Ini kisah seorang pemuda yang bertekad memenuhi janjinya pada seorang wanita semasa kecil dulu.
Wanita itu adalah wanita yang sangat berarti dalam hidupnya, wanita yang telah bersedia memberikan kasih sayang seorang ibu baginya yang tidak pernah mendapat pelukan hangat.
14 tahun, bukan waktu yang sebentar untuk menempuh pendidikan dari segi fisik ataupun logika. Janji itu, dia akan selalu ingat.
Janji untuk melindungi sang bintang yang terkepung oleh gelapnya langit malam. Gadis itu adalah bentuk sebuah cahaya yang harus dilindungi atau dia akan jatuh dan hilang ditelan iblis seperti wanita cinta pertama pemuda itu.
Sebelum itu, mari kita melihat masa kecil pemuda itu. Apa yang membuatnya begitu berambisi melindungi sang bintang.
17 tahun yang lalu di saat pemuda berambisi itu masih berusia 6 tahun, dia hanyalah anak dari seorang lacur murahan. Yohan, nama anak yang tidak tahu siapa papanya. Wajar saja, ibunya adalah seorang lacur yang tidur dengan sembarang orang.
Yohan adalah sebuah ketidak sengajaan yang tidak diinginkan.
“Lihatlah anak lacur itu, dia begitu tidak terurus padahal ibunya adalah seorang penggoda.”
Hinaan bukanlah hal yang baru bagi Yohan.
“Aku suruh anakku tidak usah berteman dengannya.”
“Iya, nanti dapat pengaruh buruk iyakan?”
“Sudah pergi yuk, kalau dia mengadu ke ibunya bisa-bisa wanita itu menggoda suami kita.”
Apa salah anak ini? Dia hanyalah anak yang tidak tahu apa-apa. Dia juga tidak mengerti kenapa dia setuju terlahir seperti ini, saat membuat perjanjian dengan tuhan sebelum dia terlahir.
Tidak ada yang ingat pemandangan apa yang dilihat sehingga dia akhirnya lahir, apa itu sesuatu yang indah?
Sekumpulan anak-anak SMP datang untuk merundung Yohan, ini sudah jadwal mereka untuk mempermainkan anak lacur itu.
“Merangkak!”
Yohan merangkak.
“Menggonggonglah seperti anjing.”
“Guk guk”
“Ahahaha.” Anak SMP itu tertawa, ini adalah sesuatu yang menyenangkan bagi mereka.
Yohan hanya bisa terima dirinya diperlakukan seperti ini, apa yang bisa dilakukan bocah enam tahun?
Bugh!
Mereka menendang perut Yohan sehingga anak yang tadinya merangkak itu terguling disambut dengan tawa mereka yang berlaku layaknya bos.
“Kau ini seperti anjing bodoh yang harus dipukuli!” kata anak laki-laki yang paling kecil di antara mereka, mungkin sekitar usia lima tahun.
Bugh! Bugh! Bugh!
“Wooo lihatlah cara Kelvin menendang kepalanya, aku yakin adikmu akan jadi jagoan Ris.”
“Tentu saja, dia itu adikku.”
“Keren banget adiknya Aris.”
Ingat nama mereka, di masa depan mereka akan bertemu lagi.
Yohan meringkuk menangis, dia sudah banyak luka tapi sekumpulan orang ini belum juga berhenti merundung.
Tiba-tiba ....
“Anak-anak sialan berhenti!” jerit Wanita hamil berperut besar. Anak-anak biasanya akan takut dengan orang dewasa, begitu pula dengan sekumpulan anak ini. Mereka berlari melihat seorang wanita yang memegang kayu di tangan.
“Nak, kau tidak apa-apa?” tanya wanita hamil itu sembari membantu Yohan berdiri.
Sosoknya seperti seorang malaikat di mata Yohan, sangat cantik dan juga berseri. “Terima kasih, Bibi.”
“Di mana mamamu? Anaknya dirundung kok enggak tahu?”
Yohan tersenyum paksa. “Mama kerja, Bik," jawabnya.
“Kerja apa?”
“Engg~ lacur. Semua orang sini tahu mamaku. Bibi bukan orang sini, ya?”
“Iya, bibi tinggal di gang sebelah. Kesini mau mengambil pesanan kue.”
Yohan mengangguk paham, kemudian akan tujuannya yang terlupakan. “Bibi, aku harus pulang sekarang.” Yohan berlari, dia belum menyelesaikan pekerjaan rumah. Mamanya bisa marah kalau pulang rumah masih berantakan.
Bersambungan....
Terlambat, sampai di rumah Yohan sudah melihat mamanya di depan pintu. Dia melipat tangan di dada menatap marah Yohan dengan tatapan seperti bukanlah ibu.
“Dari mana saja kau?” sinisnya.
“Beli sabun cuci, Ma.”
“Kau lihat rumah ini! sudah kubilang 'kan?Sebelum aku pulang rumah sudah harus bersih!”
“Maaf.” Bentakan mamanya membuat Yohan mencengkeram ujung baju.
Begitu kejam, bahkan dia tidak menanyakan tentang luka tubuh Yohan yang tampak begitu jelas di mata. Apa dia benar ibu yang melahirkan Yohan?
Dilla adalah nama lacur itu. Ayah Yohan adalah orang yang paling Dilla benci. Dengan pria itulah Dilla mempunyai anak, apa alasan Dilla memutuskan untuk melahirkan Yohan kalau benar dia membenci ayah Yohan? Entahlah.
“Kau ini anak yang tak tahu diuntung, aku benci sekali padamu.” Dilla mendorong Yohan hingga anak itu jatuh.
“Kalau kau benci bisakah anak itu kubawa?” Seorang wanita datang, dia adalah wanita hamil yang membantu Yohan tadi.
Dilla mengernyit. “Siapa kau?”
“Aku Emelly.”
“Bukan namamu, tapi hakmu atas anakku?!”
Wanita yang mengaku Emelly itu menarik napas panjang. “Begini saja, aku akan memberikanmu uang setiap bulan. Tapi biarkan anak ini ikut denganku.”
“Berapa?”
“50jt per bulan, mau?”
Angka yang besar bagi Dilla. Dia berpikir sejenak, melirik anak kumuh kemudian menahan senyum. Beruntung juga aku membesarkan anak ini, batin Dilla. Kemudian dia berkata, “Baiklah bawa saja. Tapi kalau aku meminta anakku kembali, kau harus mengembalikannya.”
“Aku setuju, Yohan ayo ikut bibi.” Emelly atau panggil saja Elly mengulurkan tangannya pada Yohan. Yohan melihat mamanya tapi wanita itu malah pergi masuk ke dalam rumah.
Ini pertama kalinya Yohan menaiki kendaraan roda empat, dia duduk di samping Elly yang berlaku lembut padanya.
“Kenapa bibi membawaku?”
“Bibi perlu kau.”
“Maksud bibi?”
Elly mengelus kepala Yohan pelan, Yohan merasakan kehangatan dari tangan wanita itu. Namun, apakah Yohan sekarang salah lihat? Kenapa mata Elly terlihat sedih?
“Apa kau percaya kalau bibi bisa melihat masa depan?” ucapnya tiba-tiba.
“Tidak, mana ada manusia yang seperti itu.”
“Logisnya sih begitu, tapi bibi benar-benar perlu kau. Kerna Yohan adalah benang merah,” kata Emelly sambil mengelus perut besarnya.
Yohan tidak mengerti apa yang dimaksud Elly, biarkan saja mungkin wanita itu ngelantur dalam keanehan seorang ibu hamil.
“Kue pesanan Bibi sudah Bibi ambil?”
“Sudah.”
“Kue apa?”
“Kue ulang tahun.”
Kalau diingat ini adalah hari ulang tahun Yohan, jangankan kue, dia bahkan sama sekali tidak pernah mendapat ucapan selamat dari siapa pun di dunia ini. Jadi Yohan tidak menganggap hari kelahiran adalah hari yang spesial.
Tiba-tiba Elly mengeluarkan kue lalu menyalakan lilin angka enam. “Selamat ulang tahun Yohan,” katanya, padahal mereka masih berada di dalam mobil.
“Hah?”
“Tiup lilinnya dan ucapkan doamu dalam hati.”
“I-ini untukku?”
“Iya, kue ini khusus bibi pesankan untuk ulang tahunmu.”
“Dari mana bibi tahu kalau hari ini hari ulang tahunku?”
“Sudah bibi bilang 'kan? Bibi ini, bisa melihat masa depan.”
Yohan menangis, ini terlihat begitu sepele namun sangat mengejutkan bagi Yohan. Elly di mata Yohan benar-benar terlihat seperti bidadari.
\>\>\>
Mobil berhenti di depan gerbang yang begitu tinggi dan megah, mata Yohan membulat sempurna sampai gerbang itu terbuka menunjukkan sesuatu yang lebih menakjubkan. Rumah bernuansa klasik eropa yang begitu asing di mata Yohan.
![](contribute/fiction/6733425/markdown/34079461/1683984929026.jpg)
Satu kalimat yang terlintas di benak Yohan. Bibi ini sangat kaya.
Yohan menoleh ke Elly, wanita itu tersenyum tipis menanggapi. Hei ayolah Yohan sangat shock ini!
Tbc.
...Sebelum lanjut Like and Comment terlebih dahulu, jangan jadi pembaca goib!...
...Author mau memperingatkan kalau novel ini hanya sekedar fiksi, jauh dari kenyataan yang ada....
Untuk orang yang belum pernah merasakan kemewahan, kaki Yohan gemetaran berjalan di rumah yang ia rasa tidak pantas dipijak oleh anak kumuh.
“Ada apa, Yohan?”
“Bibi, kau yakin membiarkan aku menginjak lantai ini?”
“Tidak apa-apa, keluargaku akan senang menyambutmu.”
Seorang pria dan anak laki laki turun dari tangga yang bercabang mewah, atensi mereka terpaku pada anak kotor yang dibawa oleh Elly.
“Elly anak ini siapa?” Ini adalah Suami Elly, Dion. Pria inilah pemilik sebenarnya harta takhta yang dikagumi Yohan.
“Anak ini tinggal di rumah kita ya, Lucy menendang nendang saat melihatnya”
Lucy siapa Lucy? Dia adalah nama anak perempuan yang dikandung Elly. Nama sudah ditetapkan oleh mereka bahkan sebelum anak itu lahir.
Dion tersenyum tipis, dia berlutut mendekatkan telinga pada perut buncit Elly. “Anak Papa pingin punya teman, ya? Ya sudah tidak apa-apa abang itu akan tinggal bersama kita,” elus Dion Ranxio.
“Hei kamu, mau kupinjamkan baju?” Anak sulung Dion menegur Yohan, selisih umur mereka hanya dua tahun lebih muda Yohan.
“Sangga antarkan Yohan di kamar sebelahmu, ya.”
“Baik, Ma.” Sangga menarik Yohan ikut dengannya menaiki tangga.
Yohan diterima dengan sangat baik oleh keluarga ini, bahkan anak mereka Sangga tidak menunjukkan tanda permusuhan malahan dia terlihat sangat senang.
“Yohan umurmu berapa?”
“Enam tahun.”
“Ok, mulai sekarang panggil aku abang, ya.”
“Iya.”
“Sebenarnya aku ingin adik laki-laki, eh yang di perut mama malah adik perempuan. Tidak apa-apa, mulai sekarang kau adik laki lakiku kita bisa main game bersama.”
***
Seminggu terlah berlalu, tidak ada perbedaan anak pungut atau anak kandung di sini. Semuanya sama, Yohan diperlakukan bak Tuan Muda yang memang terlahir di keluarga itu. Makan di meja yang sama, pertemuan keluarga besar dia juga duduk di sofa yang sama, serta diperkenalkan sebagai anak.
Malam ini Yohan merasa haus, air di teko kamarnya sudah habis jadi harus turun untuk mengambil air.
Lampu dapur masih menyala, itu artinya masih ada orang yang bangun.
“Yohan kau belum tidur,” tegur Elly, ternyata wanita itu yang ada di dapur ini.
“Aku haus, Mah.”
“Ya sudah minum, setelah itu duduk di sini ya bicara sama, Mama. ”
Yohan mengangguk, dia cepat cepat minum lalu kemudian duduk di samping Elly.
“Ada apa, Ma?”
“Coba pegang perut mama.”
Yohan menurut, kemudian Elly menahan tangan Yohan di sana. “Nanti kalau mama tidak ada, kamu harus menjaganya.”
“Apa maksud Mama?”
Elly tidak menjawab dia kemudian merogoh sesuatu di bajunya.
Elly menampakkan sebuah liontin yang terlihat jadul dan tidak begitu menarik. “Ini kau simpan.”
“Untuk apa, Mah?”
“Berikan liontin ini pada Lucy saat kau kembali setelah sekian lama pergi.”
Yohan semakin tidak mengerti, Emelly selalu saja membuatnya bingung. Memang Yohan akan pergi ke mana lagi?
“Kau janji ya Yohan untuk jaga Lucy.”
Walaupun Yohan tidak mengerti dia tetap mengiyakan permintaan Elly.
“Sekarang kau mungkin bingung, tapi tidak akan lama lagi kau akan mengerti apa yang Mama maksud. Rumah ini memiliki rahasia, rahasia kekayaan melimpah tiada batas.”
“Hmm aku memang tidak mengerti Mah, tapi kenapa mama tidak meminta Bang Sangga untuk menjaga Lucy? Dia adalah anak kandungmu sendiri. ”
“Dia akan sama saja seperti papanya kelak, hanya Yohan satu-satunya harapan mama. ”
“Kenapa?”
“Kerna Yohan adalah benang merah Lucy.”
Bersambung ....
...Sebelum lanjut Like and Comment terlebih dahulu, jangan jadi pembaca goib!....
...Author mau memperingatkan kalau novel ini hanya sekedar fiksi, jauh dari kenyataan yang ada....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!