Gedung Pernikahan.
Sepasang pengantin yang baru saja menyelesaikan upacara pernikahannya sedang duduk kursi pelaminan dengan raut wajah yang berbeda. Dimana si pengantin wanita terlihat begitu bahagia, sementara si pengantin pria, terlihat begitu datar tanpa ekpresi, seolah-olah ia terpaksa melakukan pernikahan tersebut. Padahal, semua orang tahu jika keduanya saling mencintai dan sudah lama menjalin hubungan kekasih. Lalu, mengapa pengantin pria terlihat tidak bahagia? Apakah penyebabnya? Semua orang bertanya-tanya dengan bingung, namun mereka tidak mungkin menanyakannya langsung pada pengantin pria tersebut.
"Sedari tadi wajahmu di tekuk terus. Kamu masih marah karena kakak kembarmu tidak datang menghadiri pernikahan kita ya?" Pengantin wanita itu bertanya dengan nada yang sangat lembut sambil menatap suaminya.
"Sudahlah, kamu jangan terlalu memikirkan kakak kembarmu itu, mungkin saja dia memang sedang sibuk dan tidak bisa pulang. Jadi, tersenyumlah, jangan membuat semua orang menganggapmu terpaksa melakukan pernikahan ini." Sambung si pengantin wanita yang tak lain adalah Elleiana, sementara si pengantin pria itu adalah Nathan, suami pengganti Elleiana, yang tak lain adalah kakak kembar Rendra, laki-laki yang seharusnya duduk dan melakukan pernikahan dengan Elleiana saat ini.
Nathan Alexander Lewis, pria tampan berusia 30 tahun, terpaksa harus menikahi gadis yang tak lain adalah kekasih saudara kembarnya sendiri, Elleiana Daviena William's. Seorang gadis cantik yang berusia 24 tahun itu, tidak tahu jika calon suaminya telah berganti dengan laki-laki lain, yang tak lain adalah saudara kembar dari calon suaminya sendiri. Kisah pergantian calon pengantin itu bermula pada saat Narendra Alexander Lewis, calon suami Elleiana, atau lebih akrab dengan sebutan Elle, sedang berada di dalam sebuah mobil berwarna merah bersama kakak kembarnya Nathan Alexander Lewis yang pada saat itu menjadi pengemudi mobil mewah tersebut.
***
Sebuah mobil mewah berwarna merah melaju dengan kecepatan sedang, di dalam mobil itu terdapat dua laki-laki tampan yang memiliki wajah serupa namun sifat yang bertolak belakang. Mereka benar-benar sangat mirip, dan siapapun tidak akan bisa untuk membedakannya, kecuali dari sifatnya.
Nathan Alexander Lewis, seorang CEO muda yang memiliki sifat angkuh, dingin dan sangat susah untuk di sentuh, bahkan orang-orang pun sangan segan terhadapnya. Sementara laki-laki satunya lagi adalah Narendra Alexander Lewis, adik kembar Nathan yang memiliki sifat lemah lembut dan juga sangat penyabar. Sangat berbeda jauh dengan sifat kakak kembarnya itu. Semua wanita sangat menyukai Narendra dan juga Nathan, namun tidak semua wanita bisa mendekati kedua laki-laki itu, apalagi Nathan yang notebanenya sangat dingin terhadap semua wanita. Bukan tanpa alasan, Nathan menjadi dingin dan angkuh seperti itu, namun karena seorang wanita yang dulu pernah ia cintai, membuat sifat Nathan menjadi seperti sekarang ini.
Saat ini saudara kembar itu nampak terlihat asik mengobrol dan membicarakan tentang pernikahan Narendra yang akan di gelar beberapa hari lagi. Narendra atau lebih di kenal dengan panggilan Rendra terlihat sangat bahagia menceritakan tentang pernikahannya kepada kakak kembarnya tersebut. Bahkan, senyuman di wajahnya yang tampan itu tidak pernah lepas membuat Nathan sang kakak kembar turut bahagia, dan tersenyum tipis.
"Elle itu wanita yang sangat manis, baik dan tidak sombong. Gue sangat beruntung bisa menikahi gadis seperti dia." Rendra tersenyum ketika ia membayangkan gadis cantik bernama Elle yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu. "Dia tidak pernah meminta apapun dari gue, bahkan setiap kali gue mau beliin dia barang mahal, dia pasti akan menolaknya mentah-mentah. Sangat jarang bukan wanita seperti dia itu." Sambung Rendra sambil sesekali melirik Nathan yang saat ini masih tetap fokus dengan setir kemudinya.
"Lo kalau ketemu sama dia, lo pasti jatuh cinta." Kekeh Rendra membuat Nathan langsung mendengus kesal.
"Gue tidak mungkin jatuh cinta sama wanita manapun, termasuk calon istri lo, adik kembar gue sendiri." Sahut Nathan sedikit kesal. Apakah adik kembarnya itu sudah lupa, jika sang kakak kembar sudah trauma dengan wanita? Sungguh menyebalkan, pikir Nathan.
"Sampai kapan lo akan menutup hati lo? Jangan cuma gara-gara pengkhianatan yang di lakukan oleh Vanessa, lo jadi menganggap semua wanita itu sama busuknya seperti Vanessa." Rendra nampak menghela nafasnya kasar, wajahnya mulai berubah seketika. "Lo sudah lima tahun tinggal di luar negeri, dan lo masih belum bisa keluar dari masa lalu lo itu?" Rendra menarik nafasnya dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan dengan tatapan mata yang tidak lepas dari wajah kakak kembarnya tersebut. "Oh ayolah, Nat. Buka hati lo untuk wanita.... " Kali ini ucapan Rendra tercekat di tenggorokkannya ketika kakak kembarnya itu mengeluarkan suara dinginnya.
"STOP! Jangan bahas ini lagi. Gue balik ke sini hanya untuk menyaksikan pernikahan lo dengan wanita yang lo cintai itu, bukan untuk mendengar atau pun mendapatkan nasehat dari lo, mengerti." Ucap Nathan dengan tegas. Jujur saja, jika bukan karena sang adik mau menikah, Nathan tidak akan pernah mau kembali ke tempat kelahirannya itu. Apalagi tempat ini adalah tempat dimana dia di khianati oleh wanita yang begitu di cintainya.
Rendra nampak tersenyum kecut, ia tidak lagi mengeluarkan suaranya dan memilih fokus menatap lurus ke depan, sementara Nathan, ia terlihat mengusap wajahnya kasar. Mengingat pengkhianatan yang di lakukan oleh Vanessa dulu, membuat amarah dalam diri Nathan kembali muncul.
Keadaan dalam mobil mewah itu mendadak hening seketika, tidak ada lagi yang bersuara satupun, keduanya hanya fokus dengan jalanan yang ada di depannya.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil truk tiba-tiba saja melaju dari pertigaan sebelah kanan. Rendra yang melihat mobil truk itupun begitu terkejut dan langsung berteriak dengan sangat kencang. "AWAS, NAT..... " Teriakan Rendra membuat Nathan begitu terkejut, apalagi hal yang di lakukan oleh Rendra saat ini yang dengan cepat mengambil alih setir demi melindungi kakak kembarnya itu. Alhasil, orang yang seharusnya celaka adalah Nathan, berganti menjadi Rendra. Mobil truk itu menghantam pintu sebelah kemudi, membuat Rendra terluka parah dan menyebabkan Rendra koma.
Bersambung.
Gedung Pernikahan.
Setelah pesta pernikahan itu berakhir, Nathan dan juga Elle memutuskan untuk pergi menuju kamar pengantin yang berada di dalam gedung itu. Keduanya berjalan dengan beriringan, namun sama sekali tidak bergandengan tangan. Dan hal itu membuat Elle terlihat kecewa, namun ia tetap berusaha untuk memahami mood sang suami yang menurutnya sedang buruk karena kakak kembar sang suami tidak pulang untuk menyaksikan pernikahannya.
Langkah kaki Elle terhenti ketika ia melihat kedua orangtuanya sedang berjalan menghampiri dirinya. Seketika Elle melebarkan senyumannya, lalu menggandeng tangan sang suami, membuat sang suami terkejut. "Ada mama sama papa, bersikaplah seperti biasanya, sayang. Jangan membuat kedua orangtuaku khawatir, ok." Bisik Elle di telinga Nathan, laki-laki yang ia anggap sebagai Rendra.
Nathan terlihat diam sembari menoleh dan menatap gadis yang di cintai oleh adik kembarnya tersebut. Wajah putih nan mulus, senyuman yang sangat menawan, bulu mata yang lentik, hidung mancung, serta suaranya yang sangat lembut, ah pantas saja adik kembarnya itu jatuh hati kepada wanita ini. Wanita ini benar-benar sangat sempurna, wanita ini sama sekali tidak memiliki cacat sedikit pun di tubuhnya. Pikir Nathan.
"Rendra! Gue mohon, cepatlah bangun dari tidur lo. Gue tidak ingin berlama-lama menjadi lo dan menggantikan posisi lo saat ini." Batin Nathan tanpa melepaskan pandangannya dari wajah cantik Elle.
"Jangan liatin aku terus, sayang. Aku tahu kok, kalau aku itu cantik. Tapi, gak segitunya juga kamu liatin aku." Bisik Elle yang merasakan tatapan dari yang di berikan oleh suaminya tersebut.
Nathan seketika tersadar, ia hendak mengeluarkan suaranya, namun suara yang lembut itu kembali terdengar di kedua telinganya. Akan tetapi, kali ini suara lembut itu bukan berbicara kepada dirinya, melainkan kepada sepasang suami istri yang saat ini sudah berdiri di hadapan Nathan dan juga Elleiana.
"Mama, papa. Kalian sudah mau pulang?" Tanya Elle kepada sepasang suami istri itu, yang tak lain adalah Elena dan juga Dav, kedua orangtua Elleiana.
Elena nampak tersenyum, lalu mencium kening putri semata wayangnya itu. "Iya, sayang. Mama sama papa sudah harus pulang sekarang. Soalnya sudah malam banget." Sahut Elena seraya memperlihatkan senyumannya kepada putrinya tersebut.
"Kenapa kalian tidak menginap saja di sini? Bukankah jarak ke rumah kita itu lumayan jauh?" Ucap Elle masih dengan nada suaranya yang sangat lembut dan halus itu.
"Mama sih pengennya begitu, sayang. Tapi, papamu itu tidak mau menginap di sini. Papamu kekeh pengen pulang seperti anak kecil." Sahut Elena sambil melirik suaminya sekilas, lalu ia pun kembali menatap putri semata wayangnya tersebut.
"Sayang, siapa yang seperti anak kecil?" Tanya Dav sambil menatap istrinya.
"Kamu, pah. Memangnya siapa lagi." Sahut Elena seraya mencubit gemas hidung suaminya tersebut.
"Astaga, sayang. Aku hanya ingin tidur di ranjangku saja. Lagian besok aku harus pergi pagi-pagi ke perusahaan karena ada meeting penting, kalau kita menginap di gedung ini, bisa-bisa aku kesiangan. Kamu tahu kan jarak dari gedung ini sangat jauh dengan perusahaan, dan.... " Ucapan Davin tercekat di tenggorokkan ketika sang istri menempelkan jari telunjuknya di bibir miliknya itu.
"Ya, aku tahu sayang. Jadi, jangan di teruskan lagi, ok." Ucap Elena menyela ucapan suaminya tersebut. "Bukannya kamu sudah meminta asistenmu untuk mengosongkan jadwalmu besok? Lalu, kenapa tiba-tiba besok ada meeting penting, pagi-pagi lagi." Sambung Elena sembari menatap wajah sang suami.
"Ada sedikit masalah, sayang. Dan aku harus hadir besok pagi." Sahut Dav di iringi dengan helaan nafasnya. Elena hanya ber oh ria saja, lalu ia pun kembali menatap putri serta menantunya yang sedari tadi hanya berdiri dan membiarkan dirinya beradu mulut dengan suami bucinnya tersebut.
"Sayang, Rendra. Mama dan papa pulang dulu ya, kalian nikmatilah malam pertama kalian. Agar kita segera mendapatkan cucu." Ucap Elena membuat wajah putri semata wayangnya tersebut memerah seperti tomat. Sementara Nathan, ia terlihat biasanya, padahal dirinya pun merasa terkejut ketika ia mendengar malam pertama yang keluar dari mulut mertuanya itu.
"Ish, mama apaan sih. Ngomongnya gitu." Tutur Elle dengan salah tingkah membuat Elena terkekeh pelan.
"Loh, memangnya ada yang salah dengan ucapan mama? Enggak kan, sayang." Ucap sang mama seraya mengelus wajah cantik putrinya tersebut.
"Enggak sih, mah. Tapi.... Ah sudahlah jangan di bahas lagi." Sahut Elle dengan wajahnya yang masih memerah seperti tomat.
Elena tersenyum, ia pun kembali berpamitan kepada putri dan juga menantunya tersebut.
"Yasudah kalau begitu kita berdua pamit ya, sayang." Ucap Elena yang mendapat anggukkan kepala dari putrinya itu. Lalu, Elena menatap ke arah menantunya yang sedari tadi hanya diam seperti patung pancoran itu. "Rendra! Titip putri semata wayang mama, ya. Jangan sakiti dia, apalagi sampai kamu mengkhianatinya. Jika dia berbuat salah, tegurlah dengan cara yang baik. Jangan sampai kamu membentaknya. Mengerti." Ucap Elena kepada menantunya tersebut.
"Aku mengerti." Jawab Nathan singkat dan padat membuat Elena seketika mengernyitkan keningnya. Biasanya, Rendra tidak pernah berbicara irit seperti ini, paling tidak Rendra akan berkata. 'Iya, mah. Mama tenang saja, aku tidak mungkin menyakiti putri mama, karena apa? Karena aku sangat mencintai putri mama ini. Dan mama tidak perlu khawatir, aku tidak akan pernah mengkhianati putri mama ini, aku bersumpah, aku akan menjaga dan membahagiakan putri mama ini.' Itulah yang selalu Rendra ucapkan kepada Elena, di saat Elena memintanya untuk menjaga putrinya dulu.
"Bagus! Kita percaya sama kamu, Rendra. Tapi, ingat! Jika kamu berani menyakiti putri kita, walaupun hanya seujung kuku, aku Dav Jonatan William's, tidak akan melepaskanmu, mengerti." Kini Dav pun ikut berbicara, bahkan bukan hanya berbicara saja, Dav juga memperingati Nathan dengan nada suaranya yang dingin itu.
Nathan seketika menoleh ke arah Dav, ia merasakan aura yang di pancarkan oleh Dav sangatlah tidak bersahabat, apalagi ketika Dav memberikan tatapan matanya yang tajam itu, membuat Nathan harus berhati-hati dan menjaga rahasia dirinya yang hanya seorang pengantin pengganti adik kembarnya tersebut.
"Aku mengerti, kalian tenang saja, aku tidak mungkin menyakiti Elle." Sahut Nathan bersikap seolah-olah, dirinya adalah Rendra.
"Bagus, kalau begitu kita pamit dulu." Ucap Dav seraya merapikan kemejanya, lalu mengalihkan pandangannya kepada putri semata wayangnya tersebut. "Sayang, papa sama mama pergi dulu, jika dia berani menyakiti kamu, segera beritahu papa, biar papa beri dia pelajaran, mengerti sayang." Ucap Dav dengan nada suaranya yang berubah menjadi lembut tidak seperti sebelumnya yang sangat dingin ketika ia berbicara kepada Nathan.
Elle nampak tersenyum manis seraya menganggukkan kepalanya. "Papa tenang saja, Rendra tidak akan mungkin menyakitiku, karena dia sangat mencintaiku." Sahut Elle membuat Nathan langsung menatap ke arahnya. "Yasudah mama dan papa, hati-hati di jalan, kalau udah sampai rumah, jangan lupa kabarin Elle ya." Sambung Elle sembari memberikan pelukan hangat kepada mama dan papanya tersebut. Tak lupa, Elle juga memberikan kecupan di pipi kedua orangtuanya itu.
"Iya, sayang. Kalau begitu kita pergi dulu ya. Bye sayang." Sahut Elena yang mendapat anggukkan kepala dari Elle. Setelah itu Dav dan juga Elena pun berbalik dan pergi melangkahkan kedua kakinya meninggalkan putri serta menantunya itu.
"Sayang, ayo kita istirahat, rasanya kakiku sudah sangat pegal sekali." Ajak Elle setelah kepergian kedua orangtuanya itu. Nathan hanya menganggukkan kepalanya saja, lalu setelah itu keduanya pun kembali melangkahkan kakinya menuju kamar pengantin yang berada di dalam gedung itu.
Bersambung.
Kamar Pengantin.
Elle menatap kamar pengantin itu dengan kagum, senyumannya yang manis selalu tersungging dari sudut bibirnya. Kamar yang begitu megah dan luas, serta hiasan taburan kelopak mewah di atas ranjangnya, dan jangan lupakan hiasan sepasang angsa yang berbentuk love itu, menambah kesan romantis kamar pengantin tersebut.
Elle menarik nafasnya dalam, lalu berjalan perlahan menuju sisi ranjang pengantin itu, tangannya yang lembut mulai menyentuh ujung ranjang itu dengan pelan. "Inikah yang di sebut kamar pengantin? Emm sungguh seperti mimpi." Batin Elle tanpa melepaskan senyuman yang manis dari sudut bibirnya.
Elle tidak menyangka jika malam ini ia sudah resmi menjadi istri dari laki-laki yang sangat di cintainya itu. Dan itu artinya mulai malam ini ia akan berbagi ranjang dan tidur bersama dengan Rendra. Membayangkannya saja sudah membuat Elle tersipu malu, apalagi ketika ia mengingat ucapan mamanya tadi tentang malam pertama, rasanya Elle ingin menyembunyikan wajahnya di lubang semut. "Apa yang sedang kamu bayangkan Elle? Kenapa kamu mendadak mesum seperti ini sih? Aarghh menyebalkan." Teriak Elle dalam hati seraya memukul pelan wajah cantiknya membuat Nathan langsung mengernyitkan keningnya bingung melihat tingkah laku istri adik kembarnya tersebut.
"Ada apa dengan gadis itu? Kenapa dia memukul wajahnya sendiri? Apakah dia sedang berpikiran mesum? Astaga... Untuk apa aku memperdulikannya, terserah dia mau berpikiran apa, itu bukan urusanku." Batin Nathan seraya berjalan dan melepaskan jas yang melekat pada tubuhnya dan meletakkannya di atas sofa yang berada di dalam kamar tersebut.
Setelah itu, Nathan pun berbalik dan kembali menatap Elle. "Mandilah, baru setelah itu kamu istirahat." Ucap Nathan berusaha untuk menirukan gaya bicara adik kembarnya yang lembut.
Elle seketika memalingkan wajahnya ke arah Nathan, ia pun tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. "Ya! Ini aku mau ke kamar mandi kok." Sahut Elle dengan nada suaranya yang selalu lembut dan halus. "Emm,,, kalau begitu aku ke kamar mandi dulu, kalau kamu sudah ngantuk, kamu boleh tidur duluan." Sambung Elle tanpa melepaskan senyuman di wajahnya yang cantik itu.
"Ya! Aku tahu." Sahut Nathan singkat dan padat membuat Elle harus menghela nafas panjang.
"Sepertinya Rendra masih dalam keadaan mood yang buruk gara-gara kakak kembarnya itu tidak hadir di pesta pernikahan kita. Ah sudahlah, sebaiknya aku mandi dulu sekarang, biar nanti aku bicara sama Rendra." Batin Elle seraya melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi, sementara Nathan, ia terlihat berjalan menuju jendela kamar itu.
Nathan berdiri di dekat jendela itu dan menatap gelapnya langit malam ini. "Bagaimana keadaan dia sekarang? Apakah dia sudah sadar? Sudah empat hari lo tidur Ren, apakah lo akan selamanya tertidur? Cepatlah bangun, biar lo bisa hidup bahagia bersama Elle." Batin Nathan di iringi dengan helaan nafasnya.
Tiba-tiba saja ponsel Nathan berdering menandakan adanya panggilan masuk dari seseorang, dengan segera Nathan pun merogoh ponsel itu dan langsung menggeser tombol berwarna hijau, kemudian ia pun menempelkan ponsel itu di telinganya. "Ada apa?" Tanya Nathan dengan nada suaranya yang selalu dingin.
"Bos! Apa anda baik-baik saja?" Tanya seseorang yang tak lain adalah David, asisten pribadi Nathan.
"Menurutmu?" Nathan berbalik nanya sembari menyenderkan tubuhnya di jendela kamar itu.
"Saya tidak tahu, bos. Makannya saya bertanya, apakah anda baik-baik saja? Secara sekarang ini anda sudah menikah dengan gadis yang baru pertama kali anda temui. Saya khawatir penyamaran anda akan terbongkar, bos." Ucap David yang memang mengetahui jika bosnya itu menjadi pengantin pengganti untuk adik kembarnya, Rendra.
Mendengar ucapan David, membuat Nathan kembali menghela nafasnya. "Kau tenang saja, David. Penyamaranku tidak akan pernah di ketahui oleh siapapun. Dan posisi ini aku akan kembalikan kepada Rendra ketika dia bangun nanti, mengerti." Sahut Nathan dengan sangat yakin.
"Saya mengerti, bos. Saya hanya merasa khawatir saja, dan bagaimana jika anda jatuh cinta sama gadis itu, bos?" Tanya David membuat Nathan mendengus kesal.
"Ckkk.... Aku tidak mungkin jatuh cinta sama gadis itu. Jadi, hilangkan pikiran gilamu itu, Dav." Seru Nathan dengan nada suaranya yang terdengar kesal di telinga David.
"Yakin, kalau anda tidak akan jatuh cinta sama gadis itu, bos? Secara gadis itu sangat sempurna di mata laki-laki, bahkan adik anda saja sampai tergila-gila sama gadis itu. Saya tidak yakin jika anda tidak akan jatuh cinta sama gadis itu, apalagi mulai saat ini anda akan terus bersama dan melihat gadis itu setiap hari. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika anda.... " Ucapan David tercekat di tenggorokkan, ketika Nathan kembali bersuara.
"STOP! KENAPA LO SANGAT CEREWET SEKALI! Apakah lo ingin, gue menggantung lo di ujung Monas!" Seru Nathan semakin kesal mendengar ucapan David tadi. "Mau gadis itu sempurna atau tidak, gue tidak akan mungkin jatuh cinta sama gadis itu, apalagi gadis itu adalah gadis yang di cintai oleh adik gue sendiri, mengerti." Sambung Nathan dengan nada bicaranya yang mulai berubah. David dan Nathan itu memang sudah sahabatan sedari kecil. Ketika mereka berada di kantor, mereka akan menggunakan bahasa formal, namun ketika mereka di luar kantor, mereka akan berbicara seperti biasanya.
"Gue mengerti, Nathan. Lo tidak perlu marah-marah seperti itu, dan lo juga tidak perlu berteriak, karena telinga gue masih normal, tidak budeg!" Ucap David dengan kesal karena ia merasa terkejut ketika ia mendengar teriakan bosnya tadi.
"Lo yang udah mancing gue. Dasar asisten menyebalkan." Omel Nathan seraya mengusap wajahnya kasar.
"Ckkk.. Lo sendiri gak sadar, kalau lo itu bos yang paling menyebalkan sejagat raya." Sahut David membuat Nathan langsung melebarkan kedua bola matanya.
"Lo mau gue pecat atau lo resign sendiri?" Tanya Nathan membuat David tersenyum kaku di ujung telpon sana.
"Astaga... Gue cuma becanda, Than. Yasudah kalau begitu gue tutup dulu telponnya dan selamat beristirahat bos gue yang paling baek sedunia. Bye, bye." Ucap David mulai mengubah nada suaranya menjadi lembut. Lalu setelah itu, David pun langsung memutuskan sambungannya secara sepihak tanpa menunggu jawaban dari Nathan.
"Dasar kampret! Kalau bukan sahabat gue, udah gue tendang lo ke laut." Gumam Nathan sembari menatap layar ponselnya yang sudah gelap. Setelah itu Nathan pun berbalik dan mulai melangkahkan kedua kakinya menuju sofa, namun tatapan matanya tertuju pada pintu kamar mandi yang masih tertutup rapat. "Apakah gadis itu tidur di dalam kamar mandi? Kenapa dia sangat lama sekali?" Batin Nathan seraya melepaskan dia kancing kemejanya dengan tatapan mata yang masih tertuju pada pintu kamar mandi tersebut. "Sudahlah, dia mau tidur di kamar mandi atau tidak, itu bukan urusanku. Sebaiknya aku tidur saja sekarang." Nathan kembali membatin seraya merebahkan tubuhnya di atas sofa yang berukuran lumayan besar itu. Ia berusaha untuk memejamkan kedua bola matanya, namun ia sama sekali tidak bisa.
"Aaarghhh sial! Jika dia benar-benar tertidur di dalam kamar mandi, dia pasti akan sakit. Dasar gadis merepotkan." Gumam Nathan seraya bangkit dari atas sofa itu dan berjalan menuju pintu kamar mandi tersebut.
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!