NovelToon NovelToon

The Assassin & The Blind Saint

Arc 1 : Prolog

Di suatu malam, terdapat beberapa mayat yang tergeletak di dekat sebuah kereta kuda. Terlihat dari interiornya, kereta kuda itu di membawa seorang dari kalangan bangsawan. Tidak jauh dari lokasinya, terlihat beberapa orang pria sedang mengelilingi seorang perempuan berambut Platinum dengan luka bakar di wajahnya . Para pria itu adalah sekelompok bandit yang terkenal sering merampok orang - orang yang melewati jalur tertentu.

“Kurasa dia hanya seorang pengalih saja dan bangsawan yang sebenarnya sedang melewati jalur lain,” ucap salah seorang bandit.

“Dalam penyergapan ini, kita kehilangan setengah dari kelompok kita. Tapi yang kita dapatkan hanyalah wanita buruk rupa,” umpat bandit tersebut.

“Menurutmu, berapa harganya jika kita jual ke perbudakan?”

“Hehh paling hanya laku beberapa keping koin silver.”

Mendengar para bandit sedang mengukur nilai yang di miliki olehnya, gadis itu mulai terlihat gemetaran.

“Baiklah, mari kita ikat wan--” suara bandit itu terhenti karena di tenggorokannya, terdapat sebuah pisau yang tertancap.

“Waa… apa yang terjadi!” salah satu bandit itu terkejut melihat salah satu rekannya tewas mengenaskan.

Splurtt!

Kemudian, dua bandit lainnya mulai tumbang dengan luka sayatan yang ada di leher mereka.

“Keluar kau! Tunjukan dirimu!”

Para bandit itu lalu melihat sesosok pria yang muncul di kegelapan malam. Ketiga bandit yang tersisa lalu mulai bergerak untuk menebasnya dengan sebuah pedang.

Swosshh!

Namun, tiba - tiba pria itu sudah berada di belakang mereka.

Salah satu kepala bandit itu terpenggal. Sisa dua bandit yang melihatnya lalu mulai gemetar ketakutan dan mencoba melarikan diri. Akan tetapi, pria itu tidak akan membiarkan mereka melarikan diri. Dengan cepat pria itu berlari dan muncul di hadapan kedua bandit tersebut.

Splurrtt!

Pria itu menebas kedua leher bandit itu. Setelah Pria itu menghabisi semua bandit tersebut, dia menghampiri gadis tersebut.

“Bagaimana keadaanmu?”

***

Alterna, sebuah Benua dimana para Manusia, Iblis dan berbagai demihuman hidup. Pada saat ini, terjadi sebuah peperangan antara pihak manusia dengan para iblis. Aliansi Negeri Manusia yang di pimpin oleh Kekaisaran Habsburg sedang dalam keadaan yang dipojokkan. Para iblis berhasil menguasai setengah dari Kerajaan Thuringia yang menjadi garis depan pertempuran para manusia dan iblis.

Situasi ini dikarenakan mereka telah kehilangan Seorang Saint yang memiliki kekuatan untuk memperlemah para iblis. Hal ini akan menjadi keuntungan umat manusia ketika terjadi pertempuran skala besar dengan para iblis.

Selain kekuatan yang melemahkan iblis, Saint juga akan melakukan sebuah ritual yang mana memberikan sebuah keberkahan Sang Dewi kepada manusia - manusia terpilih. Manusia yang terpilih tersebut akan menjadi para pahlawan yang akan menjadi ujung tombak umat manusia untuk mengalahkan para iblis yang menyerang.

3 tahun yang lalu, 1 tahun sebelum deklarasi perang dari raja iblis di umumkan. Saint terakhir meninggal dunia dan membuat umat manusia berada dalam situasi yang sekarang. Untuk saat ini, Para petinggi Kuil Dewi Athena sedang mencari kandidat para Saint yang akan di beri keberkahan dalam upacara Kenaikan Dewi Athena 3 bulan yang akan datang.

Selain Kuil Athena, Negeri - negeri manusia juga ikut mencari kandidat seorang saint dengan harapan, Saint terpilih akan memberkahi salah satu Ksatria yang ada di negeri mereka. Ini dikarenakan, Status pahlawan sangat berpengaruh untuk menaikan Status dan posisi suatu negeri dalam benua Alterna.

Tak sedikit dari mereka bahkan melakukan berbagai rencana licik dan menyabotase masing - masing demi mendapatkan kandidat seorang Saint. Kekaisaran Habsburg yang sebelumnya kandidatnya mendapatkan status Saint, memilih 5 orang pahlawan dari negeri tersebut dan membuat Kekaisaran Habsburg menjadi negeri paling dominan di benua Alterna.

Saat ini, di suatu Hutan di perbatasan antara Kerajaan Loraine dengan Kekaisaran Habsburg, terdapat seorang pria dan gadis berambut platinum dengan luka bakar di wajahnya sedang terduduk di dekat sebuah api unggun. Mulai saat ini, pergerakan dan perbuatan mereka akan membawa arah dari takdir umat manusia yang ada di Benua Alterna di masa depan.

...----------------...

...Author Note : ...

Pindah ke Akun lain yang namanya Gehrman

Arc 1 Chapter 1 : Wanita Buta

Aku sedang membuat api unggun ketika mendengar sebuah jeritan tidak jauh dari tempatku beristirahat. Aku kemudian bergerak ke arah suara jeritan tersebut dan menemukan belasan bandit sedang melawan beberapa orang prajurit pengawal. Aku mulai memeriksa keadaan sekitar untuk memastikan tidak ada musuh yang sedang bersembunyi. Para bandit itu telah membunuh 6 pasukan pengawal beserta supir kereta kudanya.

Tersisa hanya satu orang wanita saja dari rombongan kereta kuda tersebut. Bandit - bandit itu mulai membicarakan tentang nilai wanita yang ada di depan mereka.

Aku kemudian memposisikan diriku di titik buta para bandit tersebut menggenggam sebuah Baselard ( sebuah pedang pendek ) lalu melesat dan memenggal kepala salah satu bandit tersebut. Setelah membunuh semua bandit tersebut, aku kemudian mendekati wanita yang sedang terduduk dan menundukkan wajahnya itu.

“Bagaimana keadaanmu?” tanyaku.

Wanita itu lalu mengangkat wajahnya. Aku lalu dapat melihat wajahnya yang memiliki luka bakar di sekitar area matanya. Terlihat pupil matanya yang berwarna putih yang mengindikasikan wanita itu mengalami kebutaan.

“Ya... Aku tidak apa - apa,” jawab wanita itu lirih. “Terima kasih telah menyelamatkanku tuan,” tambahnya.

“Yang lainnya telah terbunuh. Kau ikutlah denganku, sendirian di alam liar seperti ini dengan kondisimu hanya akan menjadi sasaran empuk bagi hewan buas dan bandit - bandit.”

“Ummm,” wanita itu mengangguk setuju.

Aku memberinya sebuah mantel agar dia tidak kedinginan. Kami lalu berjalan ke tempat peristirahatan ku tadi.

Wanita itu sepertinya tidak terlalu kesulitan berjalan di belakangku.

Setelah sampai di tempat peristirahatan ku, aku mulai kembali mempersiapkan api unggun untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya angin malam.

Aku lalu menatap wanita buta itu yang sedang terduduk diam.

“Namaku Sirius, siapa namamu?” tanyaku.

“Kau bisa memanggilku Lena,” jawab Lena dengan datar.

Dia terlihat lebih muda sedikit dariku, usia 17 atau 18 tahun.

“Baiklah Lena, apakah ada tempat yang ingin kau tuju?” tanyaku. “ Aku akan mengantarmu jika kau memiliki keluarga atau teman di suatu tempat. Kau tidak akan bisa kemana - kemana dengan selamat hanya dengan sendirian dengan kondisimu.”

Setelah di pikir - pikir kembali, kereta kuda itu di kawal dengan pengawalan yang minim untuk kereta kuda semewah itu di jalanan seperti ini. Apakah dia hanya umpan saja? Ataukah dia memiliki identitas lain?

“Mengapa Sirius ingin membantuku? Kita hanya pertama kali bertemu dan aku tidak memiliki apapun untuk membalas kebaikanmu,” tanyanya dengan nada sedikit terkejut.

“Aku telah berjanji kepada seseorang untuk mengubah cara hidupku. Kurasa dengan membantumu adalah awal yang baik,” jawabku.

“Terima kasih,” ucap Lena singkat

Aku lalu mengambil sebuah terpal di dalam tasku dan memberikannya kepada Lena.

“Beristirahatlah. Kita harus bergerak pagi - pagi sekali jika ingin sampai di kota terdekat sebelum matahari terbenam nanti.”

“Ummm.”

Lena lalu mulai tertidur tidak lama kemudian. Aku lalu mulai memejamkan mataku dan mengingat kata – kata terakhirnya.

‘ Sirius, pergilah dari sini dan jalanilah kehidupan normal layaknya manusia biasa. Bantulah orang terdekatmu dan carilah sebuah arti dalam kehidupan ini. ’

Selama 15 tahun, Aku hanya hidup untuk melaksanakan perintah dari atasanku dan tidak pernah berpikir tentang mencari arti dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Aku lalu mulai memejamkan mataku sambil memikirkan tentang arti dari perkataannya.

...----------------...

Keesokan harinya, Aku terbangun dan mulai merapikan barang - barang ku. Tak lama kemudian, Lena terbangun lalu merapikan terpal dan mantel yang aku berikan.

“Ambilah. Kau harus punya tenaga jika akan melakukan perjalanan.” Aku memberinya sebuah daging kering.

“Terima kasih,” ucapnya pelan.

Dia lalu mulai memakan daging kering tersebut. Di lihat dari sikapnya, kurasa dia telah mengalami kebutaan sejak lama. Dia dapat dengan baik merasakan dimana keberadaan orang - orang di dekatnya.

“Ini, minumlah.”

Sambil menunggunya selesai sarapan, aku lalu memanjat pohon – pohon untuk melihat ke arah langit. Hmm… tidak terlalu banyak awan, kurasa tidak akan ada hujan untuk hari ini. Sekembalinya aku dari atas pohon, Lena telah menyelesaikan sarapannya.

“Terima kasih atas makanannya, Sirius.”

“Tidak masalah, Ayo kita mulai bergerak.”

“Mau kemana kita?”

“Aku akan menjelaskannya dalam perjalanan,” jawabku.

Kami mulai melakukan perjalanan. Aku menyesuaikan kecepatan berjalanku dengan Lena agar jarak kami tidak terlalu jauh.

“Lena, kemanakah tujuanmu sebenarnya?” tanyaku

“Rombonganku akan menuju ke Kota Braswigh,” jawab Lena. “Rombongan kami berasal dari daerah luar Kota Fronche di Kerajaan Aquitainne,” tambahnya.

“Kami melakukan perjalanan selama 7 hari sebelum di serang para bandit itu,” jelas Lena.

Setelah mendengar ceritanya, aku merasa ada kejanggalan pada penjelasannya. Aku mengenali lambang yang ada di kereta kuda yang Lena naiki. Lambang itu adalah kode rahasia yang biasa di gunakan oleh Departemen intelejen Kekaisaran Habsburg. Dilihat dari jumlahnya, apakah mereka sebelumnya mengalami beberapa kali serbuan?

“Kita sedang berada di Hutan Elmea. Perbatasan antara Kerajaan Loraine dengan Aliansi Zona Netral Hansa. Aliansi Zona Netral adalah kota - kota pembatas berbagai negeri sebagai wilayah yang bebas di masuki oleh orang - orang di berbagai belahan Alterna.”

“Begitukah, aku tidak terlalu paham mengenai geografis tentang Benua Alterna,” ujar Lena.

“Kita akan berjalan sejauh 50 km untuk mencapai Kota Omor, yang termasuk dalam wilayah Zona Netral. Setelah dari situ, kita akan melewati perbatasan Kekaisaran Habsburg dan sampai ke Kota Braswigh,” jelasku.

“Kemana tujuan Sirius sebelum menyelamatkanku?” tanya Lena.

“Kurasa, aku akan ke Kota Wien yang ada di Archduchy Astria. Aku berencana untuk menjadi Patrol Guard di sana.”

“Kurasa, itu adalah pekerjaan yang mulia, apakah ada alasan tertentu Sirius ingin menjadi Patrol Guard?” tanya Lena.

Selama hidupku, aku hanya membunuh orang hampir setiap harinya. Pimpinan mengatakan, aku harus hidup normal dan mencari tujuan baru dalam kehidupanku. Aku ingin menjadi Patrol Guard dengan tujuan mendapatkan kehidupan normal dengan melakukan kebalikan dari apa yang kulakukan selama ini.

“Aku selama ini hidup hanya dengan melakukan hal - hal buruk dan tidak memiliki tujuan hidup. Kurasa, dengan menjadi Patrol Guard akan membuat hidupku lebih berarti bagi orang lain dan menemukan tujuan hidup yang lebih baik,” jawabku.

Membunuh, sabotase, penyiksaan dan hal - hal kotor lainnya adalah perintah - perintah yang aku terima dari Organisasi Ouroboros selama 10 tahun. Sebuah organisasi yang melatih para pembunuh professional dan mata - mata terlatih. Selama puluhan tahun, Ouroboros selalu menjadi pilihan para orang - orang berpengaruh untuk melakukan rencana kotor mereka. Namun beberapa tahun ini, Ouroboros dianggap sebagai ancaman bagi mereka karena memiliki berbagai rahasia - rahasia penting para petinggi berbagai negeri.

Satu Bulan yang lalu, Empat Negeri bersatu dalam melakukan operasi khusus untuk menghancurkan Ouroboros. Terjadi pertarungan besar - besaran di markas Ouroboros yang berada di Lembah Apenin. Aku berhasil melarikan diri akan tetapi, hampir semua anggota Ouroboros mati ataupun tertangkap.

“Semua manusia pasti memiliki kesalahan atau penyesalan mereka masing - masing,” ujar Lena dengan lembut. “Langkah pertama yang harus di lakukan adalah terus maju dan jangan terjebak di masa lalu,” tambahnya.

Apakah aku terjebak dalam kehidupanku sebagai seorang Assassin Ouroboros? Di dalam hatiku, aku masih menganggap diriku adalah seorang Assassin terlihat ketika aku tidak segera menolong para pengawal itu dari para bandit.

“Terus maju dan jangan terjebak dari masa lalu, kah?” gumamku.

Aku berhenti berjalan lalu berbalik menatap wajahnya.

"Terima kasih, Lena. Kata - kata mu membuatku lebih baik.”

“Sama-sama.” Lena lalu membalas ucapan terima kasihku dengan sebuah senyuman.

Arc Chapter 2 : Topeng

Setelah 3 jam melakukan perjalanan, kami berhasil keluar dari hutan dan sekarang tengah beristirahat di pinggiran sebuah sungai. Aku lalu melihat refleksi wajahku di air sungai yang jernih.

Terlihat sebuah wajah dingin dengan rambut hitam dan mata hitam layaknya kegelapan malam. Seseorang pasti tidak akan menyangka laki - laki dengan wajah seperti itu telah melakukan banyak sekali aksi - aksi keji. Setelah melihat refleksi wajahku untuk beberapa saat, aku berpikir bahwa kepribadian manusia tidak hanya tampak dari luarnya saja.

Setelah selesai membersihkan diri, aku lalu pergi ke sisi lain sungai untuk mencari Lena. Terlihat dia sudah selesai membersihkan diri. Aku lalu menghampirinya.

“Kau harus mencoba air sungainya, Sirius. Ini sangat segar sekali,” ucap Lena terdengar sangat senang akhirnya bisa melepas dahaganya selama beberapa jam perjalanan.

“Setidaknya kau harus memasaknya terlebih dahulu jika tidak ingin sakit perut di perjalanan nanti,” ujarku memberitahunya setengah bercanda.

Ekspresi Lena lalu membeku setelah mendengar perkataan Sirius.

“Bercanda - bercanda, hahaha.” Melihat ekspresi Lena yang lucu membuatku tertawa. ”Untuk air sebening ini dan tidak memiliki aroma yang mencurigakan, kurasa aman saja untuk di minum,” jelasku.

“Untuk sesaat, aku merasa ingin memuntahkan air yang ku minum kau tahu,” ujar Lena dengan nada kecut. "Jangan mempermainkan orang buta, apakah kata - katamu sebelumnya mengenai 'ingin menjadi orang yang lebih baik' itu hanya sebuah candaan juga?"

Hey-hey, dia menjadi marah. Apakah candaan ku terlalu berlebihan.

“Maafkan aku, aku takkan mengulanginya kembali.”

Mendengar permintaan maafku, Lena langsung tersenyum.

"Maafmu, kuterima. Padahal, aku hanya ingin memainkan rasa bersalahmu fufufu."

Heh~Dia memiliki sisi seperti itu juga ternyata.

Kami lalu kembali ke tempat peristirahatan untuk mempersiapkan makan siang. Namun aku melihat sebuah kereta kuda dari kejauhan. Nampak dari kejauhan, mereka terlihat melambai - lambaikan tangan mereka.

“Ada apa, Sirius?” Merasakan aku yang terdiam, Lena lalu menanyakan apa yang terjadi.

“Kurasa kita kedatangan sebuah rombongan,” jawabku.

Tak lama kemudian, kereta kuda itu berada tepat di hadapanku. Aku melihat rombongan mereka berjumlah 6 orang. Tiga pria dewasa, satu anak laki- laki dan dua perempuan dewasa.

Salah satu pria yang nampak paling tua lalu turun dari kereta kuda dan menghampiri kami berdua.

“Salam, rekan sesama pengembara. Aku Torren beserta keluargaku ingin beristirahat di samping kalian. Apakah kalian keberatan?” tanya Torren.

Sebelum menjawabnya, aku melihat beberapa tas dan keranjang - keranjang yang ada di atas kereta kuda tersebut. Karena aku yang lama menjawab, suasana tidak lama kemudian menjadi canggung yang membuat Lena menjawabnya pertanyaannya.

“Tidak masalah tuan, tempat ini cukup luas kok.”

“Ahh tentu, terima kasih banyak gadis muda,” ucap Torren sambil tersenyum.

Dari ekspresinya dia terlihat tidak terlalu suka dengan luka bakar yang ada di wajah Lena. Walaupun perkataannya sangat santun akan tetapi, bahasa tubuhnya menunjukan ketidaknyamanan.

Mereka lalu mulai menurunkan beberapa barang – barang mereka dan terlihat semuanya tengah asik mengobrol. Jika dilihat dengan sekilas, mereka terlihat seperti keluarga yang bahagia.

“Ada apa Sirius? Kamu terdiam seperti itu,” tanya Lena.

“Tidak apa - apa Lena, hanya sebuah kebiasaanku ketika tiba - tiba di hampiri oleh orang asing,” jawabku.

Aku dan Lena kemudian kembali mempersiapkan makan siang. Ketika kami makan, ada seorang anak laki - laki yang menghampiri.

“Kakak, kau sedang makan apa?” tanya anak itu.

“Sebuah daging kering dan telur rebus,” jawabku.

“Mehhh sepertinya membosankan. Mau coba masakan ibuku? Ini adalah rebusan khas kampung halamanku,” anak itu lalu memperlihatkan sebuah mangkuk rebusan yang dia bawa.

“Well… kurasa tidak, kami sudah cukup kenyang dengan apa yang kami miliki sekarang anak muda,” jawabku.

“Begitukah, sayang sekali. Padahal masakan ibuku enak tahu,” ujar anak itu yang kemudian kembali ke rombongan mereka terlihat kecewa.

“Hey Sirius, kenapa kau sangat dingin terhadap anak itu?” tanya Lena. “Dia terlihat seperti anak yang baik dan ingin lebih dekat dengan kita saja,” protes Lena.

“Kurasa, aku memang tidak terlalu bisa akrab dengan anak kecil,” jawabku membuat sebuah alasan.

Kode nomer 9 dalam aturan bertahan hidup, jangan pernah menerima apapun dari orang – orang yang mencurigakan. Aku tidak bisa mengatakan hal itu kepada wanita baik seperti Lena.

Setelah selesai istirahat dan makan siang, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Torren lalu mendekati kami dan berbicara.

“Apakah kalian mau melakukan perjalanan bersama kami? Kurasa kita memiliki tujuan yang sama dan melakukan perjalanan dengan banyak orang akan lebih aman bukan?”

“Tentu saja, jika bersama mungkin kita akan bisa membicarakan sesuatu dan tidak akan bosan di perjalanan,” yang menjawabnya adalah Lena.

Kami pun melanjutkan perjalanan bersama rombongan Torren. Kita akan mencapai Kota Omor kemungkinan menjelang matahari terbenam kurasa.

“Hey kakak, Apakah kakak seorang petualang?” tanya anak laki – laki yang bernama Eren.

“Bukan,” jawabku singkat.

“Begitukah, sayang sekali. Aku selalu mendengar bahwa mereka adalah orang - orang yang mampu mengalahkan iblis! Bukankah mereka keren!” Eren terlihat bersemangat ketika mengatakan hal itu.

“Apakah Eren ingin menjadi seorang petualang jika dewasa nanti?” tanya Lena dengan tersenyum.

“Tentu saja! Aku juga akan menyelamatkan seorang Putri kerajaan dari seekor Naga!” ucap Eren dengan menggebu – gebu.

“Hehh Naga yah? Bukannya kau melawan babi liar saja sudah lari terbirit – birit Eren!” ujar salah satu pria di rombongan itu.

“Diam kau! Kau juga mengompol ketika ada ular yang masuk ke celanamu Weli!” balas Eren

“Apa katamu!”

“Hahahaha!”

Para rombongan dan Lena tertawa memperhatikan tingkah mereka. Di sisi lain, aku mengepalkan tanganku dan memutuskan untuk bertindak sesuatu.

Setelah 3 jam berjalan, kami lalu kembali beristirahat di pinggiran sungai. Aku dan Lena sedang mencuci muka untuk membersihkan debu - debu sedangkan para rombongan sedang menyiapkan sebuah makanan dan mengajak kami untuk makan bersama mereka.

Aku lalu kembali melihat sebuah refleksi wajahku di air sungai jernih yang mengalir. Terlihat sebuah ekspresi wajah yang tenang dan mata hitam layaknya kegelapan malam. Aku lalu mengambil Baselard dari sarungnya dan mulai berdiri. Ketika aku mulai berjalan, aku mendengar sebuah suara di belakangku.

“Apa yang akan Sirius lakukan dengan senjatamu itu?” tanya Lena.

Aku lalu terdiam sesaat dan mulai membalikkan badanku dan menatap mata buta Lena. Aku sama sekali tidak terganggu dengan luka bakar yang ada di wajahnya dan berkata.

“Mereka adalah pembunuh.”

“Begitukah? Kurasa mereka memiliki alasan tersendiri untuk itu. Bukankah Sirius juga sama?” tanya Lena.

Ya, orang - orang membunuh mempunyai alasannya masing - masing. Baik itu karena melindungi sesuatu maupun untuk bertahan hidup. Aku yang membunuh hanya karena atas dasar perintah tidak memiliki hak untuk men-judge mereka. Aku lalu mulai melemaskan genggamanku pada Baselard.

“Semua orang mempunyai kesempatan untuk berubah, bukankah kamu juga menginginkan perubahan, Sirius?”

Kata – katanya membuat tekadku menjadi bimbang dan aku pun memutuskan untuk tidak membunuh mereka untuk sementara ini. Kode nomer 4 dalam misi pembunuhan : jika kau ragu, lebih baik menunggu kesempatan lain.

“Baiklah, aku akan membunuh mereka jika mereka mencoba melakukan sesuatu.”

“Mmmm.” Lena hanya mengangguk mendengar perkataanku.

Kami lalu menghampiri rombongan itu dan Torren mempersilahkan kami duduk dengan mereka.

“Cobalah minuman ini Nona, ini adalah minuman penghangat khas dari daerah asal kami.” Torren lalu memberikan Lena dan aku sebuah minuman.

Aku terdiam sebentar sebelum menghabiskan air yang ada di gelas tersebut.

“Bagaimana rasanya?” tanya Torren.

“Kurasa agak sedikit terlalu manis,” jawab Lena.

“Begitukah? Nah cobalah masakan istriku ini.” Torren lalu memberi kami sebuah rebusan daging.

Setelah menghabiskan makanan, mereka lalu mengobrol berbagai cerita perjalanan mereka selama ini.

“Begitukah. Kuharap, aku juga bisa berpergian menjelajah dunia seperti kal—” tiba – tiba suara Lena terhenti dan dia mulai kehilangan kesadaran.

Brukkkk! Aku juga tiba – tiba terjatuh dan merasakan sebuah sensasi aneh di tubuhku.

“Yahhhh. Ini sangat mudah sekali,” ucap Torren melepaskan topeng yang selama ini dia kenakan.

Eren lalu mengambil kantung ku dan mengambil isinya.

“Hey lihat! Aku benar bukan? Ternyata dia memiliki sebuah Berlian tersimpan di salah satu kantungnya!” Dia lalu memperlihatkan berlian itu ke rombongannya.

“Hehhh, kita rupanya akan untung banyak nihhh,” ucap salah satu wanita dari rombongan itu.

Torren lalu tiba – tiba menghampiri Lena dan mengeluarkan sebuah pisau.

“Jika kau buruk rupa, setidaknya kau tidak senaif itu agar bisa bertahan di dunia ini kau tahu.” Torren lalu mengangkat tangannya hendak membunuh Lena.

“Manusia sepertimu adalah yang paling kubenci. Mati saja kau buruk rupaa!!!”

Thud!!

Tiba - tiba sebuah lengan terjatuh.

“AGGHHHHH!” Torren lalu berteriak histeris melihat darah yang mengucur deras dari tangannya.

“Jika kalian hanya diam saja, mungkin aku akan mengampuni nyawa kalian,” ucapku seraya menatap mereka dengan tatapan kematian.

“Ba-bagiamana kau masih bisa bergerak!?” teriak Torren.

“Jika kau ingin meracuniku dengan Paralyze. Setidaknya, berilah dosis 10 kali lebih banyak,” jawabku.

“Bu-bunuh dia!” Perintah Torren.

Mereka lalu mulai mengeluarkan senjata – senjata mereka. Aku kemudian melesat dan menusukkan pedangku ke tenggorokan salah satu wanita. Mereka terkejut dengan kecepatanku dan hanya bisa terdiam. Aku tidak banyak membuang waktu dan membunuh sisa satu wanita yang sedang memegang sebuah pisau.

“Ap-apa yang kalian lakukan, serang dia jangan diam saja!”

Dua pria lalu berlari ke arahku membawa sebuah pisau. Dari gerakan mereka, terlihat mereka tidak pernah melakukan pertarungan sesungguhnya dan hanya membunuh korban – korban mereka ketika korbannya dalam keadaan lemah. Aku dengan mudah menghindari serangan mereka dan menyayat kedua tenggorokannya.

Tersisa Eren dan Torren saja.

“Tidak! Ampuni aku! Aku hanya anak kec…” Thud!

Kepala Eren melayang di udara lalu terjatuh di tanah. Melihat rekan – rekannya mati dengan sekejap, Torren hanya bisa terdiam membeku.

“Tidak mung…”

Splurrttt!

Sebelum dia menyelesaikan kata – katanya, sebuah pedang tertancap di tenggorokannya.

Dia masih hidup dan tidak langsung mati. Matanya melotot dan memerah karena kesulitan untuk bernafas. Aku membiarkan Baselard tertancap di tenggorokannya agar dia mati dalam keadaan tersiksa. Setelah aku menghabisi semua rombongan Torren, aku lalu mengecek kondisi Lena yang tak sadarkan diri.

“Setidaknya ada hal baik ketika kau tidak memiliki kemampuan untuk melihat dunia.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!