Di sebuah sekolah, di salah satu kota yang lumayan besar di Indonesia.
Para siswa putri sedang duduk dibawah pohon saat jam istirahat.
“Kamu ikut kan Jihan nanti malam ke pesta ulang tahun Yuni?” tanya Rani teman dekat Jihan.
“Aku masih bingung Ran,” jawab Jihan masih tampak ragu.
“Memangnya apa yang kamu bingungkan Jihan?” tanya Rani lagi.
“Aku nggak yakin kalau diizinkan sama ibuku karena acaranya malam,” jelas Jihan.
“Memangnya kenapa kalau acaranya malam.”
“Pasti ibuku nggak akan mengizinkan kalau aku keluar malam.”
“Tapi kan kita perginya bareng teman yang lain.”
“Kamu kayak nggak tau aja gimana ibuku. Ke mana-mana aku selalu diawasi dan selalu dilarang, apalagi pergi pesta malam-malam seperti ini.”
Rani langsung berpikir sesaat. “Atau gini aja Jihan. Gimana kalau kamu bohongi ibu kamu,” ucap Rani.
“Maksud kamu Rani apa, aku nggak ngerti.”
“Kamu katakan aja kalau kamu nginap di rumah aku. Karena orang tua aku sedang keluar kota.”
“Aku nggak berani bohong Rani, nanti kualat loh...”
“Kamu sih terlalu jujur. Sekali-sekali berbohong kan nggak apa-apa demi kebaikan,” ucap Rani berusaha mempengaruhi Jihan.
Jihan yang takut akan dosa hanya bisa terdiam memikirkan ucapan Rani teman dekatnya. Sebenarnya dia sangat ingin pergi ke pesta ulang tahunnya Yuni tapi dia takut untuk mengatakan pada ibunya karena dia nggak yakin kalau ibunya mengizinkannya.
“Ya udah begini aja Jihan. Besok setelah pulang sekolah aku ikut ke rumah kamu biar aku permisikan sama ibu kamu untuk mengajak kamu tidur di rumah aku.”
“Benar juga ide kamu, Rani. Kalau kamu yang mengajak aku nginap di rumah kamu, mungkin ibu aku setuju.”
Jihan yang merupakan putri pak Fitra adalah seorang gadis yang sangat lugu dan terkenal-alim di sekolahnya. Setiap temannya pergi untuk jalan-jalan atau nongkrong, Jihan tidak pernah mau ikut dengan alasan dia harus pulang ke rumah tepat waktu.
Jika terlambat sedikit saja maka ibunya akan marah. Bahkan ke mana-mana Jihan selalu dipantau oleh ibu dan ayahnya.
Hal ini kadang membuat Jihan merasa kesal sendiri. Dia merasa diperlakukan seperti anak kecil saja. Kekhawatiran ibunya disebabkan karena kakak Jihan yang bernama Santi telah meninggal dunia saat duduk di kelas dua SMA.
Santi adalah seorang gadis yang ceria yang sering pergi dengan teman-temannya. Bu Rita yang merupakan ibunya Jihan selalu memberi kebebasan pada Santi kemana pun Santi pergi. Hingga suatu hari Santi pamit dari rumah dan akan pergi ke rumah temannya dan bu Rita mengizinkannya. Tapi sampai malam Santi tidak pulang ke rumah membuat bu Rita dan pak Bambang merasa sangat khawatir. Kemudian pak Bambang melaporkan hal ini kepada pihak polisi sehingga seluruh warga mencari keberadaan Santi.
Ketika keesokan harinya Santi ditemukan tidak bernyawa lagi di semak-semak dekat rumahnya. Setelah diselidiki ternyata Santi saat pulang dari rumah temannya diperkosa oleh pria jalanan dan kemudian dibunuhnya.
Sejak saat itu bu Rita dan pak Bambang selalu mengawasi keberadaan Jihan. Bahkan kalau Jihan -pulang dari sekolah -terlambat maka bu Rita dan pak Bambang merasa sangat khawatir. Hal inilah yang menyebabkan bu Rita selalu melarang Jihan kalau pergi ke mana-mana. Bahkan pergi dan pulang kuliah Jihan selalu diantar dan dijemput oleh bu Rita sendiri. Rasa khawatir bu Rita maupun pak Bambang disebabkan kematian dari putrinya yang bernama Santi itu.
***
Begitu pulang kuliah sesuai dengan rencana Rani dan Jihan bahwa Rani ikut ke rumah Jihan untuk meminta izin pada ibunya agar tidur di rumahnya. Walaupun Jihan merasa ragu dengan rencana ini tapi Jihan tidak dapat menolak saran dari Rani.
Begitu sampai depan rumah Jihan, terlihat bu Rita sedang menyiram bunga.
“Assalamualaikum Bu...” sapa Jihan dan Rani.
Bu Rita langsung menoleh ke arah datangnya suara dan langsung tersenyum saat melihat putrinya dan Rani sudah berada di dekatnya.
“Waalaikumsalam....” jawab bu Rita ramah.
Kemudian Jihan dan Rani menyalam bu Rita.
“Ayo silakan masuk Rani,” ucap bu Rita ramah.
“Maaf Bu, Rani mau buru-buru...”
“Kenapa sih buru-buru. Duduk dulu ngobrol di sini,” ajak bu Rita.
Rani langsung tersenyum menanggapi ucapan ibunya Jihan.
“Rani mau minta izin sama ibu...” ucap Rani terputus.
Rani merasa ragu untuk melanjutkan kata-katanya karena dalam hati kecilnya dia merasa berdosa telah membohongi ibunya Jihan.
“Minta izin gimana maksudnya...” tanya bu Rita sedikit bingung sambil memperhatikan mimik wajah Rani.
“Begini bu. Rani mau mengajak Jihan untuk nginap di rumah Rani karena orang tua Rani sedang pergi ke luar kota,” jelas Rani.
“Oh gitu... Memangnya Rani di rumah dengan siapa?” tanya bu Rita.
“Rani sendiri di rumah Bu.”
“Memangnya Rani nggak punya saudara kandung?”
Rani langsung menggelengkan kepalanya.
“Berarti Rani anak tunggal?” tanya bu Rita lagi.
“Iya Bu, Rani anak tunggal makanya kalau papa dan mama pergi biasanya Rani bersama bi Sumi. Tapi saat ini bi Sumi sedang pulang kampung karena cucunya sedang sakit,” jelas Rani.
Mendengar ucapan Rani, bu Rita akhirnya tidak bisa menolak karena dia merasa kasihan dengan Rani yang tinggal di rumah sendiri.
“Ya udah kalau memang seperti itu nggak apa-apa. Tapi satu malam aja kan?” tanya bu Rita lagi.
“Iya Bu satu malam aja karena besok papa dan mama sudah pulang.”
Akhirnya setelah mendapat izin dari bu Rita, Rani dan Jihan pun langsung pergi ke rumah Rani.
Sepanjang perjalanan ke rumah Rani, Jihan dan Rani hanya diam saja. Keduanya seperti ada rasa menyesal karena telah membohongi bu Rita demi untuk datang ke pesta ulang tahun Yuni.
‘Maafkan Jihan bu kalau harus membohongi ibu karena Jihan ingin sekali datang ke pesta ulang tahun Yuni. Selama ini ibu tidak pernah memberikan kebebasan pada Jihan untuk berkumpul dengan teman-teman Jihan,’ batin Jihan.
Walaupun Jihan sudah mendapat izin dari ibunya tapi di hati kecil Jihan tetap merasa berdosa karena telah membohongi ibunya. Tapi kalau dia tidak berbohong seperti ini pasti dia tidak akan pernah bisa menghadiri pesta ulang tahun temannya.
Sebenarnya Jihan merasa minder kalau berkumpul dengan teman-teman satu kelasnya karena semua teman sekelasnya sudah tau kalau Jihan adalah gadis yang kurang pergaulan dan juga terkenal alim membuat teman laki-laki tidak berani untuk mendekatinya.
Bahkan tidak jarang temannya yang selalu menyindirnya kalau mereka merencanakan akan nongkrong bareng. Seperti yang dikatakan Dwi saat itu. [Kalau Jihan nggak perlu diajak-ajak karena sampai kiamat pun dia nggak akan mau. Tapi kalau untuk pengajian baru dia mau ikut.]
Itulah yang pernah dikatakan Dwi teman sekelasnya saat mereka merencanakan nongkrong untuk acara tahun baru.
Sehingga dalam bergaul Jihan termasuk pribadi yang kuper karena tidak pernah mau ikut bergabung. Kalau pun bergabung hanya untuk diskusi kelompok dalam belajar.
Selesai magrib Jihan dan Rani langsung bersiap-siap untuk pergi ke pesta ulang tahun Yuni yang diadakan di sebuah cafe yang cukup ternama di daerah tempat tinggal mereka.
Yuni yang berasal dari keluarga yang berada dan juga terpandang di kampungnya tentu memilih Cafe Lestari sebagai tempat perayaan ulang tahunnya yaitu pesta ulang tahunnya yang ke tujuh belas tahun hari ini.
Ketika Jihan dan Rani sampai di cafe itu terlihat sudah ada beberapa teman sekolah Yuni yang hadir.
Beberapa orang pria yang tampak duduk di sebuah meja sambil memperhatikan kedatangan Jihan dan Rani. Salah seorang pria itu adalah teman sekolah mereka yang bernama Bobby. Sedangkan yang dua orang lagi Jihan maupun Rani tidak mengenalnya. Mungkin juga mereka adalah temannya Bobby.
Dua orang pria yang tidak dikenal Jihan terlihat sedang memperhatikan Jihan dan Rani sambil berbisik membuat Rani seperti tidak suka melihatnya. Sedangkan Jihan yang tidak pernah berkumpul di tempat seperti ini merasa sangat canggung.
Begitu Rani dan Jihan duduk manis di tempatnya, Rani langsung berbisik pada Jihan.
“Jihan, coba kamu perhatikan Bobby dan temannya itu. Aku perhatikan dari tadi mereka memperhatikan kita aja. Aku nggak suka lihatnya,” bisik Rani kesal.
“Biarin aja Rani.”
“Iya, tapi aku nggak suka melihatnya. Dari senyumnya sepertinya senyum mengejek,” ucap Rani kesal.
“Udah, kamu tenang aja tak usah lihat mereka. Kamu kan tau sendiri seperti apa si Bobby itu.”
Bobby adalah teman sekelas Jihan dan Rani yang terkenal badung makanya Jihan tidak heran kalau melihat senyum Bobby yang seperti mengejek mereka.
“Berarti yang diundang Yuni malam ini bukan hanya teman kita sekelas aja ya,” tanya Jihan.
“Benar Jihan buktinya cowok-cowok yang duduk dengan Bobby kita kan nggak kenal. Mungkin itu teman Bobby dan juga temannya Yuni,” jawab Rani.
“Mungkin juga ya karena Yuni dan Bobby di sekolah kan sangat kompak.”
Ternyata Bobby dan dua orang temannya itu sedang membuat taruhan ketika melihat kedatangan Jihan dan Rani. Begitu melihat Jihan dan Rani masuk ke cafe itu, Bobby langsung berkata kepada Leo temannya yang terkenal badung itu.
“Leo, tadi kamu mau mencari cewek, kan? Kamu mau nggak aku kasih cewek, tapi kalau cewek ini aku nggak yakin akan mau sama kamu,” ucap Bobby sambil tertawa.
Mendengar perkataan Bobby yang seperti merendahkan Leo, Leo merasa kesal.
“Kalau masalah cewek kamu jangan terlalu menyepelekan aku, Bobby. Karena nggak ada cewek yang menolak aku,” ucap Leo dengan nada percaya diri.
Karena selama ini semua cewek yang diliriknya akan tergila-gila padanya karena tampangnya yang begitu tampan.
Leo adalah seorang pemuda yang begitu tampan sehingga banyak cewek yang tergila-gila padanya. Apalagi dia juga anak seorang pengusaha yang kaya sehingga selalu bergonta-ganti kendaraan kalau pergi ke sekolah.
Leo dan Bobby adalah teman dekat sejak kecil, hanya saja sekolah mereka berbeda. Bobby, Jihan, Rani, dan Yuni adalah pelajar di SMA Negeri yang ada di kota kecamatan, sedangkan Leo dan Tino adalah pelajar SMA swasta di kota kecamatan itu juga.
“Memang aku akui kalau semua cewek pasti akan tergila-gila kalau kamu goda. Tapi untuk cewek yang satu ini aku nggak yakin Leo,” ucap Bobby.
“Memangnya cewek ini bidadari makanya kamu ragu kalau dia bakalan nolak Leo,” sahut Tino.
“Bukan seperti itu Tin,” jawab Bobby sambil tertawa.
Mendengar ucapan Bobby yang terlalu merendahkannya, Leo merasa tersinggung. Karena menganggap Bobby meragukan akan ketampanannya yang selama ini selalu dibangga-banggakan.
Leo bahkan sering memanfaatkan ketampanannya untuk menarik simpati cewek dan setelah mendapatkannya tidak lama kemudian ditinggalkannya.
“Coba kamu tunjukkan cewek mana yang nggak akan tertarik sama aku.” tantang Leo.
“Benar Leo kata kamu, tapi untuk cewek yang satu ini aku nggak yakin,” ucap Bobby tersenyum sinis.
“Ya udah gini aja. Apa imbalannya seandainya aku bisa menggaet cewek ini?” tanya Leo yang mulai kesal dengan Bobby.
Bobby yang berasal dari keluarga kaya karena ayahnya adalah seorang pengusaha juga sama seperti ayahnya Leo tentu tidak susah untuk mengorbankan sepeda motornya.
“Kalau kamu bisa mendapatkan cewek ini maka sepeda motor aku akan jadi taruhannya. Tapi kalau kamu tidak bisa mendapatkan cewek ini, maka sepeda motor kamu untuk aku,” ucap Bobby serius.
“Baik, aku setuju dengan tawaran kamu. Sekarang tunjukkan cewek itu,” tantang Leo sambil tersenyum.
Bobby langsung melirik ke arah Jihan. “Itu ceweknya,” ucap Bobby sambil melirik ke arah Jihan.
“Maksud kamu, cewek yang culun itu?” tanya Leo tidak percaya.
“Benar Leo. Selama ini semua cewek-cewek cantik akan tergila-gila pada kamu tapi untuk kali ini aku memberikan tantangan pada kamu. Bisa nggak cewek seperti Jihan itu tertarik sama kamu. Kalau cewek cantik mungkin kamu gampang untuk mendapatkannya, tapi untuk cewek seperti Jihan mampu nggak kamu untuk mendapatkannya,” jelas Bobby.
Leo langsung memperhatikan Jihan dari jauh. Kemudian dia berkata.
“Kamu benar-benar sudah gila ya Bobby. Untuk apa cewek seperti itu. Aku selera pun nggak. Kamu lihat aja penampilannya, sedikit pun aku nggak tergoda. Kenapa sih kamu terlalu merendahkan aku.”
“Justru itu aku tantang kamu, Leo. Kalau selama ini cewek-cewek cantik yang nempel sama kamu sekarang kamu aku tantang untuk mendapatkan gadis culun seperti Jihan. Mampu nggak kamu menaklukkan hati Jihan,” tantangan Bobby.
Leo yang merasa direndahkan langsung menerima tawaran itu.
“Kamu jangan khawatir Bobby, malam ini juga wanita itu pasti bisa takluk padaku. Tapi ingat dengan kesepakatan kita, kalau aku berhasil mendapatkan wanita itu maka sepeda motor kamu akan jadi milik aku,” ucap Leo meyakinkan.
“Kalau masalah itu kan udah aku katakan sejak awal. Yang penting kalau malam ini kamu berhasil mendapatkan hati Jihan maka malam ini juga sepeda motor aku, aku serahkan pada kamu, Leo,” ucap Bobby yang merasa tidak yakin akan kemampuan Leo mendapatkan hati Jihan.
Meskipun Leo menerima tawaran ini bukan berarti Leo menginginkan gadis itu. Tapi dia ingin membuktikan pada Bobby bahwa dia adalah pemuda yang selalu diperebutkan oleh semua cewek, baik cewek yang cantik maupun cewek yang alim dan culun seperti Jihan. Jihan terkenal alim dan culun.
Setelah menyetujui kesepakatan dengan Bobby, Leo langsung berpikir keras untuk mendapatkan Jihan. Karena menurut pengakuan Bobby, Jihan adalah gadis yang selalu menutup diri pada setiap lelaki. Sementara selama ini semua cewek-cewek yang didekati Leo langsung lengket padanya ketika melihat ketampanan Leo dan juga kekayaan Leo.
Tapi untuk Jihan apakah Leo bisa semudah itu untuk mendapatkan hatinya.
Setelah berpikir beberapa saat Leo kemudian menemukan ide untuk mendapatkan hati Jihan malam ini juga. Sambil tersenyum-senyum sendiri Leo memikirkan rencana yang akan dilakukannya nanti.
Setelah teman Yuni hadir semua acara ulang tahun segera dimulai. Leo yang sudah merencanakan niatnya sejak tadi langsung mendekati Jihan dan Rani.
“Boleh kenalan...” sapa Leo ramah pada Rani dan Jihan.
Rani dan Jihan langsung melirik ke arah Leo dan Tino. Setelah berpikir sesaat, kemudian mereka berkenalan dengan Leo dan teman yang bernama Tino. Leo sengaja duduk di dekat Jihan sedangkan Tino duduk di dekat Rani.
Bobby dari jauh hanya bisa memperhatikan saja sambil tersenyum-senyum sendiri karena dia tidak yakin kalau Leo bisa mendapatkan Jihan malam ini juga.
Rani dan Tino tampak asik ngobrol sedangkan Jihan banyak diam. Paling sesekali dia berbicara itu pun kalau ditanya Leo. Leo hanya bisa memperhatikan wajah Jihan yang terlihat sangat sederhana dan tanpa polesan.
Berbeda dengan teman Jihan lainnya yang terlihat sangat cantik dengan penampilan yang sangat menarik. Semuanya berpenampilan menarik dengan pakaian yang serba mewah.
‘Ternyata apa yang dikatakan Bobby benar bahwa Jihan penampilannya sangat kampungan. Dia bahkan tidak malu atau minder ketika bergabung dengan temannya yang semuanya berpenampilan mewah.
Jihan juga sepertinya tidak perduli pada setiap pria. Apakah Jihan tidak pernah tertarik pada pria sehingga penampilannya biasa saja. Seharusnya untuk pergi ke pesta seperti ini penampilannya dibuat semenarik mungkin.
Paling tidak dalam berpakaian atau berdandan. Sedikit pun aku tidak tertarik padanya. Aku melakukan ini untuk memenangkan taruhan bersama Bobby,’ batin Leo sambil tersenyum sendiri.
“Jihan, kamu mau aku ambilkan jus jeruk?” tawar Leo.
Jihan berpikir sesaat dan dia merasa tidak enak kalau menolak tawaran Leo. Akhirnya dia menganggukkan kepalanya.
“Tunggu ya biar aku ambilkan.”
Kemudian Leo berjalan mendekati meja yang berisi minuman.
‘Leo baik sekali pada aku padahal kami baru saja berkenalan,’ batin Jihan sambil tersenyum.
Setelah melirik ke kanan ke kiri dan tidak ada yang memperhatikannya, dia langsung mengambil obat perangsang dari dalam saku kemejanya.
Setelah dia menyetujui taruhannya dengan Bobby, dia langsung keluar dari cafe dan mencari obat perangsang untuk menjebak Jihan.
Dengan obat ini dia berharap Jihan nantinya akan jatuh dalam pelukkannya sehingga dia dapat memenangkan taruhan ini.
Setelah obat tersebut dimasukkan ke gelas yang berisi jus jeruk kemudian Leo membawanya ke meja Jihan. Sengaja dia membawa dua gelas jus jeruk. Yang di tangan kanannya gelas yang sudah berisi obat yang akan diberikan kepada Jihan sedangkan yang di tangan kirinya gelas yang berisi jus untuk dirinya sendiri.
“Silakan diminum Jihan,” ucap Leo memberikan segelas jus jeruk.
“Terima kasih Leo,” jawab Jihan sambil tersenyum menerima gelas itu.
Jihan merasa senang karena Leo terlihat sangat memperhatikannya bahkan untuk mengambilkan minuman Leo melakukannya sendiri.
Untuk menghindari kecurigaan Jihan, Leo langsung meneguk gelas yang ada di tangannya sambil tersenyum memperhatikan Jihan. Begitu melihat Leo meneguk jus itu hingga habis tak tersisa, Jihan juga ikut meminum jus yang ada di tangannya.
Sejak tadi Jihan memang belum ada minum air putih sedikit pun sehingga begitu minum jus jeruk dia langsung tergoda untuk menghabiskannya. Dan tanpa ragu-ragu gelas yang ada di tangannya langsung kosong seketika.
Melihat gelas Jihan sudah kosong, Leo langsung merasa puas.
Keduanya langsung ngobrol lagi tapi tidak lama kemudian tiba-tiba Jihan merasakan kepalanya pusing sehingga dia langsung memijit-mijit kepalanya dan pandangannya juga kabur.
Dalam hitungan detik dia sudah tidak sadarkan diri. Leo yang ada di sampingnya langsung membawanya keluar dari ruangan itu dengan merangkul pundak Jihan.
Karena semuanya asik dengan aktivitasnya masing-masing yaitu ada yang menyanyi dan ada yang berjoget sehingga tidak memperhatikan Jihan yang sudah dibawa keluar dari ruangan itu oleh Leo. Leo langsung merangkul pundak Jihan dan membawanya keluar dari ruangan yang tampak ramai. Dari kejauhan Bobby melihatnya tetapi Bobby tidak mengetahui kalau Jihan ternyata sudah tidak sadar akibat minum obat perangsang. Leo hanya melambaikan tangannya pada Bobby menandakan kalau dia adalah pemenang dalam taruhan itu.
Begitu keluar dari ruangan itu Bobby langsung membawa Jihan ke dalam kamar yang sudah dipesan sebelumnya pada pegawai di cafe itu. Ketika Leo membawa Jihan keluar dari ruang cefa sampai masuk ke kamar tidak seorang pun yang melihatnya.
Leo sengaja memesan kamar untuk Jihan kalau nantinya Jihan sudah tidak sadarkan diri maka akan dimasukkan ke kamar itu. Tujuannya adalah untuk membuktikan pada Bobby bahwa dia telah berhasil memikat hati Jihan dengan membawa Jihan keluar dari ruang cafe dengan memeluk pundak Jihan. Setelah itu Leo membawa masuk Jihan ke kamar yang sudah dipesannya. Rencananya setelah Jihan dibaringkan di tempat tidur itu Leo akan meninggalkannya karena memang tidak ada niat Leo untuk menggaulinya. Hal ini disebabkan sedikit pun Leo tidak tertarik pada Jihan. Dia hanya mau membuktikan pada Bobby kalau dia telah berhasil menarik hati Jihan.
Saat Leo akan meninggalkan Jihan, tiba-tiba Jihan memanggilnya. Leo yakin kalau Jihan masih dalam keadaan tidak sadar karena pengaruh obat yang sudah diberikannya.
“Leo... jangan tinggalkan aku,” ucap Jihan sambil menarik tangan Leo.
Leo langsung terduduk di samping Jihan dan memperhatikan gadis itu. Saat ditatapnya wajah Jihan, terlihat mata Jihan masih tertutup tapi napasnya tidak beraturan. Leo hanya terdiam sesaat dan memperhatikan gadis itu. Tanpa sengaja pandangan Leo tertuju pada tubuh Jihan yang bagian atas. Terlihat kancing baju Jihan yang bagian atas terbuka sehingga sebagian dada Jihan terlihat jelas.
Leo berusaha untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain supaya dia tidak tergoda. Saat dilihat tibuh Jihan bagian bawah dan terlihat jelas rok Jihan tersikap lebar sehingga betis sampai paha yang putih mulus terlihat jelas membuat Leo semakin tidak dapat mengontror gejolak di dalam jiwanya yang sedang bergejolak. Nafsunya seketika memuncak ketika menghadapi godaan itu.
Kemudian tanpa pikir panjang lagi Leo tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Kancing baju Jihan yang terbuka langsung dibukanya lebar-lebar sehingga kedua bukit kembarnya terlihat jelas tanpa balutan. Leo langsung mencium bibir Jihan dan tangannya asik bermain di bagian dada. Jihan yang sudah terangsang dengan obat yang telah diberikan Leo langsung menyambut ciuman itu.
Setelah puas bermain di bagian atas selanjutnya aktivitasnya turun di bagian bawah. Jihan yang sudah teransang hanya bisa pasrah bahkan dia sangat bersemangat menikmati belaian demi belaian lembut dari Leo. Hingga akhirnya benteng yang selama ini dijaganya jebol hanya dalam hitungan detik. Leo tampak puas sedangkan Jihan hanya bisa merintih kesakitan.
Setelah kesucan Jihan direnggut oleh Leo, Leo langsung meninggalkan Jihan yang masih belum sadarkan diri sedangkan Jihan langsung tertidur pulas di kamar itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!