Cinta tidak pernah membutuhkan alasan apapun bentuknya, karena akan tetap hadir secara misterius dalam sebuah kehidupan. Datang tanpa pernah di duga sebelumnya dan percayalah akan kekuatan cinta, karena dalam kehidupan tidak pernah tahu seberapa besar akan membuat hidup dalam kebahagiaan dan sebaliknya.
Kisah ini gue awali saat pertama kali mengenal cinta kalau orang tua bilang "cinta monyet", tapi sampai saat ini masih menjadi tanda tanya di hati gue, apa penyebabnya cinta di zaman sekolah dulu itu di sebut sedemikian? Apakah sudah cukup mewakili dengan kisah cinta yang masih hanya mengikuti logika tanpa adanya peran sebuah hati di dalamnya?
Kisah ini hanya sepenggal dari sekian banyak kisah kehidupan yang gue jalani dan hanya fokus dengan kisah cinta yang gue alami saja, sedangkan kisah lainnya yang nantinya terkisah pula di dalam cerita ini anggap saja hanya tambahan bumbu belaka yang membuat semakin sedap rasanya dengan menawarkan sebuah jalur benang merah di antara kisah cinta yang satu dengan yang lainnya.
Nama dan Tempat hanya ilusi saja, nikmati kisahnya lupakan yang lainnya... Tetap Fokus!
Tahun 1991
Kisah ini gue mulai dengan masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri satu Kotabumi, Lampung Utara dimana di daerah inilah tempat gue lahir dan di besarkan, gue sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri satu Kotabumi, Lampung Utara termasuk sekolah katagori favorite di zaman itu karena banyak sekali ya mungkin bisa gue anggap ribuan deh yang mendaftar tapi yang di terima hanya sepuluh kelas yang masing-masing kelas sekitar tiga puluh dua siswa maupun siswi sudah di total semua dengan hitungan yang sebenar-benarnya.
Kelas satu A itu nama kelas gue awalnya, kumpulan orang-orang pintar atau dulu itu di sebut "Kelas Proyek". Dari sepuluh kelas yang di wakili dengan huruf A sampai dengan hurif J maka terciptalah ada dua "Kelas Proyek" proyek satu kelas A dan proyek dua kelas F.
Dan dari kelas satu sampai kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) tersebut gue masuk di kelas A dalam kurun tiga tahun mengejar pendidikan di sana tidak ada kata pindah kelas dan dari kelas satu sampai dengan kelas tiga, ada lima orang yang tidak pernah berpisah Rosa Pratiwi, Nelly Lia, Intan Putri, Nur Fitri dan gue sendiri Fakih Qathi Alfarizi.
Tiga tahun selalu dalam kebersamaan membuat gue dan ke empat cewe' tersebut terjalin sebuah persahabatan bagai kepompong kalau kata keren saat ini. Semua kegiatan kami ikuti walau terkadang saling bergantian atau pun saling bersama. Dari belajar kelompok, mengerjakan tugas, pengurus osis, kegiatan pramuka, kegiatan PMR, cerdas cermat, latihan karate sampai dengan pelajar teladan tingkat kabupaten dan tingkat provinsi pun kami ikuti, menjadi perwakilan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri satu Kotabumi, Lampung Utara di mana sekolah ini sudah masuk dalam bagian kehidupan yang gue jalani dan bukti nyata dengan sebuah ijazah yang gue dapatkan sebagai alumni Sekolah Menengah Pertama di sana.
Diantara ke empat mahluk manis yang bernama cewe' itu adakah yang gue suka?
Nah ini dia yang jadi permasalahannya, apakah rasa di hati gue saat itu bisa di namakan cinta atau hanya sebuah rasa persahabatan yang terjalin dengan sangat indah?
Tentunya nggak dengan ke empat cewe' tersebut dong, hanya salah satu saja yang membuat perasaan waktu itu terasa seperti ini "kalau Gue mau sekolah nih, terus ngebayangin doi tiba-tiba pengen cepet-cepet berangkat. Ketika sudah sampai di kelas, kalau ada si doi perasaan gue pengennya ganggu dia mulu, ada aja keisengan yang gue lakuin ke doi dan seterusnya kalau si doi nggak masuk sekolah, perasaan ada yang hilang atau ada yang kurang pada hari itu di diri gue."
Jujur nih para pembaca yang budiman kalau di tanya waktu dulu, gue nggak ngerti itu perasaan apa ya namanya? Harap di maklumi masih anak ingusan yang bisa di bilang nihil pengalaman. Tapi kalau sekarang gue inget-inget dengan rasa yang ada di hati gue waktu itu ya gue jawab itu mungkin namanya cinta.
Bagaimana pada setuju dengan pendapat gue?
Lanjut...!!!
"Cha, elo udah dapat kabar belum, kalau akan ada seleksi cerdas cermat yang ngadain Bank Pendidikan Daerah?" Tanya Fakih pada Rosa.
"Belum tuh Kih, elo emang dapat kabar dari siapa!?" Balas Rosa bertanya.
"Pak Budi Waluyo bagian kesiswaan, Cha! Kemarin gue di panggil ke ruangannya dan menjelaskan hal ini ke gue!" Jawab Fakih.
"Elo aja kali yang ikut!" Ucap Ocha.
"Aah apa iya Cha?, biasanya elo duluan yang di kabari kalau masalah cerdas cermat, makanya gue tanya ke elo!" Jelas Fakih.
"Serius gue belum dapat kabar apa-apa soal ini!" Jelas Rosa.
"Wow... Pagi-pagi buta sudah pacaran aja nih anak padaan!" Ucap Intan Putri yang tiba-tiba muncul ikut dalam percakapan.
"Apaan sih lo tan, kalau gue pacaran ama Ocha, abang dia mau di kemanain!" Canda Fakih.
"Abang gue apaan Kih, jangan nyebar gosib yang nggak-nggak ya!" Ucap Rosa bergaya marah.
"Gue sih kata anak-anak cha, kalau salah atau bener juga kaga ngaruh ma gue kan!" Ejek Fakih.
"Iya Cha, elo yang punya pacar! Nikmati aja pengekangan elo. Selamat menikmati habisnya masa kebebasan!" Jawab Intan.
"Udah ah, gue jelasin ke elo-elo pada ya, berita yang beredar di sekolah tentang gue itu salah besar tahu!" Jelas Rosa menjelaskan.
"Bodo amat, emang gue pikirin!" Jawab Intan dan Fakih serempak sambil mencibir Rosa.
"Kompak banget elo pada ya, sengaja nih ngajakin ribut?" Tanya Rosa.
"Sorry Cha, kaga level kita kalau mau ribut ama elo, ntar adanya elo langsung nangis tuh di pojokan kelas!" Ejek Fakih bercanda.
"Siapa yang nangis! Enak aja!" Balas Rosa nggak mau mengakui vonis dari Fakih.
"Yuk Tan, kita ke kantin aja, biarin aja Ocha mikir dengan omongannya sendiri!" Ajak Fakih.
"Ayuk, tapi elo yang traktir ya Kih, nggak banyak kok gue makannya yakin deh nggak bakal ngabisin uang jajan elo!" Ucap Intan.
"Gue ikut dong Kih, Tan! Masa iya elo orang tega ninggalin gue sendirian di kelas!" Pinta Rosa.
"Tenang aja Cha, ntar kalau kita pada temu abang tersayang, kita bilangin deh kalau elo sendirian menunggu kehadiran abang seorang yang tersayang!" Ejek Intan.
Rosa hanya terdiam dengan muka cemberut dan kesal sepertinya atas kelakuan dua sahabatnya berbeda jenis ini yang seakan-akan dengan sengaja membuat dia merasa terpojok akan gosip yang beredar.
Sementara Fakih dan Intan pura-pura tidak melihat ngeluyur pergi begitu saja menuju kantin yang menjadi target dan sasaran mereka berdua.
Dari Taman Kanak-kanak (TK) Nol besar, gue sudah biasa ikut dalam lomba-lomba menggambar gitu, dulu saat gue di Taman Kanak-kanak (TK) yang katanya tempat yang paling indah bisa bermain dan belajar dengan teman yang banyak, gue pernah ikut lomba menggambar "Gambar Pemandangan Alam" waktu itu, Alhamdulillah dapat juara satu.
Kemudian hal ini berlanjut saat di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tujuh Belas Tanjung Aman dan masih di Kotabumi, Lampung Utara dahulu di zaman gue namanya seperti itu kalau sekarang mungkin sudah berubah namanya, kemampuan menggambar teruji lagi dengan menjuarai lomba Dinas Pendidikan Kotabumi yang mengadakan, hasilnya mendapat juara dua dengan tema "Tukang Kayu" dan gue memiliki hobi menggambar sudah ini berasal dari papah yang selalu mengajarkan dan memberikan contoh setiap malam papah selalu menggambar apa saja agar anak-anaknya timbul minat untuk melihat, meniru dan mencoba ya... hal hasil gue bisa menggambar apa saja.
Sampai pernah saat Sekolah Dasar itu, gue menerima orderan gambar sesuai permintaan teman-teman dulu masih belum ada gambar untuk di warnai, jadi gue buat gambar sesuai keinginan teman-teman dan di kasih harga setiap gambar tersebut dengan nilai lima puluh perak, tahun 1985 nilai uang lima puluh perak itu sudah di bilang banyak untuk siswa Sekolah Dasar (SD) karena hobi dan kebiasaan itu yang membuat gue bisa mencari tambahan uang jajan sendiri.
"Kih, nanti mengerjakan gambarnya di rumah gue ya, pulang sekolah ntar di jemput papah semua anggota kelompok kita!" Ucap Rosa saat Fakih baru hendak duduk di bangku kelasnya.
"Waduh Cha, sorry kalau hari ini nggak bisa gue!" Jawab Fakih.
"Hari ini aja lah Kih, biar tugas kita cepet kelar. Inget lo masih ada lomba cerdas cermat yang harus kita kerjakan lo!" Rosa lalu menjelaskan.
"Bukan gue kaga mau Cha, kalau hari ini gue belum izin ma mamah!" Jawab Fakih.
"Dasar elo ini anak mamah ya!" Ejek Rosa.
"Bukan begitu Cha, bukan masalah anak mamah atau bukan ya... Soal izin ini lebih penting lo, kalau hari ini gue berangkat tanpa ngantongin sertifikat izin dari mamah bisa-bisa besok nggak akan di perbolehkan lagi belajar kelompok atau yang lainnya!" Jelas Fakih.
"Okey, gue ngerti maksud elo. Jadi kapan bisanya kita kumpul biar bisa gue bilang ma papah untuk jemput?" Jelas tanya Rosa.
"Gini aja deh, elo ma Intan dan Nur Fitri cari ide dan bahan aja dulu, setelah dapat besok InsyaAllah gue siap ke mana aja ngikut deh, asal jangan elo culik aja gue ya!" Jawab Fakih.
"Heee... Siapa sudi nyulik elo yang ada malah gue yang tekor! Ngasih makan gratis buat elo!" Balas Rosa.
"Haaaa... Siapa tahu aja! lihat anak cowo' ganteng kayak gue gini, elo niat nyulik gue buat jadiin menantu papah dan mamah elo!" Canda Fakih.
"Preeet, udah ah kaga kelar-kelar kalau ngobrol ama elo ma Kih, gue pamit mau pulang dulu ya!" Rosa berpamitan dengan Fakih.
Fakih ingin memanggil Rosa kembali karena di rasakan ada yang belum tersampaikan. Namun diurungkan niat hati tersebut setelahnya, tiba-tiba ada seorang kakak kelas cowo' yang mendekati Rosa.
"Hai Cha, udah mau pulang apa?" Tanya cowo' itu.
"Oh, ya kak Ivan...! Ocha pamit ya!" Jawab Rosa bergegas terlihat terburu-buru.
"Lah kok buru-buru gitu Cha? Nggak mau di antar apa?" Tanya Ivan.
"Nggak kak Terima Kasih!, Ocha dah di jemput papah kok!" Jawab Rosa sambil sudut matanya memandang keberadaan Fakih yang jelas-jelas melihat dan mendengar kejadian itu dari awal mula. Ada perasaan tidak enak di hati Rosa, entah apa itu bentuknya dia pun kurang memahami akan perasaannya namun yang Rosa tahu dia tidak mau membuat sahabatnya itu salah paham.
Sedangkan Fakih tetap memberikan senyum manisnya pada Rosa, yang dia tahu pasti Rosa pun melihat akan hal itu. Tidak ada komentar Fakih baik secara terang-terangan langsung atau dalam hati hanya ada tatapan mata dan hati yang kosong saja.
"Kenapa Kih? Cemburu ya?" Suara Nur Fitri mengagetkan Fakih.
"Aah cemburu apaan sih! nggak kok Nur! Biasa aja kok!" Balas Fakih pelan.
"Kalau cemburu bilang aja Kih, kita juga lihat kok elo seperti apa ma Ocha!" Ucap Intan menimpali perkataan Nur.
"Apaan sih Tan, Nur...! Eeeh... Berhubung Rosa udah pulang, gue juga mau balik duluan, elo ma Nur ya Tan yang beli peralatan kelengkapan melukisnya buat besok ya!" Jelas Fakih.
"Nggak masalah Kih, kan kita juga pulang lewat pasar ntar sekalian deh kita mampir beliin!" Balas Nur.
"Apa aja yang mau di beli Kih!" Tanya Intan.
"Lah... Gue dah kasih catetan sesuai yang mau di beli ma Ocha tadi lo!" Jawab Fakih.
"Apa elo mau bilang Ocha lupa kasih catetannya terus kita di suruh ke rumah Ocha untuk ambil tuh catetan gitu!" Balas Intan.
"Adeeeh, ya nggak gitu juga kale Tan, mana siniin kertas ma pena biar gue tulis ulang!" Balas Fakih.
Fakih menulis apa saja keperluan untuk tugas kelompok mereka yang kebetulan satu kelompok dengan Rosa, Intan dan Nur. Setelahnya catatan itu di berikannya ke Nur lalu Nur membacanya sejenak dengan seksama item demi item yang tertulis di sana.
"Udah ini aja yang di perluin Kih!" Tanya Nur menguatkan.
"InsyaAllah udah semuanya itu yang gue catet buat keperluan besok!" Jelas Fakih.
***
Pertama berjumpa dengan dia biasa saja tidak ada yang istimewa, gue dan dia pun tidak ada keakraban sebelumnya. Cara dan gaya juga biasa saja malah mungkin kalah dengan gaya elegan dari teman-teman cewe' lainnya. Rasa nyaman yang ada ini yang membuat gue terbuai menjadi sungguh luar biasa, sering bersama dalam canda, tawa, luka dan air mata menjadi hal yang benar-benar berperan penting dalam membentuk hati "Berdaun Rindu Berbunga Sunyi".
Rasa yang muncul tidak juga seketika itu terbentuk begitu saja namun melalui proses tahapan demi tahapan dengan hasil yang membuat hati terbuai dalam rindu. Rasa apa itu gue sendiri belum bisa bicara karena hal ini pun masih membuat timbul keraguan.
Dia memang terbukti nyata bukan cewe' biasa yang mungkin buat orang yang belum terlalu jauh mengenalnya tidak akan atau mempunyai pendapat yang berbeda, itu sah-sah saja karena hal yang luar biasa itu hadir dengan kebersamaan yang selalu terjalin mesra.
Dia telah dengan tanpa sengaja menaklukan gue walau dengan cara berbeda yang tidak semua cewe' punya kemampuan akan itu, dengan sikap cuek yang sangat menutupi sebuah perhatian yang terasa antara ada dan tiada. Hal ini membuat gue bimbang dan ragu dengan sikap seperti demikian. Dia sangat mengerti gue merupakan salah satu dari sebagai manusia yang berbeda dari sisi manapun juga menyangkut kepribadian yang tertutupi dengan kerasnya beban yang tidak mampu di pecahkan dengan logika biasa.
Keesokan harinya usai mengikuti kegiatan belajar dan mengajar dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan semangat yang menyala-nyala untuk segera dapat menyibukkan diri dengan berbagai hal, apalagi kalau dihadapi dengan rencana yang begitu banyak. Latihan untuk mengadapai lomba cerdas cermat, kegiatan pramuka, dan kegiatan kelompok yang telah di berikan sebelumnya.
Gue, Rosa, Nur dan intan telah merencanakan untuk mengadakan kegiatan kelompok mengenai tugas yang sudah di sepakati semua untuk di kerjakan secara bersama-sama. Tugas dari guru bidang study kesenian ini telah di sepakati untuk dalam mengerjakan tugasnya di rumah Rosa saat sepulang sekolah. Dan Alhamdulillah gue sudah mengantongi izin untuk mengikuti kegiatan kecil ini, agar orang tua di rumah tidak bertanya-tanya jika anaknya pulang terlambat dari sekolah.
Gue dan teman-teman sepakati kegiatan kerja kelompok tersebut pada pukul 13.00 Wib dan kami semua mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah Rosa sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Waktu menunjukkan pukul 13.10 Wib kami sudah di jemput papahnya Rosa di depan sekolahan, waktu itu hanya Rosa yang orang tuanya mendapat fasilitas mempunyai mobil Dinas Pemerintahan Daerah Lampung Utara karena kebetulan papahnya salah satu pejabat yang cukup tinggi di ruang lingkup pemerintahan tersebut.
Sesampainya di rumah Rosa, mamah Rosa mempersilahkan kami semua untuk masuk dan menyediakan ruangan tertutup di samping kiri dari ruangan keluarga, di sana tersedia meja lebar dengan kursi yang tersusun rapih serta di atas meja tersebut sudah disediakan minum dan makanan ringan yang tentunya membuat keinginan untuk menikmatinya naik ke atas kepala yang telah sedari melihatnya membayangi kelezatan.
"Ayo... Sebelum memulai kerja kelompoknya, di coba dulu ya masakan yang tante sengaja buat sendiri setelah kemarin Ocha bilang teman-temannya mau kerja kelompok di rumah!" Ucap mamahnya Rosa menjelaskan dan mempersilahkan untuk menyantap makanan yang tersedia di atas meja.
"Wah... Kelihatannya lezat sekali ini tante!" Jawab Intan bersemangat.
"Pastilah Tan, siapa dulu yang membuatnya, mamah gue kali!" Balas Rosa meyakinkan.
Kami semua pun menyantap makanan itu sesegera mungkin, sambil bercakap-cakap mengenai materi atau ide apa yang akan di diskusikan dalam membuat tugas ini.
Waktu semakin berjalan mundur dengan keangkuhannya tanpa ada satu tangan pun yang bisa memundurkan atau memajukannya, Kami sudah tidak sabar lagi untuk memulai mengerjakan tugas tersebut sebab waktunya sudah lewat sesuai target atas dasar keinginan yang sengaja di lakukan, namun harus tetap terpenuhi dan selesai di saat ini juga karena tidak mungkin besok-besok bisa berkumpul di sini kembali untuk mengerjakannya dengan kegiatan sekolah yang menumpuk banyaknya.
Mereka berempat pun mulai mengerjakan tugas setelah selesai dengan santapan begitu lezat dan dengan sudah mendapatkan ide untuk membuat tugas kelompok itu.
“Kalian sudah bawa alatnya kan?” Tanya Rosa.
"Ya, Nur, Intan, alat-alat yang gue catetin kemarin semua sudah dapatkan tanpa terkecuali!?" Tanya Fakih.
“Pasti laahh” Jawab Nur dan Intan bersamaan.
“Gue yang coba akan mengambarnya, Cha elo yang mengukur kartonnya dengan ukuran gambar yang sudah kita sepakati ya! Nanti Nur yang menggunting, ingat jangan nggak rapih lo ntar bisa miring gambar di dalamnya dan Intan, persiapkan cat air dengan warna yang di perlukan dengan melihat gambar jadi bisa di sesuaikan!" Jelas Fakih membagi tugas masing-masing makhluk yang menjadi bagian dari kelompok kerja tersebut.
Semua setuju dan segera mereka mulai mengerjakan. Tapi disaat yang lain mengerjakan Intan malah diam, masih asyik makan snack, dan tidak ikut mulai mengerjakan tugasnya. “Sudah gue duga sebelumnya, intan akan bertindak seperti demikian, karena kebiasaan nih anak sambil mengerjakan apa pun pasti dengan mulut yang tidak bisa diam, ada saja yang di kunyahnya!" Batin Fakih santai.
"Aduhh, susah sekali ya mengukur dan membuatnya, tapi malah ada yang enak-enakan!” Sindir Rosa kepada Intan.
“Siapa maksud elo Cha?” Tanya Nur, penasaran.
“Sudahlah, biarkan saja apa pun yang menjadi kebiasaan Intan tidak masalah dengan kita, yang penting tugas yang di berikan kepadanya musti selesai, karena habis gue buat gambar langsung di warnai dengan cat airnya!” Ucap Fakih, tetap santai.
Saat yang lain mengerjakan malah, “Hoaammm, apa sudah selesai?” Tanya Intan sambil mengantuk. “Ya, ya yaa, kalau sudah selesai beritahu aku ya!” Ucap Intan tanpa merasa bersalah.
"Tugas lo udah apa Tan?!" Tanya Rosa.
"Kan tugas gue terakhir, kalau Fakih sudah selesai menggambarnya, kalian tenang aja deh kelar-kelar!" Balas Intan menjawab.
“Sial, sudahlah kita lanjut saja!” Seru Nur yang sedikit kesal dengan alasan Intan semaunya.
Fakih hanya tersenyum, melanjutkan dengan bagian tugasnya tanpa memikirkan seperti apa dan bagaimana Intan membuat kesal Rosa dan Nur, dengan gesit tangannya bergerak mecoret-coret karton putih dengan coretan yang tidak jelas kemana arah bentuknya, Rosa sangat fokus melihat apa yang di lakukan Fakih, goresan demi goresan pensil Fakih di ikuti tanpa lepas oleh mata indah Rosa. "Alangkah simpelnya gambar ini buat seorang Fakih, kalau gue yang di suruh membuatnya apa hasil akhirnya mungkin malah berantakan!" Gumam Rosa di dalam hatinya dengan rasa kagum.
Fakih terus melanjutkan pekerjaannya, “Huaaa, akhirnya selesai juga! Mana Tan cat air yang sudah elo siapkan!?” Tanya Fakih.
“Heh Tan, Fakih sudah selesai tuh!” Ucap Nur.
“Aihhh, ini cat airnya kih, ini airnya dan tempatnya, elo campur sendiri ya, ntar kalau gue yang campur salah lagi!" Jawab Intan semaunya.
"What? Intan!" Teriak Rosa kesal dengan jawaban Intan barusan.
Berbeda dengan Fakih, dia tidak mau menunda-nunda pekerjaannya karena waktu semakin berjalan dan akan habis begitu saja kalau hanya berdebat atau bercomentar saja tanpa ada yang di lakukkan. Fakih langsung mengambil cat air yang di perlukan, di campurnya dengan warna yang sesuai di wadahnya dan mulai menggoreskan kuasnya di atas kertas karton bergambar yang telah di buat sebelumnya.
Nur terdiam, Intan tersenyum dan Rosa hanya melepaskan perasaannya di dalam hati saja "Benar-benar nih anak, masa bodo dengan keadaan apapun yang penting kerjaan dia selesai! Wajar kalau Fakih menjadi lawan yang tangguh buat gue, dari kelas satu sampai saat ini hanya dia yang membayang-bayangi nilai gue!" Rosa membatin semakin terasa kekaguman dan kengerian dalam pikirannya melihat sikap Fakih seperti itu.
Setelah beberapa menit kemudian “Selesai!!” Kata Fakih, tersenyum puas dan gembira.
“Sudah selesai Kih?" Komentar Nur kaget.
"Hasil yang menakjubkan di buat oleh tangan sang Ahlinya ini mah!" Tiba-tiba papahnya Rosa muncul dari balik pintu melihat buah karya seorang anak yang bernama Fakih.
"Heee... Om, bisa aja nih gambar biasa aja kali om!" Balas Fakih terbersit rasa bangga.
"Biasa aja Kih, dengan seperti ini biasa aja? Kalau begitu besok-besok om mau lihat karya Fakih yang lebih luar biasa ya!" Balas papahnya Rosa tersenyum.
"Ini luar biasa Fakih, untuk karya yang bagus seperti ini layak di beri hadiah ya pah!" Balas mamahnya Rosa ikut masuk ke ruangan di mana kami berkumpul sambil membawa empat gelas susu plus goreng pisang hangat yang menggoda perut untuk minta di isi.
"Mamah dan Papah begitu memuji seorang Fakih, mereka sangat bangga dengan Fakih, dan gue sebenarnya sangat ingin berbuat seperti mereka bisa memuji dengan tulus dan ikhlas tapi kalau gue lakukan itu apa kata Nur dan Intan?!" Batin Rosa dalam hatinya buat Fakih.
Setelah selesai, semua sudah rapih dan mereka pun berpamitan untuk segera pulang ke rumah masing-masing, waktunya tugas buat papah mengantar kembali Fakih, Nur dan Intan di tempat yang telah di sepakatai bersama.
Setelah kepergian mereka, Rosa kembali ke ruangan di mana sebuah gambar di atas karton putih di letakkan. Rosa memandang lukisan tersebut...!!!
"Kagum dengan lukisan itu Cha?!" Tanya mamah tiba-tiba.
"Heeee... Nggak mah biasa saja!" Jawab Rosa.
"Anak cantik mamah sudah mulai berbohong ya?" Balas mamah lagi. Sambil duduk di samping Rosa dan menarik anaknya ke dalam pelukannya.
"Kagum dengan lukisannya atau dengan orang yang membuatnya Cha?! Atau mungkin kedua-duanya ya!" Ucap mamah lirih.
"Mamah bisa aja!" Balas Rosa terlihat ke dua belah pipinya yang putih memerah sudah. "Ya mah, dari dulu sebenarnya Ocha sangat mengagumi Fakih, satu cowo' dari empat cewe' yang bertahan tidak hanya dalam prestasi saja, dalam kegiatan lain pun dia selalu memberikan warna tersendiri mah, Dari prestasi saja sudah membuat Ocha kagum ama dia mah, di mana seorang cowo' yang sangat jarang memikirkan nilai di tengah kesibukan dia yang sangat banyak bisa mengimbangi keduanya mah!" Jelas Rosa. "Ocha saja dah hampir menyerah dengan semua kegiatan yang Ocha ikuti mah di tambah dengan lest perivate, kegiatan-kegiatan osis dan pelajaran di sekolah, tapi jika melihat Fakih dengan nyaris hampir sama kesibukannya selalu tersenyum manis menjalani semua itu, membuat Ocha bersemangat mah!" Jelasnya kembali.
"Iya mamah tahu, kemudian akhirnya nama Fakih ada di sebagian hati Ocha kan!" Mamah tersenyum. Rosa hanya menggangguk mengiyakan praduga yang benar dari mamahnya. "Dan tidak mungkin Ocha bicara terus terang dengan dia karena Ocha cewe' masa' iya cewe' yang bilang duluan kalau sayang ma cowo'!" Lanjut mamah di balas dengan anggukan ke dua dari Rosa. Pelukan mamah terasa semakin erat dan di ciumnya kening putrinya itu dengan penuh rasa kasih dan sayang.
Besoknya pukul 07.30 Wib Pelajaran Pertama yaitu Kesenian oleh Bu Ernawati di Sekolah Menengah Pertama (SMP)...!!!
"Anak-anak, kumpulkan tugas yang kemarin ibu berikan!” Ucap Bu Ernawati.
Semua tugas di kumpulkan ke depan kelas di meja bu Ernawati sebagai guru kesenian berada. Satu persatu karya mereka di lihat dengan seksama sampailah di sebuah lukisan kertas karton putih, bu Ernawati melihat dan menikmati lukisan itu dalam kurun waktu yang cukup lama.
"Kelompok Fakih, Rosa, Nur dan Intan... Lukisannya berjudul "Berdaun Rindu Berbunga Sunyi" boleh di jelaskan apa makna dan maksud dari judul dan lukisannya?" Tanya bu Ernawati. "Tapi sebelum ibu bertanya pada kelompok yang punya karya, ibu mau bertanya makna dan maksud dari judul dan lukisan ini kepada kelompok lain, ada yang ingin memberikan kesimpulannya?!" Jelas Bu Ernawati kembali.
"Saya bu, saya Sam dari kelompok dua mencoba memberikan pendapat!" Ucap Sam mengacungkan jarinya ke atas.
"Baik, silahkan Sam!" Bu Ernawati memberikan izin.
"Kalau menurut pendapat kami, antara judul dan lukisan tidak ada sangkut pautnya bu, itu hanya sebagai pemanis dan memperindah lukisan itu dengan judul yang membuat orang lain bertandatanya saja!" Jelas Sam.
"Okey kita simpan pendapat dari Sam, kelompok dua. Ada yang berpendapat lain lagi?!" Lanjut bu Ernawati.
"Saya bu, Nelly dari kelompok empat!" Nelly mengacungkan jarinya ke atas.
"Ya silahkan Nelly!" Lanjut bu Ernawati.
"Menurut pendapat saya, nama dan lukisan itu memang satu arah dan satu tujuan dalam artinya namun judul itu tidak terlalu mencerminkan makna dari lukisan, lebih bagus lagi jika di sesuaikan dengan lukisannya!" Jelas Nelly sopan.
"Baik...! Sekarang sudah dua komentar yang baik untuk hasil karya kelompok satu ini, silahkan untuk kelompok satu menjelaskan makna dan arti sebenarnya akan karyanya ini! Siapa yang bersedia menjelaskannya dari kelompok satu?" Lanjut bu Ernawati.
"Fakih dan Rosa bu!" Teriak Nur dan Intan nyaris bersamaan.
"Baik, silahkan maju ke depan kelas Fakih dan Rosa!" Lanjut bu Ernawati.
Fakih dan Rosa saling pandang, cahaya di kedua pancaran mata mereka memberikan sebuah isyarat nyata kalau mereka harus segera bangkit dari tempat duduknya, menuju depan kelas untuk menjelaskan semua pertanyaan mengenai karya kelompok mereka.
"Saya akan menjelaskan mengenai judul lukisan ini, "Berdaun Rindu Berbunga Sunyi" menjelaskan sebuah hati merindu yang sangat, sampai daun itu berbunga indah di dalamnya akan tetapi hati itu hanya bisa diam tidak mampu untuk mengutarakan sejujurnya sampai keadaan sunyi yang ada!" Jelas Rosa lancar, sudut matanya memandang sosok Fakih, dan sesekali tatapan mata mereka bertemu.
Sorak sorai tepukan tangan seisi kelas bergema "Waaaaw... Keren tuh, buat siapa ya Cha hati itu!" Ceplos Jhon seketika itu.
"Untuk abang yang di sana tuh!" Ucap Nazaruddin.
"Cie cie cie, Ocha Rindu terpendam nih!" Nelly tak mau kalah suara.
Rosa hanya terdiam dengan wajah cantiknya kembali merah merona dan hanya mampu melirik Fakih minta pertolingan dalam hatinya.
"Okey, bu Erna saya akan menjelaskan penggabungan dari makna judul serta lukisan, lukisan ini menggambarkan dua orang sahabat cewe' dan cowo' yang sangat dekat, seiring dengan waktu mereka berdua memendam rindu dan terus menerus sampai tidak mampu untuk ke duanya berbicara, hanya perbuatan yang menjelaskan hati mereka masing-masing! Dan di lukisan ini ada pelangi yang berwarna ceria, dengan menyimpan harapan pelangi berwarna itu akan menjelaskan hati mereka saling merindu dan di suatu saat nanti akan menjadi pelangi dengan keindahannya!" Jelas Fakih menutupi kegugupan Rosa.
Kembali terulang, Sorak sorai tepukan tangan seisi kelas bergema semakin menjadi-jadi... Sampai bu Ernawati akhirnya berkomentar.
"Judul dan lukisan serasi, seakan-akan terpaut satu dengan yang lainnya. Ini karya yang begitu bermakna dan sangat-sangat indah, oh ya tolong Bambang Wahyudi, setelah pelajaran ibu ini lukisan di pasang di tembok kelas agar semua tahu dan memahami makna yang baik untuk kita semua pelajari bersama hakikat hati antara cinta dan persahabatan ya!" Jelas bu Ernawati sambil melemparkan senyum termanis kepada Fakih dan Rosa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!