Di suatu malam yang sepi dan sunyi. Ada salah satu warga kampung cemara yang melintas di depan sebuah rumah kosong yang sudah sangat lama tidak pernah di huni karena rumah itu terkenal sebagai rumah yang angker dan menakutkan.
Banyak yang bercerita kalau rumah itu banyak setan atau arwah gentayangan yang mati penasaran karena dibantai oleh perampok dan dibunuh secara mengenaskan.
Warga tersebut berjalan dengan hawa merinding seperti ada orang yang terus mengikuti langkah kakinya yang sudah mulai terasa berat dan gemetar karena ketakutan yang amat kentara di wajah nya yang mulai menua karena di makan usia.
Tiba-tiba, ada suara seorang wanita yang tampak sangat kesakitan dari rumah kosong tersebut. Rumah kosong yang sudah lama terkenal sangat angker dan sering di temukan kejadian ganjil di sana.
Ya, dahulu di rumah itu pernah ada pembataian satu keluarga oleh perampok dan semua anggota keluarga di sana dibantai dengan sangat kejam dan sadis.
Bahkan bayi saja tidak mereka lepaskan. Sungguh kasihan dan sangat miris sekali ketika membaca beritanya di koran pada masa dahulu. Ketika kejadian itu terjadi sekitar 20 tahun yang lalu.
" Aargghhh, tolong!!! Tolong!! Tolong aku!!! Tolong selamatkan aku!!" suara itu tampak sangat jelas di telinga sang warga yang mulai panik dan ketakutan.
Warga tersebut penasaran, bercampur rasa merinding. Berbagai perasaan bercampur aduk di dalam hatinya saat ini. Akan tetapi rasa penasaran jauh lebih mendominasi hatinya saat ini.
Kemudian warga tersebut pun berjalan mendekati asal suara itu sambil berkata
" Halo, siapa itu? Apakah kau baik-baik saja?" Tanya warga itu yang merupakan pria paruh baya yang berkulit hitam legam, karena terlalu lama beranda di terik matahari untuk mencari nafkah bagi keluarga kecilnya yang dia cintai. Pria itu penasaran sambil terus berjalan pelan kearah suara tersebut.
Kemudian dia mengambil tongkat untuk dia gunakan sebagai senjata, barangkali saja perempuan itu sedang dalam bahaya. Karena terdengar suara tersebut seperti seorang yg benar-benar kesakitan. Seperti sedang dicabik-cabik oleh benda tajam.
Warga tersebut sudah dekat dengan asal suara yang amat membuat bulu kudug merinding disko. Tiba-tiba angin kencang yang tak diundang pun datang dan muncul.
Warga tersebut kemudian berbalik dan terduduk saat melihat seorang wanita yang sedang berdiri dihadapannya dengan tatapan yang penuh dendam seolah ingin membunuh nya.
" Arghhh, tolong jangan sakiti aku! Aku belum siap mati! Istri dan anakku belum makan di rumah, mereka pasti sedang menungguku pulang membawa makanan. Tolong jangan sakiti aku!! " teriak laki-laki tersebut dengan raut wajah yang sangat pucat pasi ketika dia melihat sosok wanita yang sangat menyeramkan saat ini tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan mata yang sangat menakutkan sekali.
Dengan wajah yang berlumuran darah dan baju putih yang sudah tak berwarna putih lagi melainkan merah, warga tersebut pun pingsan karena tidak tahan melihat wajah sosok wanita tersebut yang sangat menyeramkan baginya.
Keesokan harinya, warga yang bernama Purno itu pun ditemukan oleh warga yang lain. Nampak Pak Purno pingsan dengan raut wajah yang pucat pasi karena telah melihat sosok wanita yang tak disangka-sangka dalam hidupnya akan dia lihat pada tengah malam tadi dan baru pertama kali ia lihat. Serasa baginya malam itu adalah malam yang sangat buruk baginya.
Pak Purno pun dibawa oleh warga tersebut ke rumahnya. Tak beberapa lama pak Purno pun bangun dari pingsannya, Pak purno pun langsung di hujani banyak pertanyaan dari warga lain yang tadi telah menemukannya pingsan di depan rumah kosong tersebut.
" Pak, sudah bangun? " Ucap salah satu warga yang menemukan Pak Purno pingsan di depan rumah kosong tersebut.
"Ambilkan air, cepat!! " Ucap warga yang menolong Pak Purno yang terlihat masih bingung dan gemetar ketakutan.
Pak Purno terlihat celingukan ke sana ke mari dan terus melihat ke arah luar. Matanya tampak seperti amat ketakutan. Membuat warga lain jadi keheranan di buatnya.
Tak lama kemudian air pun datang, Pak Purno pun langsung meminum air yang tadi ditawarkan oleh warga lainnya.
" Ini minum dulu pak! " ucap salah satu warga yang merasa sangat khawatir dengan keadaan Pak Purno yang masih gemetar seluruh badannya.
Setelah Pak Purno selesai minum. Warga yang lain pun banyak bertanya kepadanya tentang alasan kenapa dirinya di temukan pingsan di depan rumah kosong yang terkenal sangat angker itu.
" Kenapa Pak Purno bisa ada di sana?" Tanya salah satu warga sangat penasaran sekali.
"Iya pak, kenapa bapak tidur disana?" Lanjut salah satu warga lainnya tidak mau kalah.
" Tadi malam aku melihat hantu wanita yang sangat menyeramkan sekali!" Ucap Pak Purno dengan suara gemetar dan ketakutan
Sontak semua warga yang ada di tempat itu menjadi merinding dan ketakutan ketika mendengarkan cerita dari Pak purno yang berkata melihat hantu di rumah kosong yang sudah lama tidak pernah ditempati sejak terjadi pembunuhan massal di sana.
Dengan penuh perhatian semua warga pun terus mendengarkan cerita Pak Purno yang mengaku telah melihat hantu wanita itu dengan mata kepalanya sendiri. Sampai dia akhirnya jatuh pingsan karena tidak tahan dengan ketakutannya sendiri.
" Wah! Jadi benar mitos yang mengatakan kalau rumah itu angker ya? Kalau rumah itu banyak setannya?" setelah mendengarkan cerita Pak Purno pada hari itu. Semua orang pun mulai berusaha untuk menghindari rumah kosong itu. Karena mereka pun tidak berani untuk melewatinya apabila sudah lewat tengah malam.
Bukan satu kali atau pun dua kali. Banyak warga yang pada tengah malam berani melintasi rumah kosong itu, pasti akan selalu diganggu dengan penampakan banyak arwah-arwah penasaran yang menempati rumah itu. Rumah pembantaian pada 20 tahun lalu yang sangat kejam dan sadis.
Berita tentang jeritan tengah malam di rumah kosong itu pun akhirnya sampai juga ke telinga Trisna yang bekerja sebagai seorang reporter majalah misteri.
Gadis cantik itu yang memiliki kemampuan sebagai seorang indigo. Dia mulai penasaran untuk menyelidiki tentang rumah kosong itu.
Akhirnya setelah mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Trisna pun memutuskan untuk mengambil kontrakan di sekitar rumah kosong itu bersama sahabat baiknya yang juga seorang indigo dengan tujuan untuk menyelidiki dan melihat dengan mata kepala sendiri tentang cerita "jeritan tengah malam di rumah kosong" sesuai dengan berita yang beredar di warga sekitar rumah itu.
Trisna yang memang seumur hidupnya tidak pernah merasa takut dengan apapun. Dia tampak begitu gagah berani untuk mendatangi rumah itu pada tengah malam dengan ditemani oleh sahabatnya yang juga memiliki kemampuan sebagai seorang indigo.
Terlihat mobil berwarna hitam pekat datang memasuki permukiman Desa Cemara. Di dalam mobil terlihat dua orang gadis cantik yang memiliki kemampuan sebagai seorang Indigo yang mampu melihat makhluk halus maupun dunia alam gaib.
Mobil tersebut berhenti di depan rumah salah satu warga yang terlihat sederhana dan tidak terlalu mewah.
Pintu mobil pun terbuka dan nampak seorang gadis keluar dari mobil. Badannya tinggi dan langsing, kulitnya putih, rambutnya panjang gadis tersebut sangatlah cantik.
" Permisi, apakah saya boleh bertanya sesuatu?" tanya Trisna dengan sopan kepada salah satu warga yang sedang menyapu halaman rumahnya.
" Iya ada apa ya Neng? Neng kayaknya bukan orang sini yah? saya baru lihat Neng di sini" Jawab perempuan paruh baya tersebut dengan tersenyum dan raut wajah bingung.
" Iya bu, saya bukan orang sini. Saya datang dari kota ke sini untuk menyelidiki rumah kosong yang angker itu bu," jawab Trisna dengan tersenyum ramah.
" Jangan Neng!! Lebih baik nggak usah, bahaya loh!! Lewat aja Neng bisa diganggu sama sosok arwah di situ!! Di situ tempatnya angker banget Neng!! Hati-hati, saya saranin jangan! Nanti Neng bisa kenapa-napa loh!! " ucap ibu tersebut dengan wajah yang kaget dan bingung, karena masih saja ada orang yang berani ke rumah angker tersebut.
" Oh iya Bu, Saya mau tanya di sini di mana rumahnya Pak desa atau Balai Desa?" tanya Trisna mengalihkan pembicaraan karena bisa saja ia tidak jadi menyelidiki rumah kosong tersebut kalau dia terus mendengar ibu itu bicara dan terus membujuknya agar jangan menyelidiki rumah kosong itu.
Berdasarkan sumber kabar yang bisa di percaya oleh Trisna, di rumah kosong itu selalu terdengar jeritan di tengah malam yang membuat warga sekitar ketakutan dan tidak berani melintas di sana.
"Ohhh... Neng nanti tinggal lurus dari sini, ada pertigaan Neng belok kanan rumah warna hijau yang atapnya warna biru, itu sudah rumahnya Pak Desa, " jawab ibu itu sambil tersenyum dan mengarahkan jalan pada Trisna yang masih belum paham desa itu.
" Oh iya Bu, makasih Saya pergi dulu ya Bu, permisi, maaf sudah mengganggu waktu ibu!! " Ucap terisna dengan tersenyum ramah kemudian berjalan ke arah mobil yang dia sewa untuk sampai ke desa Cemara.
" Gimana?" tanya Rara kepada Trisna yang baru saja membuka pintu mobil.
" Hampir aja kita nggak jadi menyelidiki rumah kosong itu, karena ibu-ibu tadi nyaranin untuk jangan melakukan hal itu!! Katanya sangat berbahaya. Tapi kita aja yang keras kepala!! Jujur sih Ra, aku penasaran sekali dengan rumah kosong itu," ucap Trisna dengan wajah penasaran dan juga lega.
" Kamu nggak bilang mau nyerah bukan??" tanya Rara dengan wajah kagetnya.
" Enggak lah mana mau. Kita udah jauh-jauh kita ke sini demi menyelidiki rumah kosong itu, sia-sialah kalau aku bilang iya," ucap Trisna langsung menjawab pertanyaan Rara.
" Hmmm... baguslah!" ucap Rara dengan perasaan lega.
" Bang, Lurus...ada pertigaan belok kanan, ada rumah warna hijau atapnya biru berhenti ya!! " ucap Trisna memberi arahan kepada sopir mobil yang dia sewa bersama Rara.
" Siap Neng!! " ucap sopir mobil tersebut dengan tersenyum.
Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah Pak Kades.
"Permisi!" ucap Trisna sambil berdiri di depan pintu rumah Pak Kades.
" Ya, siapa ya?" tanya Pak Kades terkejut dan kemudian berjalan keluar dari rumahnya yang paling mewah di antara rumah warga lainnya.
" Permisi Pak saya mau tanya. Benar ini rumah Pak Kades?" tanya Trisna.
" Benar Neng!" jawab Pak Kades pelan.
" Apakah di sini ada kost-kostan yang dekat dari rumah kosong yang terkenal angker itu?" tanya Trisna tanpa basa-basi lagi kepada pak Kades dan to the point.
" Apa? Neng jangan bercanda Neng! Rumah itu sangat angker Neng!" ucap Pak Kades tampak sangat terkejut sekali.
" Saya serius pak dengan tujuan itu. Saya datang kemari untuk menyelidiki rumah kosong itu yang kabarnya adalah tempat terjadinya pembantaian sekitar 20 tahun yang lalu oleh kawanan perampok yang kejam dan sadis!" ucap Trisna dengan semangat dan penuh keberanian.
Terlihat Pak Kades yang kesulitan menelan salivanya sendiri. Ketika dia mendengarkan jawaban dan juga keberanian Trisna.
" Kalau dekat dengan rumah kosong itu nggak ada Neng, soalnya nggak ada yang berani bangun rumah di dekat rumah kosong itu, apalagi kos-kosan, lewat aja warga pada takut!! " jawab Pak Kades dengan serius.
" Owhhh, kalo agak jauhan dari rumah kosong itu ada nggak Pak?" tanya Trisna dengan rasa khawatir, karena Trisna takut kalau ia sampe tidak jadi menyelidiki rumah kosong tersebut.
Apalagi dia sudah jauh-jauh dari kota hanya untuk menyelidiki rumah kosong tersebut yang sangat membuat dia penasaran sekali dengan kisah di balik rumah itu.
" Kalau agak jauhan dari rumah itu ada, tapi kalau yang dekat nggak ada. Apakah Neng mau? " tanya Pak Kades menawarkan.
" Okelah pak, daripada saya tidak bisa menginap di mana-mana, mending saya menginap di tempat yang Bapak bilang tadi ajah," jawab Trisna dengan pasrah.
" Baiklah Neng, mau diantar?" tanya Pak Kades menawarkan diri
" Boleh Pak, saya ambil barang-barang dulu ya di mobil," ucap Trisna sambil tersenyum kemudian berjalan ke arah mobil.
" Boleh atuh Neng silakan, biar saya bantu!! ! " Ucap Pak Kades sambil berjalan mengikuti Trisna untuk membantu Trisna membawa barang-barang.
Trisna pun memanggil Rara untuk keluar agar Dia membantu Trisna dan Pak Kades membawa barang-barang mereka berdua.
" Rara! Ayo bawa barang-barang!!! Sudah dekat tempat kosnya kita!! Jangan sampai kamu cuma di mobil aja. Ayo bantuin aku!! " ucap Trisna sambil menggenggam tangan Rara dan menariknya untuk keluar dari mobil dan membawa barang-barang sambil berjalan menuju rumah Pak Joko sang pemilik kost-kostan yang rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Kades dan hanya berjarak sekitaran 50 meter.
" Iya atuhhh... sabar!!! Lagian Kamu aneh sih Tris. Kita kan bisa ke sana naik mobil. Kenapa harus jalan kaki? Kan cape!" protes Rara sambil mengkerutkan alisnya.
" Sekalian lihat sekitar sini. Pak Desa sudah nungguin di luar!!" ucap Trisna kemudian berjalan ke arah bagasi untuk mengambil barang-barang dibantu oleh Pak Kades.
" Neng Trisna dari mana? Kayaknya orang jauh!!" tanya Pak Kades pada Trisna sambil berjalan membawa barang-barang Trisna dan Rara.
" Saya dari Garut, Pak. " jawab Trisna singkat.
"Oohh kirain dari Jakarta!!" Ucap Pak Kades sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat yang mereka tuju yaitu rumahnya Pak Joko pemilik kost-kostan yang akan ditempati Trisna dan Rara.
" Assalamualaikum Pak Joko!! " ucap Pak Kades dengan nada tinggi namun halus.
" Waalaikumsalam Pak Kades. Ada apa pagi-pagi sudah ke sini? " jawab Pak Joko.
" Ini ada orang mau ngekost dari kota, masih ada toh kamarnya yang kosong?" tanya Pak Kades kepada Pak Joko.
" Masih ada tiga kamar, Pak!" jawab Pak Joko kepada Pak Kades sambil tersenyum, karena ia bahagia pagi-pagi sudah ada rezeki.
" Siapa ini teh Pak Kades? meni gelies pisan!! " Ucap Pak Joko kepada Pak Kades sambil menatap Trisna dan Rara.
Terlihat pak Kades bicara dengan pak joko, mengenai ke dua gadis itu yang akan tinggal di desa mereka untuk menyelidiki rumah kosong yang ada di desa mereka yang selalu mencari teror untuk mereka
" Ini gadis-gadis dari Garut, mau menyelidiki rumah kosong itu cennah," jawab Pak Kades dengan raut wajah tersenyum.
" Ooohhhh... silakan keliling-keliling dulu Neng Trisna dan Neng Rara," ucap Pak Joko mempersilahkan Trisna dan Rara berkeliling.
" Iya Pak terima kasih... " ucap Trisna sambil menatap Pak Joko dengan raut wajah tersenyum.
Mereka pun berkeliling melihat-lihat 3 kamar kos yang akan mereka tempati dari salah satunya. Trisna dan Rara sudah memilih kamar yang ingin Ia tempati selama mereka tinggal di desa Cemara.
" Kamar ini terlihat bagus ya Ra?" tanya Trisna kepada Rara sambil menatapnya.
" Iya na, ini bagus kamarnya kita pilih ini aja ya? " tanya Rara sambil menatap Trisna.
Mereka pun kembali ke rumah Pak Joko dan memberitahu kamar yang mereka pilih untuk mereka tempati selama tinggal di desa Cemara.
" Pak aku dan Rara pilih kamar yang pintunya warna pink itu! " ucap Trisna sambil menunjuk ke arah pintu kamar yang warna pink.
" Baiklah Neng, Neng mau nginep di sini sampai berapa hari? " tanya Pak Joko sambil menatap Trisna dan Rara.
" Dua minggu Mungkin cukup pak," ucap Trisna sambil menoleh ke arah Rara, memastikan Rara setuju dengan perkataannya.
Keesokan harinya Krisna dan Rara memulai hari-hari mereka seperti warga biasa.
" Trisna, bantu aku angkat bajunya!!! Berat tauuu!! " ucap Rara dari kamar mandi memanggil Trisna sambil berteriak.
" Iya tunggu dulu aku lagi cuci piring ini!! " ucap Trisna kemudian mengerutkan keningnya.
" Buruan jangan lama-lama!!! Bantu aku dulu!!! " Ucap Rara sambil berteriak.
" Nggak usah teriak-teriak sih ngapa? malu tahu didengar sama tetangga!! kita baru satu hari udah bar-bar banget!! " ucap Trisna kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membantu Rara.
" Iya iya, makanya kalau dipanggil tuh cepet datang!! Aku kan jadinya nggak teriak-teriak kalau kamu dipanggil satu kali terus langsung datang!!! " Ucap Rara sambil mengangkat ember yang berisi baju, selama ia di perjalanan menuju Desa Cemara bersama Trisna.
" Kamu nggak teriak-teriak juga aku dengar!! Tapi kan aku tadi lagi sibuk makanya nggak cepat datang... " Ucap Trisna tak terima bila dikata-katai begitu.
" Sudah... Ayo angkat!! Aku malas berdebat sekarang!! " Ucap Rara sambil menoleh ke arah Trisna.
" Hmmm, " jawab Trisna singkat.
Di siang hari tampak Rara dan Trisna tengah bersiap-siap dengan berdandan dan tengah sibuk memilih pakaian, entah mau pergi ke mana mereka berdua.
" Pake baju yang mana bagusnya? " Tanya Rara kepada Trisna sambil memegangi baju.
" Terserahlah, Kau pikir aku mamamu ngurusin kamu!!?? " Ucap Trisna yang sudah siap untuk pergi sambil mengambil tas dan menggendongnya.
" Aku kan cuma tanya!! " Ucap Rara dengan raut wajah pasrah dan juga kesal kepada sahabatnya itu yang selalu saja nge gas tinggi kalau di ajak bicara. Gadis bar-bar memang.
" Iya iya, cepatlah sedikit atau aku tinggal kau nanti!!! " Ucap Trisna dengan sinis.
" Iya... , sabar ngapa? " Ucap Rara mengambil tas nya kemudian berjalan ke arah Trisna dengan lesu setelah dia memakai pakaian yang dia rasa aman dan nyaman dia gunakan.
" Iya nggak usah ngegas! " Jawab Rara kemudian memakai jaket nya.
" Lah... kamu lelet banget! Jelas aku ngegas lah! " Ucap Trisna dengan tatapan tajam kearah Rara.
" Udah ayo... Aku udah siap! " Ucap Rara sambil menatap Trisna dan membawa tas.
Mereka pun pergi naik ojek yang sudah mereka pesan.
Mereka pun sampai ditempat tujuan, yaitu rumah kosong tersebut.
" Ini rumah kosong nya? Memang agak seram sihh... Apa lagi sudah nggak di tempatin selama dua puluh tahun! " Ucap Rara sambil melihat rumah kosong tersebut.
" Sudah ayo masuk! Ini sudah jam 15:34 sebentar lagi hari sudah mau sore! " Ucap Trisna sambil menarik tangan Rara.
" Iya! Wowwww perasaan cepat banget! " Ucap Rara sambil berjalan ke rumah kosong itu.
Mereka pun sudah masuk dan merasakan hawa mistis yang ada di sana.
" Hawa nya beda yah dari pada di kosan? Sudah terasa banget kalo disini itu banyak makhluk gaib! " Ucap Rara sambil memegang kedua tangan nya yang terasa merinding disko dan semua bulu kudugnya sudah berdiri.
Trisna pun mencoba menyalakan lampu yang ada di ruangan tersebut.
" Ih lampunya bisa nyala! Apa masih ada yang ngisiin tokennya diam-diam ya? " tanya Trisna sambil merasa bingung dan sempat bercanda kepada Rara.
" Mana aku tahu! kok kamu nanya sama aku? " Jawab Rara dengan mengkerut kan alis nya.
" Bercanda doang kok marah? " Jawab Trisna dengan mengkerutkan alisnya dan mata yang terlihat menatap Rara dengan lekat.
" Ih tapi iya juga yah, kok bisa lampunya masih nyala? Padahal udah nggak ada orang yang berani ke sini! Apalagi tinggal di sini. Kok bisa ya, masih nyala lampunya? " tanya Rara dengan raut wajah bingung.
" Itu lah... Dah aku bilangin tadi! " Jawab Trisna dengan menatap atap dan dinding rumah kosong tersebut.
" Udah ayo lanjut! Kenapa ya, kita masih berdiri di sini? " Ucap Rara sambil berjalan di depan Trisna.
" Tunggu gue ngapa? Gue juga kan selama ini selalu nungguin lo! Tapi Lo gak pernah mau nungguin gua!" ucap Trisna sambil berjalan cepat ke hadapan Rara.
Tiba-tiba lampu yang tadi mereka nyalakan berkedip-kedip sendiri seperti ada yang memainkan lampu itu! Mereka pun berhenti sejenak lalu berbalik ke arah saklar lampu yang tiba- tiba saja, saat mereka berbalik lampu sudah mati!
Dan lampu yang ada di ruangan mereka berada juga berkedip-kedip dan langsung mati juga.
Tiba-tiba muncul sosok hantu laki-laki tinggi dan muka yang sudah tak berbentuk lagi.
" Arghhh... Jangan apa-apain gua! Gua belum mau mati! Gua belum nikah! Tolong! Trisna yukk kita pulang ajah yukk gua nggak mau mati sekarang! " Ucap Rara dengan raut wajah yang sangat ketakutan sambil memegangi Trisna.
" Ih lebay banget sih... Kita kan kesini mau menyelidiki bukan mau takut-takutan dan langsung pulang! Dan juga hantu nya muncul juga paling ada niat kasih kita petunjuk! Mungkin sih... Tapi ada baik nya kita lari ajah... " Ucap Trisna dan langsung kabur meninggalkan Rara.
" Woiii.... Tungguin guaaa... Dasar yahh... " Ucap Rara Kamudian lari menyusul Trisna.
Diluar mereka pun berdebat karena Trisna yang tadi meninggalkan Rara didalam rumah kosong tersebut. Untung saja mereka berdua berhasil lari dari rumah kosong yang sangat menakutkan itu. Tampak keduanya masih gemetar sekujur tubuh nya. Masih mengingat kejadian di rumah kosong tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!