Yoga Pradana berusia 30 tahun, seorang menantu dari seorang putri Belinda dan Arman. Seorang pengusaha kaya dan bersifat angkuh. Dia mempunyai putri bernama Bela Salsabila yang cantik jelita.
Dia seorang pelayan di restoran yang bekerja paruh waktu. Dia juga kadang bekerja sebagai pengantar paket makanan untuk menambah pendapatan uangnya.
Setiap hari dia bekerja melakukan apa saja agar Bela bangga padanya, karena menjadi suami pekerja keras untuk memenuhi kebutuhan istrinya. Dia tidak malu bekerja apa saja
Bela sangat di sayang oleh kedua orang tuanya. Hingga dia terhasut oleh ibunya.
"Bela, kenapa kamu kenapa masih mau melayani Yoga. Laki-laki hina yang pekerjaannya saja tidak menentu. Apa yang kamu dapatkan darinya?" tanya Belinda, mamanya Bela.
"Aku memberi dia kesempatan ma, lagi pula dia selalu memberiku uang. Ya, meskipun tidak sebanyak yang mama punya dan berikan padaku." kata Bela.
"Mama malu punya menantu pelayan restoran, apa lagi dia nyambi jadi tukang paket juga. Di mana muka mama jika ada teman mama tahu kalau Yoga itu menantu mama." kata Belinda lagi.
Bela diam, dia sebenarnya kesal sekali pada Yoga. Karena tidak mau bekerja dengan papanya, Yoga berpendapat dia ingin memberikan nafkah dari hasil jerih payahnya sendiri. Meskipun itu jadi pelayan restoran atau tukang paket yang mengantarkan makanan atau belanja online.
Sementara itu, Yoga bekerja di restoran. Dia bekerja sebagai pelayan, dengan pekerjaannya sebagai pelayan di restoran yang dulu papanya bekerja. Yoga sangat senang dan bersemangat melakukan pekerjaannya itu.
Jika tidak ada tugas paket yang harus di kirim, maka sejak pagi dia pergi ke restoran. Entah jadi tukang bersih-bersih atau setelah restoran buka jadi pelayan. Banyak yang senang pada Yoga, dia rajin dan pekerja keras.
"Yoga, kamu tidak lelah ya bekerja terus sepanjang hari." kata teman satu pelayannya.
"Ya lelah sih, tapi aku ingat punya tanggung jawab untuk menafkahi istriku. Jadi aku harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya." jawab Yoga dengan bangga.
"Tapi, istrimu itu anak orang kaya Yoga. Pasti kebutuhannya lebih banyak dan mahal." kata Paijo teman sesama pelayan.
"Ya, aku tahu itu. Tapi aku masih sanggup membelikannya barang mewah dari kerja kerasku, dia bebas membeli apa saja dari uang yang aku hasilkan." kata Yoga.
"Waah, hebat kamu Yoga. Tapi, menurutku tetap saja kamu keteteran dengan semua gaya hidupnya." kata Paijo lagi.
"Makanya aku bekerja keras, aku bekerja bukan jadi pelayan saja. Tapi juga aku kerja sebagai pengirim paket juga, jika tidak ada paket yang aku kirim. Aku bisa jadi cleaning servis di sini, pokoknya aku akan lakukan apa saja demi untuk mendapatkan uang. Dan istriku pasti senang." kata Yoga dengan bangganya.
Paijo pun hanya tersenyum saja, dia hanya bisa melihat Yoga begitu gigih dan giat bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan istrinya.
_
Belinda melihat Yoga pulang dari kerja di restoran, wajahnya sangat kucel dan kelelahan. Dia tersenyum sinis menatap Yoga yang tampak kurus karena mati-matian bekerja untuk mendapatkan uang.
Terbersit di benaknya untuk mengusir menantu yang di anggapnya sampah itu. Dia ingin mengadakan pesta di rumahnya, dan akan menggunakan tenaga Yoga sebagai pelayannya nanti. Dia akan mempermalukan laki-laki itu dan mengusirnya dari rumahnya.
"Pa, mama tuh benci banget sama si bodoh itu. Gimana caranya agar dia bisa keluar dari rumah ini pa." kata Belinda pada suaminya Arman.
"Papa lebih suka dia di permalukan di depan umum, nanti dia akan pergi sendiri." kata Arman.
"Di permalukan bagaimana pa?"
"Ya, di buat malu di depan umum. Contohnya di tempat pesta, kita buat dia jadi pelayan."
"Waah, seru tuh pa. Ya udah, minggu depan kita buat pesta. Minta Yoga jadi pelayannya, dia pasti senang." kata Belinda.
"Oke, setelah itu pasti dia akan pergi sendiri." ucap Arman dengan senyum percaya dirinya.
Esok harinya, Belinda memberitahu Bela kalau papa dan mamanya akan mengadakan pesta mewah di rumahnya. Bela sangat antusias sekali, dia suka sekali pesta. Di sana dia bisa bertemu dengan orang-orang kaya dan juga model.
"Mau ma, aku mau pesta." kata Bela antusias.
"Ya, minggu depan mama dan papa akan mengundang rekan bisins dan juga teman sosialita mama. Tapi, mama ingin suamimu itu yang jadi pelayan pesta nanti." kata Belinda.
"Tapi ma."
"Udah, kamu jangan protes. Kamu mau pesta kan?"
"Iya ma."
"Nah, di pesta itu nanti Yoga akan melayani tamu. Dia akan melayani tamu mama dan papa, kamu bisa kok berkumpul dengan teman-temanmu. Tapi jangan ceritakan kalau suamimu itu bekerja sebagai pelayan di restoran." kata Belinda.
"Iya ma." ucap Bela.
Belinda senang, anaknya mau menuruti apa maunya. Kini mereka menyiapkan pesta yang mewah dan meriah, Belinda sudah menyiapkan semua rencana untuk mempermalukan Yoga di depan para undangan nanti.
Tiga hari menyiapkan pesta, Yoga sudah di beritahu oleh Belinda kalau dia akan jadi pelayan pesta di rumahnya itu. Yoga sangat senang, itu artinya dia akan mendapat tambahan uang dari pekerjaannya sebagai pelayan pesta mertuanya.
Dia tidak tahu jika mertuanya memiliki rencana jahat untuknya. Yang dia pikirkan adalah mendapatkan uang apa pun pekerjaannya. Agar bisa menyenangkan Bela, sang istri.
"Sayang, memang mama mendapatkan apa sehingga mau mengadakan pesta?" tanya Yoga pada Bela.
"Mama mau aja mengadakan pesta. Nanti kamu jangan dekat-dekat aku ya, malu." kata Bela.
"Lho, kok malu?"
"Iyalah, masa aku dekat sama pelayan sih." kata Bela.
"Tapi pelayanmu kan aku, jadi wajar saja kalau aku dekat sama kamu. Aku suamimu." kata Yoga.
"Pokoknya aku ngga mau! Awsa aja kalau dekat aku di pesta itu!" ucap Bela mengancam.
Yoga diam saja, dia menarik napas panjang. Kini dia harus menyiapkan semuanya, semua dia akan cek. Layaknya seorang kepala koki, Yoga akan memeriksa bahan makanan dan juga apa pun yang akan di sandingkan dalam pesta itu nanti.
Kini, tiba saatnya pesta mewah di adakan di rumah Belinda dan Arman. Semua rekan bisnis dan teman sosialita Belinda di undang, Bela juga mempersiapkan dirinya untuk acara pesta tersebut.
Sedangkan Yoga, dia berada di belakang. Di dapur untuk mengatur para pelayan lain. Tapi dia di cegah oleh kepala pelayan yang sudah di tunjuk oleh Belinda.
_
_
********************
Yoga masih diam di tempatnya, sesekali dia membantu para pelayan yang kerepotan. Tapi lama kelamaan para pelayan itu sepertinya kerepotan, jadi Yoga pun membantunya dengan sigap dan cekatan. Dia membantu membersihkan barang-barang dan juga membawakan apa pun untuk pesta di rumah itu.
Awalnya sang kepala pelayan itu kesal, tapi dia mendiamkan apa yang di lakukan oleh Yoga. Karena memang Yoga bisa membantu pelayan lainnya.
"Yoga, kamu bawa makanan satu persatu di tempat prasmanan. Salad, minuman dab juga buah sekalian di bawa ke depan." kata kepala pelayan itu.
"Iya baik." ucap Yoga.
Dia lalu membawa semua yang di perintahkan kepala pelayan, banyak sudah yang datang di pesta tersebut. Ada beberapa tamu istimewa Belinda dan juga Arman.
"Kepala pelayan, kemana laki-laki sampah itu?" tanya Belinda.
"Maaf nyonya, maksudnya siapa?" tanya kepala pelayan pesta itu.
"Heh, Yoga. Dia pelayan sampah itu, kemana dia?!" tanya Belinda kesal.
"Oh, dia sedang membereskan makanan di belakang nyonya." kata kepala pelayan itu lagi.
"Suruh dia siapkan semua makanan untuk tamu. Aku ingin tahu seberapa hebat dia menjadi pelayan. Heh, jadi pelayan saja bangga, hahah!" ucap Belinda dengan tawa kencangnya.
Kepala pelayan itu hanya meringis, dia lalu pergi dari hadapan Belinda untuk memanggil Yoga yang di tugaskan untuk melayani tamu-tamu pesta Belinda.
Sementara itu, Belinda menghampiri suaminya Arman. Dia ingin membicarakan masalah rencananya pada Yoga.
"Pa, bagaimana? Apa kita lakukan sekarang? Aku sudah memanggil laki-laki sialan itu." kata Belinda pada suaminya.
"Tunggu dulu ma, mama nanti panggil saja teman-teman mama. Papa juga akan kumpulkan rekan kerja papa, papa juga sudah muak sama dia." kata Arman.
"Ya baiklah pa, mama juga tidak sabar untuk menghina si Yoga sok pintar itu di depan teman-teman mama." kata Belinda dengan antusias.
Kedua mertua Yoga sangat membenci menantunya itu, sejak dia menolak bekerja di perusahaannya. Yoga lebih memilih jadi pelayan restoran, karena dia merasa tidak bisa bekerja di kantoran.
Dia sendiri tidak pernah bekerja di kantoran sejak dulu, jadi dia sadar diri untuk menolak sebagai karyawan meskipun sebagai manajer di kantor mertuanya. Jadi, dia memilih jadi pelayan restoran yang dapat di percaya dan sebagai tukang pengirim paket.
Belinda dan Arman tidak suka pekerjaan Yoga, karena menurutnya pekerjaan sebagai pelayan restoram itu hina dan tidak menghasilkan uang banyak. Makanya kedua mertua Yoga itu selalu menghina Yoga, baik langsung pada Yoga sendiri atau pada Bela anakya.
Kini Yoga sebagai pelayan di pesta Belinda, dia sangat antusias membantu para pelayan atau koki di dapur.
"Yoga, apa kamu tidak malu jadi pelayan di rumah mertuamu sendiri?" tanya pelayan yang tidak ikut sinis pada Yoga.
"Tidak. Kenapa harus malu? Ini pekerjaanku, justru aku senang bisa menjadi pelayan di rumah mertuaku. Karena mereka akan menggajiku juga, sama halnya dengan yang lain." kata Yoga.
"Ya, tapi menurut saya sih kamu jadi pelayan di rumah ini seperti hinaan bagi kamu Yoga." katanya lagi.
"Kenapa harus hina? Pekerjaan pelayan itu halal kok, baik. Aku tidak mencuri apa lagi menipu dalam mencari uang, kenapa harus malu. Yang penting kebutuhan istriku terpenuhi, itu cukup bagiku." kata Yoga lagi.
Pelayan itu diam, mungkin orang normal seharusnya berpikir begitu. Tapi yang dia lihat tidak seperti itu, bahkan teman-teman pelayan lainnya juga sinis pada Yoga. Menantu orang kaya justru jadi pelayan, kalau bukan menghina berarti mereka menganggap Yoga sampah dan pantas di singkirkan.
_
Pesta terus berlanjut, Yoga dan yang lainnya terus melayani para tamu undangan. Dia di larang melayani teman-teman Bela, karena Bela sendiri sedang bersenang-senang dengan teman-temannya di lantai atas.
Bagi Yoga tidak masalah, dia sangat sibuk dengan melayani para tamu yang semakin banyak yang datang.
Satu pelayan datang menghampiri Yoga yang sedang mengambil minuman untuk di bagian prasmanan.
"Yoga, kamu di panggil sama bu Belinda di depan." kata pelayan itu.
"Oh, iya." kata Yoga.
Dia meletakkan minuman itu lalu pergi menemui mertuanya di depan. Sampai di depan dapur, ternyata Belinda menunggu di saja. Yoga pun menghampiri mertuanya itu.
"Mama panggil saya?" tanya Yoga.
"Ck, panggil mama lagi." ucap Belinda dengan wajah tidak suka.
"Maaf."
"Kamu siapkan semua makanan di ruang tengah. Nanti ada yang memanggilmu untuk datang, sebelum di panggil jangan datang dulu." kata Belinda.
"Baik ma. Emm, baik." kata Yoga.
Belinda menatap sinis pada Yoga, dia lalu pergi ke ruangan tengah. Di mana semua berkumpul teman-teman sosialitanya. Sedangkan yang di ruang tamu itu tempat tamu suaminya.
"Jeng, dengarkan aku semuaya. Aku punya menantu, dia itu bisa di suruh apa saja." kata Belinda pada teman-temannya.
"Kamu kasih pengumuman?"
"Ya, kalian tahu Bela?"
"Ya, ada apa dengan Bela?"
"Dia menikahi menantu sampah menurutku, karena dia seorang pelayan. Dan dia sekarang jadi pelayan di rumahku ini, pelayan pestaku." kata Belinda dengan senangnya.
"Maksudnya, menantumu seorang pelayan?"
"Ya, dan aku tidak suka menantu sampah itu. Kalian bisa membuatku senang di pesta ini, dengan membuatnya hina. Kalian bisa menghina dan mencemoohnya sebebas kalian." kata Belinda lagi.
"Kalian boleh lakukan penghinaan padanya. Jika tidak mau ikut apa yang aku katakan. Lebih baik diam ya jeng." kata Belinda pada salah satu temannya yang tidak suka Belinda menghina pekerjaan pelayan.
Semua tersenyum senang, mereka ingin tahu apa yang akan di lakukan oleh Belinda pada menantunya.
"Pelayan! Panggil Yoga kemari."
"Baik nyonya."
Pelayan tadi pun pergi untuk memanggil Yoga. Tak lama, Yoga pun datang. Dia melihat teman-teman mertuanya yang berpenampilan mewah dan serba wah itu, menatapnya sinis.
"Mama memanggil saya?" tanya Yoga.
"Cuih! Jangan panggil mama!" teriak Belinda menatap tajam pada Yoga.
"Oh ya, maaf. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Yoga.
"Layani mereka semua! teman-temanku itu."
"Baik."
"Jeng, kalian boleh menyuruhnya apa saja. Minta di bawakan makanan atau apa pun, jika dia tidak becus bekerja. Silakan lakukan apa saja padanya ya, hahah!" ucap Belinda.
Para tamu dan teman-teman Belinda pun tersenyum, mereka lalu menyuruh Yoga mengambil minuman. Banyak berbagai macam minuman yang di minta, sehingga Yoga jadi bingung. Tapi kemudian dia pun pergi ke dapur untuk mengambil apa yang di minta para tamu sosialita itu.
Tak lama, Yoga masuk lagi ke tempat para tamu itu, dia memebrikan minuman itu. Tapi kemudian ada tamu yang sengaja kakinya mengulur ketika Yoga jalan, tak ayal lagi Yoga pun hampir terjatuh dan minuman tadi mengenai baju salah satu tamu tersebut.
Tentu saja dia marah, dia pun memarahi Yoga habis-habisan. Yoga meminta maaf beberapa kali, tapi justru yang lainnya ikut memarahi Yoga dan menghinanya.
"Dasar pelayan, tidak becus bekerja! Seharusnya kamu itu kerja di bagian pembuangan sampah, karena itu cocok untuk pelayan ceroboh sepertimu!" ucap teman Belinda yang kesal karena baju mahalnya terkena tumpahan air minum.
"Maaf nyonya."
"Bereskan lantai ini Yoga! Aku tidak mau lantaiku kotor." kata Belinda.
"Tapi, ada bagian pelayan yang membereskan tumpahan makanan atau minuman ma." kata Yoga.
"Cepat bereskan! Ambil alat pelnya!"
Yoga pun menurut, dia pergi mengambil alat pel. Lalu segera mengepel lantai yang terkena tumpahan air minum.
Yoga berjongkok untul mengepel lantai itu dengan tangan. Tiba-tiba salah satu teman Belinda itu maju dan mendorong punggung Yoga dengan kakinya. Tentu saja Yoga jadi terjatuh, dan teman-teman Belinda tertawa senang, apa lagi Belinda.
"Hahah!"
"Masih mengakui sebagai menantu Belinda? Tapi kenapa jadi pelayan? Kamu pikir Belinda suka dengan pekerjaanmu? Hahah!"
"Pelayan itu hina, menjijikkan dan membawa virus kematian!" ucap teman Belinda yang lain.
"Cuih! Dia berpikir menjadi menantu orang kaya itu bangga? Hahah!"
"Mertuamu saja tidak peduli kamu di hina dan di cemoohkan, Belinda tidak suka sama menantu sampah sepertimu!"
Begitu kira-kira penghinaan yang di terima oleh Yoga. Dia masih diam, masih berpikir yang terpenting istrinya tidak membencinya dan mau menerimanya. Itu pikiran sederhana Yoga selama ini, meski sering sekali Belinda dan Arman mengucilkannya dan tidak mengakui sebagai menantunya itu.
_
_
********************
Teman-teman Belinda sangat senang bisa mempermainkan Yoga. Dari menyuruhnya untuk menyediakan minuman hingga harus membersihkan sepatu mereka, mengelapnya bahkan juga ada yang sengaja memintanya untuk memijat kakinya.
Belinda sangat puas sekali dengan penghinaan yang di berikan oleh teman-temannya itu. Dia benar-benar muak pada menantu yang sok polos itu.
Hingga Yoga merasa lelah karena bolak balik dari ruangan tempat pesta dan bagian dapur. Belun lagi tamu Arman yang juga minta di layani oleh Yoga, padahal ada pelayan yang lainnya. Tapi Arman dan Belinda sengaja menyuruh para tamu itu Yoga yang melayani mereka.
"Rasakan kamu, terlalu bangga menjadi pelayan. Aku benar-benar benci sama kamu Yoga." ucap Belinda dengan senyum sinisnya.
Menyeruput minumannya lalu menghampiri teman-temannya. Mereka tertawa senang karena pestanya cukup meriah, apa lagi ada penyanyi ibu kota yang sangat terkenal datang untuk menghibur para tamu undangan.
"Belinda, kamu hebat ya. Pestanya sangat meriah." kata teman Belinda bernama Sonya.
"Ya, ini berkat suamiku. Dia mendapatkan proyek miliaran rupiah, waah aku berpikir sebaiknya mengadakan pesta meriah dan mahal. Hahah!" kata Belinda tertawan bangga.
"Hemm, pantas saja. Dan menu yang tersedia juga ala hotel bintang lima, apa para kokinya juga kamu sewa dari hotel bintang lima?" tanya Sonya.
"Tentu saja, semua harus mewah. Dan lihat penyanyinya itu, aku sangat suka sekali. Suaranya merdu, dia aku sewa sangat mahal lho jeng." kata Belinda.
"Berapa kamu bayar dia?"
"Ratusan juta pokoknya, dia sangat tampan dan seksi. Lihatlah, dia sangat lincah dalam menari." ucap Belinda menatap penyanyi yang sedang menghibur tamu lainnya.
"Waah, kamu benar-benar hebat Belinda." kata Sonya.
"Tentu saja, uang buatku tidak masalah. Yang terpenting aku terhibur oleh penyanyi itu." kata Belinda.
"Oh ya, menantumu itu. Apa kamu bayar juga?"
"Hah! Di bayar? Untuk apa? Buang-buang uang saja, dia gratis dan tidak aku bayar sepeserpun." kata Belinda ketus.
"Tapi, dia juga bekerja seperti yang lainnya."
"Cuih! Aku bahkan muak sekali dengan sikapnya yang sok jujur dan polos itu." kata Belinda.
Dia menatap sengit pada Yoga yang melintas di depan Belinda. Terpikir olehnya untuk merencanakan melenyapkan Yoga, atau membuangnya ke tempat yang jauh. Ya, Belinda mempunyai rencana akan membuang Yoga ke tengah hutan atau ke lautan yang jauh. Dia akan memikirkannya dengan suaminya, berdiskusi dengan anaknya juga Bela.
_
"Jadi mama mau membuang Yoga?" tanya Bela.
"Tentu sayang, mama tidak suka dengan suamimu itu. Papa juga setuju." kata Belinda pada Bela anaknya.
Bela diam saja, ada rasa tidak tega meski dia juga tidak suka pada Yoga. Entah kenapa dia selalu bisa di yakinkan Yoga ketika dia memutuskan untuk bercerai darinya.
Tapi, jika rencana membuang suaminya. Dia tidak tega juga, Belinda tahu anaknya itu ragu. Dia pun meyakinkan Bela agar setuju dengan rencananya membuat Yoga.
"Bela, teman mama punya anak. Dia sukses dan mapan, serta tampan. Dia masih single, kalau kamu setuju mama dan papa membuang Yoga. Mama akan kenalkan kamu sama anaknya teman mama itu, bagaimana?" tanya Belinda.
Bela masih diam, dia menatap mamanya yang sekarang menunggu persetujuannya.
"Lagi pula, tanpa persetujuan dari kamu juga papa akan membawa suamimu berlayar." kata Arman tiba-tiba datang menghampiri mereka.
"Pa, papa juga menyetujuinya?" tanya Bela.
"Tentu sayang, papa sangat muak sekali dengan suamimu itu. Berapa yang dia berikan sama kamu setiap minggunya?" tanya Arman.
Bela diam saja, dia menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"Ma, coba minta foto anak yang mama maksud dari teman mama itu." kata Arman.
Belinda pun menghubungi temannya yang punya anak laki-laki yang akan dia kenalkan. Lama mereka mengobrol, lalu Belinda pun mengakhirinya. Dan melihat pesan singkat dari temannya.
"Nah, lihat ini sayang. Dia tampan kan? Pasti kamu akan bahagia dengannya." kata Belinda menunjukkan foto seorang laki-laki pada Bela.
"Oh, iya ma. Boleh deh, dia memang tampan." kata Bela.
"Nah, begitu dong. Kamu bisa dapatkan yang lebih baik dan mapan dari pada suamimu itu." kata Arman.
"Iya pa." kata Bela.
Dia menatap terus foto yang ada di ponsel Belinda, senyumnya mengembang. Dia akan merelakan Arman membuang suaminya ke tengah hutan atau di tengah lautan.
Dari pembicaraan itu, kini Arman dan Belinda memanggil Yoga ke ruang kerja Arman. Dia menyiapkan perlengkapan untuk pergi berlayar di tengah lautan.
"Papa memanggil saya?" tanya Yoga ketika dia sudah berada di ruang kerja Arman.
"Ya, papa ingin ajak kamu pergi berlayar." kata Arman.
"Berlayar? Kemana?" tanya Yoga.
"Ke tengah laut, papa ingin mengajakmu untuk mengecek tambang minyak di tengah laut." kata Arman berbohong.
"Oh ya? Memangnya saya boleh ikut?" tanya Yoga.
"Ya, kamu boleh ikut. Persiapkan dirimu untuk bekal di tengah laut itu." kata Arman.
"Waah, senang sekali berlayar di tengah laut." kata Yoga antusias.
Arman dan Belinda tersenyum sinis, dia saling menatap lalu beralih pada Yoga.
"Tapi, apa Bela juga ikut? Seharusnya dia juga ikut." kata Yoga lagi.
"Tidak perlu, ini hanya kunjungan pekerjaanku saja. Papa ingin berkunjung denganmu, bagaimana?" tanya Arman.
"Boleh pa, dan kapan saya ikut berlayar?" tanya Yoga antusias.
"Malam ini, karena waktunya nanti malam. Agar angin laut tidak menerjang kapal yang kita tumpangi." kata Arman lagi.
"Iya pa, saya siap. Kalau begitu saya harus menyiapkan bekal dan baju untuk di kapal nanti." kata Yoga.
"Terserah kamu." kata Arman.
Yoga pun berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Pikirannya sangat senang bisa mengunjungi kilang minyak di tengah laut itu.
Dia lalu pergi dari hadapan Arman dengan wajah sumringah. Dia sangat senang sekali akan pergi berlayar malam ini.
"Kenapa kamu terlihat sangat senang?" tanya Bela pura-pura tidak tahu.
"Kamu tahu, nanti malam aku di ajak papa untuk berlayar. Tolong kamu siapkan semuanya sayang." kata Yoga pada istrinya Bela.
Tanpa membuang waktu, Bela membantu Arman mengemas baju-baju yang akan dia bawa. Juga beberapa makanan untuk di tengah laut.
Malam harinya, Yoga sudah siap untuk pergi dengan Arman. Arman sudah menyiapkan untuk membawa Yoga ke tengah lautan, dia sudah menyiapkan kapal lain untuk pulangnya nanti.
"Apa papa tidak membawa bekal dan barang untuk di tengah laut nanti?" tanya Yoga.
"Tidak perlu, kamu saja yang bawa bekal. Persiapkan dirimu." kata Arman.
"Saya sudah siapkan semuanya pa." kata Yoga.
"Bagus, sekarang ayo kita pergi ke tengah laut. Kamu pasti senang berada di tengah laut itu." kata Arman dengan senyum di bibirnya.
Arman dan Yoga naik mobil, Arman sudah menghubungi pemilik kapal untuk menyewa dua perahu, tapi satunya tidak langaung di gunakan. Tapi nanti setelah dia akan langsung berpindah ke kapal satunya dan meninggalkan Yoga sendiri di tengah lautan.
_
_
*******************
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!