Pagi yang cerah, di ikuti dengan suara burung berkicau, ayam berkokok, angin sejuk yang menyegar kan. Aku pun terbangun tepat jam setengah lima pagi, aku pun langsung keluar dari kamarku dan langsung pergi ke dapur menghampiri ibuku yang sedang memasak.
"Eh anak ibu udah bangun." ucap Ibu ku yang sedang memasak.
"Ayah udah berangkat ya?. " tanyaku dengan mengucek mataku.
"Ini kan hari minggu sayang,ayah kan libur." jawab ibuku dengan tersenyum ke arahku.
"Oh iya ya, tapi ayah kemana ya bu?." tanyaku lagi dengan penasaran.
"Keluar tadi gak tau kemana." Jawab ibuku.
Kemudian aku pun duduk di kursi yang ada di dapur.
"Kok malah duduk sih, kan kamu belum sholat sayang." ucap Ibuku.
"Nanti aja bu, masih ngantuk nih Arsyan." ucap ku dengan keadaan yang masih ngantuk.
"Udah jam setengah lima loh, gak boleh nunda nunda sholat sayang." ucap ibuku.
"Tapi ibu,Arsyan masih ngantuk." ucap ku.
"Arsyan, nanti ibu marah loh." ucap ibuku.
"Iya deh bu, aku mandi dulu." ucap ku kemudian berdiri dan pergi ke kamar mandi.
Setelah beberapa saat akhirnya aku pun sudah mandi dan sholat,lalu aku kembali lagi ke dapur menghampiri ibuku yang sedang memasak.
"Ibu udah selesai masak nya?. " tanya ku dengan penasaran.
"Udah dong sayang." jawab ibuku dengan tersenyum.
"Emang ibu masak apasih?. " tanya ku lagi.
"Ayam goreng sayang. " jawab ibu ku dengan tersenyum.
"Wah enak itu bu." ucap ku dengan tersenyum.
"Makanya sini bantuin ibu bawa makanan ini ke meja makan." perintah ibuku.
"Siap bu." ucapku dengan tersenyum.
Kemudian aku mengambil piring yang berisi ayam goreng kemudian membawanya ke meja makan, sementara ibuku membawa wakul yang berisi nasi.
"Sayang sama sayur dan sambal nya bawa kesini ya!. " perintah ibuku.
"Siap ibu." ucap ku dengan tersenyum.
Kemudian aku pergi ke meja dekat kompor, untuk mengambil piring yang berisi sayur dan sambal, kemudian membawanya ke meja makan.
"Ini ibu." ucap ku dengan meletakkan piring yang aku bawa itu.
"Makasih sayang." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Sama sama ibu." ucap ku dengan tersenyum.
Kemudian setelah itu terdengar bunyi motor dari luar tak lain adalah suara motor ayahku yang sudah kembali. Aku dan ibu pun langsung menghampiri ayah yang baru datang entah dari mana, aku langsung memeluk ayahku yang baru datang.
"Eh anak ayah." ucap ayah ku dengan tersenyum.
Kemudian ibu ku mencium tangan ayah ku.
"Yah,masakan nya udah matang tuh kita makan ya." ajak ibu ku.
"Masak apa kamu hari ini bu?. " tanya ayah ku.
"Ayam goreng yah." jawab ibu ku dengan tersenyum.
Kemudian ayah ku langsung menggendong aku, dan membawaku lari menuju ke meja makan.
"Ayo kita tinggal ibu nak." ucap ayah ku yang berlari dan menggendong ku.
"Eh awas ya kalian." ucap ibuku yang kemudian berlari mengejar aku dan ayah.
Kemudian ayah ku menurunkan ku di kursi yang ada di samping meja makan, lalu kemudian ayah ku duduk di samping ku, dan mengambil piring kosong yang ada di meja makan dan hendak mengambil nasi dan ayam goreng. Tapi ibu tiba tiba melarang ayah ku.
"Tunggu dulu." ucap ibuku.
"Ada apa?. " tanya ayahku dengan bingung.
"Aku dong yang ngambilin nasi nya." ucap ibuku.
Kemudian ibu ku mengambilkan nasi dan ayam goreng untuk ayah.
"Segini cukup kan mas." ucap ibuku.
"Cukup sayang." ucap Ayahku.
Kemudian ibuku mengambilkan lagi nasi dan ayam goreng untuk aku.
"Segini cukup kan sayang." ucap ibuku.
"Cukup bu." ucap ku dengan tersenyum.
Lalu ibuku mengambil satu lagi, untuk dirinya sendiri, kemudian ibuku duduk di samping ayah ku.
"Masakan kamu selalu enak banget loh,apalagi kalau masak ayam goreng gini." ucap ayahku dengan memakan makananya.
"Istrinya siapa dulu dong." ucap ibuku dengan tersenyum.
Ayah ku tersenyum ke arah ibuku.
"Ayah, ibu, aku kemarin di sekolahan lihat pengemis loh." ucapku.
"Terus , Arsyan kasih uang gak ke pengemis itu?." tanya ibuku.
"Iya, tapi cuma lima ratus perak, aku kasihan bu sama pengemis itu." jawab ku.
Lalu ayahku mengelus rambutku.
"Bagus, anak ayah udah belajar berbagi." ucap ayahku dengan tersenyum.
"Anak ibu pintar." ucap ibuku dengan tersenyum ke arahku.
Tak lama setelah itu kami pun selesai sarapan. Lalu ayahku sedang membaca koran dan duduk di teras rumah, sementara ibu aku membersihkan seluruh rumah agar terlihat bersih dan rapi, sedangkan aku sedang bermain di halaman rumah sendirian, dengan mobil mobilan yang baru di belikan ayah ku saat di kota.
"Ngeng ngeng." ucap ku dengan menjalan kan mobil mainan ku.
Aku pun memutari halaman rumah, dengan membawa mobil mobilanku itu.
"Ngeng" ucap ku .
Kemudian pandanganku tertuju dengan rumah kosong yang ada di samping rumahku, yang dulunya milik tante Rani teman ibuku, tapi sekarang beliau menjual rumah itu dan pindah ke kota. Tapi sampai saat ini rumah itu belum juga laku.
"Arsyan sayang." panggil ibuku.
"Iya bu." balas ku.
Kemudian aku langsung menghampiri ibu ku yang ada di dalam rumah.
"Ada apa ibu?. " tanya ku dengan penasaran.
"Ini ada robot mainan, tadi baru di belikan ayah." ucap ibuku dengan tersenyum.
Aku pun bahagia melihat nya, robot mainan yang selama ini aku inginkan kini aku sudah memilikinya.
"Bilang makasih dong sama ayah." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Iya bu." ucap ku.
Kemudian aku keluar menghampiri ayahku yang duduk di teras rumah, sedang membaca koran.
"Makasih ayah sudah membelikan aku mainan." ucap ku dengan tersenyum ke ayahku.
"Iya nak, tapi Arsyan suka kan mainan nya?. " tanya ayahku.
"Suka banget yah, itu robot yang aku inginkan selama ini." jawabku dengan tersenyum.
Lalu aku kembali lagi ke dalam untuk membuka bungkus robot mainan yang di berikan ayahku di kota.
"Wah." ucap ku dengan tersenyum.
Kemudian ibu ku menghampiri ku yang sedang duduk, lalu ibu ku ikut duduk di sampingku.
"Arsyan suka kan?. " tanya ibuku.
"Iya ibu." jawab ku dengan tersenyum.
"Kalau ibu ikut main boleh gak?. " tanya ibu ku.
"Boleh bu." jawabku.
Kemudian aku memencet tombol yang ada di punggung robot itu, dan robot itu pun berbunyi.
"Aku robot pemusnah kejahatan." bunyi robot itu.
"Bisa bunyi robotnya Arsyan." ucap ibuku dengan terkagum.
"Iya ibu." ucap ku dengan tersenyum.
Kemudian ibu ku mengelus pipi ku, dan bertanya padaku.
"Sekolah nya aman kan sayang?. " tanya ibuku.
"Aman kok bu." jawabku dengan tersenyum.
"Gak kerasa ya, kamu udah kelas lima sd." ucap Ibuku dengan tersenyum.
"Iya bu." balas ku dengan tersenyum.
Kemudian ayah ku pun masuk kedalam rumah, dan ikut duduk di samping kami berdua.
"Sedang apa kalian?. " tanya ayah ku.
"Sedang main yah, sama ibu. " jawab ku dengan tersenyum.
"Mas anak kita sebentar lagi mau smp mas." ucap Ibu ku dengan tersenyum.
"Iya ya, padahal perasaan baru kemarin masuk sd." ucap ayahku dengan tersenyum.
Namun aku terus memainkan mainan robot ku itu dengan bahagia.
"Kita sekolah kan di kota aja kali ya." ucap ibuku.
"Aku gak mau sekolah di kota bu." ucap ku.
"Tapi di desa ini gak ada smp sayang." ucap ibu ku dengan tersenyum.
"Kan di desa sebelah ada." ucap ku dengan tersenyum.
"Iya gak apa apa." ucap ayahku dengan tersenyum.
Kemudian aku hanya mengangguk.
"Ada pr gak sayang?. " tanya ibuku.
"Gak ada bu." jawabku dengan tersenyum.
"Beneran." ucap ibuku.
"Iya ibu." ucap ku.
"Yaudah kalau begitu, ibu mau keluar sebentar ya." ucap ibuku.
"Mau kemana Indah?. " tanya ayahku.
"Ke rumah mantan kamu." jawab ibuku dengan tersenyum.
"Hah mantan?." ucap ku dengan bingung.
"Eh,ibu mau ke rumah tante Indri, mau ikut gak sayang?. " tanya ibu ku.
Aku pun paham dengan perkataan ibu, ternyata ayah pernah berpacaran sama tante Indri sahabat ibu aku, yang rumahnya tak jauh dari sini.
"Aku ikut ibu." ucap ku.
"Aku anterin ya." ucap ayahku.
"Gak usah aku jalan kaki aja sama Arsyan, kamu jaga rumah aja ya mas." ucap Ibuku dengan tersenyum.
"Iya deh." ucap ayah ku.
Kami berdua pun bersiap siap untuk pergi ke rumah tante Indri, sahabat dekat ibu.
............................ BERSAMBUNG..........................
Aku sama ibu pun pergi ke rumah tante Indri dengan jalan kaki, di sepanjang perjalanan aku menggandeng tangan ibu ku, hingga di tengah perjalanan tiba tiba ada penjual es krim lewat dengan sepeda yang di tumpangi nya serta bunyi speacker kecil yang memanggil pembeli.
"Bu boleh minta es krim gak." ucap Ku dengan memohon kepada ibuku.
"Boleh, beli dua sama ibu ya sayang. " ucap ibuku dengan memberiku uang.
Lalu aku langsung menyuruh penjual es krim itu untuk berhenti, kemudian aku langsung menghampiri penjual itu dan ibu mengikuti ku dari belakang.
"Pak beli es krim dua ya." ucap ku.
"Iya nak." ucap penjual es krim itu.
Kemudian penjual itu membuat kan es krim pesananku.
"Ini es krim nya nak." ucap penjual itu dengan memberikan dua es krim pesanan ku.
"Ini uang nya pak. " ucap ku sambil menyerahkan uang ke penjual es krim itu.
"Terima kasih nak." ucap penjual es krim itu.
"Sama sama pak." balas ku.
Lalu aku dan ibuku melanjutkan perjalanan menuju ke rumah tante Indri, tak lupa aku memberikan satu es krim kepada ibu, lalu ibu langsung memakan es krim itu.
"Ibu, tante Indri pernah pacaran sama ayah ya?. " tanya ku dengan penasaran.
Ibuku terlihat kaget mendengarkan pertanyaanku.
"Masih kecil, gak boleh bahas pacar pacar gitu." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Tapi iya kan ibu?. " tanya ku lagi.
"Iya sayang." jawab ibuku.
"Kok bisa tiba tiba ayah nikah sama ibu, padahal kan ibu sama tante Indri kan sahabat dekat." ucap ku dengan bingung.
"Ada deh ceritanya, tapi ibu gak bisa ceritain ke kamu sekarang." ucap ibuku dengan memakan es krim yang ada di tangan nya.
"Emang kenapa bu?. " tanya ku dengan penasaran.
"Kamu masih kecil, Arsyan." jawab ibuku dengan tersenyum.
"Tapi kan aku udah kelas lima." ucap ku.
"Tapi masih sd kan." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Emang kalau udah gede itu kelas berapa sih bu?. " tanya ku lagi.
"Sma." jawab ibuku.
"Berarti kurang berapa tahun lagi aku gede?. " tanya ku lagi.
"Masih lama, sekarang kamu sekolah aja yang pintar." ucap ibuku dengan tersenyum.
Kemudian kami pun sampai di rumah tante Indri, aku dan ibu pun langsung ke teras rumah tante Indri, lalu ibu mengetuk pintu rumah tante Indri.
"Tok tok tok. " bunyi ketukan pintu ibu ku.
Kemudian tak lama setelah itu ada yang membuka pintu dari dalam, yang tak lain adalah tante Indri dengan menggendong bayi nya.
"Eh Indah sama Arsyan, ayo masuk." ucap tante Indri.
Kemudian kami berdua masuk, dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumah tante Indri,Sementara tante Indri pergi ke dapur.
" Di pipi ibu ada es krim nya." ucap ku dengan menunjuk pipi ibu ku.
"Masa sih." ucap ibuku dengan mengusap pipinya.
"Ibu kek anak kecil, makannya es krim belepotan." ucap ku dengan tersenyum ke arah ibu.
Ibu ku hanya tersenyum mendengar perkataanku itu.
"Kalah dong aku sama Arsyan." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Ya jelaslah aku aja gak belepotan." ucap ku dengan tersenyum.
Kemudian tante Indri datang menghampiri kami berdua dengan membawa roti dan minuman.
"Yaelah repot repot sih Indri." ucap ibuku.
"Gak apa apa kali Indah." ucap tante Indri dengan tersenyum.
"Oh iya katanya Lina mau beli rumah Rani ya?. " tanya ibuku.
"Kamu tau dari mana?. " tante Indri bertanya balik.
"Kata suami Rani, kemarin ke rumah nya." jawab ibuku.
"Ya kalau benar, bagus dong tetanggaan sama teman sendiri lagi." ucap tante Indri dengan tersenyum.
"Tapi kamu , kangen gak sih sama teman teman." ucap ibuku.
"Kangen sih Indah." ucap tante Indri.
"Kita juga udah lama tau gak ketemu sama Lina." ucap ibuku.
Aku hanya menyimak pembicaraan ibu ku, tapi aku lihat lihat tante Indri lebih cantik dari ibuku, tapi kenapa ayah ku lebih memilih ibu?. Lalu aku mengambil roti yang di hidangkan tante Indri.
"Ndri suami kamu mana?. " tanya ibu.
"Suami aku lagi kerja." jawab tante Indri.
"Bukannya ini hari minggu ya." ucap ibu.
"Suami aku libur nya gak tentu Indah." ucap tante Indri.
"Ohh gitu ya." ucap ibu.
"Tante ,nama dedek bayinya siapa?. " tanyaku ke tante Indri.
"Arsyan belum tau nama anak tante?." Tanya tante Indri.
"Belum tante." jawab ku dengan penasaran.
"Nama anak tante, Sania." ucap tante Indri.
"Ohh ." ucapku dengan mengangguk faham.
"Cantik kan anak tante." ucap tante Indri dengan tersenyum ke arahku.
"Iya tante cantik, mirip tante Indri." ucap ku dengan tersenyum ke arah tante Indri.
Kemudian ibu ku meminta untuk menggendong anak tante Indri.
"Aku minta gendong anak kamu dong." ucap ibu ku.
"Ini Indah." ucap tante Indri dengan memberikan bayinya ke ibu.
Kemudian ibu menggendong Sania anak tante Indri, sementara aku tetap duduk di sofa dengan memakan roti.
"Aku ke dalam dulu bentar ya Indah." Ucap tante Indri.
" Iya Indri." ucap ibuku.
Tak lama setelah itu kemudian tante Indri datang dengan membawa dompetnya, lalu tante Indri duduk, tante Indri membuka dompetnya,dan mengeluarkan uang seratus ribu dari dompetnya.
"Ini Arsyan buat jajan." ucap tante Indri dengan memberikan uang kepadaku.
Seketika aku pun kaget,lalu aku menoleh ke ibuku yang sedang menggendong anak tante Indri, ibuku hanya tersenyum kepadaku.Lalu aku menerima uang yang di beri tante Indri.
"Makasih tante Indri." ucap ku dengan tersenyum.
"Sama sama sayang." ucap tante Indri dengan mengelus rambut ku.
"Indri, jadi ngerepotin." ucap ibuku.
"Gak apa apa kali Indah." ucap tante Indri dengan tersenyum.
"Ndri lo ingat gak waktu sma dulu." ucap ibuku.
"Kita sering jajan gorengan di samping sekolahan kan." ucap tante Indri.
"Iya, sama Lina dan Rani juga." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Sekarang gak kerasa ya, kita udah tiga puluh tahun." ucap tante Indri dengan tersenyum.
"Iya Indri." ucap ibuku.
Aku pun menyimak dengan baik pembicaraan mereka berdua, walau pun tidak terlalu faham apa yang mereka bicarakan.
"Ndri aku masih malu deh, dengan kejadian berapa tahun lalu." ucap Ibu ku.
"Udah gak usah di ingat ingat lagi kali Indah, lagi pula aku udah ikhlas kok." ucap tante Indra dengan tersenyum.
Aku pun penasaran apa yang sedang di sembunyikan oleh ibu dan ayah, tapi aku gak berani bertanya pada ibu maupun ayahku, sama saja jika aku bertanya pasti jawabanya, aku masih kecil, padahal aku sudah faham kalau ada yang di sembunyikan.
"Indri aku pulang dulu ya." ucap ibuku dengan mengembalikan anak tante Indri yang di gendongnya.
"Iya deh hati hati." ucap tante Indri.
"Maaf ya ngerepotin." ucap ibuku.
"Gak apa apa, Indah." ucap tante Indri.
Kemudian aku dan ibu memutuskan untuk kembali ke rumah, tapi sebelum itu aku terlebih dahulu mencium tangan tante Indri kemudian aku melambaikan tanganku dan tante Indri membalasnya.
"Bu aku pengen deh punya adik." ucap ku dengan polosnya.
"Semoga sebentar lagi ibu dan ayah di karuniai anak lagi ya sayang." ucap ibuku dengan tersenyum.
"Gimana sih bu caranya bikin anak?. " tanya ku dengan polosnya.
"Pasti kamu nanti akan tau sendiri kok sayang." ucap ibuku dengan tersenyum dan mengelus pipiku.
"Mudah gak bu?. " tanyaku lagi.
Tapi ibuku hanya membalasnya dengan tersenyum, dan terus mengelus pipiku.Di tengah jalan kami bertemu dengan ibu Yanti, tetangga yang rumah nya sebelahan dengan rumah keluargaku,dan beliau menghampiri kami.
"Rumah nya Rani udah laku ya?." tanya bu Yanti.
"Masa sih bu." ucap Ibu ku.
"Gak tau Indah." ucap bu yanti dengan yakin.
"Mungkin itu teman aku bu." ucap Ibuku.
"Teman kamu beli rumah nya Rani?. " tanya bu Yanti.
"Iya bu katanya." ucap ibuku.
"Oh gitu ya, yaudah aku pergi ke warung dulu." ucap bu Yanti.
"Iya bu hati hati." ucap ibuku.
Kemudian aku dan ibuku melanjutkan perjalanan pulang, dan ibuku berjalan agak cepat.Aku pun mengikutinya .Hingga akhirnya kita sampai di rumah kami, dan ternyata di depan rumah tante Rani, sudah terparkir sebuah mobil, lalu ibuku mengajakku pergi ke rumah itu.
"Indah." panggil wanita yang ada di teras rumah.
Sehingga aku dan ibuku pun menghampiri nya yang berdiri di teras rumah.
....................... ..BERSAMBUNG...........................
Aku sampai di bekas rumah tante Rani teman sma ibuku, sesampai nya di sana ibuku langsung memeluk wanita di teras rumah itu, yang tak lain adalah teman smanya sama seperti tante Rani dan tante Indri.
"Lina kamu beli rumahnya Rani?." tanya ibuku.
"Gak, aku cuma nyewa rumah Rani dua bulan kok." jawab wanita itu.
"Oh gitu ya." ucap ibuku dengan mengangguk.
"Ini anak kamu ya?. "tanya wanita itu.
" Iya namanya Arsyan,sayang salaman sama tante Lina gih." perintah ibuku.
Ternyata nama wanita itu tante Lina, lalu aku pun mencium tangan tante Lina.
"Oh iya Arsyan kelas berapa?. " tanya tante Lina dengan tersenyum.
"Kelas lima sd tante." jawabku dengan tersenyum.
"Sama dong, dengan anak tante." ucap tante Lina dengan tersenyum.
"Masa sih tante." ucapku dengan tersenyum.
Kemudian tante Lina memanggil anaknya yang sedang ada di dalam rumah,kemudian keluarlah gadis kecil dengan rambut sebahu, memakai kaos berwarna merah serta memakai celana pendek.
"Ini ada teman baru." ucap tante Lina.
Kemudian gadis kecil itu mencium tangan ibuku.
"Eh pintar banget, namanya siapa sayang?. " tanya ibuku kepada gadis kecil itu.
"Sisi tante." Jawab gadis kecil itu.
Kemudian setelah itu dia menghampiriku dan mengajak ku bersaliman.
"Namaku Sisi." ucap gadis kecil itu dengan tersenyum kepadaku.
"Namaku Arsyan." ucapku dengan tersenyum kepadanya.
Lalu gadis itu kembali ke dalam rumah, sementara aku masih ada di samping ibuku yang sedang bicara dengan tante Lina.
"Indri gimana kabarnya?. " tanya tante Lina.
"Alhamdulillah baik kok." jawab ibuku.
"Jauh gak rumahnya dari sini?. " tanya tante Lina lagi.
"Lumayan dekat kok, kalau mau kesana nanti bilang aku aja,nanti aku anterin." ucap ibuku.
"Iya deh, ngomong ngomong hubungan pertemanan kamu sama Indri masih aman kan?. " tanya tante Lina lagi.
"Aman kok, sudah seperti dulu lagi." jawab ibuku dengan tersenyum.
"Baguslah kalau gitu Indah." ucapku dengan tersenyum.
Lagi lagi rasa penasaranku tentang ibuku dan tante Indri pun sangat tinggi, entah tak tau apa yang telah dilakukan ibuku kepada tante Indri. Tapi karena aku agak lelah, kemudian aku memutuskan untuk kembali ke rumah.
"Ibu aku kembali ke rumah dulu ya." pamitku.
"Iya sayang." ucap ibuku.
"Asalamualaikum ayah." ucap salamku dengan masuk ke dalam rumah.
"Waalaikum salam. " jawab salam ayahku yang sedang duduk di kursi ruang tamu.
Lalu aku pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, tapi baru saja mau masuk ayahku menanyaiku.
"Ibu mana, kok sendirian?. " tanya ayahku dengan penasaran.
"Itu sama tante Lina." jawabku.
"Hah tante Lina?. " tanya ayahku lagi.
"Iya ayah,teman ibu." jawabku.
"Di mana mereka?. " tanya ayahku lagi.
"Itu di rumahnya tante Rani." jawabku dengan menunjuk keluar.
Kemudian ayahku langsung keluar begitu saja, sementara aku memutuskan untuk masuk ke dalam kamar, dan aku membaringkan badanku sambil bersandar di kedua tanganku. Aku terus memikirkan tentang tante Indri dan ibuku, karena aku sedikit lapar, aku memutuskan untuk pergi ke dapur, dan mencari cemilan yang biasa di simpan oleh ibu di lemari dapur, namun aku sama sekali tidak menemukan cemilan itu.
"Mungkin udah habis kali ya." ucapku.
Kemudian tiba tiba terdengar suara penjual pentol dari depan rumah, aku akan memakai uang seratus ribu yang di beri oleh tante Indri, untuk membeli pentol yang ada di depan rumah.Aku pun keluar dari rumah dan ternyata di dekat penjual pentol sudah ada Sisi gadis kecil yang baru aku kenal tadi, mungkin juga mau beli pentol, aku pun langsung menghampiri penjual pentol itu.
"Eh Arsyan." ucap Sisi dengan tersenyum ke arah ku.
"Eh Sisi." balasku dengan tersenyum.
"Mau beli pentol juga?. " tanya Sisi dengan tersenyum.
"Iya Sisi." jawabku dengan tersenyum.
"Ini pentol nya neng. " ucap penjual itu dengan memberikan pentol itu pada Sisi.
"Ini uang nya pak." ucap Sisi dengan memberi uang pada penjual pentol itu.
"Makasih neng." ucap penjual pentol itu.
"Sama sama pak." ucap Sisi dengan tersenyum ke arah penjual itu.
Lalu penjual pentol itu menoleh ke arahku, dan hendak menanyaiku.
"Beli berapa syan?. " tanya penjual pentol itu.
Karena aku sudah sering beli pentol di penjual pentol itu sehingga dia tau nama aku, dan sebaliknya aku juga tau nama penjual pentol itu, namanya pak jono umurnya sudah empat puluh tahun.
"Biasa pak lima ribu." ucapku dengan tersenyum.
Kemudian pak Jono langsung membuatkan pentol yang aku pesan.Tiba tiba aku heran dengan Sisi yang masih ada di sini.
"Sisi kok masih di sini?." tanyaku dengan tersenyum.
"Aku nungguin kamu." jawab Sisi dengan tersenyum.
"Neng, temanya Arsyan?. " tanya pak Jono.
"Iya pak." jawab Sisi.
"Neng baru pindah ya?. " tanya pak Jono lagi.
"Iya pak, baru pindah tadi." jawab Sisi dengan tersenyum.
"Pak Jono kepo banget." ucapku dengan tersenyum.
"Ya harus dong." ucap pak Jono dengan tersenyum.
Kemudian pak Jono memberikan pentolku yang sudah jadi.
"Ini pentolnya Arsyan." ucap pak Jono dengan memberikan pentolnya.
"Ini uangnya pak." ucapku dengan memberikan uang kepada pak Jono.
Seketika pak Jono terkejut dengan uang yang aku berikan.
"Wah uang kamu tumben banyak." ucap pak Jono dengan kaget.
"Iya dong." ucapku dengan tersenyum.
"Pasti ngambil di dompet ibu mu kan." ucap pak Jono dengan tersenyum.
" Ngawur aja. " ucapku dengan tersenyum.
Lalu pak Jono memberikan kembalian nya padaku.
"Da da pak Jono." ucap Ku dengan melambaikan tangan kemudian pergi dari pak Jono.
Kemudian aku pun pergi dengan Sisi meninggalkan pak Jono, sementara pak Jono hendak pergi melanjutkan jualan pentol nya.
"Main ke rumah aku yuk!." ajakku.
"Ayuk." ucap Sisi yang setuju.
Kemudian kami berdua masuk ke dalam rumahku, kemudian duduk di ruang keluarga untuk menonton televisi bersama Sisi.
"Lihat apa ya enaknya." ucapku dengan tersenyum.
"Terserah kamu aja kali." ucap Sisi dengan tersenyum dan memakan pentol yang ada di tangannya.
Kemudian aku ingin menonton film super hero yang baru tayang kemarin .
"Kamu suka film super hero?. " tanya Sisi.
"Iya dong, kalau kamu suka gak." jawabku dengan balik bertanya.
"Gak, aku lebih suka barbie tau." jawab Sisi dengan tersenyum.
Kemudian aku dan Sisi terus menonton film super hero itu.
"Pemeran utama nya mana ya?. " tanya Sisi dengan penasaran.
"Itu yang pakai baju hijau." ucap ku dengan menunjuk karakter yang ada di televisi.
"Ohh, keren banget, tapi aku pilih yang wanita itu aja deh." ucap Sisi dengan menunjuk karakter wanita yang ada di televisi.
"Itu jahat Sisi." ucapku dengan tersenyum.
"Masa sih, kalau begitu aku pilih yang itu aja deh." ucap Sisi dengan menunjuk karakter wanita yang lain.
"Itu juga jahat Sisi." ucapku dengan tersenyum.
"Kok yang perempuan jahat semua sih." ucap Sisi dengan kesal.
"Itu baru baik." ucapku dengan menunjuk karakter wanita yang baru muncul.
"Tapi aku gak suka, yaudah aku pilih karakter utama nya aja deh." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Gak boleh kan sudah aku." ucapku dengan tersenyum.
"Gak pokoknya aku." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Yaudah kita berdua pilih yang itu." ucapku dengan tersenyum.
"Iya." ucapku Sisi dengan tersenyum.
Lalu aku terkejut dengan pentol yang ada di tangan Sisi sudah habis.
"Cepat banget pentol kamu udah habis." ucapku dengan tersenyum.
"Iya dong, aku suka banget tau sama pentol." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Sama aku juga, setiap hari aku selalu beli pentol." ucapku dengan tersenyum.
"Aku juga selalu beli kalau sepulang sekolah." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Ternyata kita sama sama suka pentol ya." ucapku dengan tersenyum.
"Berarti kita sehati dong." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Bisa aja deh." ucap ku dengan tersenyum.
Lalu aku mengambil robot yang baru di belikan ayahku tadi pagi di kamar, dan aku menunjukkan robot itu kepada Sisi teman baruku.Kemudian aku duduk lagi di samping Sisi.
"Robotnya bagus banget." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Iya dong, coba pencet!." perintahku.
Lalu Sisi memencet tombol yang ada di punggung robot mainanku itu.
"Aku robot pemusnah kejahatan." bunyi robot itu.
"Bisa bunyi kan?. " tanyaku dengan tersenyum.
"Iya Arsyan kok bisa bunyi gitu ya." ucap Sisi dengan tersenyum.
Lalu aku menerbangkan robot itu dengan tangan ku. Sementara Sisi hanya melihatku.
"Wing wing wing." Ucapmu dengan tersenyum.
"Kok wing wing gitu sih." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Iya kan terbang." ucapku dengan tersenyum.
"Seharusnya itu wush wush gitu, Arsyan." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Kok wush wush sih malahan. " ucap ku dengan tersenyum.
"Kan suara terbang seharusnya gitu." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Yaudah,wing wing wush wush." ucap ku dengan menerbangkan robot mainanku.
"Nah itu baru bagus." ucap Sisi dengan tersenyum.
Kemudian aku memberikan robot yang aku pegang ke Sisi yang ada di samping ku.
"Gak mau ah, nanti aku jadi tomboy lagi." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Pegang robot aja masa jadi tomboy. " ucapku dengan tersenyum.
Lalu Sisi hanya tersenyum.
"Ngomong ngomong kamu mau pindah sekolah di sini ya." tanyaku dengan penasaran.
"Gak, aku cuma dua bulan kok di sini." ucap Sisi dengan tersenyum.
"Oh, tapi kenapa kamu tinggal di sini?. " tanyaku dengan penasaran.
"Papaku mau keluar negri, jadi mama aku ngajak tinggal di sini sementara, soalnya ada tante Indah teman mamaku dulu." jelas Sisi.
"Oh ibu aku." ucapku dengan tersenyum.
"Iya Arsyan. " ucap Sisi dengan tersenyum.
"Jadi kamu absen dua bulan dong?. " tanyaku lagi.
"Iya lah." jawab Sisi dengan tersenyum.
Kemudian Sisi mengambil robot yang ada di tangan ku.
"Nanti kamu jadi tomboy loh." ucapku dengan tersenyum.
Sisi memanyunkan bibirnya, dan terus memainkan robot mainanku. Karena terlalu enak bicara sama Sisi hingga membuatku lupa jika saat ini aku sedang menonton film yang paling aku tunggu tunggu.
"Yah film nya udah selesai." ucapku dengan menyesal.
"Yah udah selesai." ucap Sisi.
"Gak apa apa deh,minggu depan nonton lagi." ucap ku dengan tersenyum.
Lalu tak lama setelah itu siaran berganti menjadi film barbie kesukaan Sisi.
"Ye film barbie." ucap Sisi dengan bahagia.
"Kok ada barbie ya." ucapku dengan bingung.
"Pokoknya harus nonton ini, gak boleh pindah chanel. " ucap Sisi dengan tersenyum.
"Iya, aku ikut nonton deh siapa tau nanti suka." ucapku dengan tersenyum.
Aku dan Sisi pun menonton film barbie bersama sama, dan duduk berdampingan di sofa yang ada di ruang keluarga dengan perasaan yang begitu bahagia.
....................... BERSAMBUNG...............
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!