NovelToon NovelToon

Tukar Suami?

Pertama : Visualnya

Ruby Ayunda Permata

Safira Ayudia Permata

Karel Lion Sandradinata

Keenan Arya Sandradinata

Aku tidak bisa senyum, padahal sudah ku alihkan dengan menonton serial drama korea Waikiki semalam biar aku tetap bisa tertawa dan terbawa senang saat pagi yang akan merubah hidupku.

Kami,aku dan Safira sudah duduk di hadapan penghulu dengan pakaian pengantin yang cantik. Ini gaun impianku tapi tidak dengan pernikahan ini.

Lalu datang rombongan tante Vida dengan berbagai seserahan dan bingkisan. Diantara tante Vida ada dua pemuda,aku yakin mereka calon pengantin kami.

"Maaf ya telat Nia,pak Fuad. " tante Vida menyalami ibu yang menyambutnya dengan gembira, begitu juga ayah dia juga menyalami tante Vida dengan ramah.

"Tidak Vida baru saja mereka duduk." Ibu berbohong padahal aku dan Safira sudah sekitar setengah jam duduk disini. Dan selama itu aku berdoa agar pernikahan ini batal.

Namun takdir berkata lain rombongan tante Vida ternyata datang, pupus lah harapanku.

"Baik, ayo Karel kamu nikahnya sama Safira yang sebelah kanan. " tante Vida mengatakan itu seolah ayo Karel kamu main sama Safira ya.

Pernikahan macam apa ini? kita belum pernah bertemu sebelumnya tapi langsung menikah hari ini juga.

Yang namanya Karel entah yang mana, tapi tante Vida lalu menarik cowok yang pakaiannya tidak rapi, jasnya amburadul, kancing lengan terbuka, kancing atas kemeja bagian atas dibuka dua, rambut nggak disisir, dan bahkan dia pakai kalung, gelang serta tindik di telinganya. Waduh nggak banget deh calonnya Safira. Model-model badboy gitu nggak sih.

Karel diam aja, dia sedari tadi menekuk mukanya.

"Dan Keenan kamu sama Ruby gadis disebelah kiri. "

Hah apa? Dia calonku? Hemm boleh juga. Yang namanya Keenan ini rapi, dia pakai jas lengkap dengan dasi dan rambut disisir rapi. Modelnya kaya CEO di drakor, keren dan berwibawa, ok lah tipe ku walau nggak seganteng Lee Min Ho. Dia tersenyum, melangkahkan kakinya lalu duduk di sampingku.

Aku perhatikan Safira terus menunduk, dia memang jauh lebih tertekan daripada aku. Karena dia sudah punya gebetan, impiannya menikah dengannya. Tapi sekarang gagal karena perjodohan gila ini.

"Hai, aku Keenan. " Suara Keenan membuat Safira mendongakkan kepala menoleh kearah ku. Aku tersenyum sedikit ke arah Keenan karena beneran nggak bisa banyak.

"Loh Keenan? " Safira ternyata mengenal Keenan.

Keenan diam aja, kayaknya tidak kenal Safira, apa dia lupa ya.

Karel dengan langkah berat kepala mendongak keatas tangan dimasukkan ke kantong celana duduk disamping Safira.

Namun Safira malah berdiri, berdirinya tuh mengagetkan semua.

"Aku mau tukar calon suaminya, aku mau sama Keenan. " Safira menunjuk pria disampingku.

"Loh kalian saling kenal? " tante Vida bingung.

"Tidak ma, aku nggak kenal dia. " Keenan yang jawab kayak tertekan.

"Ya sudah sih, nggak papa. Sepertinya Safira lebih menyukaimu. Kalau sudah ada cinta diawal akan lebih baik. " tante Vida setuju akan permintaan Safira.

Aku sih pasrah aja toh sama-sama pria asing bagiku, tapi ini lebih buruk karena yang bakalan jadi suamiku malah badboy ini.

"Gimana ma? Aku sama yang mana nih? Lagian mukanya sama kok. " Karel memastikan ikut berdiri.

"Kamu sama Ruby, Keenan kamu pindah ke kanan ya? Kamu nikahnya sama Safira. " tante Vida memutuskan.

"Ok" Keenan langsung pergi ke sebelah Safira meninggalkan aku

Dan digantikan dengan Karel yang ternyata wangi sekali, aku nggak nyangka kirain bakalan bau apek.

Karel tidak seramah Keenan menyapa dulu, bahkan sampai semua mengatakan "sah " Dia sama sekali tidak melihatku.

Lalu lanjut giliran Safira dan Keenan yang menikah. Karel tetap saja tidak melirik ku, bahkan aku sudah mengulurkan tangan untuk salim. Dia cuma menyambut tanganku tanpa melihat ku.

Ok, aku juga nggak menginginkan pernikahan ini. Kalau mau saling dingin, aku juga bisa dingin bahkan sedingin kutub Selatan.

2 : Sebelumnya

Ayah pulang dalam keadaan mabok, dia ambruk begitu saja didepan pintu saat aku membuka pintu hendak keluar olah raga.

"Ayah! Ayah kenapa? "

Ayah diam, dia lalu berdiri sendiri tanpa menjawab pertanyaan ku.

Semenjak itu aku mulai curiga, dan memberanikan diri untuk bertanya pada ibu setelah pulang olah raga.

"Sepertinya ada masalah ya ayah bu? "

"Sudahlah kamu juga nggak akan bisa bantu masalah ayah kamu." ibu agak ketus jawabnya.

Sudah dipastikan pasti habis bertengkar dengan ayah. Entahlah akhir-akhir ini mereka sering ribut dan aku nggak tahu apa yang mereka ributkan.

"Memang apa? Ibu saja tidak mengatakan apa masalahnya bagaimana aku bisa membantu? "tanyaku lembut.

Ibu melihat ku, meletakkan cucian yang hendak ia cuci ke keranjang lagi, padahal tadi mau dimasukkan ke mesin cuci.

"Ayah kamu mengalami kerugian, hutangnya banyak, kamu tau kan sering sekali ada orang nagih ke rumah ini? "

Aku memang pernah mendapati beberapa orang datang ke rumah ku pikir cuma teman ayah. Ternyata mereka menagih hutang?

"Gaji kamu yang cuma guru honorer tidak akan bisa bantu ayahmu. Seandainya kamu mau kerja yang lain jadi pegawai kantoran seperti Safira misalnya, mungkin akan meringankan beban bisa nyicil-nyicil kalau ada yang nagih. " Kenapa jadi ibu menyayangkan pekerjaan ku begini.

"Tau tuh, gaji enam ratus ribu saja ditelateni, mending keluar saja." Safira sepertinya mau berangkat kerja dia sudah rapi pakaiannya, "Sayang banget ijazahmu, tidak sumbut sama uang kuliah dulu. "nadanya agak ketus gitu.

Padahal aku kuliah nggak mengeluarkan uang sama sekali, aku berusaha untuk mendapatkan beasiswa dari masuk hingga lulus.

Lah aku rasa kok malah pada merendahkan profesi guru gini yah?

"Memang hutang ayah berapa bu? "

"Banyak, kemungkinan rumah ini akan kita jual" Ibu jawabnya sambil berkaca-kaca matanya, aku juga kaget. Memang sebesar apa sampai rumah segede ini mau dijual.

"Terus kita mau tinggal dimana bu? " Safira sepertinya juga kaget.

"Kita bisa cari kontrakan. " Jawab ibu sambil mengambil baju yang di keranjang pakaian kotor dimasukkan ke mesin cuci.

Aku lihat ibu ini bingung, lalu aku ambil alih apa yang mau ia kerjakan.

"Ibu duduk saja di sana, biar aku yang nyuci. " Saranku disetujui ibu.

Ibu duduk bersama Safira di kursi panjang dua meter yang terbuat dari kayu itu.

Aku mengisi air di mesin cuci, ini memang biasanya tugasku cuma kadang ibu juga melakukannya.

"Uang tabungan mu sudah diberikan ke ibu By? " Tanya Safira yang juga berwajah sedih setelah mendengar perkataan ibu tadi.

Tabungan? Aku bahkan tidak mempunyai itu. Uang gajiku cuma cukup untuk keperluan ku selama sebulan, aku hanya bisa meringankan ayah selama tiga tahun ini tidak perlu diberi uang jajan. Aku bahkan kadang tidak memberi mereka uang, karena gajiku pas-pasan. Hanya kalau ada uang tambahan dari ngeles privat baru aku kasih ke ibu. Bukannya aku nggak mau tapi aku belum mampu.

"Heeh kamu pasti nggak punya! " Cibir Safira meninggal kami lalu pergi bekerja setelah salim ke ibu.

Mesin cuci aku putar, setelah ku masukkan sabun cuci cair tadi. Lalu duduk bersama ibu.

"Maaf ya bu, Ruby tidak bisa membantu ibu. Kalau ada cara apapun Ruby akan lakukan demi bantu ibu. Kalau bisa jangan dijual rumah ini. Rumah ini kan warisan kakek, mana boleh dijual bu? "

Ibu menatapku,dia menangis.

Ya Allah aku nggak kuat kalau sudah melihat ibuku menangis, dia pasti lebih tidak rela kalau rumah ini dijual.

"Tidak papa ibu ikhlas kok. " Ibu melepaskan pelukan ku mengusap air matanya.

Ikhlas bagaimana?ibu menangis begini.

"Kamu jangan mikir macam-macam yang penting anak-anak ibu sehat. Biarkan ini jadi urusan ibu dan ayah saja, kamu nggak usah ikut mikir. Tetap berjuang saja jadi guru." Pesan ibu kini ia menghapus air mata yang menetes di pipiku. Tadi merendahkan profesiku sekarang malah mendukung lagi. Ibu benar-benar jadi orang bingung.

Sungguh sangat sakit, aku tak berdaya melihat ibuku kesakitan tanpa aku bisa menolongnya.

"Semoga ada jalan lain selain menjual rumah ini bu" Doaku hanya itu.

Ibu mengangguk, sepertinya mengamini doaku.

"Kamu sarapan dulu sana, habis ini kamu ke sekolah kan? " Tuh kan bingung lagi.

"Tidak bu, ini musim liburan sekolah jadi aku libur. Sekarang ibu istirahat saja, apa sarapan dulu. Pasti belum sarapan kan? "

3 : Tante Vida

Setelah selesai mencuci aku menjemur baju dihalaman rumah. Kebetulan pelataran rumah kami ini luas,ada pohon mangga disisi kiri dan sisi kanan ada kolam ikan koi. Aku jemurnya dekat kolam ikan itu dekat pagar samping. Nggak mungkin bagian depan bisa-bisa terekspos deh pakaian dalamnya.

Lalu ada yang datang, sebuah mobil fortuner kalau nggak salah.Langsung masuk ke plataran bawah pohon mangga, disitu memang dulu biasanya tempat mobil ayah parkir sebelum masuk garansi. Tapi mobil inova ayah sudah tidak ada, katanya dijual karena sudah nggak mau nyetir. Sekarang aku baru sadar pasti ya karena buat nyicil hutang.

Keluar seorang ibu-ibu sepantaran ibu, tapi dia lebih kelihatan awet muda. Karena kulitnya terawat dengan make up dan pakaiannya bagus. Sambil menenteng tas hermes tersenyum kepada ku, mungkin karena aku satu-satunya manusia yang ada dihalaman itu.

Seketika aku balas senyuman itu dan mendekat meninggalkan pakaian yang sudah selesai aku jemur.

"Kamu anaknya Nia ya? " tanyanya.

"Iya bu, ibu mencari ibu saya? " tanyaku setelah aku jawab pertanyaannya.

Dia terus tersenyum, "Iya, saya tante Vida. Teman SMA ibu kamu. Ibu kamu ada kan? " beliau memperkenalkan diri, yang ternyata teman ibu.

"Ada tante, mari masuk." aku mempersilahkan tante Vida masuk.

Dia mengikuti ku masuk ke ruang tamu.

"Silahkan duduk dulu tante, biar saya panggilkan ibu. "

Dia nurut apa yang aku sarankan, duduk dengan anggun meletakkan tas mahal itu di pangkuannya.

Aku masuk kedalam, seingat ku ibu tadi didapur tapi ternyata tidak ada. Lalu aku cari di kamar ternyata cuma ada ayah yang masih tidur.

Aku cari dibelakang, tempat kandang ayam berada. Tapi kok juga nggak ada, haduh kemana sih ibu ini.

Sangat tidak sopan kalau tamu aku tinggal lama, lalu aku balik lagi ke tante Vida.

"Maaf tante, ibu nggak ada. Entahlah saya juga nggak tahu kemana ibu. "

Belum juga ditanggapi sama tante Vida, ibu muncul dari depan membawa gula dan teh yang kelihatan soalnya plastiknya transparan.

"Hah? Vida? Ya Allah"

"Nia"

Lalu mereka berpelukan melepas rasa rindu, mungkin mereka lama tidak bertemu makanya sudah seperti teletubbies gini.

"Kamu apa kabar Nia? " tanya tante Vida menghapus air mata terharunya bisa bertemu temannya mungkin.

"Baik, aduh kangen banget aku kita sudah lama nggak ketemu. " ibu akhirnya bisa tersenyum.

Aku senang melihat ibu tersenyum lagi, walau aku tahu hatinya pasti masih sedih.

"Iya terakhir saat suamiku meninggal kamu datang, itupun aku lagi berduka jadi tidak sempat ngobrol banyak." Tante Vida mengingat momen dukanya.

Jadi tante Vida ini janda, makanya auranya lebih menarik gitu. Dibandingkan dengan ibu yang kini cuma pakai daster jomplang banget.

Lalu aku ambil alih kresek yang sedari tadi dipegang ibu, dan aku masuk ke dapur untuk membuatkan minuman. Aku biarkan mereka berbincang-bincang, sepertinya tante Vida ini sahabat dekat ibu. Mereka terdengar ngobrol asik dan tertawa. Terimakasih kasih ya Allah sudah bikin ibu tertawa.

Setelah selesai membuat dua cangkir teh aku ke ruang tamu, ada biskuit juga aku bawa kesana dengan nampan.

Ketika sampai langsung aku letakkan dimeja. "Silahkan tante diminum teh nya. "

"Iya makasih, ini si kembar itu ya? " tanya tante Vida melihat ku.

"Iya ini yang namanya Ruby. " ibu memperkenalkan aku.

Aku cuma bisa tersenyum ramah.

"Cantik sekali, sudah punya calon? " tanya tante Vida. kenapa pertanyaan dia begitu hayo? calon apa maksudnya.

"Sepertinya belum, belum pernah ada pria yang main ke rumah. " jawab ibu.

oh maksudnya pacar gitu?

Hemm nggak ada bu benar banget soalnya pacarku di Korea sibuk rilis lagu. Pacar halu maksudnya.

"Padahal cantik kenapa belum punya pacar. " waduh memangnya wajib ya pacaran itu.

"Anaknya pendiam, tidak seperti yang satunya Safira lebih bergaul dengan banyak teman. " ibu mengira aku pendiam. Ok mungkin pendiam yang dimaksud ibu yang nggak neko-neko pacaran sana sini begitu kali ya.

Ya maaf bu, nggak ada pemuda yang kaya kim Seokjin soalnya. Atau minimal kaya Taehyung lah. Semua bagiku burik semuanya bu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!