...Bab 01. The Apocalypse...
Apakah kalian pernah membayangkan kiamat yang sesungguhnya seperti apa?
Apakah ada nya banyak bencana di bumi?
Sebuah meteor jatuh ke bumi?
Kemunculan Zombie?
Bukan!
Kiamat yang ku alami ialah kemunculan dari sebuah harapan di semua tokoh utama novel ringan, kedatangan mahluk dunia lain atau lebih tepatnya Dungeon.
Beberapa hari yang lalu, aku pikir hidup akan damai-damai saja dan membosankan terutama aku yang selalu berada di jajaran hirarki terbawah bernama Rizal Purnomo.
Itulah nama ku, sosok pemuda gendut berkacamata berumur 17 tahun dan siswa kelas 12 di sekolah High Garden metropolis yang hidupnya tidak ada istimewa.
Pada pagi itu, aku berangkat sekolah seperti biasa yang mana setibanya di gerbang sekolah seorang siswi cantik berambut panjang bergelombang sedang berdiri menunggu seseorang.
Dia bernama Fransiska, siswi idola yang banyak di sukai oleh para siswa dan tidak sedikit juga siswa yang ditolaknya saat menyatakan perasaan nya.
Sesaat aku hendak memasuki gerbang, Fransiska menghampiri dan menyapa ku.
"Hei, apakah kamu Rizal?"
Mendengar itu, aku sontak menghentikan langkah dan menoleh kearah nya. "Iya, aku Rizal." jawab ku dengan senyuman kecil.
"Rizal, masalah Chat semalam. Bisakah kamu ikut dengan ku?"
Aku yang mendengar itu sontak sedikit gugup lantaran permasalahan chat itu bukan lah pesan biasa melainkan pesan menyatakan cinta.
Ada beberapa teman ku membuat tantangan agar aku menyatakan cinta kepada nya dengan bayaran 100 ribu dan pada malam itu, aku pun menerima nomor kontak Fransiska dan menyatakan pesan cinta terhadap nya.
Lalu, aku screenshot dan kirim ke teman sekelas yang memberikan tantangan ku. Hal hasil, aku mendapatkan kiriman 100 ribu dari nya.
Dan, sekarang. Aku harus mempertanggung jawabkan.
"Iya."
Setelah itu, aku dan Fransiska pergi ke belakang sekolah.
Setibanya di sana, Fransiska membalikan badan dan menjawab nya.
"Maaf, Aku tidak bisa menerima nya. Karena Aku sudah punya pacar."
Seusai menjawab itu, tiba-tiba datang Siswa berbadan besar dan kekar bersama rekan-rekan nya yang mengelilingi aku dan Fransiska.
Dia Jacob, ketua OSIS dan siswa bandel yang sangat terkenal di sekolah.
"Hei, cupu! Beraninya lu menyatakan cinta sama pacar Gua! Kaca dong Njing!"
Mendengar itu, aku hanya bisa menunduk kepala.
"Aku minta maaf. Aku tidak tahu."
"Hah?! Jika minta maaf saja cukup buat apa ada polisi! Guys, pegang dia!"
Dua Rekan Jacob yang berada dibelakang sontak memegang kedua tangan ku. Mengetahui itu, aku pun sontak panik.
"Ap-Apa yang akan kalian lakukan? Lepaskan aku!"
Meski aku mencoba berontak tapi tidak berhasil. Kekuatan ku tidak mampu melepaskan pegangan mereka.
Dengan senyuman lebar dan perenggangan jari, Jacob menghampiri ku. "Sampah! Siap-siap lah menerima pukulan ku!"
Seusai mengatakan itu, Jacob pun melesatkan pukulan keras kearah perut dan kepala secara bertubi-tubi seperti samsak hingga mengeluarkan darah sampai membasahi kemeja seragam putih yang telah berubah menjadi percikan merah.
Meski ada beberapa murid yang melihat namun, mereka tidak lebih memilih diam dan tidak mau terlibat. Sedangkan, Fransiska tersenyum senang. Lalu, aku hanya bisa pasrah.
Aku tidak tahu apakah aku yang salah? Ataukah dunia ini yang salah?
Hidup seorang diri tanpa keluarga di area kumuh sungguh sangat menyakitkan.
"Jacob, Aku sudah bosan dan dia sudah terlihat menjijikkan. Ayo kita kembali ke kelas!"
"Yes, my honey," jawab Jacob.
Rekan Jacob melepaskan ku dan mereka pun pergi meninggalkan ku yang sudah terkapar di tanah.
"Honey, hari ini kamu mau apa?"
"Karena pagi-pagi sudah ada yang membuat Aku muak. Belikan Aku tas baru ya, honey! Aku melihat ada keluaran baru!"
"Iya, Honey. Nanti aku akan belikan!"
Itulah percakapan Jacob dan Fransiska yang sedang jalan bergandengan meninggalkan ku yang mana aku hanya bisa melihat nya dan tidak bisa bergerak.
Tubuh ku benar-benar tidak bisa digerakkan. Seluruh tubuh kaku dan sakit. Lebih dari itu, tidak ada satu murid atau staf guru yang membantu.
Sial! Seperti nya, aku telah salah masuk ke sekolah ini. Bukan, seperti nya aku yang telah salah lahir di dunia ini.
Beberapa saat kemudian, aku mengumpulkan tenaga untuk bangkit berdiri. Lalu, mengambil tas dan ku putuskan untuk pulang.
Dengan langkah yang terseok-seok, aku terus melangkah dan ditengah itu juga semua murid yang ku lewati menertawakan ku yang mana saat aku bercermin di kaca. Wajahku sudah babak belur dengan mata yang bengkak.
Melihat sosok ku sendiri, aku hanya tersenyum kecil dan terus melanjutkan langkah.
Dalam penampilan ku yang seperti ini tidak ada yang mau menghampiri atau pun mempertanyakan kondisi ku termasuk guru ataupun petugas keamanan.
Mereka tahu bahwa penyebab luka ini disebabkan oleh Jacob yang mana dia putra tunggal dari ketua komite dan pemilik sekolah High garden.
Aku pun hanya bisa memaklumi nya.
Sesaat aku tiba di gerbang sekolah, ada seorang gadis memanggil ku.
"Rizal!"
Mendengar itu, aku menghentikan langkah dan menoleh kearah sumber suara yang mana panggilan itu berasal dari teman ku, dia bernama Senja.
Sosok gadis periang berambut panjang yang suka di ikat poni tail.
Lalu, aku pun menjawab nya hanya dengan senyuman.
Senja yang berlari, dia pun menghentikan langkahnya di dekat ku. Lalu, Senja menatap khawatir.
"Rizal, apa yang terjadi kepada mu?"
Aku yang tidak mau Senja khawatir, aku pun membohongi nya, "Tidak apa-apa, aku hanya terjatuh."
"Ciih ... Kebohongan yang keliatan banget." Senja pun menghela nafas panjang. "Pasti kamu dipukuli oleh Jacob dan Gang nya."
Aku tidak menjawab dan hanya memberikan senyuman.
"Dasar orang kaya! Sesekali, aku ingin menendang pntat sampai bengkak."
Mendengar jawaban Senja itu membuat ku tertawa kecil dan begitu juga Senja yang mana saat ku tertawa kecil, dia juga ikut tertawa kecil.
"Ya Sudah. Rizal, istirahat lah! Aku akan izin sama Bu guru."
"Terimakasih, Senja."
"Sama-sama."
Aku dan Senja saling bertukar senyum. Lalu, aku melanjutkan langkah ku.
Setelah itu, aku pun pulang di rumah sederhana yang mana hanya aku tinggal seorang diri di sana.
Kedua orang tua dan adik ku telah meninggal dunia karena kecelakaan maut saat berkunjung ke rumah saudara dan beliau hanya mewariskan rumah sederhana ini.
Sebuah rumah berlantai dua dengan tiga kamar dan mewariskan uang asuransi yang telah ku habiskan untuk biaya pendidikan meski, di sekolah itu aku berhasil mendapatkan beasiswa dan untuk kebutuhan keseharian nya, aku kerja paruh waktu.
Setibanya di rumah, aku membasuh diri, ganti baju dan mencucinya.
Sesudah nya, aku menghibur diri dengan membuka ITube di PC yang mana sebuah video tertuju pada satu konten yakni;
Muncul nya planet baru yang masuk kedalam orbit bulan dan saat ini, planet baru itu menutupi matahari.
Aku yang penasaran sontak menghampiri jendela dan langit yang awalnya cerah kini menjadi gelap dan seperti gerhana matahari.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?"
Aku yang penasaran sontak membuka komputer dan disana, planet itu sudah diberikan nama oleh Netizen dan pemerintahan dunia.
Planet itu bernama ..
The Another Moon atau bulan Lain.
Tak ada pesan dari planet baru itu selama 7 hari pertama.
Selama itu juga Sekolah dan tempat kerja di liburkan sampai mengetahui bahwa planet itu tidak membahayakan bumi.
Meski begitu, banyak orang yang mengungsi dan meninggalkan rumah mereka lantaran mereka merasa tak aman berada di kota.
Lalu, aku mencoba bertanya kabar dari Senja, dia mengatakan dirinya serta keluarga nya baik-baik dan dia sedang isolasi mandiri di rumahnya.
Mendengar itu, aku pun merasa lega akan tetapi tidak lama kemudian listrik padam berikut dengan ponsel yang ku gunakan.
"Apa sekarang?"
Grukkk! BOM!
Suara gemuruh terdengar keras diluar.
Aku yang penasaran sontak melihat ke jendela yang mana terjadi tabrakan beruntun baik mobil atau pun motor di sisi jalan. Tidak hanya itu, saat melihat ke atas ada pesawat penumpang yang oleng lalu, jatuh ke dalam kota hingga menimbulkan ledakan dashyat.
Dan, itulah pesan pertama dari The Another Moon melalui serangan kejutan Elektromagnetik hingga mematikan seluruh daya di planet bumi ini.
Hal ini aku menduga karena pihak NASA dan gabungan badan antariksa mengirimkan Drone ke planet tersebut.
Sehingga membuat tidak ada nya lagi mesin.
Tidak ada lagi Listrik.
Tidak ada lagi air yang mengalir.
Tidak ada lagi segala hal yang bisa kami dapatkan dengan mudah.
...Bab 02. The Hunter...
Sudah beberapa hari sejak gelombang bencana meski begitu, aku beruntung menemukan radio yang mengenakan baterai dan saat ini yang bisa aku lakukan hanya bisa berdiam diri di rumah.
Lalu, Aku yang sudah kehabisan air memutuskan untuk keluar dengan membawa dirigen air dan pergi ke pancuran air yang mana pancuran itu tidak jauh dari rumah ku.
Pada saat itu, kami kira hanya sampai serangan itu dan serangan kedua pun terjadi.
Sebuah gempa bumi yang cukup kencang tiba-tiba menerjang dan aku pun sontak mengambil dirigen lalu, mencari tempat aman akan tetapi, tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh dari sisi sungai.
Mendengar itu, aku pun menduga sesuatu.
"Lari! Ada banjir bah!"
Memahami itu, aku dan beberapa warga sontak meninggal sungai yang mana sebuah banjir bah dengan arus yang sangat deras datang menerjang sungai dan aku pun bergegas pergi jauh meninggalkan sungai.
Sebuah sungai yang memiliki jarak 3 meter dari permukaan kini penuh bahkan membanjiri rumah disekitar sampai sedada orang dewasa.
Aku pun menyadari, guncangan gempa itu membuat sungai menjadi seperti ini tapi, di tepi Samudera ... Aku hanya bisa membayangkan nya.
Setiap kota pesisir.
Setiap Pulau.
Musnah.
Kota pun semakin sepi dan berantakan sehingga membuat banyak burung berimigrasi masuk ke kota ada ada lebih dari 300 milliar burung di dunia yang arti nya 75 burung untuk setiap orang nya.
Sehingga membuat Virus Flu burung menyebar begitu cepat dan pada serangan ketiga ini, The Another Moon memodifikasi virus itu menjadi virus mematikan yang di sebut Coronet.
Dari serangan ketiga itu banyak manusia yang meninggal dunia dan terinfeksi namun, bagi yang terinfeksi dikumpulkan di stadion, Wisma atlet lantaran rumah sakit yang sudah penuh.
Semua kejadian itu membuat seluruh pemimpin negara dan organisasi memanjatkan permintaan maaf kepada The Another Moon.
Dan, permintaan itu pun diterima yang mana The Another Moon memancarkan cahaya merah kearah monumen nasional sehingga membuat monumen itu yang memiliki patung mas lidah api emas diujung nya berubah menjadi kobaran api biru.
Tidak hanya itu saja beberapa bangunan pun ada yang disinari cahaya merah.
Mengetahui itu, seluruh presiden memberikan perintah untuk para peneliti yang ahli dalam bidang bersama pasukan khusus masuk kedalam monumen nasional yang sudah berubah itu dan sesaat keluar, mereka mengatakan akan ada nya monster-monster dan sebuah habitat didalam Goa.
Maka dari itu, dunia menyatakan bahwa serangan keempat ialah Gelombang Dungeon.
Istilah itu bukanlah sesuatu yang asing bagi para peminat novel ringan dan gamer maka banyak orang yang berbondong-bondong untuk masuk kedalam Dungeon.
Mereka percaya, jika masuk kedalam Dungeon diri nya akan dapat karunia sihir dan kemampuan yang luar biasa.
Atas pemikiran itu, pemerintah membuat organisasi khusus yang dinamai nya, Hunter.
Yang mana pekerjaan Hunter ini bertujuan untuk menaklukkan, meneliti dan mencari sesuatu yang ada didalam Dungeon tersebut.
Mereka juga percaya bahwa Dungeon itu adalah jembatan penghubung bumi dengan The Another Moon.
Mengetahui itu, aku pun memutuskan untuk menjadi Hunter dan membawa barang seperlunya pergi ke Monumen nasional dengan mengunakan sepeda.
Setibanya disana, aku pun sontak disambut kerumunan orang yang ingin mendaftarkan diri untuk menjadi Hunter.
Alasan mereka hanya satu yakni mencari uang yang mana hal itu sudah dijanjikan oleh pemerintah dunia akan membeli apapun yang ditemukan didalam Dungeon. Semakin langka barang itu akan semakin mahal juga yang akan dibayarkan.
Sampai-sampai aku harus mengantri berjam-jam untuk mendaftar diri dan sampai lah tiba saat ku.
"Selamat Siang, Apakah adik ingin mendaftarkan diri?"
"Iya."
"Bisa tunjukkan kartu identitas adik! Kartu pelajar juga tidak masalah."
"Baik."
Lalu, aku pun mengeluarkan kartu pelajar dan memberikan nya kepada resepsionis.
"Terimakasih. Sekarang, tolong taruh tangan adik diatas kristal ini!" seru resepsionis seraya menunjukkan kristal biru di samping nya.
Aku pun menaruh tangan itu dan sesaat kemudian, kristal itu menunjukkan sebuah angka 0.
Melihat itu, resepsionis menghela nafas panjang. "Maaf, adik. Kamu tidak memiliki energi sihir. Jadi, tidak diizinkan mendaftar menjadi Hunter," ucap resepsionis seraya mengembalikan kartu pelajar ku.
Mendengar pernyataan itu, aku pun hanya bisa mengelus-elus dada.
Pada akhirnya, aku bukanlah siapa-siapa meski di dunia kiamat ini.
Dengan berat hati, aku mengambil kartu pelajar ku dan melangkah keluar yang mana secara tidak sengaja aku bertemu dengan Jacob dan Fransiska.
"Sayang, lihat siapa itu?" ucap Fransiska.
Meski aku mendengar itu, aku berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah.
"Aish ... taunya si pecundang dan Lihat! Seperti dia gagal menjadi Hunter."
Ucapan Jacob itu bukanlah tanpa alasan, dia tahu bahwa aku tidak memegang kartu Hunter saat keluar dari barisan.
"Untung saja, saya tidak berteman dengan dia. Bisa-bisa saya tertular menjadi pecundang!" jawab sindir Fransiska.
"Hahaha ..."
Jacob dan Gang pun tertawa senang mendengar ucapan Fransiska.
Aku pun hanya menghela nafas panjang dan meninggalkan mereka.
Karena tidak ada yang bisa kulakukan. Maka, aku pun memutuskan untuk pulang akan tetapi sesaat masuk rumah tiba-tiba aku merasakan aura yang sangat mencekam tidak hanya itu, seluruh perabotan ku hilang dan lantai keramik pun berubah menjadi rumput liar.
"Apa yang terjadi disini?"
Sesaat kemudian, muncul layar udara yang didahului dengan suara pemberitahuan.
Ding!
[Pengumuman:
Dungeon Rank F telah terkonfirmasi.]
Dan, saat itu aku hanya bisa terdiam lantaran rumah ku telah berubah menjadi Dungeon tingkat F.
...Bab 03. Dungeon Rank F...
Ding!
[Pengumuman:
Dungeon Rank F telah terkonfirmasi.]
Melihat itu, aku pun terbujur kaku disertai dengan rasa ketakutan yang luar biasa.
"Apa yang terjadi? Kenapa rumah ku menjadi Dungeon?" ucap batin ku.
Tidak lama kemudian, datang pesan yang lain.
Ding!
[Penempatan Player Quest.
Takluk Dungeon.
Hadiah:
Menjadi player.
Mendapatkan kotak pemula.
Status poin +5 ]
Melihat itu, aku benar-benar berada dalam kebingungan bercampur kebimbangan
"Ap-apa ini? Sebuah game kah?"
Ding!
[Monster telah terdeteksi.]
Sesaat pesan itu muncul, aku mendengar suara langkah kaki yang datang dari koridor yang berada didepan ku yang mana sesaat kemudian, aku melihat sosok makhluk berkulit hijau dengan tinggi setengah meter, berkuping panjang dan memiliki taring.
Aku yang sering bermain game RPG tentu saja tahu bahwa monster itu ..
Goblin.
"Gigigigi!"
Goblin itu pun tertawa senang saat melihat ku dan dia tidak membuang waktu sontak berlari menyerang ku.
Aku yang melihat itu sontak panik dan melihat sekitar yang mana aku mencari benda yang mungkin bisa menjadi senjata dan terlihat lah kursi besi didekat ku.
Karena tidak ada waktu lagi, aku sontak mengambil kursi itu dan mengangkat nya seraya menunggu kedatangan Goblin.
Tidak lama, Goblin itu pun melompat dan aku pun sontak memukul Goblin itu dengan kursi seperti bola baseball. Lalu, membuat Goblin terpental ke tembok dan pisau yang dipegang oleh Goblin pun terjatuh didekat ku.
Melihat pisau itu, aku sontak mengambil pisau Goblin itu dan menusuk Goblin yang mana dia masih lengah.
"Matilah!" seru ku seraya menusuk Goblin dan sesaat itu juga Goblin pun mati.
Melihat jasad Goblin yang mati membuat ku gemetar dan mundur beberapa langkah.
Apa yang kulakukan? Aku ...
Aku melihat tangan kanan ku yang gemetaran
Aku telah membunuh.
Dengan lamunan, aku mendengar suara langkah kaki lagi dan saat menoleh kearah suara itu terlihat ada tiga Goblin yang siap memangsa ku.
Melihat itu, aku semakin gemetar.
Aa-aku akan mati!
Dan, ditengah ketakutan ku. Sebuah kenangan muncul dibenak ku yang mana ibuku pernah mengatakan sesuatu.
"Rizal, kamu itu laki-laki yang mana kamu harus kuat untuk melindungi seseorang dan dirimu sendiri sekalipun berada di puncak keputusasaan. Jangan lah menyerah!"
Lalu, ingatan ku teralih pada pemakaman kedua orang tua ku yang mana saat itu, aku merasa tidak bisa melindungi dan menjaga ibuku.
Dan, ingatan itu menguatkan tekad ku untuk hidup.
Aku tidak boleh mati! Dan, membuat malu saat aku bertemu ibuku di atas sana.
Lalu, aku sontak mengambil pisau Goblin dan berlari kearah para Goblin tersebut.
Begitu juga para Goblin yang juga berlari kearah ku.
Goblin pertama pun melompat kearah ku. Melihat itu, aku menangkap tangan Goblin dan menusuk leher nya.
Beruntung Dungeon rumah ku bukanlah monster kuat melainkan Goblin yang mana dia hanya memiliki kemampuan seperti anak kecil yang diberikan senjata.
"Dua!"
Serangan tidak berhenti disitu, Goblin yang lain menyerang ku dan aku pun sontak melemparkan jasad Goblin ke Goblin yang menyerang itu sehingga jasad Goblin membentur dan membuat jatuh Goblin.
Aku pun sontak berlari dan menusuk kepala nya sesaat Goblin itu jatuh.
"Tiga!"
Lalu Goblin yang tersisa satu itu, dia terlihat sedikit ragu menyerang ku.
Melihat kesempatan itu, aku mengambil pisau Goblin yang lain dan berlari serta menusuk Goblin tersebut.
"Empat!"
Meski aku sudah membunuh empat Goblin, belum ada pemberitahuan bahwa aku telah menyelesaikan Quest yang berarti masih ada monster lagi disini atau mungkin ada inti dungeon di rumah ini.
Aku yang memiliki pemikiran itu sontak melanjutkan langkah dan mencari kedua hal itu dengan membawa pisau daging yang kutemukan di dapur.
Setelah mencari seluruh ruangan sampai akhirnya aku tiba di kamar kedua orang tua ku yang mana kondisi nya sudah berantakan dan disana ku melihat ada sosok Goblin yang memiliki tinggi sama seperti ku.
Dia Hobgoblin.
Lalu saat melihat ku, Goblin tersenyum lebar.
"Gigigigi!"
Dan, tanpa membuang waktu lagi. Hobgoblin itu dengan pedang berkarat nya berlari menyerang ku seraya mengayunkan pedang nya.
Namun, aku tidak tinggal diam. Aku yang tidak memiliki kemampuan bela diri sontak menangkap tubuh Hobgoblin dan mendorong nya jatuh. Lalu, Hobgoblin itu mengangkat pedangnya dan menusuk punggung perut ku.
Meski begitu, aku pun menahan rasa sakit yang luar biasa.
"Aaaaa! Bedebah! Mati!" seru ku seraya menusuk Hobgoblin itu berkali-kali hingga pada akhirnya dia mati.
Tidak lama kemudian datang pemberitahuan.
Ding!
[Boss berhasil ditaklukan.]
Ding!
[Dungeon berhasil di taklukkan.]
Ding!
[Selamat! Anda terpilih sebagai Player.]
Sesaat pesan itu datang, Hobgoblin yang ada dihadapan ku berubah menjadi cahaya biru dan berlahan pecah menjadi serpihan.
Aku benar-benar tidak yakin apa yang terjadi kepada ku saat ini. Ini seperti kejadian tidak nyata dan hanya seperti sebuah game.
Ditengah lamunan itu, tiba-tiba pandangan ku buram dan tidak lama aku pun jatuh ke lantai.
Ah, hari ini sungguh melelahkan.
Dan, aku tidak sadarkan diri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!