"Pagi Laluna."
"Pagi Luna."
"Laluna makin hari makin cantik aja."
"Laluna udah sarapan?"
"Hai Luna."
Sapaan-sapaan itu hanya di jawab dengan senyum tipis tanpa berkata apa-apa lagi. ya seperti itulah dia, seorang wanita yang malas bergaul dengan people manapun tapi terpaksa harus terjun ke dunia yang ramai karna sebuah pekerjaan.
Sebut saja dia Laluna, dii usianya ke 22 sekarang, dia berhasil menjadi Staff editor di perusahaan ternama. dia terkenal sebagai karyawan yang paling tekun, namun tak di di sukai banyak orang karna kepribadiannya yang begitu dingin.
***
Setelah bekerja selama 7 jam, akhirnya waktu istirahat pun tiba. waktu yang sangat di sukai Laluna di tempat kerja. karna dia bisa menikmati waktu yang tenang di atap perusahaan tanpa adanya gangguan people manapun.
Saat Laluna sedang berjalan menuju lift,
"Laluna," seseorang memanggilnya dari belakang.
Laluna hanya meliriknya tanpa menjawab sepatah katapun lalu dengan tiba-tiba orang itu merangkul Laluna sambil bertanya.
"Mau makan siang apa? nasi Padang kayaknya enak."
"Tidak usah, kamu makan sendiri saja," jawab Laluna seraya melepaskan rangkulannya.
"Hah?"
"Makan sendiri saja, aku pergi dulu ya."
"Astaga, kau bahkan mengasingkan dirimu di tempat kerja yang berisi ratusan orang ini, mau sampai kapan kau akan hidup seperti itu hah?" celotehnya sambil berteriak hingga membuat semua orang menatap ke arah mereka.
Laluna hanya diam tanpa menjawab apapun sambil masuk ke dalam lift menuju atap.
****
Di atap
Sambil menatap kosong ke arah jalan, gadis itu bergumam
"Muak sekali, entah apa yang salah dengan semua ini, aku hanya sudah muak. berinteraksi dengan orang lain bagaikan pekerjaan berat bagiku, menjalani hari demi hari adalah pekerjaan berat bagiku."
...----------------...
Hari berganti malam, setelah melewati hari yang lelah diapun membaringkan tubuhnya ke atas ranjang kesayangannya tanpa mengganti pakaiannya.
"Ahh sampai kapan aku hidup seperti ini? berada di lingkungan yang ramai benar-benar membuatku muak," gumam Gadis itu.
Waktu terus berputar, tak terasa gadis itu tertidur dengan pakaian kerja nya hingga pada tengah malam dia terbangun.
Tangan lembutnya mengambil handphone dari tas kerja di sampingnya, setelah menekan tombol kunci gadis itu tersadar bahwa waktu sudah begitu larut, dengan kaget dia terbangun sambil berkata
"Jam satu malam? perasaan aku hanya merem sebentar, tapi sudah semalam ini? ah aku bahkan tak mengganti pakaianku: menyebalkan sekali."
****
Singkat cerita Gadis itu selesai mandi dan mengganti pakaiannya, tak langsung kembali ke tempat tidur dia malah membuka jendela kamar dan duduk di sana sambil menikmati angin sepoy di malam hari.
"Tenang sekali, tak ada suara kendaraan maupun ocehan orang-orang," gumam Gadis itu.
Ddddrrttt....dddrrtt....
Handphone Laluna bergetar
"Siapa yang mengirimiku pesan tengah malam begini?" ujar Laluna.
💌Nomor tak di kenal
•sudah tidur?."
"Siapa ini?" gumamnya sambil menyimpan kembali handphonenya tanpa membalas pesan tersebut.
Dddrrtt...dddrrtt...
Lagi-lagi handphone nya berbunyi
💌Nomor tak di kenal
•kau membaca pesanku
•Kau belum tidur kan?
•kenapa tak membalas pesanku?
Tak berpikir panjang Laluna langsung memanggil nomor tak di kenal tersebut.
"Hallo." seorang pria mengangkat telpon.
"wah kau langsung menelpon, kenapa? apa kau kesepian?"
"Siapa kamu?"
"Wah Laluna, kehidupan sosialmu benar-benar sangat buruk, bahkan nomorku saja tak kau simpan."
...----------------...
Ke esokan harinya di kantor.
"Pagi Lun!" sapa salah satu rekan kerja pria nya.
Seperti biasa Laluna hanya tersenyum tanpa menjawab sapaan tersebut. lalu pria itu berjalan ke arah Laluna dan mengikuti kemanapun Laluna melangkah.
"Ada perlu apa?" tanya Laluna kesal.
"Akhirnya kau bicara padaku juga," jawab pria itu.
Laluna hanya diam.
"Apa kau tau namaku?" tanya pria itu.
"Rendi."
"Itu tau, lalu kenapa kau tak menyimpan nomorku?"
"Nomor yang mana?"
"Yang kau telpon semalam."
"oh itu nomormu."
"Iya, kau akan menyimpannya kan?"
"Gak penting."
Laluna pun berlalu dari hadapan pria itu. sebut saja dia Rendi, rekan kerja Laluna yang diam-diam menyukai Laluna namun sifatnya sangat menyebalkan.
"Di tolak Ren? hahaha," ejek temen Rendi.
"Apaan si."
"Gak penting hahaha, to the point banget tu anak, ya kalo di pikir-pikir pentingnya nyimpen nomormu apa coba haha," ejeknya lagi.
"Bisa diem gak si?"
"Ampun haha."
****
Di ruangan kerja Laluna.
Tukk..tukk..
"Masuk."
Seseorang masuk ke ruangan Laluna.
"Ada masalah apa?" tanya Laluna.
"Anu, anak-anak mau makan siang bareng di restoran baru depan kantor, kamu mau ikut?" tanya orang itu.
"oh itu, emmm sepertinya aku gak ikut, kalian makan aja tanpa aku," jawab Laluna.
"oke."
Di luar ruangan.
"Gimana-gimana?"
"Kalian sudah tau sendiri kan jawabannya apa? masih saja menyuruhku buat bertanya pada anak itu, menyebalkan sekali."
"Melihat wajahnya saja aku sudah muak."
"Sabar-sabar, ya udah kita makan tanpa Editor Luna aja."
****
Singkat cerita jam istirahat makan siang pun tiba. Seperti yang sudah di rencanakan rekan team ini makan siang bareng di tempat yang sudah di tentukan sebelumnya.
Saat sedang makan
"Kau tau editor Luna?"
"Iya iya, kenapa?"
"Aku benar-benar tidak menyukainya, dia selalu menolak ajakan makan bareng atau yang lainnya, dia pikir dia siapa?"
"Oh iya bener, dia juga gak pernah menjawab sapaan orang-orang kantor, aku sering melihatnya dan itu benar-benar menyebalkan."
Begitulah kira-kira para gadis di team itu membicarakan Laluna dan tiba-tiba..
PLAAKKKkk......
Rendi memukul meja dengan begitu keras.
"Astaga kaget, Rendi apa-apaan si?"
"Kalian kesini untuk bergosip? makan saja dengan tenang, ga usah peduliin karakter orang lain, seolah karakter kalian bagus aja," celoteh Rendi.
"Lihatlah pria itu berusaha membela gadis yang dia sukai, padahal Laluna juga sering mengabaikannya hahaha," ejek salah satu wanita disana.
"Apa kau bilang? Lihat saja aku pasti akan bisa meluluhkan hati Laluna suatu hari nanti," ucap Rendi dengan begitu yakin.
"Ya ya.. terserah kamu saja."
...Sementara itu di kantor ...
"Andai suasana kantor tiap hari seperti ini," gumam Laluna yang berjalan menuju pintu keluar dari ruangannya.
...----------------...
Hari berganti malam, saat di perjalanan menuju pulang, Laluna mampir ke sebuah cafe untuk menjernihkan pikirannya dengan secangkir kopi.
Saat sedang meminum kopi sambil memperhatikan jalan, seseorang menghampirinya sambil berkata
"Permisi kak, boleh ikut duduk gak?"
"Hah?" Laluna melirik ke arah suara itu dan..
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...~Bersambung~...
"Hah?" Laluna melirik ke arah suara itu dan ternyata dia adalah seorang pria yang usianya terlihat lebih muda dari Laluna.
"Kok malah diem kak? oke aku anggap kakak setuju ya," ujar anak itu dan langsung duduk di samping Laluna.
"Apa aku menyuruhmu duduk?" tanya Laluna dengan ekspresi datarnya.
"Kakak juga tak melarangku duduk kan? kakak diam saja jadi aku anggap kakak setuju aku duduk disini," jawab anak pria itu.
"Cihh.. apa boleh begitu?"
"Boleh kok."
Laluna kembali terdiam dan mengabaikan anak pria itu.
"Kakak sendirian aja?" tanya anak pria itu.
"Duduk saja dengan tenang tak usah banyak bicara، kau benar-benar mengganggu," sahut Laluna.
"Dihh galak banget kak, cantik-cantik kok galak."
Beberapa menit berlalu, anak lelaki itu tak henti berbicara namun Laluna mengabaikannya, hingga Laluna pun mulai terusik dan merespon ucapannya.
"Berapa usiamu?" tanya Laluna..
"wah akhirnya kakak bertanya juga padaku, kenalin, namaku Latu, usiaku 17 tahun," jawab anak pria itu sambil menyodorkan tangannya.
"Masih anak SMA rupanya kau," ucap Laluna mengabaikan bersalaman dengan Latu.
"iya hehe."
"Tapi, kau masih anak SMA, ngapain kau ke cafe sendirian? apa kau tidak punya teman di sekolahmu?" tanya Laluna lagi.
"Eish kata siapa aku sendirian? aku nongkrong sama temen-temenku tuh disana," jawab Latu sambil menunjuk ke arah temennya.
"Lalu untuk apa kau kesini?"
"Emmm aku lihat kakak sepertinya kesepian makanya ku temenin hehe."
"Ciihh dasar," Celoteh Laluna seraya tersenyum tipis.
"Hehe akhirnya senyum juga, cantik kak kalo senyum kayak gitu," rayu Latu.
"Kamu ini ya, udah sana balik lagi ke temenmu lagian aku juga bentar lagi pulang udah malem."
"Mau aku anter kak?"
"Ga usah, aku naik taxi aja."
"Tapi udah larut loh kak."
Laluna hanya tersenyum tanpa menjawab apapun lagi.
****
Satu jam berlalu, tak terasa waktu mereka berbincang itu sudah begitu lama dan tiba waktunya Laluna harus pulang.
"Aku duluan ya," ucap Laluna.
"Hati-hati kak tapi yakin gamau ku anter?" tanya Latu.
"Aku udah dewasa," jawab Laluna sambil tersenyum.
"Tetap saja aku khawatir."
"Lucu sekali."
Tak banyak bicara lagi Laluna langsung pulang dengan menggunakan taxi yang kebetulan parkir depan cafe itu.
Di dalam Taxi
"Cihhh anak muda jaman sekarang ada-ada saja," gumam Laluna seraya tersenyum-senyum sendiri.
"Kelihatannya seneng banget neng," ucap Supit taxi.
Laluna hanya tersenyum tanpa menjawabnya.
"Latu.. Latu.. nama yang unik, orangnya juga unik," ucap Laluna dalam hatinya dan kembali tersenyum sambil menunduk.
...----------------...
Malam berikutnya, Laluna kembali ke cafe tempat dimana dia sama latu bertemu namun, sayangnya Latu tak datang pada malam itu.
"Hening sekali," gumam Laluna seraya menghela nafas sambil memegang secangkir kopi hangat yang dia pesan.
"Kehidupan sosialku mungkin terkenal buruk, namun entah kenapa aku merasakan hal yang berbeda saat berbicara dengan anak," ucap Laluna dalam hatinya.
Waktu demi waktu terus berlalu hingga saat ini waktu tengah menunjukkan pukul satu malam, sementara Laluna masih duduk di kursi pohon cafe sambil berharap anak yang menghiburnya kemarin datang padanya lagi namun kenyataannya tidak.
Dengan rasa kecewa Laluna pun terpaksa pulang di pukul 01.30 wib dengan menggunakan taxi seperti biasanya.
...----------------...
Hari demi hari terus berlalu, tiap pulang kerja Laluna selalu nyempetin untuk datang ke cafe itu hanya untuk sekedar minum kopi dengan harapan bahwa anak pria yang menghiburnya kemarin datang lagi dan bicara lagi dengannya namun hingga satu Minggu berlalu, anak pria itu tetap tak kunjung datang juga.
...----------------...
Hari Sabtu pagi di kantor.
"Laluna," panggil Rendi pada Laluna yang sedang membuat kopi.
"Hmm."
"Aku sepertinya sering melihatmu di cafe Aksa, kau sering kesana sama siapa?" tanya Rendi.
"Bukan urusanmu," jawab Laluna jutek.
"Ah ayolah, apa kau kesana dengan pacarmu?"
"Aku datang sendiri kenapa?"
"Oh, ku pikir kau datang dengan pacarmu hehe."
"Ga jelas."
"Laluna, ampir tiap malam aku melihatmu di cafe itu dan duduk di kursi yang sama, apa kau tidak merasa kesepian? tadinya aku mau nyamperin kamu kesana tapi aku takut ganggu kamu disana," ujar Rendi.
"Keputusan bagus."
"Hah?"
"Iya keputusan bagus karna tak menghampiriku di cafe itu, kau tau sendiri kan kalo aku gak suka ada orang yang mengganggu kenyamananku," jawab Laluna sambil pergi dengan secangkir kopi yang dia buat.
"Kau nyaman duduk sendiri Berjam-jam seperti itu? dan itu kau lakukan tiap malam? kau ini manusia atau apa?" celoteh Rendi.
"Rendi."
"Ah iya iya ada apa?"
"Apa kau akan terus mengikutiku seperti ini? kau tidak akan kerja?" tanya Laluna.
"Hah? emmm ya aku kerja, aku cuma mau nganterin kamu sampe pintu ruanganmu dulu buat mastiin kamu aman sampe sana," Rendi tersipu malu.
"Cihhh kekanakan sekali."
****
"Laluna, apa yang membuatmu seperti ini? padahal dulu tak seperti ini," gumam Rendi sambil terus memperhatikan langkah Laluna.
4 tahun yang lalu
"*Rendiii...." teriak Laluna memanggil Rendi yang sedang duduk di meja kerjanya.
"Astaga Lun, sudah ku bilang pelankan suaramu itu kita di kantor sekarang, kau pikir kita masih kerja di lapangan," ketus Rendi.
"Ya maaf, aku belum terbiasa soalnya hehe."
"Katakan ada apa?"
"Rendi bukankah sekarang sudah waktunya istirahat? apa kau akan terus bekerja seperti ini? aku sudah lapar Ren," keluh Laluna dengan suara manjanya.
"Iya iya aku selesai bentar lagi, tunggu ya."
"Cepet pokoknya."
"Iya iya bawell*..."
****
"Aku kangen kamu yang bawel kayak dulu Lun," ucap Rendi lagi.
...----------------...
Singkat cerita malam hari di cafe seperti biasa.
"Entah apa yang membuatku seperti ini, tapi yang jelas ini bukan diriku yang seperti biasanya. siapa sebenarnya anak itu? kenapa aku begitu merindukan ocehannya padahal kita hanya baru bertemu satu kali yang bahkan namanya saja aku lupa," ucap Laluna dalam hatinya.
Malam semakin Larut, dan tak ada sedikitpun tanda-tanda kedatangan anak pria itu. karna gerimis, Laluna memutuskan pulang dengan keadaan kecewa lagi namun, siapa sangka pada saat Laluna hendak berlari ke arah taxi menerobos gerimis yang mulai deras itu, seseorang memayunginya dengan jaket dengan aroma yang begitu harum.
"Hah?" Laluna menatap perlahan ke arah samping dan.
"Mau kemana? hujan loh, nanti kakaknya sakit."
"Latu?"
"Wah kakak inget namaku rupanya," ucap seseorang yang memayunginya sambil tersenyum.
"Apa ini? padahal tadi aku tak mengingat namanya sama sekali," batin Laluna.
Tak di sangka seseorang yang memayungi Laluna adalah Latu, seorang pria yang selama ini Laluna tunggu. Mereka saling menatap di bawah payung jaket yang di pegang pria itu ddggg....dggg ... Jantung Laluna tak berhenti berdegup saat wajahnya dengan pria itu hanya berjarak beberapa senti saja.
"Kakak, kakak tidak apa-apa kan?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kakak gapapa kan?" tanya Latu.
"Hah?"
"Kita kepinggir dulu yuk, hujannya makin deras ni tar kakaknya sakit," ucap latu seraya membawa Laluna menepi ke tempat yang teduh.
"Wah hujannya deras banget," celoteh Laluna.
"Kan emang iya, kakak ngapain maen terobos-terobos aja kan udah tau hujan," sahut Latu.
"Ya kan tadinya biar cepet sampe rumah."
"Aihh.. kakak ini umurnya saja yang dewasa," rayu Latu sambil mengelus rambut Laluna.
"Apa maksudmu? beraninya kau bicara begitu padaku, heh umurku 22 tahun loh," ketus Laluna.
"Emang kenapa kalau kakak 22 tahun? umurku mungkin baru 17 tahun tapi badanku lebih tinggi dan sifatku juga lebih dewasa pastinya," ejek Latu.
"Lihat anak ini, astaga."
Di bawah derasnya hujan tampaknya kedua remaja yang berbeda usia itu asik tertawa sambil menunggu hujan reda, untuk kali pertama setelah 4 tahun lamanya gadis itu tertawa lepas walau hanya sekedar candaan tipis saja.
"Kaka harusnya memanggilku Abang, aku jelas lebih dewasa dari Kaka," ucap Latu lagi.
"Jangan melantur, kau hanya lebih tinggi dariku bukan lebih tua, umurmu jelas 5 tahun lebih muda Latu," sahut Laluna.
"Benarkah? 5 tahun lebih muda?"
"Heem."
Seketika Latu menatap sayu ke arah Laluna sambil berkata:
"Kakak sepertinya kelihatan lebih ceria dari pada pas awal kita ketemu seminggu yang lalu."
"Apa maksudmu? bukankah kita juga berbicara malam itu? apa bedanya dengan sekarang?"
"Malam itu kau terlihat sangat kesepian, tapi sekarang berbeda."
"Kesepian? haha bukan kesepian tapi aku memang terbiasa sendiri, hmm begitulah,"
"Tidak punya teman?"
Laluna hanya tersenyum.
"Diam berarti iya bukan? Kaka, apa kau introvert?" tanya Latu lagi.
"Muak," jawab Laluna singkat.
"Hah?"
"Muak, menjijikan, berinteraksi dengan manusia benar-benar membuatku muak," jawab Laluna dengan tatapan yang begitu sayu.
"Kakak."
"Ah sepertinya hujannya sudah reda, aku pulang dulu papay."
"Kakkkk.. mau ku antar pulang?"
"Gak usah aku pulang sendiri saja," jawab Laluna seraya bergegas pergi menuju taxi.
"Ah setidaknya beritahu namamu dulu kak."
Langkahnya terhenti dan badannya berbalik ke belakang sambil menjawab
"Laluna! namaku Laluna hehe."
"Wahh bahkan namanya aja begitu indah! hati-hati di jalan kak sampai ketemu lagi dadah."
Tak menjawab apapun Laluna langsung pergi dengan senyum bahagia di wajahnya.
...----------------...
Setibanya Laluna di rumah, gadis itu langsung bergegas mandi dan merapihkan tempat tidurnya.
"Ah aku bahkan tak pernah sempat membereskan tempat tidurku di pagi hari," ujarnya.
Beberapa menit berlalu
"Selesai juga."
Setelah selesai semuanya dan tinggal tidur, Laluna langsung melihat hp nya sambil berbaring di tempat tidurnya dengan sanggul handuk yang masih menempel di kepalanya karna rambutnya belum kering sehabis keramas.
"Mari kita lihat apakah ada yang mengirimiku pesan?"
"Hah Notif Instagram? tumben si, padahal instagramku tak memiliki satupun pengikut," ujar Laluna dan langsung membuka Instagramnya karna penasaran.
"Permintaan pesan?"
💌Latu: hallo kakak cantik :)
"Apa ini?"
Latu:
💌Kakak cantik membuka pesanku, berarti Instagramnya memang masih aktif
💌sudah tiba di rumah?
"Latu? wah, tak ku percaya! padahal dia baru saja bertanya siapa namaku, dan langsung mencari ku di sosial media," gumam Laluna.
💌Laluna: Emmm aku sudah di rumah
"Dia membalas pesanku?" ujar Latu yang sedang duduk di kursi kamarnya.
Berulang kali Latu membuka photo profil Instagram Laluna sambil tersenyum-senyum sendiri bak orang stress.
"Cantiknya," gumam Latu.
...----------------...
Malam berganti pagi, tak seperti biasanya hari ini Laluna terlihat tampak ceria dia bahkan menjawab setiap sapaan yang selalu ia abaikan setiap harinya.
"Pagi Laluna."
"Emm pagii."
"Apa ini? dia menjawab sapaan ku?" ucap rekan yang menyapanya.
"Wah luar biasa, dia bahkan sambil tersenyum lihat," sambung rekan satunya.
"Dia menang lotre atau apa ini bahkan pertama kalinya aku melihatnya tersenyum seperti itu."
****
"Laluna," panggil Rendi.
Laluna berbalik ke arah Rendi.
"Apa yang terjadi?" tanya Rendi.
"Apa maksudmu?"
"Kau baik-baik saja?"
"Tentu saja! lagi pula apa yang membuatku tak baik?"
"Emm kau tak seperti biasanya hari ini, menebar senyum ke semua orang."
"Astaga bahkan aku tersenyum saja salah, ada apa denganmu Ren?" ujar Laluna dan langsung kembali berjalan menuju ruangannya.
"Ada apa denganku? harusnya aku yang bilang begitu Lun," gumam Rendi.
****
Di ruangan kerja
Dddrrtt...ddrtt... Handphone Laluna berbunyi dan
💌Latu: Kakak cantik sudah sarapan?
"Cihhh anak ini, bukannya sekolah malah mengirimiku pesan," gumam Laluna seraya tersenyum.
💌Kakak cantik nanti malam ada waktu?
💌ah padahal baru semalam kita ketemu tapi aku udah kangen aja hehe
"Astaga ada apa dengan anak ini? kangen seolah kita sudah dekat saja," gumam Laluna lagi sambil terus membaca pesan dari Latu.
"emm tapi ku akui aku juga kangen sama dia! ah ada apa denganku? kendalikan dirimu Laluna, dia masih anak SMA."
💌Laluna: aku pulang sekitar pukul 09.00 malam
💌Latu: baiklah, aku tunggu di depan cafe biasa, tapi kita gak bakal diam di sana kita jalan-jalan berdua hehe
"Jalan-jalam berdua? astaga anak ini."
Sepanjang bermain handphone Laluna terus tertawa dan bergumam sendiri tanpa henti, hal itu berhasil menarik perhatian rekan lain yang melihatnya dari balik kaca yang terselip di pintu.
"Apa dia berkencan dengan seseorang? lihat tak biasanya dia tertawa sendiri seperti itu."
"Benar sekali, biasanya wajahnya selalu mendung walau di luar panas terik pun."
"Rendi."
"Apa."
"Crush mu sepertinya udah punya pacar tuh," raya salah satu rekan wanita pada Rendi.
"Apa maksudmu punya pacar?"
"Lihat, dari tadi dia terus memperhatikan hp nya sambil tertawa."
"Eihhh jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan seperti itu, bisa saja kan dia menonton video lucu atau apa," ketus Rendi mengelak ucapan rekannya.
"Tapi aku yakin editor Luna bukan tipe orang yang suka menonton hal begitu."
"Sudah kau fokus kerja saja sana ga usah ngurusin hidup orang lain," ketus Rendi.
"Cihhh bilang saja cemburu."
...----------------...
Singkat cerita waktu pulang kerja pun tiba, pada saat Laluna berdiri di depan kantor sambil bermain hp Rendi menghampiri Laluna dengan motor ninjanya sambil berkata.
"Naiklah."
Laluna mengabaikannya
"Laluna," panggil Rendi dengan nada tinggi.
"Apa Ren astaga?"
"Naik, ku antar kau pulang."
"Tidak usah, aku ada janji kamu duluan saja."
"Janji sama siapa?"
"Ah bukan urusanmu, kenapa kau berisik sekali," ketus Laluna sambil beranjak dari hadapan Rendi
Rendi langsung turun dari motornya lalu mengejar Laluna dan seketika menarik tangannya sambil berkata
"Kau akan seperti ini terus?"
"Rendi! apa ini? lepasin gak?"
"Laluna."
"Aku ada janji sama seseorang, Kenapa kau seperti ini."
"Janji sama seorang pria kah?" tanya Rendi dengan nada yang mulai merendah.
"Jika iya kenapa?" jawab Laluna singkat.
"Jangan pergi."
"Apa?"
"KU BILANG JANGAN PERGII," bentak Rendi.
"Rendii! apa ada apa denganmu? kenapa kau membentakku?" tanya Laluna gemetar.
"Ah tak bisakah kau sedikit peka Laluna?" isak Rendi.
"Rendi!."
"Laluna."
"Ada apa denganmu? Rendi kenapa kau seperti ini?"
"Aku menyukaimu! kau puas?"
"Hah?"
"AKU MENYUKAIMU, SEJAK AWAL KITA KENAL 4 TAHUN YANG LALU."
Seketika Laluna terdiam dan tak mampu mengatakan apapun lagi. gadis itu menatap Rendi dengan tajam seolah emosi dan rasa sedih bercampur menjadi satu dalam satu tatapan.
Sementara Rendi terus memegang tangan Laluna, nafasnya tersengah-engah karna sedikit kesal terhadap Laluna yang sama sekali tak pernah peka dengan perasaannya dan malah bikin janji temu dengan pria lain.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!