...***...
Pukul 9.30 malam.
Andhira Lavanya, seorang wanita muda cantik berumur 23 tahun. Ia seorang editor TV yang cukup terkenal. Ia tidak mau mengikuti jejak ayahnya yang merupakan bos perusahaan yang sangat besar dalam bidang teknologi. Malam itu ia sedang bergelut dengan hasil pengambilan video yang berhasil diambil oleh timnya. Kadang tak jarang ia dipercayai untuk menjadi pembawa acara berita, sehingga ia mendapatkan dua pekerjaan sekaligus. Tapi ia sangat menikmati pekerjaannya itu. Akan tetapi pada saat itu ia mendengarkan panggilan seseorang.
"Kak!. Dipanggil mama tuh!." Deepa dengan suara yang tidak bersahabat berkata seperti itu padanya. "Jangan kelamaan." Setelah berkata seperti itu, ia segera pergi dari sana.
"Ya, bentar lagi aku ke sana." Andhira menatap kesal ke arah adik tirinya itu. "Tidak biasanya mama memanggilku. Aku merasakan firasat yang buruk." Andhira selalu merasa tidak enak jika dipanggil mama tirinya itu.
Andhira langsung segera meninggalkan studio kecil miliknya. Ia ingin tahu kenapa ia dipanggil mama tirinya.
"Duduklah." Harfandi mempersilahkan anaknya untuk duduk.
"Um." Andhira hanya nurut saja dengan apa yang dikatakan ayahnya.
"Ayah tidak akan berbasa-basi lagi." Harfandi menatap serius ke arah anaknya. "Besok kamu akan bertemu dengan calon suamimu." Harfandi langsung masuk pada inti pembicaraan dan tujuannya.
"Jadi ayah akan menjodohkan aku?." Andhira Lavanya, itulah nama lengkapnya. Ia tampak terkejut dengan apa yang dikatakan ayahnya.
"Sebaiknya kamu itu tidak usah membantah!." Mega Aryani terdengar seperti sedang membentak anak tirinya. "Sudah bagus aku membesarkan kamu selama ini!. Jadi kamu tidak berhak untuk menolaknya!." Ia sangat tidak suka jika ada seseorang yang berani membantah apa yang dikatakan suaminya.
"Ya, tahu kok." Andhira hampir saja terbawa amarahnya ketika ia mendengarkan suara mama tirinya yang meninggi padanya. "Aku juga tidak berniat untuk membantah!." Hatinya sangat sakit, mama tirinya itu sepertinya memang sangat benci padanya. Walaupun telah bertahun-tahun hidup satu rumah, tapi tetap saja seperti itu sikap yang ditunjukkan oleh mama tirinya itu.
"Kau ini ya!." Mega Aryani tidak dapat menahan emosinya, hingga tangannya melayang ke arah pipi Andhira.
Plak!.
Sebuah tamparan yang sangat keras didapatkan oleh Andhira.
"Kegh!." Andhira meringis sakit ketika pipinya ditampar kuat. "Terus saja gunakan kekerasan!. Kalau perlu ambil parang bunuh saja aku!. Dari pada aku harus diperlakukan seperti ini!." Teriak Andhira dipenuhi dengan amarah yang sangat membara.
"Jaga ucapan kamu andhira!." Harfandi juga terbawa amarahnya ketika ia mendengarkan ucapan anaknya Andhira.
"Ayah selalu saja berkata seperti itu!." Andhira juga emosi dengan sikap ayahnya. "Aku ini anakmu atau bukan?!." Hatinya sangat sakit karena dibentak ayahnya. Seseorang yang seharusnya melindungi dirinya.
"Jangan buat aku marah!." Harfandi menatap tajam ke arah anaknya. "Besok mereka akan datang!. Kalau kamu kabur?!. Jangan harap kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan!." Dengan nada penuh penekanan ia berkata seperti itu.
"Heh!." Andhira mendengus marah, ia sangat sakit hati dan tidak bisa menerima begitu saja. Hatinya benar-benar sangat sakit dengan perlakuan ayah dan mama tirinya.
...***...
Di sebuah rumah.
Saguna Pradhana malam itu terlihat sangat sedih, sebab ia merasa berat hati ingin membicarakan masalah yang rumit pada anak semata wayangnya.
"Perusahaan kita mengalami kebangkrutan, ayah terpaksa harus meminta bantuan pada teman ayah." Saguna Pradhana memulai pembicaraan, akan tetapi sorot matanya terlihat sangat sedih. "Tapi syaratnya perjodohan." Suaranya terdengar lirih.
"Apakah memang harus seperti itu ayah?." Evan Pradhana memastikan sekali lagi atas apa yang ia dengar pada saat itu.
"Maafkan kami nak. Ini semua juga demi hubungan baik yang selama ini telah kami jalin." Greesa, sang ibu juga terlihat sangat sedih ketika berkata seperti itu pada anaknya.
"Jadi seperti itu?. Jadi tidak memiliki pilihan lain?." Evan sedikit kecewa dengan apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya. "Tapi ibu tahu sendiri, kan?. Kalau aku memiliki pacar?." Evan hanya ingin ibunya menyadari, jika perjodohan itu akan menyakiti seseorang yang mungkin akan membawa dampak tidak baik nantinya.
"Sekali lagi maafkan ibu nak. Ibu harus membantu ayah kamu untuk kembali membangun perusahaan yang telah dibangun bersama. Maafkan ibu, hanya ini saja yang bisa ibu bantu untuk ayah kamu." Greesa hanya ingin anaknya membantu ayahnya, meskipun harus mengorbankan perasaan seseorang.
"Kalau begitu akan aku pikir-pikir lagi ayah, ibu." Evan sebenarnya tidak ingin membuat ayah dan ibunya kecewa, hanya saja ia bingung mau menjelaskan seperti apa pada pacarnya, jika ia dijodohkan?. "Biasanya wanita yang dijodohkan. Tapi kenapa malah aku yang dijodohkan demi menyelamatkan perusahaan ayah?." Dalam hatinya merasa iba dengan nasib yang ia alami. "Kalau begitu aku mau istirahat dulu ayah, ibu." Suasana hatinya benar-benar gelisah setelah mendengarkan bahwa dirinya akan dijodohkan dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenali?.
"Bagaimana ini bu?." Saguna sangat gelisah ketika anaknya berkata seperti itu. "Bagaimana jika evan tidak setuju dengan perjodohan ini?." Saguna tidak bisa membayangkan jika anaknya tidak menerima perjodohan itu?. "Ayah benar-benar akan kehilangan usaha ini buk." Hatinya tentunya sangat sedih, usaha rumah makan yang didirikan secara bersama namun bangkrut begitu saja ketika ada seseorang yang datang dengan membawa dampak yang lebih berbeda dari apa yang ia pertahankan selama ini?.
"Sabarlah ayah." Greesa, sebagai seorang istri mencoba untuk menenangkan suaminya yang sedang gelisah. "Berikan waktu pada anak kita untuk menentukan masa depannya. Percayalah pada anak kita, ya?." Greesa juga tidak ingin ada konflik yang akan terjadi antara suami dan anaknya.
"Baiklah kalau begitu." Saguna mencoba memahami apa yang telah dikatakan oleh istrinya. Ia hanya berhadap, jika anaknya mau menuruti apa yang ia katakan.
...***...
Sementara itu Andhira sedang merenung di kamarnya. Suasana hatinya benar-benar tidak bagus, hatinya pada saat itu sedang dipenuhi oleh kebencian yang mendalam.
"Aku tahu ibuku sudah tiada. Tapi bukan berarti dia seenaknya saja padaku." Andhira masih belum menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan pada saat itu. "Dijodohkan?." Ia bahkan mengulangi kalimat itu. "Heh!. Seperti wanita tua yang tidak laku saja. Sehingga aku dijodohkan seperti ini. Memang sangat menyebalkan!." Ia sangat tidak terima jika dirinya dijodohkan begitu saja. "Pikiran kolot, aku memiliki pacar yang mapan, aku bisa berharap padanya!." Hatinya memang sangat membenci dengan fakta itu. Ia segera menghubungi seseorang yang telah ia anggap seseorang yang sangat ia cintai, ia berencana akan menikah dua tahun lagi jika tidak ada halangan. Tapi apa yang terjadi padanya malam ini?. Perjodohan?. Jangan bercanda!.
...***...
...***...
Pukul 7.30 pagi.
Ini masih pagi?. Tapi kenapa malah ada konflik yang terjadi antara Andhira dengan mama tirinya?. Dengan berkacak pinggang ia berdiri di pintu studio kecil milik Andhira.
"Dengar ya?. Jangan coba-coba kabur. Jangan buat malu ayah kamu!." Mega Aryani memberikan peringatan pada Andhira.
"Dah selesai bicaranya?." Andhira berjalan dengan kesal mendekati mama tirinya. "Jangan ganggu aku sampai jam sepuluh nanti. Aku harus menyelesaikan editanku!." Ia dorong kuat mama tirinya hingga menjauh dari pintu studio miliknya.
Brakh!.
Terdengar bantingan suara pintu yang sangat keras, dan anggap saja itu adalah ungkapan kekesalan yang dirasakan oleh Andhira selama ini.
"Dasar anak kurang ajar!." Bentak Mega Aryani dengan dipenuhi oleh amarah yang sangat membuncah. "Awas saja kau ya!." Hatinya saat itu sedang memanas atas perlakuan anak tirinya yang sangat kurang ajar padanya. Setelah itu ia pergi dari sana, ia tahu harus berbuat apa.
"Aku tahu niat busukmu itu." Andhira tentunya mengetahui apa yang selama ini diinginkan oleh Mega Aryani. "Kamu ingin menguasai harta ayahku. Hingga kamu ingin aku segera pergi dari rumah ini." Andhira sangat benci dengan kenyataan itu. "Aku juga tidak akan membiarkan kamu melakukan itu." Andhira sangat sakit hati dengan apa yang selama ini direncanakan oleh Mega Aryani terhadap ayahnya.
...***...
Sementara itu, Saguna Pradhana dan Greesa Dara sedang melakukan persiapan. Suasana hati mereka sangat bagus, karena Evan Pradhana anak mereka menyetujui perjodohan itu. Sungguh, mereka sangat bahagia mendengarkan anak mereka akan menerima itu dengan sukarela?.
"Kita akan sampai jam sepuluh nanti. Jadi kita harus segera berangkat, supaya tidak terlalu lama di jalan nantinya." Saguna telah membersihkan mobil yang akan ia gunakan untuk menuju ke rumah keluarga wanita yang akan dijodohkan dengan anaknya.
"Kalau begitu ibu akan mengambil semua barang yang telah kita siapkan." Gressa telah menyiapkan semuanya.
"Biar ayah saja. Ibu berkemas yang cantik saja." Saguna terlihat sangat bersemangat dengan apa yang akan terjadi nantinya.
"Baiklah kalau begitu ayah." Greesa dapat menangkap rona kebahagiaan dari raut wajah suaminya.
"Sekalian ayah akan membantu evan." Saguna teringat dengan anaknya yang mungkin akan mengalami kesulitan dalam memilih pakaian?. Bisa jadi seperti itu.
"Ya." Greesa memahami ucapan suaminya. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah, menyusul suaminya yang terlihat sangat bersemangat. "Syukurlah jika anakku evan mau menerima perjodohan itu." Dalam hati Greesa sangat senang dengan ucapan anaknya sebelum lagi menjelang. "Semoga saja nantinya akan berjalan dengan baik." Hanya itu saja harapan yang ia inginkan untuk kebahagiaan anaknya.
...***...
Di kamar Harfandi dan Mega Aryani.
Keduanya juga telah melakukan persiapan untuk menyambut calon menantu mereka nantinya. Akan tetapi pada saat itu Mega Aryani terlihat sedang memerankan lakon yang baik dihadapan suaminya.
"Apakah sudah melakukan persiapan ma?." Harfandi bertanya pada istrinya dengan suara yang sangat ramah.
"Mama sudah melakukan persiapan pa. Hanya saja andhira mengatakan tidak ingin diganggu sampai jam sepuluh." Mega Aryani malah terlihat sedih?. Ia seperti sedang terluka setelah mendengarkan ucapan seseorang?. "Padahal ini semua demi kebahagiaanya pa." Mega Aryani memperlihatkan bagaimana rasa sedih yang ia rasakan pada suaminya. "Apakah mama tidak pantas menjadi ibunya?." Dengan tatapan mata yang terluka ia bertanya seperti itu pada suami yang sangat ia cintai?.
"Mama tenang saja. Dia akan menjadi anak yang baik setelah menjadi seorang ibu nantinya." Harfandi hanya tersenyum kecil mendengarkan ucapan istrinya.
"Ya. Mama harap seperti itu pa." Mega Aryani memeluk sayang suaminya, seakan-akan ia sedang menunjukkan keseriusan yang ia rasakan. "Aku hanya ingin dia segera pergi dari rumah ini. Karena aku sudah muak melihat wajahnya yang mirip dengan wanita malam itu." Dalam hatinya yang memiliki sifat jahat malah berpikiran seperti itu. Hatinya yang dipenuhi dengan pikiran-pikiran yang tidak baik mengenai penguasaan harta yang ada di dalam kehidupan rumah tangganya.
...***...
"Apakah aku benar-benar akan menerima perjodohan ini?." Evan sepertinya masih ragu dengan apa yang telah ia putuskan. "Tapi ini semua demi ayah. Aku hanya merasa kasihan pada ayah." Dalam hatinya berkata seperti itu supaya ayahnya tidak kecewa. "Selama ini ayah selalu menuruti apa saja yang aku katakan. Ayah sangat menyayangiku, jadi tidak ada alasan aku menolaknya. Meskipun aku sama sekali tidak menyukai perjodohan ini." Evan dapat merasakan kasih sayang yang luar biasa dari ayahnya. "Tapi kenapa belum ada tanggapan sama sekali darinya?. Apakah karena dia marah karena aku mengatakan tidak bisa bertemu dengannya kemarin malam?." Di sisi lain hatinya sangat gelisah, karena pacarnya belum juga melihat chat yang ia kirim melalui WhatsApp.
"Evan?." Saguna memanggil anaknya.
"Oh?. Ya, ayah?." Balas Evan. Matanya melihat penampilan ayahnya yang terlihat sangat rapi dari yang sebelumnya. Sepertinya ayahnya benar-benar telah siap untuk pergi hari ini. Hatinya semakin bergetar bersimpati dengan apa yang akan dilakukan ayahnya.
"Apakah kamu sudah siap?." Saguna tersenyum kecil, bertanya seperti itu pada anaknya.
"Ya ayah. Aku sudah siap." Evan mencoba menguatkan hatinya. Ia tidak ingin mengecewakan ayah yang selalu memberikan kasih sayang yang tiada batas padanya.
"Kalau begitu mari kita berangkat. Supaya tidak terlalu lama di jalan nantinya." Saguna kembali tersenyum pada anaknya.
"Baiklah ayah." Evan hanya menuruti apa yang dikatakan ayahnya, ia tidak berniat lagi membantah ayahnya.
...***...
Sedangkan Andhira sedang memikirkan perjodohan itu?. Sehingga itu sangat mengganggu pekerjaannya.
"Memangnya laki-laki seperti apa yang akan dijodohkan denganku?." Hatinya masih belum bisa menerima ini. "Apa yang harus aku lakukan dengan ini?." Dalam hatinya masih memeriksa pesan masuk, tapi belum juga ada balasan dari seseorang yang ia sebut pacar?. "Semuanya terasa sangat menyebalkan. Tidak ada yang beres dari mereka semua." Hatinya saat itu benar-benar sangat mengutuk dengan nasibnya.
...***...
Sementara itu di sisi lain.
Seorang pemuda yang hanya melihat saja chat WhatsApp yang masuk, ia tidak berniat membukanya. Sebenarnya ia sangat terkejut dengan kalimat atasnya yang mengatakan jika ia akan dijodohkan?.
"Jodoh?. Aku masih ingin bermain-main dengannya, tapi malah dijodohkan." Ada perasaan kesal yang ia rasakan pada saat itu. "Apa boleh buat, jika memang dijodohkan?. Tapi aku masih memiliki cara untuk bersenang-senang." Ia sedangan memikirkan cara paling mudah untuk melakukan itu semua. "Kita lihat saja, apakah dia memang menerima perjodohan itu, atau akan merengek padaku meminta padaku untuk memperjuangkan dirinya?." Ada sensasi aneh yang ia rasakan. "Rasanya ini seperti dunia film saja." Ia malah terkekeh geli membayangkan itu semua.
...***...
...***...
Di suatu tempat yang cukup ramai, di sana ada seorang wanita cantik yang sedang banyak berbelanja. Dera Lasri, itulah namanya. Ia sedang bersama seorang pemuda yang sangat mapan?. Ia sangat senang, karena ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk berbelanja dalam jumlah yang sangat banyak.
"Bagaimana menurutmu?. Apakah kamu masih mengharapkan cowok kere itu jadi pacar kamu?." Ucapnya dengan nada mengejek.
"Memangnya siapa yang mau jadi pacar orang dibanggakan, kecuali mendengarkan kata-kata bijak tidak berguna darinya." Balasnya dengan nada sombong.
"Kata-kata bijak?. Memangnya orang miskin seperti dia memiliki kata-kata bijak?." Harga dirinya terlalu tinggi.
"Walaupun kami miskin, setidaknya untuk berbelanja kami tidak menggunakan yang orang tua. Begitu deh katanya." Ia malah tertawa saat ia berkata seperti itu.
"Ahaha!. Pandai banget tu anak melawak." Ia juga ikut tertawa.
"Makanya aku bosan dengannya yang sok bijak seperti itu." Ucapnya dengan nada bosan.
"Udahlah. Tinggalin aja dia. Enggak ada gunanya pacaran sama dia." Entah kenapa itu yang ia rasakan.
"Emangnya kamu mau gantiin dia?. kalo seandainya aku putus sama dia?." Ia malah bertanya seperti itu.
"Mau sih!. Tapi itu semua tergantung sama kamu nya sih?. Mau atau tidak?." Ia malah bertanya seperti itu.
"Ahaha!. Ok! Nanti kalau udah ketemu secara langsung, aku bakalan putusin dia." Dengan senang hati ia berkata seperti itu.
"Aku tunggu kabar bahagia itu ya?." Dengan nada menggoda ia mengedipkan matanya.
"Jangan cemas. Kabar bahagia itu enggak akan sampai berbulan-bulan kok." Ia juga menanggapi itu dengan nada menggoda.
"Kamu ini memang bandel, plus nakal, ya?." Ia mengedipkan matanya kembali dengan tatapan nakal.
Kedua insan tersebut benar-benar tidak memiliki perasaan sedikitpun. Keduanya tidak memikirkan perasaan tentang orang lain. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Simak terus ceritanya.
...***...
Pukul 10.25.
Akhirnya Even telah sampai bersama kedua orang tuanya. Tentunya saat itu datang dengan membawa seserahan lamaran, yang disiapkan bersama orang teranya dengan dadakan.
"Oh?. Sudah nyampe ya?." Mega Aryani menyambutnya. "Mari" masuk. "Lanjutnya.
"Saguna, sudah lama tidak bertemu ya?. Harfandi tersenyum ramah.
"Memang sangat lama sih." Balasnya. "Silahkan duduk." Ia mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Terima kasih." Balas Greesa Dara dan Saguna Pradhana.
"Mari duduk nak?." Mega Aryani dengan nada bertanya?.
"Namanya evan." Greesa Dara memperkenalkan nama anaknya. "Anak kami satu-satunya yang kami miliki hingga saat ini."
"Salam kenal tante." Ucapnya dengan enggan.
"Wah!. Kalem banget, ya?. Beda sama papanya dulu waktu sekolah?." Harfandi seakan-akan mengingat masa lalu.
"Ahaha!. Itu hanya masa lalu. Jangan diungkit lagi." Saguna terlihat sangat malu.
Sedangkan Mega Aryani dan Greesa malah tertawa mendengarkan itu. Meskipun keduanya sama sekali tidak mengerti dangan kisah yang terjadi diantara Kedua bapak-bapak itu di masa lajang.
"Bagaimana dengan akses bisnismu?." Ia malah bertanya seperti itu.
"Ekhem!." Mega Aryani memberi kode.
"Ah!. Maaf. Bagaimana dengan perjodohan ini?. Apakah telah dipikirkan dengan sangat baik?." Ia mengubah pertanyaannya.
"Kami telah memikirkan ini dengan sangat matang. Tentunya kami semua sangat setuju." Balas saguna.
"Syukurlah. Jika memang setuju." Harfandi sangat lega. "Tapi sebenarnya ini bukan hanya urusan bisnis saja." Ucapnya dengan senyuman ramah. "Tujuan sebenarnya untuk mempererat hubungan antara kita sebagai teman. Hanya itu saja." Ucapnya lagi.
"Kamu itu memang sangat baik har. Aku tidak salah memiliki sahabat seperti kamu." Segura merasa sangat bersyukur.
"Sampai kapan pun?. Kamu tetap teman terbaik aku. Maaf ya?. Jika perjodohan ini membuat anak kamu merasa terbebani. Aku hanya tidak Mau menyerahkan anakku sama laki-laki tidak bertanggung Jawab." Lanjutnya.
Mereka semua dapat mengambil kesimpulan, bahwa Harfandi memang sosok seorang ayah yang sangat Menyayangi anaknya.
"Tentu saja tidak keberatan sama sekali, iya, kan nak?." Saguna menepuk pelan pundak anaknya.
"Iya, ayah benar. Saya tidak merasa keberatan sama sekali om." Entah Kenapa ia sangat gugup.
"Syukurlah jika memang tidak merasa keberatan." Harfandi sangat bersyukur, sangat lega.
"Kalau begitu. Akan saya panggi dulu anak kami." Mega Aryani pergi meninggalkan mereka sejenak.
"Apalah anakmu masih berdandan, har?." Saguna merasa penasaran.
"Memang kami yang menyuruhnya untuk menunggu. di dalam kamarnya." Balasnya sedikit tertawa.
"Wah!. Dimanja sekali ya?. Anaknya pasti cantik." Saguna semakin penasaran dengan wajah calon menantunya.
Sementara itu di kamar Andhira?. Mega Aryani baru saja masuk kamar mak tirinya.
"Mereka baru datang." Dengan juteknya ia berkata seperti itu.
"Oh?. Udah datang?." Setelah berkata seperti itu?. Ia langsung pergi, akan tetapi saat itu rambutnya ditarik lumayan kuat.
"Dasar anak kurang ajar!. Memangnya kamu anggap apa aku ini?. Hah?!. Aku belum selesai berbicara denganmu!." Bentaknya dengan suara sangat keras.
"Pemerah sekali." Ucapnya dengan nada Mengejek. "Nanti?. Kalo suaranya sampai terdengar di depan?. Papa bisa malu punya istri seperti kamu, loh?." Ia malah tertawa aneh "Bisa jadi mereka menolak perjodohan ini?. Karena tidak mau memiliki besan, serta mertua yang galak, loh?." Ia memberikan pandangan seperti itu.
"Diam kau anak nakal!." Mega Aryani memberi penekanan. "Jangan uji kesabaranku pada saat penting seperti ini!." Lanjutnya. Suasana hatinya saat itu sedang buruk, karena anak tirinya yang sama sekali tidak pernah menaruh rasa hormat padanya. "Cepat temui mereka!. Jangan sampai kamu membuat malu ayah kamu?. Dengan kelakuan buruk mu itu!." Itu adalah sebuah ancaman. "Aku tunggu kamu di depan. Ingat?!. Jangan sampai kamu melakukan kesalahan." Ancamnya dengan nada penuh penekanan.
"Pergi duluan sana. Aku pasti akan menyusul kamu, mama tiri." Dengan hati ang sakit luar biasa, ia berkata seperti itu.
Mega Aryani hanya diam, ia sedang menahan amarah yang hampir saja meledak melalui kepalanya. "Tenanglah!. Jangan sampai kamu kehilangan akal sehatmu, setelah mendengarkan ucapan anak kurang ajar ini." Dalam hatinya mencoba untuk tetap terang. Walaupun di dalam hatinya menyimpan semua perasaan sesak yang sangat luar biasa. "Kau tenang saja. Setelah anak itu menikah?. Harta warisan akan berpindah padaku nantinya. Jadi aku hanya perlu menunggu waktu saja." Dalam hatinya memiliki niat yang sangat tidak baik.
"Wanita itu lama-lama terasa sangat menyebalkan. Bahkan ia setuju dengan perjodohan itu?. Ingin rasanya aku membunuhnya." Dalam hati Andhira sangat dendam pada wanita yang telah membuat hidupnya terasa sangat berantakan. "Bagaimana mungkin papaku bisa jatuh cinta pada wanita jahat seperti dia?. Papaku sudah tidak normal lagi aku rasa." Dalam hatinya malah berpikiran seperti itu mengenai ayahnya. Sungguh, seorang anak yang sangat dipenuhi dengan perasaan curiga yang berbeda.
Next halaman.
...***...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!