DALAM keheningan ruang angkasa yang gelap gulita, ada sebuah planet yang terletak jauh - puluhan tahun cahaya - dari planet Bumi. Planet ini dikelilingi oleh awan debu dan gas yang tebal, sehingga sulit untuk melihat ke permukaannya dari luar angkasa. Namun, jika kita melihatnya dari jarak yang cukup dekat, kita akan menemukan pemandangan yang tak terbayangkan indahnya.
Permukaan planet ini dipenuhi oleh hamparan pasir yang terbentang luas, mirip dengan gurun di Bumi. Namun, di sana terdapat struktur batu-batuan besar yang aneh, seakan-akan mereka dibuat dengan sengaja.
Planet ini dihuni oleh makhluk yang memiliki bentuk dan karakteristik yang mirip dengan manusia: mereka memiliki dua kaki, dua tangan, kepala, dan memiliki tinggi badan yang bervariasi.
Tidak seperti planet-planet lain, atmosfer di planet ini sangat unik. Terdapat awan yang berwarna-warni, yang terlihat seperti lukisan tiga dimensi yang bergerak. Di kejauhan, tampak pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi dan hamparan lautan yang sangat biru. Dan ketika malam tiba, langit di planet ini terlihat seperti permadani indah yang dipenuhi oleh bintang-bintang yang gemerlap.
Namun, keindahan planet ini tidak hanya terlihat dari luar saja. Ketika kita mendarat di planet ini, kita akan disambut oleh pemandangan banyak kota besar yang indah dengan bangunan tingginya yang menjulang membelah langit.
Meskipun ada beberapa perbedaan dalam arsitektur bangunan, namun banyak hal di kota ini terlihat seperti kota di Bumi pada umumnya.
Penduduk planet ini tampak beraktivitas dengan sangat sibuk seperti layaknya manusia. Namun yang membedakan kota ini dengan kota di bumi adalah, kota ini dibangun dengan teknologi yang jauh lebih maju daripada teknologi yang dimiliki oleh manusia. Meskipun hidup dalam kemajuan teknologi, makhluk-makhluk asing di dalamnya hidup dengan damai dan berbudaya tinggi.
Planet unik ini dikenal sebagai Planet Eryndor, dan salah satu kota maju yang dimiliki planet ini adalah kota Nova Lux. Kota ini didirikan oleh beberapa bangsa di masa lalu, yang dikenal sebagai pengrajin yang ulung dan ahli dalam seni dan teknologi. Mereka telah membangun bangunan-bangunan megah yang dibuat dari bahan-bahan yang tidak lazim, seperti kristal dan batu permata yang berkilauan.
Nova Lux dikenal sebagai kota yang menawan dengan kemajuan teknologi yang luar biasa. Ia terlihat seperti kota yang seolah-olah terlepas dari waktu, dengan bangunan-bangunan futuristik yang menjulang tinggi di udara. Dengan sinar matahari yang memantulkan ke segala penjuru kota, menciptakan efek kaca pada bangunan-bangunan yang ada. Seakan-akan kota ini merupakan sebuah dunia yang terisolasi dari planet asalnya.
Bangunan-bangunannya terbuat dari bahan yang belum pernah ditemukan di planet lain. Bahan-bahan tersebut adalah campuran dari mineral langka yang ditemukan di Eryndor. Bangunan-bangunan tersebut dibangun dengan teknologi yang amat canggih, yang memungkinkannya terlihat seperti levitasi di udara.
Di pusat kota, terdapat sebuah menara tinggi yang disebut Menara Iridium. Menara ini merupakan sebuah monumen arsitektur yang paling menakjubkan di planet ini. Dari jauh, menara ini terlihat seperti sebuah kristal besar, terdiri dari serangkaian pilar kristal yang dihubungkan oleh jaring-jaring cahaya yang berkedip-kedip. Cahaya yang berasal dari Menara Iridium tersebut, dapat dilihat dari berbagai sudut kota. Cahaya ini mengubah warna-warna yang terlihat di lingkungan sekitarnya, memberikan suasana kota yang berbeda saat malam hari.
Tidak begitu jauh dari Menara Eridium, dua wanita cantik yang mengenakan pakaian aneh berwarna perak sedang berjalan dan tertawa bersama di antara gedung-gedung kota. Di tangan mereka sedang membawa sebuah tas berbentuk kotak yang berwarna merah.
"Kak Sariel, menurut kakak berapa Orichalcum yang harus kita kumpulin buat dapetin satu flex suit tadi? Itu bakal dilaunching bulan depan," tanya Danika sembari menata rambut hitam sebahunya.
Sariel mencoba untuk menebak-nebak di kepalanya tentang harga pakaian rare itu. Flex suit belakangan memang jadi perbincangan hangat di Nova Lux. Karena selain bahannya elastis dan fleksibel yang nyaman digunakan dalam kondisi apapun, pakaian tersebut juga diproduksi terbatas karena ia terbuat dari Vibranium yang konon tidak ada di Planet Eryndor.
"Entahlah. Tapi itu pasti sangat mahal."
"Kira-kira ayah mau ngga beliin kita? Hehe."
Sariel menggeleng melihat permintaan konyol adik satu-satunya itu. Dia langsung menarik telinga Danika.Tentu saja dia tidak akan mengizinkan Danika meminta kepada ayah mereka membeli pakaian seperti itu. Karena keuangan keluarga belakangan memang sangat sulit.
"Sudah lah. Ayo, kita cepat pulang. Kayaknya malam ini mau hujan," ujar Sariel sembari menatap langit-langit malam yang tampak berawan.
Di malam hari, jalanan di kota Nova Lux menjadi terang benderang oleh cahaya kristal dan lampu jalan yang berbahan plasma. Gedung-gedung pencakar langit yang megah menjulang tinggi di atas jalanan yang sibuk dengan kendaraan yang terbang berlalu-lalang. Bau kopi dan aroma makanan dari restoran-restoran yang ada di sepanjang jalan juga tak kalah mengisi udara.
Kakak beradik itu lalu memasuki sebuah gang. Gang yang mereka masuki memang adalah rute tercepat yang biasa mereka ambil untuk pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Sariel bekerja sebagai staff di sebuah tokoh buku, sedang adiknya bekerja sebagai bartender. Karena jarak antara toko buku dan bar tempat adiknya bekerja itu cukup dekat, makannya setiap pulang kerja mereka selalu pulang bersama.
Gang yang mereka susuri tersembunyi di antara bangunan-bangunan besar. Meskipun selalu ramai dengan para pelintas jalanan yang berjalan cepat atau para pengendara sepeda motor, gang ini sering menjadi tempat bertemunya orang-orang aneh pada malam hari.
Sampai ketika mereka tiba di ujung gang, mereka secara tidak sengaja melihat seorang pria yang berpakaian aneh sedang tak sadarkan diri. Mereka lalu menghampiri pria tersebut. Meskipun pria itu memiliki ciri fisik yang sama seperti mereka, namun wajahnya tampak asing seolah pria itu adalah spesies yang berbeda dengan mereka. Pakaiannya yang tampak lembut itu juga membuat mereka berdua bertanya-tanya tentang siapa pria itu dan mengapa dia berada di gang seperti ini.
"Kak, dia pingsan," ujar Danika.
Sariel mengangguk. Mereka lalu membalikkan tubuh pria malang yang masih dalam posisi telungkup itu. Sariel mendekatkan telinganya ke hidung pria asing itu - memeriksa nafasnya - lalu kemudian ke dadanya. Dia berusaha menemukan tanda-tanda kalau pria tersebut baik-baik saja.
"Gimana, kak?"
"Dia ngga apa-apa. Mungkin dikit lagi dia bakal bangun."
"Jadi, kita tinggalin aja dia di sini atau?"
...----------------...
CATATAN:
Orichalcum, adalah mata uang yang digunakan di Planet Eryndor.
Vibranium, adalah sebuah logam fiksi (ngga ada di dunia nyata) khas Negeri Wakanda di dalam cerita-cerita Marvel. Vibranium terhitung sebagai salah satu logam langka yang memiliki sifat unik seperti fleksibel, ringan (seperti selembar kertas), kuat (lebih daripada baja dan berlian), anti gerah, dan tahan terhadap getaran dan radiasi.
Phoenix, Arizona
PEMANDANGAN kota Phoenix tampak seperti hamparan pasir gersang yang tak berujung. Bangunan-bangunan bertingkat tinggi yang membentuk skyline kota terlihat mirip sekali dengan balok-balok beton yang tertumpuk. Tetapi ada satu bangunan yang berbeda, terlihat seperti piramida kaca raksasa dengan logo ISAR (International Society for Astrological Research) yang terpampang di atasnya.
Terdapat banyak mobil yang terparkir di depan gedung organisasi astrologi terbaik di dunia itu. Ada beberapa orang memasuki bangunan setelah melewati pintu masuk besar yang terbuat dari kaca tebal. Dalam ruangan, terlihat suasana yang tenang dan damai. Ada ruang tamu yang luas dengan sofa empuk dan pohon-pohon mini yang menghiasi area tersebut.
Namun, begitu ketika melewati ruang tamu, suasana tiba-tiba berubah drastis; tampak orang-orang dengan jubah panjang dan kacamata besar yang berkumpul di sekitar meja bundar di tengah ruangan yang luas. Mereka tengah membicarakan sesuatu dengan penuh semangat, dan kadang-kadang terdengar suara tertawa.
Di sudut ruangan, terdapat papan hitam besar dengan banyak rumus dan grafik astrologi yang rumit. Ada pula beberapa komputer dan peralatan lainnya yang membantu para ahli astrologi untuk memahami bintang dan prediksi bintang.
Dinding ruangan tersebut dihiasi dengan karya seni yang indah, termasuk lukisan astrologi yang menggambarkan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang. Ada pula patung perunggu besar di tengah ruangan yang menggambarkan sosok Dewi Athena, simbol kebijaksanaan dan pengetahuan.
Ruang laboratorium ISAR berada di lantai bawah gedung utama. Dinding laboratorium terlihat bersih dan rapi, dicat dengan warna putih yang mencerminkan kebersihan dan sterilisasi. Udara dalam ruangan terasa sejuk karena pengatur suhu yang disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium.
Di tengah ruangan terdapat meja besar yang terbuat dari kayu mahoni yang di atasnya terdapat alat-alat pengukur dan peralatan astrologi yang kompleks. Di sebelah meja juga ada beberapa peralatan yang menarik perhatian, seperti mikroskop elektron yang terpasang di dinding dan sebuah alat spektroskopi Raman yang besar dan berwarna kebiruan.
Di salah satu sudut ruangan terdapat rak berisi berbagai buku dan literatur terkait astrologi yang tersusun rapi. Pada sisi lainnya, terdapat sejumlah layar komputer yang digunakan untuk melakukan pengolahan data dan analisis terhadap hasil penelitian.
Di sudut lainnya, ada ruangan kecil dengan meja dan beberapa kursi, mungkin digunakan untuk diskusi atau pertemuan kecil antara para peneliti.
Suara deburan angin luar terdengar samar-samar melalui ventilasi yang tersedia di dinding ruangan. Meskipun terlihat sederhana, namun atmosfir di dalam laboratorium terasa sangat khusyuk dan tenang, membuat para peneliti bisa fokus dalam mekakukan risetnya, termasuk Dr. Isaac Nugraha.
Isaac Nugraha adalah salah satu peneliti termuda dan juga paling berbakat di departemen penelitian ISAR. Meskipun usianya baru menginjak 25 tahun, dia sudah diangkat menjadi kepala peneliti di lembaga astrologi dunia termasyhur itu.
Hari ini adalah hari yang sibuk untuknya karena direktur ISAR, Prof. Andrew Liu, memaksanya untuk melakukan sebuah proyek kerjasama yang konyol dengan organisasi IASD (International Association for the Study of Dreams) di Berkeley. Dia menyebut proyek ini konyol karena penelitian ini tidak sesuai dengan visi ISAR yang mengedapankan riset ilmiah dan ojektif.
"Bagaimana bisa seorang saintis melakukan pekerjaan konyol dan sia-sia seperti itu? Menjelajahi angkasa lewat mimpi? Orang gila macam apa yang berpikir seperti itu!" Gumamnya kesal sembari menatap layar komputernya di mana sebuah dokumen bertuliskan 'DreamSpace Exploration Initiative (DESI)' sedang dibuka.
"Sabar, ketua. Kita juga ngga bisa ngelakuin apa-apa kalo direktur yang meminta. Belum lagi Dr. Emily adalah sahabat dekatnya," ujar seorang wanita yang mengenakan jubah putih panjang, khas peneliti.
"Ini penelitian ilmiah, bukan tempat sahabat kecil bermain. Kalo ini sampai bocor ke publik, citra ISAR akan tercoreng!" Balas Isaac yang lalu mematikan layar komputernya, "Ah, gila, sejak awal aku memang tidak suka dengan wanita neuron itu."
Para peneliti lain yang mendengar keluhan ketua mereka itu hanya bisa menggeleng sembari tersenyum. Meskipun apa yang dikatakan Isaac tersebut benar, tetapi mereka terhibur mendengar erangannya.
Tiba-tiba seorang pria berjas merengsek masuk ke laboratorium.
"Ketua, direktur memanggil Anda. Sekarang!"
"Astaga, kapan ini berakhir!" Keluh Isaac menghela nafas.
...***...
Ruangan direktur ISAR terletak di lantai paling atas gedung pencakar langit setinggi 50 lantai. Ruangan ini memiliki pintu masuk yang besar dan berat dari kayu jati yang diukir dengan motif yang indah. Begitu masuk, terlihat sebuah ruangan yang luas dan elegan dengan karpet merah yang lembut dan empuk di bawah kaki.
Di tengah ruangan, terlihat sebuah meja besar yang dihiasi dengan barang-barang mewah dan mahal, seperti sebuah vas kristal dengan bunga-bunga segar yang harum, dan sepasang lilin aromatik yang menambah kehangatan suasana. Di sana, Prof. Andrew Liu dan Dr. Emily sedang menunggunya.
Pasti omong kosong itu lagi, Isaac membatin.
"Ya direktur, ada yang bisa saya bantu?" Ujar Isaac berusaha tersenyum. Meskipun dia kesal, namun dia tidak dapat menunjukan kekesalannya itu di hadapan atasannya. Sikap inferiority-nya membuatnya kesulitan mengajukan keberatan apapun.
"Oh ya, Dr. Isaac, silakan duduk."
Andrew Liu mempersilakan peneliti muda itu duduk di samping Dr. Emily.
Andrew Liu lalu menjelaskan mengapa dia dipanggil. Ini berkaitan dengan proyek DESI yang sudah berada di tahap akhir, atau pengujian. Di sini Dr. Emily selaku pelaksana utama proyek ini memintanya untuk memeriksa sekaligus mencoba sebuah tabung khusus yang dia namakan SpaceSnooze untuk memastikan apakah tabung tersebut bekerja dengan baik atau tidak. Sebab setiap bagian tabung dibuat dengan mengikuti MCC (Mission Control Center) yang biasa digunakan para astronot untuk mengemudikan pesawat luar angkasa mereka.
"Karena kau punya pengalaman mengikuti misi Cosmic Voyager NASA dua tahun lalu, jadi saya rasa kau bisa meng-handle proyek kita yang satu ini. Ini tidak jauh berbeda dengan misi itu," ujar Andrew Liu dengan lembut kepada Isaac.
"Dr. Isaac hanya perlu menguji kelayakan dan efisiensi tabungnya, karena kami - IASD - tidak begitu mengerti tentang sistem kordinat di dalamnya. Yang bisa kami lakukan hanyalah mengimput kesadaran dan mengatur gelombang otak ketika sudah terhubung dengan mesin utamanya. Selebihnya kami tidak begitu familiar, kecuali untuk orang berpengalaman seperti Dr. Isaac," lanjut Emily dengan nada membujuk.
Kalau kalian tidak cukup berpengelaman, lalu kenapa kalian ngotot melakukan semua omong kosong yang hanya buang-buang waktu ini!
Isaac berusaha mengontrol dirinya dan perlahan menghela nafasnya. Permintaan dua orang penting dari dua instansi sains tersebut membuat Isaac tak nyaman. Meskipun idealismenya menolak proyek yang dianggapnya absurd tersebut, tetapi dia tak enak jika mengatakan tidak kepada mereka. Maka dengan berat hati dan dengan senyum yang dipaksakan, Isaac lalu menyanggupi permintaan keduanya.
Aku benar-benar sial hari ini.
...----------------...
CATATAN: Cosmic Voyager NASA adalah misi fiksi luar angkasa untuk menjelajahi galaksi dan menemukan kehidupan di luar angkasa.
KETIKA mata pria itu terbuka, dia menemukan dirinya terbaring di sebuah tempat tidur yang empuk, dengan selimut bulu putih yang tebal menutupi tubuhnya.
Kamar itu sangat indah, dengan dinding yang dilapisi oleh perpaduan warna putih dan emas yang elegan. Di satu sisi ruangan, terdapat jendela besar yang memungkinkan cahaya masuk dan memancarkan kehangatan alami.
Namun, kenyamanan yang ditawarkan kamar itu tidak bisa membuatnya tenang. Ada sesuatu yang salah. Dia mencoba mengingat-ngingat bagaimana dia bisa berada di kamar itu, tetapi otaknya masih terasa kosong. Kemudian, dengan cepat, dia menyadari bahwa dia tidak sendirian. Ada seorang wanita cantik yang duduk di sisi tempat tidurnya, menatapnya dengan pandangan bingung seperti seorang anak yang baru mendapatkan mainan baru.
"Di mana aku?" Tanya pria yang kebingungan itu.
Meskipun caranya berbicara terdengar aneh, tetapi Sariel bisa memahaminya karena kemampuan alami penduduk planet ini: telepati. Kemampuan ini membuat mereka bisa memahami bahasa apapun tanpa dia sadari.
"Kau di distrik Euphoria, di rumahku."
"Euphoria?"
Sariel tampak kebingungan, sebab baru kali ini ada orang yang tidak tahu di mana Euphoria. Padahal distrik ini dikenal karena lokasinya yang dekat dengan maskot penting kota Nova Lux, Menara Iridium.
Jangan-jangan dia lupa ingatan?
"Kau sekarang ada di Nova Lux," ujar Sariel berharap pria aneh itu bisa langsung mengerti.
"Nova Lux? Di negara apa?"
Sariel justru ikut bingung dengan pertanyaan yang aneh itu. Apa maksudnya negara? Apa itu nama pulau, gunung, atau apa? Tanya Sariel dalam hati.
"Aku ngga mengerti maksudmu apa. Kita di kota Nova Lux. Ngga ada yang namanya negara di sini."
"Ha? Tapi kok kamu bisa bahasa Inggris?"
Sariel merasa kepalanya mulai pusing. Sejak tadi dia tidak mengerti apa yang pria aneh di hadapannya itu bicarakan. Dia mencoba untuk mengatur nafasnya. Dia menghela nafasnya perlahan.
"Mungkin bagusnya gini," Sariel memperbaiki posisi duduknya dan menggeser kursinya mendekat ke arah pria itu, "Siapa kau dan dari mana asalmu?"
"Aku Isaac Nugraha, dari Amerika. Tapi aku blasteran Indonesia-Amerika," jawab Isaac dengan nada percaya diri.
Dia lagi ngomong apa sih? Amerika, Indonesia, itu apa? Dan namanya juga aneh.
"Tunggu, Amerika itu di pulau mana? Aku ngga pernah dengar nama kota itu."
"Lho, mana ada orang yang ngga tahu Amerika!" Ujar Isaac ngotot.
"Justru aku yang harusnya ngomong gitu, mana ada orang yang ngga tahu Nova Lux!"
Keduanya pun mulai terjebak dalam keheranan yang sama tentang dengan siapa mereka berbicara saat ini. Sampai di momen di mana mereka tiba-tiba menyadari sesuatu.
"HEI, KAU DARI PLANET MANA!?" Mereka berdua entah bagaimana kompak melemparkan pertanyaan yang sama.
"Ini di planet Eryndor, kau?"
"A-aku da-dari bu-bumi," jawab Isaac dengan terbata-bata karena pikirannya yang kacau. Dia tidak percaya apa yang sedang terjadi padanya.
"Bumi?"
Isaac mencoba mengingat-ngingat kembali apa yang sebenarnya terjadi, terutama mengapa dia bisa berada di planet asing ini.
Apa ini lubang cacing? Tidak. Lubang hitam? Tidak! Fluktuasi ruang? Tidak! Apa terjadi singularitas? Banyak pertanyaan aneh mulai bermunculan di kepalanya.
"Apa tabung itu benar-benar bekerja!?" Gumam Isaac dengan wajah tercengang. Perasaan heran dan bahagia secara bersamaan pun muncul di dadanya. Bagaimana bisa?
Dia lalu melihat ke arah wanita alien itu, "Apa ini sungguhan? Kau terlihat seperti kami."
"Kami? Maksudmu makhluk di planetmu?"
Isaac mengangguk antusias. Dia tidak menyangka bahwa proyek yang dianggapnya gila itu benar-benar sukses. Bahkan ini terlalu nyata untuk disebut mimpi!
"Siapa namamu?" Tanya Isaac.
"Aku Sariel Zygarthians, panggil aja Sariel."
Isaac lalu memberikan tangannya untuk bersalaman dengan wanita asing di hadapannya itu. Namun begitu Sariel tampaknya tidak mengerti dengan apa yang dia lakukan.
"Kamu ngapain?" Tanya Sariel dengan wajah bingung melihat ke arah tangan pria bumi itu.
"Huh? Aku hanya bersalaman."
"Oh, begini cara makhluk di planetmu bersalaman? Baiklah," Sariel langsung memegang tangan Isaac dengan dua tangannya yang kaku. Sebab ini pertamakalinya dia melakukan salam yang aneh seperti itu.
Isaac terkekeh melihat wanita alien itu, "Terus gimana cara kalian bersalaman?"
"Kami hanya saling menganggukkan kepala dua kali, seperti ini," Sariel langsung memberikan contoh kepada Isaac. Isaac bisa langsung mengerti, karena itu hanya anggukan sederhana tanpa variasi apapun.
Setelah perkenalan yang kikuk tersebut, Sariel tiba-tiba menyarankan Isaac agar tidak membongkar identitasnya dengan orang lain selain dirinya di planet ini. Itu adalah cara terbaik jika dia ingin menetap di Eryndor lebih lama.
"Kenapa?" Tanya Isaac.
Sariel lalu menjelaskan situasi terkini di planetnya; kedatangan makhluk asing di luar Eryndor sudah jadi hal yang lumrah, karena belakangan kedatangan makhluk asing memang sering terjadi. Mereka menyebutnya sebagai Zorgaxial Convergence.
Namun itulah masalahnya, keterbukaan bangsa mereka terhadap makhluk luar Eryndor membuat mereka lemah di hadapan makhluk-makhluk asing tersebut, dan akhirnya tanpa mereka sadari dominasi dan hegemonisasi budaya asing yang mereka bawa atas budaya penduduk Eryndor pun terjadi. Mereka menyebutnya sebagai Kriolix.
Kriolix membawa banyak dampak buruk, salah duanya adalah eksploitasi sumber daya alam dan juga perpecahan sosial di Eryndor. Untuk masalah pertama - terjadi karena Eryndor dikenal sebagai planet yang memiliki sumber daya yang kaya akan logam langka dan batu mulianya. Ini membuat makhluk asing datang ke planet mereka - berambisi untuk menguasai semua sumber daya itu sendiri.
Sedangkan untuk masalah kedua - terjadi karena Kriolix meningkatkan sentimen buruk penduduk Eryndor kepada makhluk asing dan antar penduduk Eryndor sendiri. Salah satu contohnya adalah terciptanya 5 kelas sosial: Zaxor (kelas atas), Xandar (pemimpin politik/raja), Vrynn (kelas menengah), Nyrax (kelas marjinal), dan Zythar (makhluk asing yang bukan penduduk Eryndor). Padahal budaya asli masyarakat Eryndor sangat egaliter dan tidak mengenal kelas sosial semacam itu, sebab setiap orang bekerja bersama tanpa adanya dominasi kelas ekonomi dan profesi.
"Jadi, meskipun Eryndor tampak seperti planet termaju dan bahagia di galaksi, tetapi tidak dengan masyarakatnya," ujar Sariel dengan nada murung.
"Hum, Kriolix ini mirip seperti kolonialisme di planet kami. Aku rasa penjajahan memang ada di mana-mana," ujar Isaac sembari memegang dagunya.
"Ya, penjajahan! Itu kata yang tepat!"
"Jadi kau termasuk kelas apa?"
"Karena ayahku adalah seorang insinyur, kami kelas menengah."
Isaac mengangguk. Dia akan berusaha mengingat informasi penting ini untuk nanti ketika dia kembali ke bumi, "Siapa yang melakukan Kriolix ini dan menciptakan kelas sosial?"
"Mereka dikenal sebagai Thraaxons. Eryndor saat ini berada di bawah kekuasaan mereka. Tak ada yang tahu dari mana Thraaxons itu berasal, tapi kami tahu mereka jahat dan berbahaya."
Perbincangan serius mereka itu tiba-tiba terputus karena Danika yang tiba-tiba masuk ke kamar.
"Lho, udah sadar?" Tanya Danika sambil berjalan. Tampak tangannya sedang membawa makanan yang kelihatan lezat.
"Kita bisa melanjutkan obrolan kita nanti setelah aku membawamu berkeliling di sekitar tempat tinggalku," ujar Sariel berbisik pelan kepada Isaac. Isaac lalu mengangguk setuju.
...----------------...
CATATAN:
1. Zorgaxial Convergence, adalah istilah yang author buat sendiri. Istilah ini mencakup segala bentuk interaksi atau komunikasi yang 'mungkin' terjadi antara penduduk Eryndor dan makhluk asing di luar Eryndor, termasuk interaksi fisik, transmisi sinyal atau pesan, atau pengamatan langsung.
2. Kriolix, punya defenisi yang sama dengan kolonialisme. Jadi dugaan tokoh utama, Isaac, di atas itu benar. Author tidak menggunakan istilah kolonialisme hanya demi alasan plot.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!