"ternyata, bapakmu jauh lebih bisa ngertiin aku ya jika dibanding sama kamu ! " kata wanita berseragam SMA itu.
Laki-laki yang lagi asyik dengan buku bacaan ditangannya itu terkekeh. Ia memegangi perutnya, yang sakit karena terlalu berlebihan saat tertawa.
"lalu, kenapa kamu tidak minta bapakku buat nikahin kamu?" Jawabnya santai sesaat setelah ia bisa mengatur nafasnya lebih tenang.
Wajahnya kembali ia tutup dengan buku ditangannya, yang seolah sedang fokus membaca. Padahal, dibalik topengnya ia menyembunyikan wajah yang masih sulit untuk di kontrol. Ia sangat senang melihat gadis didepannya memasang wajah kecut seperti itu. Baginya itu adalah hiburan.
Well, dia adalah Keysha atau lebih akrab disapa Key. Gadis cantik yang baru duduk dikelas sebelas SMA. ia selalu berpenampilan anggun dengan jilbab yang setia membalut kepalanya. Sifatnya, tidak selalu lembut, dia selalu ketus dan acuh pada Sandy. Laki-laki yang dua minggu ini menikahi nya. What?? Nikah? Iya! Ngga perlu kaget. Key menikah juga dengan dasar terpaksa. Ia tidak mengenal sandy sebelumnya, ia menikah siri tanpa ada yang tahu selain keluarga dan pihak-pihak yang terkait. Bahkan, Rania sahabat dekat Key pun tidak mengetahui itu, Key selalu menyembunyikan identitas aslinya dihadapan semua orang. Sandy, terpaut usia yang cukup jauh dengan Key, entahlah apa yang membuatnya tertarik saat ayahnya menawari dia untuk menikah dengan Key, gadis berjilbab yang masih mengenyam bangku SMA. Memang dari segi fisik, Key sangat cantik, sangat menarik, sangat manis pula. Tiada kebosanan saat memandangi wajahnya, apalagi saat ia tersenyum. Namun, dibalik itu ia sangatlah galak dan keras kepala. Sedangkan Sandy? Dia pria yang penuh ketenangan, dia santai, dia juga ramah, tentu dia bisa lebih lembut daripada Key.
--
Pernikahan sirih yang mereka jalani, tidak berdasar cinta. Tidak ada perkenalan khusus diantara keduanya. Selain pertemuan singkat, saat mereka berpapasan diperusahaan tekstil milih ayah Sandy. Ia menatapnya biasa, sama halnya menatap para wanita sexy yang berlalu lalang dihadapannya setiap hari.
Malam itu, Danu ayahnya Keysha mengundang Candra beserta keluarganya. Mereka tak lain adalah Sandy, Audry dan Meera ibu Sandy. Tidak ada tujuan lain sebenarnya dalam pertemuan mereka selain membicarakan tentang bisnis. Danu mengalami kebangkrutan yang fatal. Banyak klien yang memutus kontrak dengannya secara sepihak. Hanya Candra satu-satunya harapan dia untuk membantu keuangan perusahaan. Menstabilkan semua dan mengembalikan semua seperti sedia kala. Bukan bisnis, jika tidak ada imbalan dalam membantu. Ia bisa saja membalikkan telapak tangannya, untuk memenuhi keinginan Danu. Hanya dengan ia mau menukarkan salah satu putrinya dengan semua. Candra berjanji tidak akan memperbudak atau menyakiti gadis yang terpilih, dia hanya akan membuatnya menjadi istri dari anak sulungnya yang waktu itu sedang tidak bisa menghadiri jamuan makan malam yang Danu siapkan. Danu tercengang, ia mengernyit lalu berlutut pada Candra agar merubah syarat yang di minta. Namun, sayangnya Itu semua sia-sia. Tangisnya tidak merubah keputusan Candra yang semena-mena itu. Danu tidak ada pilihan lain selain mengiyakan apa yang Candra minta dan dia menunjuk Keysha untuk ia tukarkan dengan bisnis yang menjanjikan itu.
"tapi yah, key masih sekolah! Dan key masih terlalu muda untuk menikah!" Bantah Key saat Danu mengatakan niatnya pada keluarganya.
"sudahlah key, terima saja! Kapan kamu bisa balas budi sama kami. Jika tidak sekarang." lita, ibu tiri Key membela Danu. Tertebak jelas betapa bahagianya dia mendengar jika key lah yang bakal menikah dengan laki-laki yang belum mereka ketahui sebelumnya itu. Ia merasa lega saat Danu menunjuk Key dan bukan Sinta adik Key, yang terpaut usia hanya satu tahun. Adik dari hubungan gelap antara Danu dan Lita, wanita licik yang kini menjadi ibu tirinya.
Key tidak lagi ingin berdebat dengan Lita, ia hanya berani menundukkan kepala dan menyembunyikan genggaman tangannya yang sangat keras. Dia ingin marah, tapi tak bisa. Ingin sekali lagi menolak, Tidak! Itu hanya akan membuatnya semakin tersiksa.
Dalam mimpi dan setiap langkah yang dia pilih. Dalam alunan detik yang menjadi menit, ia hanya berharap jika laki-laki itu tidaklah terlalu buruk untuk dia tatap setiap harinya.
Bersambung.......
"Kamu mau mempermalukan aku?" Key merunduk mendekatkan wajahnya di samping Sandy. Kini dia sudah berdiri disamping mobil lamborgini merah milik suaminya. Nada bicaranya sangat ringan, namun tegas. Ia tak ingin jika teman-temannya melihat Sandy, lalu mendesak nya untuk berkata jujur tentang laki-laki tua itu. Huh! Tidak!
Sandy menyeringai jail, ia menggoda Keysha dengan mengedipkan sebelah matanya. Sekali lagi, laki-laki yang kini bergelar suami Keysha itu memang sangat senang melihat istrinya marah-marah, lalu memasang wajah masam dan itu sedap dipandang olehnya.
"Kak, Keysha mohon!" pinta Key berpura-pura melas.
"ok baiklah" Sandy terkekah, kakinya perlahan mulai memancal pedal gas dan menutup kaca mobil seiring roda berputar.
"wiih, mobil ayah kamu baru key?" Rania telah berdiri tegak dibelakang Key. Matanya jelalatan mengikuti arah mobil melaju, memandang kagum seperti sedang menyampaikan, wah mobil kamu keren! Itu kan keluaran terbaru!
"kamu sudah lama disitu Ran?" Key gugup, ia belum siap jika harus menceritakan kisah buruknya. Mimpi yang tak ingin ia bagikan, kisah pilu yang tak pernah diharapkan. Miris! Bagaimana tidak? Harga dirinya hanya seharga saham Candra yang ditanam diperusahaan Danu. Sebatas itu, tidak ada lebihnya! Danu! Kau terlalu mulia untuk dipanggil Ayah.
Rania mengernyitkan alisnya, matanya sedang asyik memandangi tingkah laku Keysha.
"enggalah, aku baru saja di sini. Kamu kenapa sih lihat aku kaya lihat setan?" Keysha menghela nafas lega. Ia kembali berjalan setelah memastikan jika Rania tidak melihat Sandy. Setidaknya, ia masih punya banyak waktu untuk memikirkan jawaban apa yang akan dia sebarkan jika telinganya dipenuhi pertanyaan tentang laki-laki aneh tersebut. Ah! Masa remaja nya berasa seperti tawanan. Ia diawasi dimanapun kakinya melangkah, bagaimana tingkahnya dan tentu dengan siapa ia bergaul.
"kamu tadi kejedot? Atau abis jatuh? Kayanya ada yang meslek deh tu otak." protes Rania yang merasa terabaikan. Ia sangat serius mengejar Keysha dengan pertanyaan-pertanyaan konyolnya. Begitulah dia, Rania aghata! sahabat, sohib, dan segalanya bagi Keysha. Tidak ada satupun orang disekitar Key yang setulus dia. Sayangnya, melebihi Danu. Cintanya? mungkin menjadi nomor satu untuk saat sekarang. Demi apapun itu, dia tidak akan mengorbankan sahabatnya.
--
Gilang Anggara, laki-laki yang selalu menebar pesona didepan Key. Ia sangat menggilai wanita yang tampak anggun dengan balutan jilbabnya itu. Gilang adalah anak tunggal dari pemilik yayasan Nusa Bakti tempat mereka sekolah. Tidak ada satupun yang tidak terpesona melihatnya, wanita-wanita cantik itupun rela melakukan apapun demi bisa jalan bareng Gilang. Kabarnya, ada yang secara terang-terangan mau memberikan mahkotanya pada lelaki tampan itu. Waw! Ini gila!
Keysha, melewati barisan laki-laki *geng motor* yang diketuai gilang. Tidak ada perasaan yang aneh saat ia jalan tanpa menyapa mereka. Ia tetap memfokuskan matanya kedepan, tidak melirik ataupun menatap. Karena sejatinya, dia memang tidak tertarik dengan lelaki angkuh itu. Jika disandingkan dengan Sandy, Gilang tidaklah ada apa-apa nya. Ia bagaikan bulu mata Sandy yang lepas lalu terbuang bersama semilir gerak angin. Entah! Apa yang membuat para wanita itu bodoh didepan Gilang.
"pacar boss mah bebas." Rania terkekeh didepan telingan Keysha. Wanita yang benar-benar membuat Gilang menggila.
"Key tunggu!" Gilang berteriak memanggil namanya. Mengagungkan bidadari yang melintas dihadapannya. Ia baru sadar sesaat setelah Roni, kawannya memberi kode. Rania kini tertunduk, merasa takut jika Gilang mendengar canda yang dia lontarkan. Gelagatnya gelisah, seperti mengatakan aduh! Apa dia dengar yang gue katakan tadi ? Lamunannya terhempas, lalu dia merangkul tangan Key erat-erat.
"kamu malem ini ada waktu kosong tidak? Kita dinner bareng yuk." benar-benar lelaki jantan, Gilang dengan percaya diri saja jika Key akan menerima. Ia memang tidak suka basa-basi. Jika dia suka dia akan mengejar. Kalau dia benci, dia akan menghardik. Begitulah, lelaki angkuh itu selalu menyombongkan kedudukannya di yayasan itu.
"Sorry Lang, waktu aku satu bulan kedepan sudah terlalu padat." Key menyeringai, ia senang membuat lelaki itu mati kutu didepan teman-temannya dan siswa lain. Dia tidak ingin jahat, hanya memberi sedikit peringatan juga pelajaran untuk pria itu. Pria yang dengan mudah mematahkan hati banyak wanita. Desas-desus yang tersebar, pacar nya selalu berganti setiap hari. Ih! Benar-benar buka type aku batin Key seraya kembali melangkah dan mesngacuhkan Gilang tanpa permisi.
Bersambung......
"tumben sih Key, om Danu mau anter jemput kamu. Emang mak lampir itu tidak akan marah?" Rania menekankan pertanyaan. Ia mengalihkan arah pandang ke mobil mewah yang kini mulai menepi dan mendekat kearah mereka. Key menoleh, ia tercengang dan kaku seketika. ******! Keysha, melotot ke kaca mobil tepat disamping kemudi. Entah! Apakah Sandy sedang tertawa menyaksikan tingkah konyalnya. Ia tak ingin memusingkan itu.
"oh, i-itu sopir aku! Ya sudah aku pulang dulu ya Ran, bye!" Keysha tidak mengindahkan apa yang Rania pikirkan. Ia tak mau lebih lama diserbu pertanyaan yang menjebaknya dari Rania. Hanya beberapa detik, Keysha sudah menghilang dan menutup pintu secepat mungkin.
"Kakak ya! Ingin aku mati muda? Bisakan kasih kabar dulu sebelum datang ?" Key memanyunkan bibir tipisnya. Ia menonjok lengan Sandy sekeras yang dia bisa. Baginya itu keras sekali hingga terasa ngilu dijari Key. Tapi tidak untuk Sandy, baginya itu hanya seperti timpukan benda kecil yang tidak memiliki bobot.
"apa salahnya aku jemput istri sendiri ?" Sandy memang pria yang santai. Ia selalu menanggapi amarah Key dengan candaan. Bahkan, ia sering memainkan mata hanya untuk menggoda istrinya.
"kak Sandy ? kakak tidak lupa jalan pulang kerumah kan?" kini Key merasa bingung saat Sandi menelusuri jalanan yang jelas bukan arah kerumahnya. Laki-laki itu hanya sesekali melirik Key yang mulai ngoceh sesuka hatinya. Sandy selalu merasa terhibur dengan tingkah konyol wanita itu. Seharian bergelut dengan pekerjaan yang membuatnya pusing. Namun penatnya akan mudah pergi dengan hal apapun yang Key lakukan. Ia selalu bisa tertawa lepas, walau Key selalu marah-marah kepadanya.
"ini Villa kakak?" Keysha mengitari bangunan minimalis yang terletak dipegunungan itu. Halaman yang luas, dan tempat yang tinggi membuatnya leluasa memandang sejauh mungkin, pemandangan yang tidak mereka temui dikota. Suasana yang masih asri, semilir angin dingin menyibak bulu kudunya.
"selama kamu libur, kita akan tinggal di sini." Sandy tidak melihat kearah wanita itu. Ia berbicara dengan tetap menurunkan barang-barang dari bagasi mobil yang telah dia siapkan sendiri. Key enggan menjawab. Rasanya percuma jika dia bertanya kakak tau dari mana kalo sekolahku libur. Karena lelaki itu pasti sudah menghubungi pihak sekolah. Toh, dia punya mata disetiap tempat. Sudah! Pahamlah!
Keysha mengitari setiap sudut didalam Villa, dilihatnya ruang ke ruang lainnya. "tidak ada yang jaga di sini?" Keysha mengernyit. Jiwanya yang penakut bergejolak, matanya seperti bilang iya kali, aku tinggal dirumah kosong! Begitulah.
"dasar penakut" Sandy mendorong ringan dahi Key. Ia mudah sekali membaca perasaan wanita kecil itu. Walaupun key membantah dan mengatakan, "Aku tidak takut. Aku ..aku hanya heran saja rumah sebesar ini di biarkan kosong." Tetapi tingkahnya tidak bisa berkata bohong. Tubuhnya, seperti ada magnet yang membuatnya menempel dan terus mengikuti langkah kaki Sandy.
"sudah, tidur dulu! Kalo takut nyalain saja itu tv" Sandy meletakkan buku dimeja sebelah ranjang mereka. Ya, walau Key menolak dan selalu ketus, semenjak menikah mereka memang selalu tidur seranjang. Tidak ada aktifitas yang lebih penting diatas kasur selain tidur. Sandy sama sekali belum pernah melakukan hal yang sifatnya intim terhadap Keysha.
"kakak mau kemana? Keysha ikut!" Key bergegas berdiri dan kembali ke samping Sandy.
"kamu masih ngga ngaku kalo kamu itu penakut? Dasar bocah!" Sandy terkekeh. Ia tertawa seolah menonton lenong betawi, atau pertunjukan lawak. Keysha, benar-benar tidak bisa menyembunyikan kecemasannya.
"Aku mau mandi, kamu yakin mau ikut?" Sandy meratakan wajahnya agar menyeimbangi Key, iq menunduk. Perawakan tubuhnya yang tinggi, harus membuat dia membungkuk jika ingin menggoda Keysha. Wanita itu, tidak sama sekali mengeluarkan suara selain, "yasudah, aku tunggu disini. Tapi pintu kamar mandi jangan kakak tutup ya! " Key kembali keatas kasur, dan baru kali ini ia bisa bicara selemput itu terhadap Sandy. Sandy hanya mencermati, tidak ada jawaban dari balik lidahnya, ia hanya tersenyum dan melakukan apa yang istrinya inginkan.
15 menit mereka terpisah tembok. Terasa seperti berjam-jam dalam benak Keysha. Sandy mengenakan piyama dan meraih handphone yang ia letakkan dimeja kecil yang terletak di kamar mandinya. Hujan mulai mengguyur dengan derasnya, angin bertiup sedemikian kencangnya. Lampu bergoyang dan mati tanpa aba-aba.
"Kak Sandy?" Key mencekram bantal yang ia peluk sedari tadi. Ia selalu takut dengan keadaan seperti ini. Gelap, hujan, angin, petir. Membawanya pada kenangam buruk diusia kecilnya. Matanya beralih cepat, pada sorot lampu yang tergambar wajah seram diatasnya.
"aaaaaaaaggghhhh" Keysha berteriak semaunya. Mengeluarkan rasa takut yang menyumbat aliran nafasnya.
"Ini aku". Sandy reflek memeluk erat tubuh istrinya yang gemetar karena gelisah.
"Aku takut kak, aku takut" Keysha menutup telinga, sebelumnya ia selalu marah jika Sandy menggoda nya dengan sentuhan. Tetapi kali ini tampak berbeda. Justru tubuhnya bergerak seakan meminta. Sandy? Dia tidak pernah melihat Key seperti ini, menangis, takut dan benar-benar mencemaskan. Dipeluknya tubuh gadis itu hingga mereka terlelap masih dalam dekapan.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!