Pagi hari yang sangat cerah. Romy membuka matanya perlahan-lahan dan merasa segar setelah tidur semalaman. Ia melihat ke arah jendela dan melihat cahaya matahari yang mulai terbit. Romy tahu bahwa ia harus segera bangun dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Setelah mandi dan mengganti pakaian, Romy turun ke ruang makan dan melihat ibunya sudah menyiapkan sarapan. Romy merasa senang karena masakan ibunya selalu lezat dan menyenangkan untuk disantap. Ia duduk di meja makan dan menikmati sarapan sambil berbincang dengan ibunya.
"Hmmmm nasi goreng ibu emang Juara!" ucap Romy dengan terus melahap nasi goreng buatan ibunya.
"Makan yang banyak nak! Belajar yang betul di sekolah ya!" jawab ibunya dengan tersenyum.
"Iya Bu. Ayah ke mana ya bu? Kok gak kelihatan?" tanya Romy kepada sang Ibu.
"Udah berangkat nak ke kantor pagi-pagi tadi," jelas sang ibu.
"Oh ...." Romy mengangguk dan melanjutkan untuk melahap nasi goreng buatan ibunya itu.
“Ayah pesan sepulang sekolah kamu langsung pulang ya nak terus belajar ya!” pesan sang Ibu kepada Romy.
“Iya Bu, aku tau!” Romy sedikit bosan dengan nasihat yang diberikan ibunya. Hampir setiap hari nasihatnya sama yaitu belajar, belajar dan belajar.
Ayah Romy adalah seorang workaholic yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Ia selalu bekerja keras untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Sejak kecil, Romy sudah terbiasa dengan gaya hidup ayahnya yang sibuk dan selalu memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya.
Setiap hari, ayah Romy selalu memberikan pesan kepada putranya untuk belajar dengan serius dan mendapatkan peringkat terbaik di sekolahnya. Ayahnya sangat tegas dalam hal ini dan selalu mengingatkan Romy bahwa pendidikan adalah kunci sukses di masa depan. Romy merasa terbebani dengan ekspektasi ayahnya, tetapi ia juga merasa bahwa itu adalah tanggung jawabnya untuk belajar dengan tekun.
Meskipun terkadang ayah Romy terlalu tegas dan sering terlihat kesibukan, namun ia selalu berusaha memberikan dukungan dan motivasi kepada putranya. Ayah Romy percaya bahwa dengan belajar dan bekerja keras, Romy bisa meraih masa depan yang lebih baik.
.
Romy dipaksa untuk belajar untuk menghargai dan memahami gaya hidup ayahnya yang sibuk. Ia juga memahami bahwa penting untuk bekerja keras dan belajar dengan serius untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Meskipun terkadang sulit, Romy selalu berusaha untuk memenuhi ekspektasi ayahnya dan bekerja keras untuk meraih cita-citanya.
Setelah selesai sarapan, Romy pergi ke kamarnya untuk mengambil buku-buku yang akan dibawanya ke sekolah. Ia memastikan bahwa semua buku yang dibutuhkan sudah terpenuhi dan disusun dengan rapi di dalam tasnya. Setelah memastikan semuanya siap, Romy berpamitan kepada ibunya dan meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah.
“Aku berangkat ya, Bu!” ucap Romy sambil mencium tangan sang ibu.
“Hati-hati ya, Nak! Jangan pulang telat ya! Nanti ayahmu marah!” pesan Sang ibu kepada Romy.
“Iya Bu, tenang aja ya!” jawab Romy sambil bergegas menyalakan mesin motor tesayangannya.
Sesampainya di sekolah, Romy langsung menuju kelas dan bersiap-siap untuk memulai hari sekolahnya. Di pertengahan jam pelajaran, Romy merasa sangat bosan dengan pelajaran hari ini. Ia merasa seperti tidak ada yang menarik dalam pelajaran yang sedang ia ikuti. Ia terus mengamati jam di dinding, merasa seolah waktu berjalan sangat lambat. Ia merasa seperti ingin melakukan sesuatu yang lebih menarik daripada hanya duduk di kelas dan mendengarkan guru.
Akhirnya, Romy mulai mengkhayalkan tentang mendaki gunung. Ia membayangkan jalanan terjal yang menantang dan pemandangan alam yang indah. Ia mulai mencoret-coret bukunya dengan gambaran puncak gunung yang menjulang tinggi. Romy merasa seolah ia bisa merasakan udara segar di gunung dan merasakan kebebasan yang ia cari.
Namun sayangnya, khayalan Romy itu membuatnya tidak dapat fokus pada pelajaran yang sedang ia ikuti. Ia tidak mendengarkan dengan baik ketika sang guru memberikan penjelasan dan bahkan tidak menjawab ketika ia ditanya.
“Romy apa yang dimaksud dengan tabung dan kerucut?” tanya seorang guru kepada Romy.
Romy tidak menjawab karena memang tidak memperhatikan pelajaran tersebut. Di kepalanya hanya terisi dengan pemandangan gungung yang sangat indah.
“Tolong diperhatikan ya Romy!” tegur sang guru.
“Baik, Pak!” ucap Romy.
Romy menyadari bahwa ia harus mengendalikan khayalannya dan fokus pada pelajaran yang sedang ia ikuti. Ia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba mengalihkan pikirannya ke pelajaran yang sedang ia pelajari.
Lagi-lagi Romy tak bisa fokus kepada pelajaran. Ia mencoba menggambar kembali pemandangan gunung yang terlintas di dalam otaknya. Ketika Romy sedang menggambar gunung tiba-tiba sang Guru datang menghampirinya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya sang guru. Romy panik karena ketahuan tidak memperhatikan saat jam pelajaran
Romy menjawab dengan gugup, "Maaf Pak, saya sedang tidak fokus pada pelajaran."
Guru tersebut kemudian bertanya, "Lalu apa yang kamu gambar?" tanya gurunya kembali.
Romy menunjukkan gambar gunung yang telah dia lukis, "Saya sedang menggambar gunung Pak."
Guru tersebut tertarik dan bertanya lagi, "Kenapa kamu ingin menggambar gunung apayang special dari situ?"
Romy menjawab dengan antusias, "Saya ingin menjadi seorang seniman dan gunung adalah salah satu subjek favorit saya Pak! Saya ingin naik gunung dan menggambar gunung yang indah di atas puncak. Itu adalah cita-cita saya pak!"
Setelah mendengar jawaban Romy, sang guru pun tersenyum. Ia lalu memberikan nasehat yang Kepada Romy, "Meskipun kamu memiliki minat dan bakat dalam bidang seni atau pendakian gunung, tetapi tetaplah fokus pada pelajaran saat jam pelajaran ya Romy! Jangan sampai minatmu mengganggu kesuksesanmu dalam akademik. Tetaplah seimbang dan belajarlah untuk mengatur waktu dengan baik ya!" ucap sang guru sambil menepuk bahu Romy pelan.
Romy mengangguk mengerti, "Terima kasih, Pak. Saya akan belajar untuk lebih fokus pada pelajaran dan mengembangkan minat saya pada waktu yang tepat."
Romy merasa lega dan berterima kasih kepada gurunya. Dari kejadian tersebut, Romy belajar bahwa meskipun fokus pada pelajaran adalah penting, dia juga harus mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang yang dia sukai.
Sang guru tersenyum dan memberikan dukungan, "Saya yakin kamu bisa mengembangkan bakatmu dan meraih kesuksesan di semua bidang yang kamu minati, Romy."
Romy sangat terinspirasi dengan nasehat sang guru dan semakin bersemangat untuk mengembangkan minatnya di bidang seni. Meskipun ayahnya menentang hobi Romy dalam seni dan pendakian gunung, Romy memutuskan untuk tetap mempertahankan minat dan bakatnya.
Romy juga tetap fokus pada pendidikan dan berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik di sekolah. Dia tahu bahwa kesuksesannya dalam akademik akan membantunya mencapai cita-citanya sebagai seorang seniman dan pendaki gunung.
Ketika pelajaran selesai seorang gadis datang menghampiri Romy dan bertanya, "Kamu suka gunung?" tanya seorang gadis teman sekelasnya bernama Novi.
Romy menjawab dengan senyum, "Ya, aku sangat suka gunung. Aku ingin sekali menikmati pemandangan yang indah dari puncak gunung dan juga melukisnya."
Novi semakin tertarik dengan jawaban Romy dan kemudian bertanya lagi, "Kamu sudah pernah naik gunung sebelumnya?"
Romy menggelengkan kepala, "Belum, aku belum pernah naik gunung. Tapi aku ingin mencobanya suatu hari nanti," jelas Romy kepada Novi.
Novi tersenyum, "Aku suka naik gunung Loh! Gimana kalo suatu saat kita coba naik gunung bareng?" tawar Novi.
Romy sangat senang mendengar ajakan Novi dan berkata, "Wah boleh juga! Itu pasti akan menjadi pengalaman yang menyenangkan! Makasih ya udah berbagi pengalamanmu dengan aku, Nov!" ucap Romy.
Novi hanya membalas ucapan Romy dengan senyuman manisnya. Ia pun sangat bahagia karena menemukan teman yang sama-sama sangat mencintai gunung.
Dari momen tersebut Romy merasa lebih termotivasi untuk mengejar mimpinya sebagai seorang pendaki gunung dan seniman. Dia juga menemukan teman baru yang bisa membantunya dalam mengejar impian tersebut.
Romy dan Novi kini menjadi sepasang sahabat. Mereka sering membahas tentang gunung. Novi sudah berpengalaman dalam mendaki gunung. Gunung yang sudah ia daki adalah gunung salak dan rinjani. Ia menjelaskan kepada Romy bahwa naik gunung adalah hal yang sangat menyenangkan.
Romy sangat tertarik dengan cerita Novi dan semakin ingin mencoba mendaki gunung. Namun, ia merasa masih belum cukup siap dan perlu berlatih lebih dulu sebelum benar-benar mendaki gunung yang lebih tinggi. Novi pun memberikan beberapa tips dan trik agar Romy bisa mempersiapkan diri dengan baik sebelum mendaki gunung.
Mereka juga sering berdiskusi tentang seni lukis. Novi ternyata juga memiliki hobi seni lukis dan mereka sering saling berbagi teknik dan karya seni mereka. Romy merasa sangat terinspirasi oleh Novi dan mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk melukis di taman atau di rumah Novi.
Dalam perjalanan mengejar mimpinya, Romy merasa beruntung memiliki sahabat seperti Novi yang selalu mendukungnya dan membantunya mengatasi rintangan. Bersama-sama, mereka akan terus berjuang untuk mewujudkan impian mereka
Terkadang mereka menjadi bahan ejekan temannya karena sering berduaan.
"Ciee kalian pacaran ya?" ledek salah satu teman mereka.
"Ih, apaan sih! Aku sama Romy cuma temenan ya gak lebih!" sanggah Novi.
"Serius juga gak apa-apa kok Nov! Haha!" ledek salah satu temannya kembali.
"Kalian itu suka banget gosip ya!" sanggah Novi dengan nada sedikit tinggi. Ia sungguh sangat tidak suka apabila hubungannya dengan Romy menjadi konsumsi publik.
Novi dan Romy memiliki kesamaan minat terhadap gunung, sehingga mereka sering menghabiskan waktu bersama dan membicarakan mimpi mereka
Teman-teman Novi mungkin hanya bercanda ketika mereka mengatakan bahwa Novi dan Romy berpacaran. Namun, ejekan semacam itu dapat membuat Novi merasa sangat tidak nyaman.
"Romy kamu gak usah dengar mereka ya! Mereka cuma bisa gosip!" ucap Novi. Ia melanjutkan ceritanya tentang bagaimana indahnya gunung Rinjani kepada Romy.
"Iya tenang aja Nov!" Romy mengangguk setuju dan tersenyum pada Novi. Ia sangat menghargai persahabatan mereka dan selalu senang mendengarkan cerita-cerita Novi tentang gunung. Mereka saling mendukung dan memotivasi satu sama lain untuk mencapai impian mereka.
Novi bercerita dengan antusias tentang pengalaman mendakinya Gunung Rinjani dan Salak. Ia menceritakan bagaimana ia dan teman-temannya menyiapkan diri mereka dengan latihan fisik yang intensif dan mengumpulkan perlengkapan yang diperlukan untuk perjalanan pendakian.
Mereka melewati hutan lebat, sungai, dan padang rumput hijau yang indah. Saat sampai di puncak gunung, mereka disambut oleh pemandangan matahari terbit yang menakjubkan.
Bagi Novi, pengalaman mendaki gunung adalah pengalaman yang menakjubkan dan membanggakan. Ia merasa sangat terhubung dengan alam dan merasakan kepuasan ketika berhasil mencapai puncak gunung. Ia juga merasa terinspirasi oleh kekuatan dan kebersamaan yang dibangun bersama teman-teman lainnya selama perjalanan pendakian tersebut.
"Jadi kapan kita bisa naik gunung bareng Rom?" tanya Novi kepada Romy.
Romy tersenyum dan mengangguk setuju. "Ayo kita rencanakan untuk naik gunung Nov! Kita bisa mencoba pendakian ke Gunung Merbabu atau Gunung Semeru. Bagaimana?" ujarnya dengan semangat.
Novi merasa senang mendengar rencana tersebut. "Bagus, Romy! Aku siap kapan saja. Kita harus mulai merencanakan persiapannya itu gak mudah Rom," jawabnya.
Mereka mulai berdiskusi tentang rencana mendaki gunung, termasuk persiapan fisik, peralatan, dan logistik. Mereka saling memberikan saran dan ide, serta memperhitungkan waktu dan biaya yang dibutuhkan.
Bagi Novi dan Romy, perjalanan mendaki gunung bukan hanya tentang menikmati keindahan alam, tetapi juga tentang menghadapi tantangan dan meraih pencapaian yang membanggakan. Mereka selalu bersemangat untuk mencoba rute dan gunung baru, serta memperluas pengalaman pendakian mereka.
Dengan persahabatan yang kuat dan semangat yang tinggi, Novi dan Romy siap untuk menghadapi perjalanan mendaki gunung selanjutnya dengan penuh semangat.
"Hmmm tapi kayanya aku harus ijin dulu sama orang tuaku Nov!" ucap Romy.
Novi mengangguk setuju. "Ya, pasti. Kita harus meminta izin orang tua kita terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan. Selain itu, kita juga harus mempersiapkan diri dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang rute dan gunung yang akan kita daki. Hal ini akan membantu kita menghindari risiko dan memastikan keselamatan kita selama perjalanan Rom," ucap Novi yang menjelaskan secara detail.
"Tapi apa orang tua kamu bakal setuju kamu naik gunung bukankah ayahmu gak setuju dengan hobi mu?" tanya Novi kembali.
Romy sedikit terdiam, "Iya, sebenarnya ayahku memang tidak terlalu setuju dengan hobiku mendaki gunung. Tapi aku sudah berbicara dengan ibuku dan meminta bantuannya untuk membujuk ayahku. Aku juga akan memberikan penjelasan yang jelas tentang keselamatan dan persiapan yang harus dilakukan sebelum mendaki gunung. Aku yakin dengan komunikasi yang baik, ayahku akan memahami dan mendukung hobiku ini." Romy mencoba meyakinkan Novi bahwa ia akan mendapatkan izin dari orang tuanya.
Novi mengangguk, "Benar, Rom. Komunikasi yang baik dengan orang tua sangat penting loh. Kamu jelasin yang detail sama orang tua kamu. Kita naik gunung juga safety kok. Kita persiapkan matang-matang dulu sebelum naik. Semoga mereka paham ya! Ucap Novi sambil tersenyum.
Romy setuju, "Betul, Nov. Kita harus memperhatikan segala risiko dan memastikan bahwa kita siap secara fisik dan mental sebelum melakukan pendakian. Kita juga harus selalu menghargai alam dan menjaga kebersihan lingkungan selama perjalanan di sana ya!" Jawab Romy.
Dengan semangat dan persiapan yang matang, Novi dan Romy siap untuk menjalani perjalanan mendaki gunung selanjutnya dengan penuh keberanian dan kehati-hatian. Mereka berjanji untuk selalu berkomunikasi dengan baik, saling membantu, dan memastikan keselamatan selama perjalanan.
Romy pulang sekolah dengan hati berbunga-bunga. Ia sudah berencana untuk mendaki gunung bersama Novi selama berbulan-bulan. Namun, sebelum ia bisa melanjutkan rencananya, ia harus meminta izin kepada ibu dan ayahnya terlebih dahulu.
"Sudah sampai, Nak? Bagaimana sekolahnya lancar?" tanya sang ibu ketika Romy masuk ke dalam rumah.
"Iya, Bu Lancar. Oh iya bu, dan dan teman-teman ingin mendaki gunung akhir pekan ini. Boleh ya Bu Romy daki gunung?" tanya Romy dengan penuh semangat.
Namun, jawaban sang Ibu tidak seperti yang Romy harapkan. "Aduh. Lebih baik jangan ya sayang! Maaf ya, Nak. Ayahmu tidak akan mengizinkanmu pergi mendaki gunung. ibu takut dimarahi olehnya," kata sang ibu dengan sedih.
Romy merasa kecewa dan frustrasi. Ia selalu ingin mencoba hal-hal baru dan petualangan seperti ini sangat menarik baginya. Namun, ia juga tahu betapa khawatirnya ayahnya tentang keselamatannya.
"Tapi, Bu, Romy janji akan sangat hati-hati. Romy tidak akan melakukan hal yang berbahaya. Tolonglah, Bu," pinta Romy dengan harap-harap cemas.
"Sudahlah, Nak. Ibu tahu kamu akan berhati-hati. Tapi sudahlah, Ibu takut ayahmu khawatir dan melarangmu pergi. Lebih baik kamu menunda dulu keinginanmu ini sampai ayahmu merasa lebih tenang. Ya?" kata sang ibu mencoba menenangkan hati Romy.
Romy mengerti kekhawatiran ibunya dan merelakan keinginannya untuk sementara waktu. Meski ia merasa sedih, ia tahu bahwa keselamatan dan kebahagiaan keluarganya adalah yang terpenting. Ia berharap suatu hari nanti, ia akan mendapatkan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan mengejar petualangan yang ia impikan
Setelah mendapat jawaban dari ibunya yang menolak permintaannya untuk mendaki gunung, Romy merasa sangat sedih. Tanpa pikir panjang, ia segera mengirim pesan chat kepada Novi, temannya yang sudah berencana untuk mendaki gunung bersamanya.
"Maaf Nov, aku gak diijinkan oleh ibu dan ayah!" tulis Romy dalam pesan chat, disertai dengan emot sedih.
Novi merasa sedih mendengar kabar itu. Ia tahu betapa besar keinginan Romy untuk pergi mendaki gunung, dan ia merasa bersalah karena tidak bisa membantu temannya.
"Ah, sayang sekali, Romy. Tapi yasudah gak apa-apa! jangan khawatir ya! Masih banyak kesempatan lain untuk melakukan petualangan seru. Kita bisa mencari alternatif lain," balas Novi mencoba menghibur Romy.
Romy merasa sedikit lebih baik mendengar kata-kata Novi. Ia sadar bahwa masih banyak cara untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan mengeksplorasi alam. Ia pun berterima kasih kepada Novi dan berjanji untuk mencari alternatif lain untuk menggantikan rencana mendaki gunung tersebut.
"Makasih, Novi. Aku akan mencari alternatif lain untuk menggantikan rencana kita. Kita bisa mencoba aktivitas lain atau menjelajahi tempat lain yang menarik," tulis Romy dalam balasan pesan chatnya.
Novi setuju dan keduanya pun mulai merencanakan aktivitas alternatif yang bisa mereka lakukan bersama. Meski kecewa, mereka tetap berusaha untuk tetap bersenang-senang dan mengeksplorasi hal-hal baru bersama-sama.
Hari itu, Romy tampak murung dan sedih. Ia terus memikirkan keinginannya untuk mendaki gunung dan melukis di puncak gunung. Ia merasa sangat tertarik dengan seni dan ingin mencoba melukis pemandangan indah dari puncak gunung yang menakjubkan.
Namun, ketika ia mengutarakan keinginannya kepada orangtuanya, ia tidak mendapat izin untuk melakukannya. Romy merasa sangat kecewa dan sedih karena ia ingin sekali mengeksplorasi alam dan mengejar hobi seninya.
Ia duduk di kamarnya dan memandangi lukisan pemandangan gunung yang ia buat beberapa waktu lalu. Ia merasa sangat terinspirasi oleh keindahan alam dan ingin sekali mengalami keindahan tersebut secara langsung.
Namun, meskipun ia merasa sedih, Romy tetap memutuskan untuk tidak menyerah. Ia tahu bahwa masih ada banyak cara untuk mengeksplorasi alam dan mengembangkan hobi seninya tanpa harus mendaki gunung.
Ia mulai mencari alternatif lain untuk memuaskan keinginannya tersebut, seperti mencari tempat alam yang menarik di dekat rumahnya dan mempraktikkan teknik melukis yang baru.
Meskipun awalnya Romy merasa sedih dan kecewa, ia belajar untuk tidak menyerah dan tetap berusaha mengejar impian dan keinginannya. Ia tahu bahwa jika ia terus berusaha dan tidak menyerah, suatu saat nanti ia akan berhasil mencapai tujuannya.
Tak lama setelah Romy merenung di kamarnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ketika Romy melihat layar ponselnya, ia melihat pesan dari Novi yang mengajaknya untuk mendaki bukit belakang sekolah.
"Romy, bagaimana jika kita mendaki bukit belakang sekolah? Itu hanya butuh waktu 1 jam saja!" tulis Novi dalam pesan chatnya.
Romy merasa senang mendengar ajakan tersebut. Meskipun bukan gunung yang besar dan megah, setidaknya ia masih bisa mengeksplorasi alam dan menikmati keindahan pemandangan yang ada di sekitar sekolah mereka.
"Iya Nov, itu ide bagus! Ayo kita berangkat besok pagi!" balas Romy antusias.
Setelah Romy merencanakan perjalanan pendakian ke bukit belakang sekolah dengan Novi, ia tidak lupa untuk meminta izin kepada ibunya terlebih dahulu sebelum berangkat.
Romy dengan sopan mendekati ibunya dan berkata, "Bu, besok aku dan Novi mau pergi mendaki bukit belakang sekolah. Boleh gak bu?" ucap Romy dengan memasang wajah penuh belas kasihan.
Ibu Romy memperhatikan putranya sejenak dan kemudian menjawab, "Yasudah Nak, asalkan kamu tetap berhati-hati dan memperhatikan keselamatanmu selama perjalanan. Bukit itu memang gak tinggi, tapi jangan lupa untuk membawa air minum dan camilan ya nak!" Nasehat sang ibu kepada Romy.
Romy merasa sangat senang dan bersyukur atas izin yang diberikan oleh ibunya. Ia pun mengucapkan terima kasih dengan senyum di wajahnya, "Terima kasih Bu, aku akan sangat berhati-hati di sana, sekali lagi makasih Bu!” Rony tertawa kemudian memeluk sang ibu.
Dengan izin dari ibunya, Romy dan Novi dapat menjalankan rencana mereka dengan tenang dan penuh semangat. Mereka bisa mengeksplorasi alam, menikmati pemandangan, dan menyalurkan hobi mereka tanpa ada rasa khawatir ataupun terhalang oleh halangan lain.
Keesokan paginya, Romy dan Novi sudah siap-siap untuk mendaki bukit belakang sekolah. Mereka membawa peralatan yang diperlukan seperti air minum, camilan, dan alat-alat yang dibutuhkan untuk melukis.
Ketika mereka sampai di puncak bukit, Romy merasa sangat senang dan bahagia. Meskipun bukan gunung yang besar, pemandangan yang ada di sekitar bukit juga sangat indah. Romy pun mengambil alat melukisnya dan mulai melukis pemandangan di hadapannya.
Mereka juga menikmati camilan yang mereka bawa sambil menikmati keindahan alam di sekitar mereka. Romy merasa sangat bersyukur bahwa ia memiliki teman seperti Novi yang selalu mendukung dan membantunya mengejar impian dan hobi seninya.
“Kamu senang Rom?” tanya Novi
“Banget, makasih ya udah ngajakin aku ke sini!” ucap Romy.
Setelah selesai melukis, mereka turun dari bukit dengan penuh semangat dan bahagia. Meskipun hanya perjalanan singkat, Romy merasa bahwa pengalaman itu sangat berharga dan akan selalu diingatnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!