NovelToon NovelToon

Reysha

Prolog

"Lo kok malah milih dia sih di bandingkan gue?" tanya Shasa pada sang kekasih yang bernama Nopal Ayunda.

"..."

"Jawab gue!" bentak Shasa pada Nopal sembari memukul dadanya.

"Dia... dia lebih punya banyak waktu di bandingkan elo. Lo selalu aja sibuk sibuk sibuk! Kapan lo punya waktu buat gue?" itu jawaban yang keluar dari mulut Nopal untuk Shasa.

Shasa yang mendengar alasan nya merasa kesal dan merasa dirinya yang salah di sini. "Gue sibuk karna gue harus ngurusin perusahaan bokap gue, lo pikir itu mudah apa...! Dibandingkan elo yang gak ngapa-ngapain..."

"Apa lo bilang?" tanya Nopal melangkah maju ke hadapan Shasa. Shasa yang merasakan itu segera melangkah mundur perlahan.

"Gue bilang, lo itu penganggur, lo nggak ngapa-ngapain selama kita pacaran dan juga setiap kita jalan-jalan selalu aja gue yang bayarin semuanya!" bentak Shasa dengan jantung yang berdetak kencang.

"Heh! lo harus tau batasan ya! Lo itu cuma jadi ATM gue untuk sementara waktu and well thanks atas bantuan lo, karna perusahaan lo mau kerjasama sama perusahaan gue, gue jadi bos di sana dan gue juga di akui sebagai anak sama bokap nyokap gua..." sahut Nopal dengan senyumnya.

"Lo bego apa gimana sih Sha? katanya anak orang kaya, sekolah di sekolah elit tapi otak lo... heh, gak nyangka gue, lo sebego ini." lanjutnya mengejek Shasa.

Deg!

"Ck. dahlah gue mau jalan sama cewek gue yang sekarang. Bye!" sahut Nopal berbalik dan meninggalkan Shasa yang masih terdiam kaku di sana.

"Bye? Bye? setelah apa yang dia lakuin sempat-sempatnya dia bilang bye ke gue?"

"Oh iya, Sha... gue lupa, gue bakal nikah sama cewek ini, gue serius sama dia." sahutnya lagi berhasil membuat Shasa tumbang.

Deg!

Satu pukulan lagi bagi Shasa, jadi selama ini dia hanyalah pelampiasan dan ATM bagi laki-laki bejat ini? dan apa yang dia dapatkan? dia di tinggalkan oleh kekasihnya itu.

Lelaki yang bermama Nopal Ayunda, adalah laki-laki yang tak pantas untuk hidup!

...***...

Beberapa jam sebelum kejadian, Shasa sempat mendapat kabar dari teman-temannya nya kalau mereka melihat Nopal sedang bersama wanita lain.

Mendapat kabar tersebut, Shasa yang sedang ada dalam ruangan meeting bersama para pemegang saham tiba-tiba dia tidak fokus. Dia ingin segera mengetahui apa benar yang di katakan oleh teman-teman nya itu? apa benar kalau Nopal sekarang sedang bersama wanita lain?

Ting...

Notifikasi dari handphone milik Shasa Terus berbunyi, untung nya saja handphone nya sedang dalam keadaan senyap hanya saja terlihat bergetar.

Shasa yang memimpin meeting ini rasanya ingin segera keluar dari sini dan berlari menyusul teman-teman nya.

"Nah jadi seperti itu, bagaimana pendapat anda Nona Shasa?" tanya salah satu orang penting yang sedang presentasi.

Shasa tersentak kaget dan langsung membenarkan posisi duduknya. "Oh iya, itu bagus, tapi... coba lagi teliti lagi ya Tuan Smith karna grafik yang anda kirimkan ini seperti nya salah..." sahut Shasa memperhatikan setiap grafik untuk pembangunan cabang perusahaan berikut nya.

Juan Smith salah satu perusahaan yang selalu membantu perusahaan ayahnya Ernest Devan dan tak lama lagi perusahaan itu akan jadi milik Shasa secara hukum.

"Oh maafkan saya nona, sepertinya di sini saya salah menggambarkan grafiknya." ucap tuan Smith.

"Ya sudah tidak apa-apa. Baik meeting hari ini selesai hari ini, maaf saya permisi sebentar ada yang harus saya kerjakan." ucap Shasa membereskan berkas-berkas di mejanya lalu berjalan keluar.

Semua orang berdiri dan menundukkan kepalanya bentuk penghormatan.

...***...

Saat ini Shasa tengah dalam perjalanan menuju tempat dimana teman-teman nya melihat kekasihnya Nopal sedang bersama wanita lain.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai. Sebenarnya tidak baik jika seseorang yang sedang sakit hati menyetir mobil apalagi di jalan raya.

Nopal dan Shasa sudah berpacaran lebih dari tiga tahun lamanya. Banyak suka duka yang merasa lewati bersama, tapi sekarang adalah kabar burung dari mulut ke mulut yang di ceritakan oleh teman-temannya.

Ini bukanlah pertama kalinya ada yang bilang kalau Nopal berselingkuh, Shasa berusaha positif thinking dan menghapus kabar burung itu. Tapi, seperti nya ini sudah kelewatan dia harus mencari tahu sendiri apa benar yang di lihat dan di katakan oleh teman-temannya itu.

Sampai di sebuah Mall besar di Jakarta, Shasa memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil masih dengan pakaian formal nya dan segera masuk ke dalam Mall.

Dia sudah janjian dengan teman-temannya di sebuah cafe tempat Nopal dan selingkuhannya sedang makan.

Shasa menemukan cafe tersebut, terlihat dari kaca bening. Seorang pria yang adalah kekasihnya sedang asik bermesraan dengan wanita lain di sana.

Nopal yang tak sengaja bertatapan langsung dengan Shasa seketika panik. Dia izin pada wanita itu untuk keluar sebentar karena ada yang menelpon nya.

Nopal keluar dari cafe dengan cepat dia menarik tangan Shasa ke tempat yang sepi.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Nopal.

"..."

"Sha?"

Plak!

"Masih sempat bilang lo tanya ngapain gue di sini?"

Nopal memegang pipinya kanan yang panas akibat tamparan Shasa yang begitu kuat.

"Siapa wanita itu?" tanya Shasa.

"Diaa..."

"Oh selingkuhan kamu ya? Mana sini! bawa sini!" Shasa seketika saja mengamuk dan ingin membawa wanita itu untuk datang dan bertemu dengannya.

"Tenang-tenang! Oke-oke aku akan jujur sama kamu!" sahut Nopal menenangkan Shasa.

"Apa?"

"Dia pacar aku yang sebenarnya, dan kamu adalah selingkuhan aku... Puas." jawab Nopal dengan tatapan tajam ke arah Shasa.

"Sekarang aku tanya sama kamu, kamu pilih dia atau aku?" tanya Shasa tak mau basa-basi lagi.

"Dia..." jawab Nopal tanpa berpikir dahulu.

Shasa melototkan matanya dan tersenyum. Ingin rasanya dia menangis saat ini dan juga menampar Nopal saat itu juga.

REYSHA [1]

Shasa baru sampai di rumahnya jam sepuluh malam. Dia membuka pintu dan melihat Bunda nya yang sedang duduk di kursi sembari menatap nanar wajah Shasa.

"Habis dari mana?" tanya Bunda Elisa.

"Dari kantor Bun..."

"Tuan Smith bilang kamu keluar dari ruang meeting lebih dulu, dan gak kembali ke kantor. Kamu kemana dulu?" tanya Bunda.

"Aku, main ke rumah temen Bunda... katanya dia mau curhat gitu sama aku, makanya aku temenin dia kasian juga."

Bunda Elisa menarik nafas panjang dia berdiri dan berjalan menghampiri Shasa yang sedang menunduk. "Lain kali bilang sayang, bunda khawatir." ucap Bunda memeluk Shasa erat.

"Kamu udah makan?" tanya Bunda melepas pelukannya. Shasa menggelengkan kepalanya memberi jawaban.

"Ya sudah yuk makan dulu." Ajak Bunda menarik tangan Shasa.

Setelah Shasa membersihkan diri dan sudah memakai piyama nya. Dia turun ke bawah untuk makan malam.

"Bunda, ayah kemana?" tanyanya.

"Ayah lagi di Bekasi, katanya ada urusan mendadak di sana."

"Oh."

Shasa mengambil piring dan menyendok nasi dan juga lauk yang ada di meja makan.

"Kata Ayah, besok kamu sehabis pulang sekolah langsung ke kantor, ayah minta tolong urusin berkas yang belum selesai di tanda tangan." ucap Bunda yang sedang mencuci piring.

"Iya Bun." jawab Shasa tengah makan.

Bukan salah orang tuanya jika Shasa di tekan untuk mengurus perusahaan, itu adalah pilihan Shasa sejak dulu. Dia memang suka membuat dirinya sibuk akan suatu hal tak peduli jika itu akan membuat dirinya sakit bahkan sampai masuk ke RS.

"Tadi, Tasya datang ke rumah."

"Siapa?"

"Tasya."

"Tasya? Oh."

"Dia tadi nyariin kamu, katanya ada hal penting mendadak yang harus dia kasih tau ke kamu. Tapi giliran bunda tanya ada apa, dia malah bilang nggak jadi terus dia pergi deh sama temen-temen nya yang lain."

"Nopal selingkuh Bun... bukan! aku selingkuhan Nopal Bun, aku udah kebenaran nya..."

"Sebenernya ada apa ya?" tanya Bunda berbalik.

"Hm? Ya tadi, kan temen ku curhat tapi sayangnya Tasya lagi ada urusan penting juga, makanya dia nyuruh aku buat nemenin. Biar kejadian dua tahun lalu gak terulang lagi..."

"Sayang, Alya udah tenang di sana."

"Iya Bun, maaf."

"Sebenarnya itu bukan salah siapa kamu ataupun Tasya. Itu salah pacarnya, dia sakit hati dan memilih untuk bunuh diri."

"Dari yang bunda denger sih, pacarnya itu selingkuh terus pacarnya malah milih selingkuhan nya... oh iya, kamu sama Nopal baik-baik aja kan?" tanya Bunda duduk di kursi bersebrangan dengan tempat duduk Shasa.

"Oh, Nopal... aku sama Nopal putus Bun." jawab Shasa sembari meneguk air putih.

"Kenapa? Kok bisa?"

"Aku yang putusin Nopal, karna mau bagaimanpun juga akhir-akhir ini aku sibuk sama urusan kantor lah, sekolah lah, les lah, dan banyak lagi. Aku takut kalau dia nanti malah kesel sendiri karena aku gak bisa luangin waktu buat dia. Makanya aku putusin, walau tadi ada beberapa pertengkaran, hehehe..." jelas Shasa pada Bunda Elisa.

Bunda Elisa hanya diam, ada rasa senang dan bahagia ketika mendengar putrinya sudah putus dengan kekasihnya itu.

"Bunda?"

"Hah? kenapa?"

"Bunda kenapa? kok bengong?"

"Ah bukan apa-apa. Baguslah kalau kamu udah putus sama pacar kamu itu." gumam Bunda Elisa.

"Emangnya kenapa Bunda kalau aku udah putus sama Nopal?"

Bunda Elisa tersentak kaget. Apa putri itu mendengar gumaman nya barusan?

"Ah, enggak... kalau udah selesai makan, sana kamu balik ke kamar besok sekolah, terus pulang sekolah kamu harus ke kantor lagi."

"Iya Bundaaa sayang..."

cup

Shasa mencium pipi sang Bunda lalu berlalu menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua.

Setalah Shasa berlalu. Bunda Elisa berjalan menuju ruang keluarga meraih ponselnya yang tergeletak di sofa.

"*Halo."

"..."

"Iya, katanya udah putus."

"..."

"Minggu depan? apa gak terlalu cepat?"

"..."

"Oh ya sudah, nanti saya bicarakan dulu dengan Mas Ernest."

"..."

"Iya, malam*."

Setelah menelpon, Bunda Elisa kembali ke kamar dan tidur.

REYSHA [2]

Sudah sangat lama sekali, Shasa masuk sekolah. Selama ini dia izin selama seminggu penuh untuk mengurus perusahaan ayahnya. Tapi kali ini, karna sudah terjadwal kapan dan hari apa saja dia ke perusahaan, maka dia punya banyak waktu untuk bermain, sekolah dan santai walau hanya sebentar.

"Weh, apaan nih Weh!" teriak seorang lelaki berwajah tampan bernama Kenzo.

"Anjas ngeri cuy! seorang pewaris tahta keluarga datang...!" celetuk Tasya.

"Uhuy! gimana neng debat nya sama keluarga? lo berhasil kan?" tanya Caca yang seperti nya kepo.

Shasa baru saja melangkah masuk ke dalam kelasnya, tapi sudah disambut oleh anak-anak kelas nya itu.

"Ya gimana ya..." sahut Shasa berjalan menuju meja nya.

"Pasti menang lah, kan kakeknya mihak ke dia!" sahut Kenzo.

"Iyalah pasti! siapa sih yang gak takut sama lo, apalagi keluarga bokap lo itu." sahut Caca menghampiri Shasa.

"Ya gitu deh... Eh btw, selama gue gak sekolah gue pasti ketinggalan banyak pelajaran kan?" tanya Shasa pada kedua temannya.

"Iyalah, Minggu depan ulangan matematika, ini ulangan harian doang sih, lu mau sekolah mau enggak terserah." sahut Tasya.

"Gue pasti sekolah lah anj*r enak aja! ulangan!" sahut Shasa.

"Ya siapa tau!" sahut Tasya.

"Lo mau liat catatan gue gak Sha? untuk pelajaran sekarang-sekarang aja." ucap Caca.

"Boleh ca, gue pinjem buku lo ya."

"Iya boleh."

"Gua mah bagian ngejelasin aja..." sahut Tasya.

Memang benar di antara mereka yang pintar menjelaskan tentang pelajaran dan sebagainya hanyalah seorang Tasya Casella.

"Gue mah bagian diem aja, kan bukunya udah di kasih pinjem." sahut Caca sembari makan cemilan yang dia bawa dari rumah.

"Iyain, buat si Neneng Caca." sahut Tasya.

Kringggg... kringggg...

Bel masuk berbunyi, Caca dan Tasya kembali ke meja mereka. Tak lama seorang guru laki-laki memasuki kelas mereka dengan membawa beberapa buku ke dalam kelas.

"Baik anak-anak izin memperkenalkan diri nama saya Pak Rustam guru bahasa Inggris kalian yang baru, sementara saya akan menggantikan Bu Yuli. Saya minta tolong kerjasamanya untuk dua bulan ke depan." ucap Pak Rustam guru baru di sekolah Shasa.

Shasa agak bingung, memanjang Bu Yuli kemana? terakhir kali dia chattingan dengan Bu Yuli itu adalah kemarin.

Shasa kemudian mencolek punggung Caca yang duduk tepat di depannya. Caca pun menoleh ke belakang.

"Bu Yuli emang kemana?" tanya Shasa.

"Bu Yuli kan lahiran." jawab Caca.

"Lahiran? emang kapan hamilnya?"

"Udah lama Cok! lo itu sadar gak sih kalau perut Bu Yuli itu semakin besar."

"Enggak, gue gak fokus ke perut nya, gue malah fokus ke pelajarannya."

"Nj*r orang pinter mah beda. ya pokonya gitu lah." sahut Caca kembali menghadap depan. Shasa hanya mengangguk.

Kringggg... kringggg...

Jam istirahat pertama. Caca, Tasya dan Shasa pergi ke kantin. Sudah lama sekali sejak Shasa dapat merasakan suasan kantin, biasanya dia selalu di jemput oleh sekertaris ayahnya untuk kembali ke kantor.

"OMG! kantin gak berubah sama sekali!" ucap Shasa memasuki area kantin.

"Iya buat lo gak berubah! kalo gue sama Caca udah bosan ke kantin." sahut Tasya.

"Lo aja kali yang bosen, gue mah enggak." sahut Caca menyenggol lengan Tasya.

Shasa mengajak mereka berdua untuk memesan makanan dan kali ini yang bayar adalah Shasa karna sudah lama tak kembali ke sekolah dan teman-teman nya meminta dia untuk mentraktir makan.

"Mau duduk dimana?" tanya Tasya melihat semua meja terisi penuh.

"Aduh, bingung juga sih." sahut Shasa.

"Dimana aja lah, yang penting kagak di lantai." sahut Caca

"Yaiyalah ya kali!" ketus Tasya.

"Biasa aja dong, gak usah ngegas!" sahut Caca menatap Tasya dengan wajah juteknya.

"Eh, itu Kenzo!" sahut Shasa melihat Kenzo yang tangan melambaikan tangannya memberi kode untuk Shasa dkk.

Shasa dkk segera menghampiri Kenzo, yang ternyata dia sendirian di meja itu dari tadi.

"Lo sendi?" tanya Shasa.

"Kagak, gue sama doi."

"Hah? lo punya doi? seriusan? gak boong kan?" tanya Shasa kaget. Ada rasa senang dan bahagia ketika teman laki-laki yang sudah menjomblo seumur hidup punya kekasih juga. Tapi sedih juga melihat Tasya yang harus melepas Kenzo yang sudah di crush nya sejak SMP.

"Mana doi lo?" tanya Caca.

"Di sana lagi pesen makan." jawab Kenzo.

"Eh, kita di sini gak papa kan? gue takut kalau kita ganggu..." tanya Shasa tak enak padahal mereka bertiga sudah mulai makan.

"Gak apa-apa, santai! lagian cewek gue fans lo." jawab Kenzo yang senyum-senyum.

"Hah? ngapain ngefans gue? emang gue seterkenal itu ya di sekolah ini?" tanya Shasa bingung.

"Iyalah eceu! mau gimana gak terkenal coba, setiap ada fashion show di sekolah lo selalu jadi juara pertama." sahut Tasya dengan nada marahnya.

"Ya tapi gak sampe ngefans juga dong, gue kan jadi agak gimana gitu." sahut Shasa.

"Santai ajaa..." sahut Kenzo.

Tak lama, seorang gadis datang membawa nampan di tangan nya dan menaruh semua makanan yang dia bawa ke atas meja.

"Sayang, kenalin mereka temen-temen yang ada di kelas aku." ucap Kenzo memperkenalkan Shasa dkk yang tengah makan.

"Oh iya halo." ucap sang gadis memberi sapaan pada mereka bertiga.

Shasa membalas nya dengan senyuman sedangkan Tasya hanya diam saja karna dia sudah berkenalan dan Caca mengangguk sambil tersenyum seperti biasa.

"Kalau boleh tau nama kamu siapa?" tanya Shasa mencoba akrab.

"Desvita Ayunda." jawabnya.

"Oh, Desvita ayund--" Shasa membelalak kaget mendengar nama itu. Dia jadi teringat pada mantan kekasihnya yang meninggalkan nya begitu saja.

"Ayunda..." gumam Shasa.

"Kalau boleh saya tebak, nama kamu Shasa kan?" tanya Desvita.

"Eh? iya. salam kenal Desvita."

"Iya, salam kenal jugaaa..." sahut Desvita lembut.

"Sayang ayo di makan." sahut Desvita pada Kenzo yang hanya diam dan senyum-senyum melihat pacar nya dan temannya berkenalan.

"Eh iya sayang."

"Mesra banget udah berani panggil sayang-sayang aja." cibir Tasya.

"Ya gimana gue dong, makanya lo itu jangan mentingin ego, turunin dikit dong. Biar lo punya pacar juga!" sahut Kenzo.

"Percuma gue turunin sekarang kalau lo aja udah ada yang punya..." gumam Tasya.

"Hah? Apa sya? gue gak denger." tanya Kenzo. Tasya kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Caca menepuk pundak Tasya, tanda agar dia bersabar dan menerima semuanya. Shasa hanya diam, dia juga tidak tahu kalau Kenzo ini sudah punya pacar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!