Magelang, sebuah kota yang indah dengan pemandangan yang menggoda dengan pohon yang rindang di sepanjang pinggiran jalan, gunung-gunung menjulang tinggi menambah sejuknya udara dikala senja bahkan saat matahari mulai menghangatkan bumi udara tetap terasa sejuk dan asri.
Hari pertama ku menginjangkan kaki di kota ini, aku bersama rombongan Praktek Kerja Lapangan (PKL) study akhir dalam menempuh cita yang selangkah di depan mata dan akan berlajut dengan permasalahan yang tak kalah rumit dalam melangkah menuju tujuan yang bisa jadi bukan sebuah mimpi dari hati melainkan campuran berbagai keinginan dan harapan yang suka tidak suka musti terjalani dan dijalani demi masa kemudian.
Bis wisata antara provinsi masuk di sebuah halaman yang cukup luas, dengan sebuah bangunan besar seperti aula pertemuan dan disana rombongan kami di sambut oleh seorang bapak separuh baya usia kisaran 42 tahun tersenyum ringan "Selamat datang di Asrama Lembah Hijau adik-adik semua, perkenalkan nama saya Abdul Fatah biasa di panggil Pak Abdul dan saya pengurus asrama di sini!" Terang Pak Abdul Fatah begitu beliau sebut namanya dengan tetap terlihat senyuman tipis tak hilang di bibirnya yang tipis.
Aku maju kedepan, mengampiri Pak Abdul Fatah "Selamat Berjumpa Pak Abdul Fatah, terima kasih telah menyambut kami dengan penuh keramahan dan suasana kekeluargaan yang ini buat ciri khas Kota Magelang terkenal penuh keramah-tamahannya. Saya Fakih Alfarizi ketua Rombongan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari Fakultas Kedokteran Krakatau Lampung. Mohon petunjuk bagaimana dan seperti apa kami di sini pak, karena jujur adat dan tradisi di Kota Magelang ini sangat berbeda jauh dengan di daerah asal kami yaitu Lampung jadi mungkin perlu waktu untuk beradaptasi dengan suasana yang penuh keindahan di Kota ini" ucapku dengan ringan menyodorkan tangan dan sedikit senyuman.
"Iya nak Fakih, Insya Allah akan bapak bantu dan semoga kerasan di sini!" balas Pak Abdul Fatah kembali tetap dengan senyumnya. " Jikalau lelahnya semua sudah lumayan berkurang saat menempuh perjalanan jauh, Mari adik-adik semua bisa Bapak antar ke Asramanya yang sudah disiapkan!"
"Baik Pak, akan saya sampaikan pada yang lainnya biar mereka siap-siap pak" jawabku.
"Okey kalau begitu nak Fakih, bapak tunggu di sana ya! Balas Pak Abdul Fatah sembari tangannya menunjuk sebuah pohon yang rindang dengan hiasan meja serta kursi di bawahnya, tempat istirahat santai sambil menikmati kopi dan cemilan ringan pas untuk menggambarkan lokasi tersebut.
" Baik pak, saya tinggal dulu ya!" Senyumku kemudian.
Aku beranjak pergi dari hadapan Pak Abdul Fatah yang masih dengan semyumnya, menuju lokasi depan AULA di mana teman-teman serombongan dengan ku sedang pada sibuk menurunkan barang-barang bawaan mereka dari begasi bis lintas provinsi yang kami sewa untuk keperluan perjalanan ini.
Kami dari Rombongan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dari Fakultas Kedokteran Krakatau Lampung terdiri dari 2 kelas di setiap kelasnya berjumlah 40 orang dengan total 80 orang, 23 orang laki-laki dan sisanya 57 orang wanita, mengapa bisa lebih banyak wanita? Ya mungkin saja peminat sekolah kedokteran buat laki-laki semakin berkurang atau mungkin banyak yang mendaftar akan tetapi yang ke terima kebanyakan perempuan.
Rencananya kami akan berada di Kota Magelang ini kurang lebih selama 1 bulan, akan tinggal di Asrama Lembah Hijau ini dengan jadwal kelas A akan PKL ke Rumah Sakit Jiwa Magelang selama 2 minggu dan kelas B akan PKL ke Desa Manoreh, Kecamatan Borobudur selama 2 minggu pula setelahnya kelas A dan B akan bergantian.
Perhatian semua! Saudara saudari yang terkasih tolong masuk asrama sesuai yang sudah di sepakati, walaupun saya ketua rombongan disini saya juga ingin menunjuk penanggungjawab untuk setiap kelas sebagai wakil saya. Untuk kelas A saya rasa Umar Rohim bisa saya percayakan ya untuk di bebani tanggungjawab anggota kelasnya. Dan untuk kelas B saya rasa Agus Solihin cukup pantas sebagai pelaksananya. Dari sini saya akan melaporkan ke Dewan Guru Pembimbing kita yang besok mereka akan sampai di sini. Semua saya kira cukup jelas dan paham ya...! Ucapku dengan penuh wibawa dan rada-rada berkesan dewasa.
"Ok, daku siap komandan!" Ujar Umar Rohim ketus Kelas A dengan begaya tentara pakai tangan di angkat ke dahi laksana memberikan hormat sembari mulutnya sedikit mencibir dan sesudahnya tersenyum lebar. "Ayo pasukan anak bebek kita menuju asrama teratai... Ingat semua harus ikut perintah bos ya, asrama akan di bagi sesuai absen, 1 kamar buat 2 orang dan cewek sekamar dengan cewek - cowok dengan cowok jangan ada yang buat aneh-aneh... Okey! Teriak lantang Umar Rohim.
"Baik Bos...! Balas anak-anak lainya dengan nada mengejek Umar lalu di barengi tertawa riuh.
Untuk Angsa B kita ke asrama Beras Kencur... Aturan sama dengan Bos Umar ya... Juragan malas untuk mengulang! Intinya aturan musti di taati bersama... Okey anak angsa! Teriak Agus Solihin dengan nada serak-serak hancur.
" Siap juragan!" Sorakan serempak sembari berlalu dari tempat semula berada menuju asarama masing-masing meninggalkan aku, Umar Rohim dan Agus Solihin masih di tempat semula.
"Mar, Gus, kita temui pak Abdul Fatah dulu ya... Kita ngobrol sama beliau bagaimana di sini sebelum Pak Ridwan dan Bu Lisa besok sampai. Tidak enak kalau saat mereka sampai kita belum paham akan suasana di sini.
"Ayo...kih! Disana itu ya pak Abdul Fatah kih?" Tangan Agus menunjuk keberadaan Pak Abdul Fatah. "Lo, pembimbing kita Pak Ridwan ama Bu Lisa ya kih?!, tidak jadi Bu Nur dan Pak Majid? Tanya Agus sembari kami bertiga melangkah.
" Nah ini yang ketinggalan cerita, update terbaru dong Gus!" Ujar Umar puas.
"Iya, kalau kenapa berubahnya que juga kurang tahu gus, cuma tahu nya kalau kemarin saat kita mau berangkat anaknya bu Nur sakit dan beritanya di rawat terkena Demam Berdarah dan kalau Pak Majid kurang faham gus! Jawabku singkat.
" Ya, tak masalah buat kita yang penting buat heppy aja kan!" Agus Solihin berujar, sembari mereka bertiga sudah sampai di hadapan Pak Abdul Fatah yang melihat kedatangan mereka bertiga masih dengan senyumannya.
"Bagaimana nak Fakih, ada yang bisa bapak bantu?" Kata Pak Abdul Fatah menyambut mereka.
"Begini pak, hari pertama ini kita dapat makan ndak ya!" Senyum Agus asal bicara yang kebetulan jam sudah menunjukkan pasal 12 jadi bunyi cacing di perut terasa menggelitik.
"Hus... Agus Agus... Lain yang di suruh tanya lain yang di katakan!" Cibir Umar tertawa "Tapi ada benarnya ini pak Abdul, biar tambah semangat kita ngobrolnya dan pasti yang lain sudah kelaparan juga!".
" Tenang saja... Nak siapa ini?" Pak Abdul bertanya ke arah Agus.
"Agus Solihin pak!" Fakih membuka perkenalan untuk temannya "Dan ini Umar Rohim pak!' Mereka berdua wakil saya untuk rombongan pak." Jelas Fakih kemudian.
"Oh ya, nak Fakih!, bapak sudah mempersiapkan makan siang di ruang makan semua anak-anak boleh di anjurkan ke sana jika sudah selesai dengan kamar dan barang-barang mereka ya! Letaknya di sebelah belakang asrama kalian." Jelas pak Abdul Fatah.
"Fakih, loe sekamar dengan Aditiya Kesuma!" Jelas Umar Rohim kepadaku.
"Siapa saja mar, terserah saja!" Balasku
"Habis ini kita jalan yuk kih!" Timpal Umar lagi.
"Jalan kemana mar? Loe emang tahu daerah sini? Kaga lelah apa? Balasku sekenanya saja sambil membereskan pakaian ke dalam lemari yang sudah di sediakan.
" Iya kih, jalan yuk lihat-lihat suasana di sini!" Timpal Aditiya teman sekamarku.
"Nah tuh, loe orang berdua saja jalan, gue masih mau beresan dulu habis itu cek keadaan asrama dulu!" Tukasku lembut.
"Alaaaa... Males kalau ma Aditiya mah, yang ada malah kaga jelas jalannya!" tutur Umar seraya tertawa.
"Kaga jelas gimana mar, gue mah jelas paling juga nyasar! Haaa..aaaa...!" Aditiya tertawa lepas berjalan kearah kamar mandi sembari membawa peralatan mandi untuk di letakkan ke tempatnya.
"He mar, emang anak-anak kelas A dah beres apa!" Perasaan dari tadi elo di kamar sini mulu, tuh si Agus tanggungjawab ma kerjaan dia." Tegasku pada Umar.
"Ahahhhhaaa... Fakih Fakih, mereka tuh bukan anak-anak lagi yang di lihatin satu-satu, lagian belum pada beresan malah tidur kecapaian padaan tuh! Masa iya gue nungguin bocah-bocah bangun dari tidur. Lagian tuh Agus napa ndak nongol kemari tahu kaga? Dia asyik gangguin Leni tuh" ledek Umar tertawa.
"Leni Sukesih? Emang Agus pacaran ma dia ya mar?" Tanyaku kemudian.
"Tahu ah gelap! Di bilang pacaran ya dekat tuh pada, di bilang kaga nyatanya biasa aja! Baru PDKT mungkin! Jelas Umar.
" Oooo... ! Gumamku kemudian.
"Setidaknya elo cek keadaan kali mar!" Celetuk Aditiya. "Dari pada elo jalan kaga tentu tujuan mendingan istirahat sono!" Sambut Aditiya keluar dari kamar mandi tanpa mengerti pokok pembicaraan kelanjutannya.
"Ntar z lah dit, tadi juga sepanjang jalan gue dah lumayan ngilernya" canda Umar. "He kih, comentan lo mencurigakan banget yak! Ada cerita apaan? Kepo Umar lagi padaku.
"Ndak ada kok mar!" Jawabku kalem dengan masih memindahkan satu persatu pakainku dari koper ke lemari.
"Pasti ada apa-apanya, gue tahu jelas ma elo kih!" Tugas Umar lagi.
"Lah ini ke materi apaan to! Kok sampe segitunya elo mar pengen tahu!?" Tanda tanya besar pada diri Aditiya mendengar penasarannya Umar pada jawaban Fakih.
"Ups... Anak kecil kaga usah nimbrung ya dit! Ejek Umar.
" Alaaaa... Sok dewasa lo!" Balas Aditiya tak mau kalah.
"Sudah, kok malah pada ribut! Dit, di atas tempat tidur ada kopi sasetan, sana lo buat 3 gelas. Gelas ma air panas ada di sudut ruangan koridor kamar ya, biar tambah enak ngobrolnya." Terangku kemudian.
"Dari tadi kek kih, pada manyun begini!" Celetuk Umar.
"Okey, tapi saat gue pergi elo elo pada jangan mulai gosip ya! Tunggu gue!" Timbal Adit tertawa.
"Dasar elo dit, kirain gue bukan tukang gosip ehhh nyatanya emak arisan juga!" Ejek Umar.
"Biasa aja kaleeee mar!" Cibir Aditiya lagi.
Mereka berdua pindah duduk-duduk di teras dalam kamar mereka, sebenarnya kalau di bilang teras ya kaga pantas juga rada kecil mungkin tepatnya teras buat jemur pakaian ya. Kebetulan di sana tersedia kursi kecil sebanyak 2 buah jumlahnya sesuai penghuni kamar.
Tidak seberapa lama Aditiya Kesuma nama lengkapnya datang dengan membawa kopi sasetan yang sudah tersedu dengan aroma biasa saja tidak ada khasnya kecuali ya aroma kopi.
"Nih kih, kopi buat elo... Tidak manis dan tidak pahit!" Sembari Aditiya menyodorkan kopi yang sudah di sedu kepadaku.
"Tanks ya dit kopinya!" Balasku singkat.
"Lah satunya punya daku kan?" Tanya Umar sewot takut tidak kebagian kali.
"Upz, enak ja elo mar, ambil sono sendiri! Wong tinggal ambil ja pake aleman lo! Oceh Aditiya santai.
" Kepret lah dit, tinggal bawa ja pake gue suruh ambil sendiri!" Sengit Umar.
"Santai...Mar! Nih buat lo, gue mah kaga sejahat yang elo kira kali!" Cemo'oh Aditiya.
"Ahahahhaaa... !" Aku hanya bisa tertawa ringan melihat candaan mereka, saling mengganggu namun sebenarnya akur.
Aditiya balik lagi keluar kamar dan sekejab mata sudah membawa secangkir kopi lagi tentunya untuk dirinya sendiri setelah kopi terakhir tadi di serahkan ke Umar. Meraka bertiga duduk di lantai tanpa mengacuhkan 2 buah kursi yang ada disana dan sudah meminta untuk di duduki, akan tetapi mereka memilih lebih apdol duduk di lantai jadi ngobrolnya lebih santai.
"Lanjut dong ceritanya kih!" Ucap Aditiya pingin tahu lebih jelas.
"Cerita apaan Dit?!" Fakih rada tak menanggapinya.
"Itu lo, kisah cinta Agus Solihin dengan Leni Sukesih!" Jelas Aditiya.
"Lah itukan cerita dari Umar dit, gue lo cuma bilang Ooooo aja kok!" Jelasku.
"Ya bener kih, tapi Ooooo nya elo itu ada misteri!" Jelas Umar.
"Ahahhaha... Misteri Ilahi kali ya!" Senyumku mengembang ringan. "Begini ceritanya, gue awali dengan Agus ya..! Saat nyeberang di kapal tadi, Agus sempet cari-cari gue mar, dit! Kesana kemari katanya. Lah gue kan di atas mau lihat laut jadi ya kaga tahu kalau dia cari gue. Saat gue turun ke dek kapal baru temu papasan ma Agus di tangga kapal. Terus dia narik gue, kirain ada apaan, mukanya sampe rada pucat begitu soalnya. " Ada apa gus! Kok tumben lo cari gue!?" Tanya gue saat itu ma Agus. "Gue di kejar-kejar Rudiono kih!" Jawabnya. "Lah kenapa dan apa salahnyanya kalau Rudiono cari-cari elo!? Kan dia temen kita juga?" Jelas gue sambil bertanya pula ma Agus. "Ya, kalau itu sih gue mah ngerti kih, cuma masalahnya ini beda!" Jelas Agus lagi. "Beda bagaimana maksud elo gus?!" Tanya gue heran. "Rudiono cari-cari daku kih mau kasih bogem mentah katanya!" Jelas Agus saat itu. "Bogem mentah apaan sih gus?!" Tanya gue saat mendengar penjelasan dari Agus tadi. "Iya kih, Budiono bilang gue jangan ganggu-ganggu Leni Sukesih lagi karena dah jadi pacar dia!" Jelas Agus ma gue. "Terus!" Balas gue lagi. "Lah gue juga suka ma Leni Sukesih kih, terus gue dah tanya pula ma Leni Sukesih kalau dia ma Rudiono bukan pacar kok. Apa gue salah kalau deketin Leni Sukesih juga kih?!" Jelas Agus lagi. "Lah kalau begitu permasalahannya clear dong!" Jelas gue lagi. "Clear dari mana, Rudiono ndak terima kalih kih!" Jawab Agus lagi. "Lah kan sama-sama bukan pacarnya Leni Sukesih kenapa jadi masalah coba?!" Jelas gue lagi ma Agus. "Nah itu dia kih, ndak ngerti gue maksudnya Rudiono mau kasih bogem mentah ke gue!" Terang Agus. "Minta tolong dong kih, lo kan ketua rombongan nih untuk kelas A dan B dan juga selain itu elo ketua kelas gue ma Rudiono, pasti omongan elo di dengerin deh ma gue dan Rudiono!" Jelas Agus kembali. "Gus, masalah kelas beda ma masalah pribadi kali, jangan di sama-samain. Apa lagi elo tahu sendiri kalau gue paling males mencampuri urusan pribadi orang." Jelas gue tegas. "Tolonglah kih, kita kesini kan bukan buat bertengkar apa lagi masalah cewekkan!" Pinta Agus ma gue waktu itu.
Terkadang aku sendiri di buat bingung, masa iya ketua kelas 3 tahun kaga ganti jadi dari semester pertama sampai sekarang tuh gelar masih nyangkut aja. Pada hal sudah beberapa kali aku minta pergantian ketua kelas, aku kumpulkan mereka semua teman-teman sekelas. Sudah kumpul setelah tahu mau pemilihan ketua kelas heeeeee pada minggat semua.
"Okey, satu kali ini ya gus!" Ucap gue tanda bersedia membantu mereka. Elo cari Rudiono dan Leni Sukesih bilang ma dia gue tunggu di lantai dasar kapal kursi depan tv ya! Ma elo juga gus! Jangan sampai gue mau mecahin masalah elo, elo nya malah ngilang!" Tegas gue sambil sesekali menyeruput kopi buatan Aditiya, sedangkan Umar dan Aditiya mendengar ceritaku dengan sedikit melongo kalau ada lalat masuk deh ke tuh mulut.
"Terus... Terus...!" Potong Umar.
"Buat penasaran nih cerita!" Ujar Aditiya pengen tahu.
"Mau gue terusin atau bersambung nih?!" Candaku kepada mereka.
"Ya terus to kih!" Jawab mereka berdua nyaris bersamaan.
"Lomba vokal elo orang!" Candaku lagi.
Tok... Tok... Tok...
"Assalamualaikum...!"
Terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras di pintu dan suara salam dari arah luar menandakan ada orang lain selain mereka bertiga.
"Siapa ya? Masuk kaga di kunci tuh pintu!" Jawab Umar reflek.
Pintu pun terbuka sedikit di selingi munculnya kepala dari luar baru selanjutnya seluruh badan terlihat jelas.
"Agus! Dari mana aja elo gus baru nongol?" Tanya Aditiya sembari memberikan isyarat agar mereka tidak melanjutkan pembicaraannya lagi.
"Dari kamar dit, ketiduran gue tadi!" Jawab Agus cengar cengir. "Oh ya, elo di panggil bu Lisa dosen pembimbing di sini kih, katanya ada yang perlu di sampaikan ma elo. Tak bilang "Udah bu sampaikan ke saya saja nanti pasti sampai ke Fakih!" Heee malah bu Lisa bilang kalau ma gue kebanyakan lupanya dari pada sampai. Pada hal elo pada tahu kan kalau gue ni orang super sibuk urus sana dan sini tapi yakin ja daya ingat gue keren lo! Ya kan." Sambil tertawa Agus menjelaskan pede abis pokoknya.
"What?" Kaga salah dengar gue gus balasku.
"Kaga lah kih!" Agus tidak mau kalah.
"Ahahahhahahaha...!" Akhirnya mereka berempat tertawa serempak tanpa ada komando yang memulainya.
"Okey gus, dimana bu Lisa? Dengan pak Ridwan kah?" Tanyaku lagi usai tertawa mulai reda.
"Di Asrama tengah kih, antara Asrama Teratai dengan Asrama Beras Kencur! Selebihnya gue kaga tehe!" Terang Agus kepadaku.
"Ya udah, elo ma Umar ikut sekalian biar sekalian laporan keadaan Kelas A (Bebek) dan kelas B (Angsa)" jawabku kembali menerangkan. "Dit, kalau elo mau lanjut beres-beres, lanjut aja ya! Terangku ke teman sekamarku tersebut.
" kih... Jangan lupa next lanjut ceritanya ya! Masih seru-seru ada aja yang ganggu! Terang Aditiya tertawa.
"Cerita apaan? Waduh gue ketinggalan update terbaru nih!" Protes Agus.
"Ahahahahhahaaa...!" Fakih, Umar dan Aditiya tidak bisa menahan tawa mereka " Pada hal cerita tadi tu berkisah tentang Agus... apa mungkin dia ikut dengerin juga bisa kacau dunia perdukunan ini!" Batinku sambil tersenyum dengan misteri sendiri.
Mereka bertiga beranjak dari ruang kamar menuju luar Asrama Beras Kencur, karena kebetulan Fakih, Aditiya dan Agus satu kelas, mereka berada di kelas B (Angsa) sedangkan Umar sendiri berada di kelas A (Bebek). Di lorong kamar-kamar Asrama terlihat lengang, masih banyak yang tertidur pulas setelah di jamu Pak Abdul Fatih dengan menu Pecel Lele khas Magelang. Perut kenyang, badan lelah dan kebetulan awal Praktek Kerja Lapangan mereka lusa karena besok akan ada seremoni sambutan dari mpunya Asrama Bukit Hijau.
"Kih, gus, mar! Pada mau kemana?" Tanya Wawan ketika mereka berjalan berpapasan dengannya.
"Oh wan! Ini di panggil bu Lisa ada sesuatu katanya yang perlu kita semua tahu!" Jawabku ringan.
"Ok...!" Semangat brother...!" Senyum Wawan sembari mengacungkan jempolnya ke arahku.
"Kih, hari ini apa ada kegiatan lagi neh? Kalau kaga ada gue mau lanjut bobo cuantik!" Celoteh Rina dari balik pintu kamarnya tepat kami berada di depan kamarnya.
"Sementara lanjut Rin, elo jingkrak-jingkrak juga boleh!" Agus yang menjawab sambil lidahnya sedikit menjulur bercanda.
"Agus...Agus!" Rina menjulurkan lidah lebih panjang dari agus.
"Ntar ya Rin, nanti kalau kita sudah ngobrol ma bu Lisa dan dapat kabar dari beliau, ntar elo nomor satu kita kabari deh!" Canda Umar.
"Nah ini ni, temen gue yang cakep! Ok dah ah gue mau tidur lagi aja." Terang Rina masa bodo.
Sampai juga kami bertiga di lokasi yang di terangkan Agus dimana ada beberapa bangunan terpisah antara ke 2 asrama yang kami tempati, di setiap jalan setapak dialaskan semen dengan batu-batu kerikil, serta kanan kiri jalan tumbuh pohon cemara yang rapih bentuknya. Kami hanya berjalan ringan tanpa banyak bicara atau bercanda karena tidak jauh dari kebetadaan kami terlihat jelas rumah berkesan minimalis dengan teras lumayan luas di isi dengan kursi-kursi rotan yang tertata rapih. Sampai kami bertiga di depan pintu teras terlihat bu Lisa tersenyum dengan jilbab abu-abu, stelan kemeja dan levis longgar. "Hupz ada siapa yang bersama bu Lisa ya? Rambut ikal sebahu, kulit tidak hitam tapi bisa di bilang putih, dengan baju kaos setelan levis ketat sembari memeluk sebuah gitar dan memeriknya lirih!" Tanya batinku.
"Fakih, Agus dan Umar! Masuk dan duduklah!" Sapa bu Lisa kepada kami santai.
"Ya bu! Terima Kasih!" Jawabku lebih santai lagi.
"Fakih, perkenalkan ini Vita Mahania adik sepupu ibu dan asli orang Magelang dia mah! Karena belum nikah dan usianya sepantaran kalian terserah mau panggil apa! Dia menemani ibu di sini selama ibu di sini." Jelas bu Lisa kepada kami.
"Oh ya bu! Saya Fakih Mbak!" Jawabku rada kikuk.
"Oooo ini namanya Fakih ya mbak, sesuai dengan cerita mbak ini mah! Jangan panggil mbak lah kih... Panggil aja Vita ya! Balas gadis itu dengan suara renyahnya sembari menyambut uluran tangan perkenalanku.
" Oh ya Vit, waduh ada cerita kaga enak ini sepertinya dari bu Lisa ya Vit?" balas ku singkat.
"Nah enak nih didengarnya! ndak ada kok kih cuma tadi mbak Lisa bilang kalau ketua rombongannya Fakih begitu" Balas Vita lagi.
"Oooo begitu! Mudah-mudahan benar adanya ya bu Lisa." Senyumku pada Vita "Ini Agus dan ini Umar Vit!" Terangku sembari mempersilahkan mereka untuk satu per satu bersalaman dengan Vita tanpa berwakil.
"Kih, bagaimana keadaan anak-anak Bebek dan Angsa saat ibu belum tiba? Apa ada yang harus ibu ketahui?" Tanya bu Lisa kepadaku.
"Iya bu, sebelumnya boleh saya bertanya bu? Pak Ridwan tidak bersama ibu kah?" Tanya ku berbalik kepada bu Lisa. Karena sesuai jadwal yang telah di tentukan kalau pembimbing kami untuk season pertama mereka berdua.
"Pak Ridwan Insya Allah di minggu ke 2 tiba di sini, karena beliau masih mengikuti Workshop Kedokteran dulu di Bandung setelah selesai lanjut kesini kih!' Terang bu Lisa.
"Begitu ya bu! Bu tadi saya sudah bertemu dengan penjaga Asrama pak Abdul Fatah dan Alhamdulillah beliau memberikan respon baik kepada rombongan kita!" Jelasku.
"Ya kalau pak Abdul Fatah tadi juga ibu sempat bertemu dan beliau berharap kita pada betah di sini." Balas bu Lisa.
"Semua sudah pada di jamu dengan makanan sehingga banyak yang masih tertidur pulas karena kenyang plus kecapean di perjalanan bu! Lalu sesuai intruksi ibu sebelumnya, saya sudah menunjuk ketua Tim Kelas A (Bebek) itu Umar dan ketua Tim Kelas B (Angsa) itu Agus bu! Jadi segala hal mengenai tim mereka akan melalu Umar dan Agus yang akan menyampaikannya." Terangku dengan jelas. "Yang saya ingin tanyakan, kapan kita mulai seremoni kehadiran kita bu? Apa sesuai jadwal yang telah di sepakati sebelum berangkat artinya besok lusa acaranya atau ada masukan lainnya dari ibu sesuai perkembangan saat ini?!" Jelas ku simpel dan lugas.
Agus dan Umar hanya bengong dengan pikirannya masing-masing mendengar percakapan kami sesekali mata mereka melirik jelas ke arah Vita. "Lumayan cantik! Hidung tidak mancung dan tidak juga pesek, dengan mata yang sendu" Mungkin itu yang menjadi suara hati mereka.
Dan ku sadari sesadar-sadarnya ketika aku bicara dengan bu Lisa sepasang mata lagi melihat kearahku dan berkesan sesekali tersenyum.
Soal batin dan kata hatinya mengapa sampai melihat ku seperti itu hanya yang mpunya hati yang tahu, aku tidak berani menduga-duga. Yang pasti aku yakin sebelum kami bertiga datang tadi, sudah ada pembicaraan awal mengenai aku antara bu Lisa dan Vita... Ini masih tanda tanya besar di hati ku setelah mendengar penjelasan singkat dari vita tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!