Seorang wanita dengan tampilan acak-acakan tengah berlari dengan kencang di kegelapan jalan. Air mata terus mengalir di kedua pipinya yang terdapat jejak kemerahan. Ia terus berlari dengan kencang tidak memperdulikan kaki nya yang sudah lecet karena tidak mengenakan alas kaki. Dress putih yang ia kenakan sudah lusuh dan robek di bagian lengan.
" BERHENTI SIALAN!! " Teriak Seorang pria dengan tubuh kekar layak nya preman di belakang dirinya yang ikut berlari mengejar dirinya. Bukan hanya satu namun ada tiga orang pria yang mencoba mengejar nya.
Tangis nya semakin kencang saat mendengar teriakkan dari belakang tubuh nya. Kaki nya yang mungil terus ia paksa berlari sekencang mungkin karena takut tertangkap dan di bunuh.
Kaki wanita itu otomatis terhenti saat melihat di hadapannya terdapat hutan belantara yang penuh kegelapan. Jalannya buntuh. Wanita itu berbalik dan terlihat ketiga pria tadi menyeringai kejam melihat dirinya tidak bisa kabur lagi.
" Mau kemana manis? Buntuh yah jalannya. Kasian. " ejek salah satu pria.
Ketiga pria tersebut tertawa mengejek. Menertawakan dirinya yang sudah terjebak di sini. " Udalah sini mending sama kita aja cukup layani satu jam dan kamu bebas. " Ujar pria itu dengan kurang ajarnya lalu berjalan mendekat membuat wanita tadi semakin menangis histeris. Mendengar wanita dihadapan mereka menangis kencang membuat ketiga nya justru tertawa semakin lebar.
" JANGAN MENDEKAT HIKS JANGAN!! " Wanita itu berjongkok seraya menutup wajah nya dengan telapak tangan nya. Ia sudah tidak tahu lagi cara lolos dari laki-laki kurang ajar yang kian dekat dengan nya.
" Jangan teriak manis. Teriak nya nanti aja sama oom di kamar. " Pria itu mendekat dan akan menyentuh wanita itu, namun belum sampai tangannya menyentuh kulit nya suara tembakan terdengar dan seketika pria itu ambruk dengan kepala bersimbah darah.
Dor. Dor.
Mendengar tembakan yang begitu nyaring, dengan reflek wanita itu membuka mata nya. Seketika ia menyesal telah penasaran karena rasa penasaran nya itu membuat dirinya melihat hal mengerikan di depan nya. Pria yang akan menyentuh nya tadi terbujur kaku tepat di depan nya dengan kepala bocor dan bersimbah darah.
Dor. Dor.
" AAAAA!. " Teriakan itu membuat nya mendongak dan hal yang sama ia lihat kembali, kedua pria yang ikut mengejar juga tergeletak dengan tembakan dimana-mana dan itu langsung terlihat di depan mata nya. Bagaimana peluru itu tepat mengenai kedua pria itu.
Tubuhnya lemas melihat itu. Mata nya kian memanas, Ketakutan terasa nyata di benak nya. " Ayah Lily takut. " Lirih nya dengan mata mencoba terpejam agar tidak melihat apa yang terjadi di hadapannya. Tangan nya mencoba menutupi telinga nya karena takut akan ada suara tembakan lagi.
Tap tap tap.
Terdengar suara telapak kaki menggema di kesunyian lorong tersebut. Tubuh wanita itu semakin bergetar mendengar seseorang mendekat ke arah nya. Pasti itu orang yang membunuh ketiga pria tadi. Apakah ia akan di bunuh juga.
Suara nya semakin mendekat membuat wanita itu semakin menutup rapat mata nya. Asumsi-asumsi buruk berkeliaran di otak nya.
Tap.
Suara itu berhenti dan dapat ia rasakan jika ada yang berdiri di hadapan nya. Saat mencoba mengintip siapa orang tersebut, tiba-tiba ia merasakan benda tajam menusuk kulit leher lalu pandangan nya buram dan ia pingsan. Namun sebelum menyentuh tanah orang yang menyuntikkan bius padanya menangkap tumbuhnya terlebih dahulu.
" I got you mine " Desis nya seraya mengangkat tubuh wanita itu.
Bersambung....
Angin berhembus, menerbangkan helai demi helai rambut yang tergerai indah. Duduk di tepi pantai Di temani oleh semburat jingga yang terpahat indah di langit menambah kesan puitis di dalam nya. Tangan mulus nya bergerak indah di atas kertas kanvas menciptakan lukisan indah di dalam nya.
Matahari mulai turun untuk berganti shift dengan cahaya bulan. Udara pun semakin dingin membuat gadis yang sedang sibuk dengan lukisan merasa kedinginan.
" Jangan lama-lama di sini. Dingin. " Gadis itu menoleh ketika merasakan jaket tersampir di pundak nya. Ia tersenyum ketika melihat sang kakak tepat berada di belakang nya.
Liliya Anastasya putri Alexander, Anak dari pasangan Nathan dan Alula yang kini sudah beranjak dewasa bahkan akan memasuki usia 20 tahun beberapa Minggu lagi. Dengan hobi nya melukis, membuat dirinya sukses sebagai pelukis terkenal dan sudah mempunyai ruang pameran sendiri.
Dan di belakang nya ada kakak kembarnya, Niko Narendra putra Alexander Yang juga sedang sibuk dengan urusan kantor ayah nya walaupun ia sedang menempuh pendidikan kuliah nya.
" Sebentar ya kak. Nanggung. " Jawab Liliya seraya kembali menggerakkan kuas nya di atas kanvas nya.
Niko Mengangguk dengan tangan mengelus lembut rambut adik nya. Pandangan mengarah ke arah pantai yang terlihat indah karena pantulan cahaya senja.
" Oke selesai. " Seru Liliya membuat atensi Niko mengarah ke arah lukisan adik nya yang terkesan indah dan nyata. Lukisan Liliya memang selalu indah dan terkesan lebih nyata di lihat oleh mata.
" Selalu cantik lukisan nya. " Puji Niko yang di sambut senyum malu-malu oleh adik nya.
" Yaudah karena sekarang sudah siap, ayo kita pulang nanti mommy khawatir. " Ajak nya yang di jawab anggukan oleh Liliya.
Mereka mulai membereskan peralatan-peralatan lukisan tersebut ke dalam sebuah kotak. Setelah selesai mereka pergi dari sana untuk segera pulang karena hari sudah akan gelap.
...****...
Mereka berdua turun dari mobil ketika telah sampai di pelataran rumah nya. Liliya yang melihat sang Mommy berdiri di teras langsung menghampiri nya dengan berlari kecil.
" Mommy. " Panggil nya saat sudah dekat dengan sang Mommy.
" Hai sayang sudah selesai melukis nya?. " Tanya Alula yang di jawab anggukan oleh Liliya.
Pandangan Liliya terfokus pada kotak di genggaman Mommy nya yang sudah hafal apa isi di dalamnya. " Lagi? " Ucapnya seraya memandang ibu nya yang di jawab anggukan oleh Alula.
" Mau di baca lagi? " Tanya Alula.
Liliya berfikir sebentar lalu mengangguk. " Liliya ingin baca lagi karena setiap bulannya isi surat nya berbeda-beda jadi Liliya penasaran. " Ucapnya.
Alula mengangguk lalu memberikan kotak tersebut ke anak nya yang di terima baik oleh Liliya. " Oke kalo gitu Liliya masuk ya mommy. " Pamit nya lalu masuk ke dalam rumah.
Niko menghampiri sang ibu dengan membawa peralatan sang adik. Dapat ia lihat raut wajah khawatir yang terlihat jelas di mata sang ibu.
" Kotak itu lagi? "Tanya nya saat sampai di depan ibu nya.
Alula mengangguk. " Mommy khawatir jika orang itu nekat dengan adik mu. " Keluh nya di depan sang anak.
Niko tersenyum menenangkan lalu meletakkan kotak milik Alula di meja. Ia menggenggam tangan sang ibu dengan lembut. " Mommy tenang aja. Dia tidak akan bisa mendekati Liliya. Aku sudah meletakkan penjagaan ketat di sekitar adik ku jadi mereka tidak akan bisa mendekati Liliya. " Ujar nya.
Awal nya bimbang, namun melihat wajah Niko yang mencoba meyakinkan nya membuat dirinya mengangguk. Suaminya juga berkata seperti itu, namun tetap saja ia sebagai ibu khawatir karena teror ini berlangsung selama 10 tahun dan tidak di ketahui siapa pengirimnya. Ia takut jika orang ini akan nekat merebut putri nya.
Setelah selesai membersihkan dirinya, Liliya duduk di kasur dengan bersilah kaki. Ia mengambil kotak dengan warna putih dan hiasan pita dengan bentuk bunga Lily di atas nya. Persis seperti kotak kotak lainnya.
Ia membuka nya perlahan. Bisa ia lihat isinya terdapat bunga Lily yang di awetkan dan secarik kertas yang pasti berisikan sebuah ungkapan cinta yang tidak ada habisnya. Ia sampai heran apa tidak ada kerjaan lain pria yang mengirim nya ini semua selain surat cinta yang tidak ada habisnya.
Liliya melihat ke arah dinding dekat lemari nya yang mana di sana terdapat beberapa secarik kertas yang selama ini ia simpan, sebenarnya tidak semua karena Liliya menyimpan yang hanya menarik saja selebihnya ia buang.
Bunga nya juga ia simpan di dalam sebuah kotak karena ia sangat menyukai bunga Lily.
...MY AMOUR....
Sampai jumpa di akhir bulan.
Sudah Hanya itu. Liliya mencoba kembali melihat tulisan yang ada di dalam nya dan memang cuma itu. Tumben sekali orang ini mengirimkan surat sesingkat ini biasanya ia akan menulis beberapa baris dengan ungkapan-ungkapan cinta yang terkadang sedikit lebay Membuat otak polos Liliya terkadang sedikit tercemar.
" Pasti dia kehabisan tinta jadi nulis nya dikit. " Ucapnya dengan pemikiran konyol lalu membuang kertas tersebut tanpa mau mencari maksud dari surat itu karena Liliya orang yang sangat malas berfikir.
Ia meletakkan semua barang tadi ke bawah kasur lalu merebahkan dirinya dengan telentang. Ia memandang langit-langit kamar dengan pemikiran menerawang.
" Bosen deh masak di kasih itu-itu mulu. Coba di kasih nya Coklat atau permen Karet kan enak. " Gerutu nya kesal.
" Orang gak jelas tolong yah kalo besok besok mau ngasih itu jangan bunga terus, Lili gak bisa makannya mending coklat kesukaan Lili. " Ucapnya entah pada siapa seraya terkikik geli karena tingkah konyol nya. Mana mungkin dengan berbicara seperti itu orang itu akan mendengar.
Selesai dengan pembicaraan nya yang melantur, tanpa sadar ia tertidur dengan posisi seperti tadi.
Ceklek.
Seorang pria yang sudah menginjak kepala empat itu masuk ke dalam kamar Liliya. Ia tersenyum lembut ketika melihat anak tertidur pulas di kasur nya.
yah, dia Nathan. Ayah dari Liliya dan Niko. Walaupun sudah kepala empat, namun tubuh nya tetap tegap dengan wajah yang masih terbilang tampan.
Ia mendekat ke arah sang putri. Ia mengelus lembut Surai anak nya yang tergerai menutupi setengah wajah nya. " Anak ayah Uda gede. "
Cup.
Ia mencium kening anak nya dengan lembut. Ketika akan pergi, Mata nya menangkap sesuatu yang ada di lantai dekat kasur. Ia mengambil kotak tersebut dengan wajah penuh amarah.
" Siapapun dirimu. Ku peringatkan kau tidak akan bisa mendekati putri ku. " Ucapnya tajam lalu membawa keluar kotak tersebut keluar dan akan ia bakar.
Ia marah pada dirinya yang tidak bisa mencari siapa dalang dari ini semua. Walaupun selama sepuluh tahun ini tidak ada yang membahayakan, namun ia harus tetap waspada.
BERSAMBUNG...
Pagi ini Liliya tengah bersiap-siap berangkat kuliah karena hari ini ia ada jam kelas pagi. Ia merapikan rambutnya yang ia cempol satu dengan poni menghiasi di kening nya. Serasa sudah rapi, Liliya mengambil tas nya dan keluar dari kamar.
Ia berlari kecil menuruni tangga menuju meja makan dimana para keluarga nya sudah duduk rapi di sana menunggu kehadirannya.
" Morning. " Sapa nya ceria dan tidak lupa kebiasaan pagi nya mengecupi pipi masing-masing orang.
" Morning sayang. " Ucap Nathan seraya mengecup balik kening putri nya.
" Kamu ada jadwal pagi?. " Tanya Alula sambil memberikan roti untuk Liliya.
Liliya mengambil roti itu seraya mengangguk. " Hari ini ada jadwal pagi dan siang nya liliya ada jadwal pameran di dekat kantor Daddy. " Walaupun sudah memiliki pameran sendiri, Liliya tetap mengambil jurusan seni karena ia ingin lebih mengetahui hal tentang yang berbau seni.
" Anak Daddy yang pinter belajar nya. " Ucap Nathan yang di balas jempol oleh putri nya itu.
" Kalo kamu Niko? Ada kendala sama kuliah kamu?." Tanya Alula kepada anak tertuanya.
Niko yang sedari tadi fokus dengan makanan nya mengangkat kepala. Ia tersenyum menatap mommy nya. " Enggak ada mom. " Balas nya.
" Kalian jangan terlalu cape. Mommy khawatir kalian nanti akan drop. " Ucap Alula khawatir. Anak-anak nya terlalu excited membangun hobi mereka masing-masing jadi Alula khawatir anak mereka terlalu fokus dan tidak memikirkan kesehatan nya.
" Mommy tenang aja Daddy gak pernah kok ngasih tugas yang terlalu banyak jadi Niko gak terlalu capek. Liliya juga selalu menjaga kesehatan nya kok. " Ucap Niko menenangkan yang di balas anggukan oleh Liliya.
Alula mengangguk dan tersenyum lembut. Anak nya selalu bisa menenangkan hati nya yang selalu resah.
Selesai dengan sarapan mereka, Mereka pergi ke arah tujuan masing-masing. Oh iya, Niko dan Liliya tidak satu kampus karena jurusan mereka yang berbeda dan Liliya yang memang sengaja tidak ingin kakak nya itu satu kampus dengan nya. Awalnya permintaan itu di tentang namun karena bujuk dan rayu Liliya akhirnya itu di setujui mereka karena Nathan dan Alula tidak ingin anak nya terlalu terkekang oleh keluarga nya. Tapi tenang meskipun begitu, Liliya tetap di awasi penjagaan ketat oleh Nathan.
Liliya mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang. Ia bersenandung kecil untuk mengisi perjalanan nya. Fokus nya terpecah saat melihat sebuah mobil hitam mewah yang mengikutinya dari belakang. Apakah itu bodyguard ayah nya? Tapi mobil nya terlalu mewah untuk itu.
Liliya mencoba membelokkan setir nya ke kanan dan bisa ia lihat mobil tersebut juga mengikuti nya. Mencoba berfikir posisi, Liliya menaikkan pedal gas nya agar cepat sampai menuju kampus nya.
10 menit kemudian mobil nya berhenti tepat di depan gerbang kampus nya. Ia kembali melirik kaca spion dan mobil tadi sudah tidak ada. Ia mencoba turun untuk memeriksa nya kembali dan benar-benar sudah tidak ada. Apa tadi hanya orang iseng.
Saat akan masuk kembali ke dalam mobil, teriakan seseorang membuat nya berhenti. Ia menoleh ke belakang dan bisa ia lihat kedua bodyguard nya yang biasa mengawasi nya berlari ke arah diri nya.
" Non gak papa?. " Tanya nya panik.
Liliya menggeleng dengan wajah bingung. " Gak papa. Emang Liliya kenapa?. "
Kedua bodyguard tersebut menghela nafas lega. " Tadi kami kehilangan jejak anda nona membuat kami panik. "
Dahi Liliya berkerut samar. Kehilangan jejak? Bukannya tadi adalah jalan yang biasa ia lalui kenapa bisa kehilangan jejak?. Malas memikirkan hal tidak penting, Liliya pamit kepada bodyguard Daddy nya itu lalu masuk ke dalam kampus.
Liliya berjalan dengan tenang menyusuri koridor kampus untuk menuju ke arah kelas nya. Perlu kalian ketahui jika di kampus ini Liliya tidak punya teman sama sekali, Bukannya tidak ada yang ingin berteman dengan nya namun dirinya lah yang menutup diri dari itu semua karena suatu hal.
Saat sampai di kelas ia duduk di kursi depan paling pojok lalu mengeluarkan alat yang digunakan untuk proses belajar nya. Kelas sudah ramai karena kelas akan di mulai.
Satu setengah jam kelas pun selesai. Liliya membereskan barang nya lalu keluar dari kelas, Hari ini hanya satu jadwal di kampus nya dan setelah nya ia akan pergi ke area pameran lukisan milik nya.
...****...
Liliya keluar dari mobil saat sampai di tempat dimana ia berkarya. Ia berjalan masuk ke dalam, dapat ia lihat asisten nya sedang menyusun beberapa lukisan untuk di pajang di dinding.
" Hari ini semuanya sudah selesai?. " Tanya nya pada asisten nya tersebut yang bernama anggun Maharani. Asisten yang langsung di pilih oleh Daddy nya.
Anggun yang masih sibuk dan tidak menyadari kehadiran Liliya langsung membalikkan tubuh nya dan tersenyum sopan. " Semua sudah selesai nona. Dan 30 menit lagi pameran akan di mulai "
Liliya mengangguk. " Yaudah ayo langsung pergi. "
Anggun mengangguk lalu mereka langsung pergi ke arah tempat tujuan mereka.
Hari sebuah pelukis terkenal di Indonesia mengadakan pameran lukisan yang tidak jauh dari lokasi kantor Daddy nya. Dan Liliya dengar juga Daddy nya adalah salah satu sponsor di pameran tersebut.
" Menurut kamu itu siapa?. " Tanya Liliya yang baru saja membicarakan tentang kejadian tadi pagi kepada anggun. jika mereka berada di luar, Liliya dan Anggun akan menjadi sahabat.
Anggun yang sedang fokus menyetir melihat sekilas ke arah Liliya. " Menurut aku itu pasti orang iseng sih. Karena kalo orang jahat masa cuma ngikutin tanpa berbuat apapun kan mustahil. " Jawab nya.
Liliya mengangguk mengerti. " Iya juga sih kayaknya memang orang iseng. "
" Jadi gimana, masih dapat kiriman kotak itu kamu?. " Tanya Anggun yang juga mengetahui tentang kotak misterius itu karena Liliya sendiri lah yang bercerita dengan nya.
Liliya mengangguk. " Masih. Sebenarnya aku bosen tau nerima bunga terus. Kemungkinan ni pasti orang yang ngirim punya lahan bunga yang luas makannya gak pernah habis tu bunga. Sesekali dong ngirim coklat gitu biar aku nya kenyang." Keluh nya.
Anggun tersenyum mendengarnya. Seperti nya hanya Liliya orang yang tidak ada takut-takutnya ketika di kirim seseorang sebuah kotak misterius dengan bunga dan surat berisi kata-kata penuh obsesi. Malah excited bercerita tentang itu semua.
" Kamu harus hati-hati terus Liliya karena kita dan keluarga kamu belum tau apa maksud dari kotak itu. Memang selama ini tidak membahayakan tapi kita gak tau kedepannya kan. " Ucap Anggun untuk kesekian kalinya.
" Kamu tenang aja aku yakin itu pasti gak berbahaya karena setiap orang itu ngirim surat dia selalu bilang gini ' Jangan pernah takut sama saya karena saya adalah orang yang akan melindungi mu jika kamu dalam bahaya'. " Ucapnya menjelaskan apa yang di katakan dalam surat tersebut.
Anggun hanya menanggapi nya dengan senyuman. Bagi nya Liliya ini adalah sosok wanita polos yang belum terlalu mengerti apapun walaupun umurnya nya akan menginjak kepala dua.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!