna, temen kamu?"
Azriel terkejut menatap ayahnya yang sudah duduk disampingnya menatap kearah dimana Anna tak terlihat.
"Temen kamu tadi? Kok baru pulang? Masih pake seragam lagi, anak gak bener ya?"tanya Aryan penasaran.
"Temen sekelas yah. Anak gak bener sih gak tau Jiel juga"kata Azriel malas.
Aryan hanya mengangguk saja paham. "Nama panjangnya siapa?"
"Millisanna"
Aryan mengerutkan keningnya, rasanya ia tak asing dengan nama yang disebutkan anaknya itu.
Anna? Millisanna? Dua?
Ah Aryan ingat. Millisanna Alsari Salsabila, anak yang selalu peringkatnya dibawah Azriel. Pantas saja ia tak asing, setiap ia mendapat kertas hasil ujian Azriel nama anak itu selalu ada tepat dibawah nama anaknya.
"Oh partner kamu di olimpiade itu? Dia juga bakal ikut olimpiade Minggu depan juga?"tanya Aryan yang diangguki Azriel.
"Yaaah"seru Aryan terkekeh. "Anak itu pasti juara kedua lagi karena juara satunya anak ayah"kata Aryan mengusak-ngusak rambut Azriel bangga dan gemas.
Azriel? Dia hanya diam. Entah kenapa ia merasa tak enak hati pada gadis itu padahal ia tak memiliki salah apa-apa.
***
Anna dan Azriel berada di perpustakaan untuk pendalaman materi sebelum olimpiade besok. Biasanya hanya ada Anna tapi karena besok harinya olimpiade Azriel datang, seperti biasa yang selalu ia lakukan jadi Anna dan pak Sugeng sudah terbiasa, mereka masih bersyukur Azriel mengikuti pendalam walaupun hanya sekali.
"Jadi kalian paham kan?"kata pak Sugeng mengakhiri penjelasannya yang dilanjutkan dengan memerintahkan mereka untuk mengerjakan sisa soal dan mendalami materinya.
Begitu pak Sugeng pergi Azriel menaruh kepalanya diatas lipatan tangannya bersiap tidur dan itu juga sudah biasa.
Dengan ruangan sepi, AC yang mengarah ke mereka siapa yang tak akan merasa ngantuk jika itu bukan Anna. Ya Anna membiarkan Azriel tidur membelakanginya dan ia fokus mengerjakan yang disuruh pak Sugeng.
Anna mendorong kursinya mundur untuk mengambil buku yang ia perlukan disalah satu rak perpustakaan itu dan tanpa sadar membuat Azriel membuka matanya dan mengubah posisinya menjadi menghadap kekursi kosong Anna dan kembali menutup matanya.
Anna kembali duduk dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda tadi, makin fokus dengan buku yang tadi dibawanya.
Azriel diam-diam membuka matanya menatap Anna yang duduk disampingnya fokus belajar tanpa menghiraukannya. Azriel bisa melihat jelas wajah Anna dari samping.
Mata hitam agak sipit dengan bulu mata panjang nan lentik, hidung mungil sedikit mancung, bibir pink tipis, pipi yang tembem dan dipipi kiri atasnya ia melihat ada jerawat kecil yang baru tumbuh disana menjadi sorotan karena kulit bersih Anna menjadikan jerawat kecil itu titik pusat.
Azriel terkekeh kecil disana tanpa sadar dan kembali memejamkan mata untuk menghabiskan waktu istirahatnya yang sebentar lagi.
5 menit lagi bel berbunyi membuat Anna memberhentikan belajarnya dan merapikan barang-barang miliknya dan juga milik Azriel, lagi-lagi seperti kebiasaannya.
Menepuk pelan bahu Azriel untuk membangunkan laki-laki itu. "Azriel bangun, bentar lagi masuk. Anna duluan"katanya dan pergi meninggalkan Azriel yang masih betah di posisinya.
Azriel mengangkat wajahnya mendecak sebal. "Tungguin gue bangun kek"kata Azriel menggerutu dan membawa barang-barangnya yang sudah dirapikan Anna.
***
Anna gelisah bukan main. Sejak ia pulang dari sekolah sampai ia duduk dimeja belajarnya belajar ia gelisah kalau ia akan membuat masalah nanti saat olimpiade membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.
Pintu kamarnya diketuk dan terbuka memperlihatkan Aris kakaknya. "Jemput mama gih, hujan nih mama gak bawa payung"kata kakaknya itu menyuruhnya.
Kenapa gak kakak aja?
Menolak lewat batin sudah biasa untuk Anna. Memakai jaket dan keluar kamar membawa dua payung untuk menjemput mamanya.
Dilihat ada Sarah diruang tengah sedang bermain game di ponselnya.
Ada Sarah kenapa gak suruh dia aja?
Oh iya Sarah pasti bakal bilang gak mau dengan mudahnya, jadinya Anna yang harus pergi sebagai tumbal dan sebagai kakak yang baik dan juga anak kedua dari 6 anggota keluarga tersebut yang harus mau terus kalau disuruh ini itu karena gak ada pilihan lain jika tak ingin keempat adik kakak termasuk dirinya itu menjadi durhaka pada orangtua.
Membuka pintu hujannya begitu lebat dan Anna yakin jalan raya didepan gerbang masuk perumahan mereka sudah banjir.
Kata Aris mamanya pergi ke minimarket sebrang jalan besar. Jadi dengan satu tangan memegang kuat payungnya agar tak terbang dan terbalik dibantu tangan satunya lagi yang memegang payung untuk mamanya nanti.
Sampai didepan gerbang perumahan benar saja sudah banjir diatas tumit orang dewasa dan sudah naik keatas menutupi trotoar.
Berdiri diatas trotoar yang tepat disebrang minimarket, Anna mencoba melihat ke minimarket tersebut mencari sosok mamanya disana.
Tiiiin. Seorang pengemudi motor hampir menabraknya dan Anna yang bingung dihadiahi umpatan.
"Bangsat!! Dasar jelek!!"umpat pemotor itu melotot ke Anna dan berlalj begitu saja.
Anna bingung dan pasti membuatnya trauma dan ia yakin akan mengingat kejadian tadi sampai ia mati walaupun begitu Anna masih berpikir sesuatu yang menjengkelkan untuk pria dengan motor itu.
Orang itu gak ada kaca ya? Anna emang gak cantik-cantik amat. Tapi kalo dibandingin sama orang tadi jauh banget dong, amit-amit malah. Bentukan kek jamet, kulit kucel baju kucel rambut kucel dan mulutnya jahat. Gak ada pilihan banget.
Kembali melihat ke minimarket setelah menunggu lama Anna tak melihat mamanya membuatnya berpikir kalau mamanya sudah pulang dengan hujan-hujanan dan Anna saat pulang pasti langsung dimarahi Aris habis-habisan.
Jadi mencoba mengalihkan perhatian dari pemikirannya itu ia memilih untuk menunggu sebentar lagi. Tiba-tiba ada mobil dengan kurang ajarnya melaju dengan kencang membuat Anna terbanjur setubuh nya.
"Pwah"Anna terkejut bukan main ia mengusap wajahnya yang basah oleh air kotor itu.
Tak ada waktu untuk menunggu mamanya, biar saja ia dimarahi habis-habisan oleh kakaknya karena membiarkan mamanya hujan-hujanan, Anna harus segera kembali kerumah dan mandi karena merasa kotor dan ia merasa orang-orang disekitarnya menertawainya.
Anna berjalan kerumahnya masih menggunakan payung, sebenarnya tak perlu karena Anna sudah basah kuyup.
Beberapa langkah didepan dirinya melihat mamanya menumpang payung pada ibu ibu samping rumahnya membuat Anna merasa bodoh.
Jalur kerumahnya ada dua jalur dan sepertinya mamanya melewati jalan yang berbeda dengannya.
Mengikuti dari belakang sampai mamanya membuka pagar dan berterimakasih pada ibu ibu itu dan berlari masuk kedalam rumah.
"Makasih ya Bu"kata Anna yang mendekati ibu ibu itu.
"Eh neng Anna? Iya sama-sama neng"kata ibu itu bingung dan terkejut. Ibu itu menatap Anna yang memakai payung tapi basah kuyup.
"Neng kunaon basah? Pake payung juga"tanya ibu itu.
"Kesembur mobil yang jalan Bu"kekeh Anna.
Ibu ibu itu mengangguk. "Iya emang orang-orang yang kayak gitu emang kurang ajar. Sana cepet masuk mandi, gatel loh nanti"kata ibu itu menyuruh Anna masuk kerumah.
Anna mengangguk dan pamit pada ibu itu. Ibu itu melihat Anna sampai masuk kerumahnya. Saat ibu itu akan bergerak pulang kerumahnya ia berhenti karena mendengar bentakan untuk gadis yang baru saja ditemuinya itu.
Ibu itu menatap miris pada rumah keluarga Anna itu. "Neng sing sabar weh nya jadi anak mah"gumam ibu itu berjalan menuju rumahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!