NovelToon NovelToon

Love Bombing

Bab 1. Calon Istri

Esme Xaviera, merupakan model baru yang bernaung di agensi biasa saja. Sehingga untuk mencapai puncak popularitasnya, dia memerlukan batu loncatan yang lebih tinggi lagi.

Seusai pemotretan dengan gaji yang tidak terlalu besar, Esme bertemu dengan seorang pria di ruangan make up. Ruangan yang kebetulan sepi membuat mereka bisa berkomunikasi dengan lancar.

"Kau model baru itu kah?" tanya pria itu.

"Ya, aku terpaksa masuk agensi biasa ini untuk menjadi model terkenal. Hanya saja kecantikan yang kumiliki agaknya kurang mendukung karena biaya dari agensi ini cuma bisa mengorbitkan aku menjadi model menengah ke bawah. Aku ingin menjadi model terkenal," ujar Esme.

Memiliki tekad kuat sehingga membuat pria itu tertarik untuk menjanjikan pengorbitannya.

"Kau mau aku bantu? Oh ya, perkenalkan namaku Axton Bosley. Kau bisa panggil aku Axton. Aku bisa membuatmu terkenal dalam waktu singkat, tetapi jika kau mau mengikuti caraku," ujar Axton.

"Hai, Axton. Aku Esme Xaviera. Kau pasti sudah mengenalku dari beberapa fotografer. Hanya saja agensi ini cukup kecil. Sementara kalau aku keluar, mereka pasti akan meminta uang yang banyak dariku karena melanggar kontrak," jelas Esme.

Axton tidak kehabisan akal. Dia punya seribu cara untuk melepaskan Esme dari jeratan agensi abal-abal ini menurutnya. Namun, dia masih berpikir bagaimana caranya mengeluarkan Esme dari sini lalu memindahkannya ke tempat yang baru.

Pasca pertemuan tidak sengaja itu, melalui kesepakatan tanpa hitam di atas putih, Axton meminta Esme untuk mengirimkan sejumlah uang ke rekeningnya.

"Uang buat apa, Axton?" tanya Esme di sela-sela pekerjaannya menjadi model yang belum terkenal.

"Agensi baru ini meminta sejumlah uang dulu. Maksudnya agar dia yakin kalau kau memang calon model berkelas yang akan diorbitkan. Kau percaya padaku, kan? Jadi, ikuti saja apa permintaanku."

Esme sama sekali tidak curiga. Dia percaya penuh pada Axton karena Esme yakin akan menjadi model terkenal di bawah naungan Axton. Apalagi Axton selalu memberikan angin segar berupa bayangan-bayangan indah jika nantinya Esme menjadi seorang model.

Hingga suatu hari sebuah kejadian membuat Esme syok dan tidak bisa berkomentar apa pun selain kata pasrah. Axton marah-marah kepadanya.

"Kau ini bagaimana? Katamu ingin menjadi model terkenal dan profesional. Nyatanya apa? Kau setengah hati sekali, Esme. Agensi butuh modal untuk mengorbitkanmu, tetapi kau malah tidak bisa membayar sepeser pun. Aku bisa apa? Padahal hari ini agensi ingin bertemu langsung denganmu dan menjadikanmu model terkenal."

"Axton, aku tidak ada uang lagi. Kau sudah meminta uang dariku begitu banyak, tetapi kau sama sekali tidak pernah menunjukkan bukti bahwa aku akan diorbitkan oleh agensi yang kau bawa. Jadi, bagaimana? Kau bohong padaku, kan?" Tuduhan Esme jelas beralasan.

Bukan sekali ataupun dua kali Axton berjanji akan membawanya ke agensi tersebut. Uang pun terus ditransfer dari rekening Esme dengan harapan Axton sama sekali bukan pembohong.

"Padahal hari ini aku akan membawamu ke agensi. Karena kau tidak memiliki uang, lebih baik berdandanlah secantik mungkin. Setidaknya aku bisa merayu agensi agar segera mengorbitkanmu," jelas Axton.

Secara keseluruhan, Esme adalah gadis cantik yang memiliki tinggi badan 167 centimeter dengan mata biru dan rambut pirang. Selain itu, tubuh jenjangnya memang terlihat sangat montok dan berisi. Kombinasi yang sangat cantik dan berkelas.

"Kau serius, Axton? Kau tidak bohong padaku, kan?" tanya Esme. Dia membutuhkan kepastian tanpa adanya keraguan lagi yang terpikir di benak Esme.

"Tentu, Esme. Kali ini aku serius. Jangan lupa gunakan gaun malam yang begitu indah. Pemilik agensi itu pasti langsung memilihmu," ujar Axton meyakinkan.

Gaun malam dengan belahan dada yang cukup rendah, menampakkan bagian punggung sebagian, dan belahan yang cukup tinggi sehingga menampakkan keseksian kaki jenjangnya. Sekilas memang Esme seperti model yang profesional. Dia menggunakan high heels yang cukup tinggi sehingga terlihat sangat seksi. Selain itu, Esme juga menggerai rambutnya sehingga tampak semakin cantik dan memesona.

Esme sama sekali tidak curiga ketika dibawa ke sebuah bangunan yang berpagar tinggi dan dijaga ketat oleh beberapa bodyguard berpakaian hitam. Dia sama sekali terlihat biasa karena di tempat itu memang seperti agensi dengan kumpulan wanita-wanita cantik di sana. Bahkan mereka memang seperti sosialita kelas atas.

Saat memasuki sebuah ruangan, perasaan Esme mulai tidak menentu. Harusnya mirip sebuah kantor, tetapi ini seperti ruang tamu yang didesain khusus hanya untuk tamu-tamu khusus yang memiliki janji.

"Axton, kau tidak bohong padaku, kan?" tanya Esme sekali lagi.

"Tunggu sebentar. Pemilik agensi akan masuk ke sini." Bahkan di tempat pelacuran pun Axton masih bisa berbohong.

Tidak lama seorang wanita dengan gayanya memegang rokok yang masih menyala. Penampilannya pun bukan semacam agensi, tetapi lebih mirip mucikari. Wanita itu lekas menghisap rokoknya kemudian mengeluarkan asap-asap dengan begitu lembut seolah dia sangat familiar dengan rokok tersebut untuk ukuran seorang wanita.

"Jadi, kau pasang harga berapa?" tanya wanita itu.

Dialah madam Stella Odette, mucikari high class yang selalu menerima barang-barang bagus. Apalagi macam Esme yang standar kecantikannya di atas rata-rata. Bisnis Stella akan berjalan begitu cepat dengan mendapatkan gadis sepertinya.

"Axton, apa maksudmu? Kau bilang ini agensi model, tetapi mengapa wanita itu meminta harga darimu?" cecar Esme.

"Oh, Sayang. Kau harus kenal sama madam dulu. Namaku Stella Odette. Kau bisa memanggilku madam Stella," ujar Stella.

"What? Jadi, ini bukan agensi model yang kau janjikan, Axton? Ini tempat pelacuran dan aku tidak mau di sini!"

Esme mencoba keluar dari ruangan itu, tetapi sayang tidak akan pernah bisa. Stella sudah memberikan penjagaan ketat dan cara mengantisipasi kaburnya calon anak buahnya yang cantik seperti gadis di hadapannya.

"Oh ayolah, Cantik! Siapa namamu? Kau sangat cocok bekerja di sini. Axton sudah menceritakan semuanya tentangmu. Kau sangat berbakat. Daripada menjadi model dengan bayaran rendah, lebih baik ikutlah bersamaku. Kau bisa mendapatkan uang banyak dengan bayaran yang cukup tinggi."

"Tidak! Aku tidak mau! Dasar Bajingan!" Esme memaki Axton.

Stella sudah bisa memahami situasinya akan menjadi seperti ini. Karena Stella sudah menyukai Esme, maka mereka segera menyepakati harga jual Esme.

"Jadi, berapa harga yang kau tawarkan?" Stella tidak peduli lagi dengan pemberontakan yang dilakukan Esme. Terlebih ruangan itu sudah dikunci dari luar.

"Satu juta Euro. Bagaimana?" tanya Axton.

Itu merupakan penawaran paling tinggi yang diberikan Axton pada Stella. Biasanya dia hanya menawarkan paling tinggi 500 ribu Euro saja.

"Axton, kau gila!" Esme menampar pria itu, tetapi Axton tidak peduli.

"Sepakat!" ujar Stella membuat Esme segera dibawa bodyguard ke sebuah kamar dan menguncinya di sana.

Hari-hari Esme dipaksa untuk melayani para pria hidung belang. Jika Esme menolak, Madam Stella tidak segan memberinya hukuman. Apalagi yang yang diterima Axton tidaklah sedikit sehingga Esme dipaksa kerja siang dan malam dan menghasilkan pundi-pundi Euro yang lumayan fantastis.

"Kau memang pria bajingan, Axton! Kau membuatku berada di sini dan tenggelam dalam pekerjaan hina ini. Kau bisa bebas berkeliaran di luaran sana, tetapi aku tidak akan menyerah," ujar Esme.

Hingga pada suatu hari, seorang pria yang usianya 58 tahun memasuki area pelacuran. Pria itu ingin bertemu dengan Madam Stella karena mencari informasi mengenai putranya.

Beberapa dari teman-teman Esme memberitahukan bahwa pria itu adalah papa dari Axton. Pria yang seringkali membawa wanita cantik dan menjualnya di tempat itu.

"Jadi, dia adalah papa dari pria bajingan itu? Ini kunci agar kau bisa keluar dari sini, Esme. Kau harus merayunya," gumam Esme.

Selagi ada kesempatan, tanpa sengaja Esme berpura-pura menabrak pria berumur itu. Tatapannya pun beradu hingga membantu Esme untuk bangun dari lantai karena dia sengaja menjatuhkan diri.

"Kau baik-baik saja?" tanya pria itu.

"Iya, Om," ujar Esme.

"Panggil aku Bastian saja. Ayo, duduk di sana. Aku benar-benar minta maaf karena harus buru-buru seperti ini."

Bastian membimbing gadis itu ke sebuah kursi yang tidak jauh dari tempatnya jatuh.

"Ehm, Om, eh, Bastian kenapa ke sini?"

"Oh ya, namamu siapa?" Bastian lebih terpusat pada kecantikannya dibanding urusan pribadinya.

"Esme. Maaf, kenapa Anda di sini? Kok aku agak aneh ya, Om. Maksudku, Bastian. Sungguh, ini membuatku merasa kikuk sekali," ujar Esme.

"Tidak mengapa. Nanti juga akan terbiasa. Aku ke sini karena mencari anakku, Axton. Katanya dia sering datang ke sini. Beberapa bulan yang lalu, dia juga ke sini dan seperti biasa bisnisnya menjual para wanita. Apakah kau salah satu korbannya?"

"Kalaupun iya, apakah Anda bersedia membantuku keluar dari sini? Sejujurnya aku sangat kecewa dengan sikapnya. Gara-gara dia, aku kehilangan segalanya." Esme menundukkan pandangannya.

Bastian merasa kasihan. Selama bertahun-tahun dia menduda. Sedangkan saat melihat Esme, gairah hidupnya kembali berkobar. Diangkatnya dagu Esme lalu dia membersihkan air mata yang menganak sungai di pipi gadis cantik itu.

"Jangan bersedih. Apa yang bisa kubantu?" Bastian memberikan angin segar atas kesulitannya selama ini.

"Bawa aku keluar dari sini. Lalu, menikahlah denganku. Sejujurnya aku sudah sangat kotor berada di sini. Pria mana yang mau menerima pelacur sepertiku?" Wajar kalau Esme merasa gelisah dalam ketakutannya selama ini. Dendamnya pada Axton membawanya berbuat nekat. Biarkan saja dia menjadi istri pria tua itu. Setidaknya untuk membalas rasa sakit hatinya.

"Kau cantik. Aku pun masih sanggup menghidupimu. Kalau kau mau, biar aku yang akan mengeluarkanmu dari sini. Aku akan menemui Madam Stella. Ikutlah bersamaku," ajak Bastian.

Pria itu menggandeng mesra tangan Esme. Terlihat sangat senang sekali karena selama ini Bastian seolah enggan untuk membina hubungan lagi setelah perceraiannya. Namun, melihat Esme membuatnya semakin bersemangat dan siap untuk menjadikan gadis itu istrinya.

Sementara Esme sendiri sudah tidak peduli lagi dengan siapa dia akan menikah. Lagi pula kehidupannya sudah hancur semenjak Axton menjualnya pada Madam Stella.

"Madam, bolehkah kita bicara sebentar?" tanya Bastian. Sebenarnya dia baru saja bertemu Stella untuk menanyakan putranya, tetapi setelah bertemu dengan Esme, dia kembali lagi untuk mengurus gadis itu.

"Tentu, Tuan Bastian. Apakah Anda akan menyewa Esme?" tanya Stella.

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku akan menebusnya. Berapa harga yang kau tawarkan?" Bastian memang orang kaya. Jadi, dia tidak perlu lagi berpikir panjang.

"Wow, kau beruntung, Esme. Standar kecantikanmu membuat Tuan Bastian ingin memilikimu. Sebenarnya Esme adalah wanita hebat yang selalu menjadi pujaan para pria di sini. Namun, aku tidak akan menghalangi niat Tuan Bastian jika mau menebusnya dengan bayaran tinggi."

Soal uang, madam Stella akan menjadi juaranya. Apalagi uang itu dibayar dengan cash. Maka akan lebih senang lagi bila memiliki keuntungan yang lebih besar.

"Aku tidak mau basa-basi. Sebutkan saja nominalnya!" Soal uang, Bastian bisa menghandel segalanya. Dia bisa mendapatkan ribuan Esme jika dia mau, tetapi Esme lah yang membuatnya jatuh dan terbuai oleh pesonanya.

"Dua juta Euro. Tidak bisa ditawar lagi," ujar Stella.

Esme jelas tercengang. Stella memasang harga yang begitu mahal. Padahal dulu Esme dijual dengan harga satu juta Euro. Setelah beberapa bulan Esme tinggal di pelacuran ini, bahkan Stella sudah mendapatkan keuntungan lebih dari itu.

"Oke. Tunggu beberapa menit lagi anak buahku akan sampai. Jadi, apakah aku bisa membawa Esme pergi?"

"Tentu saja, Tuan Bastian. Aku yakin kalau Anda adalah pebisnis yang jujur. Jadi, aku tidak mungkin takut kalau Anda langsung membawanya pergi."

Bastian membawa Esme pulang. Dia sudah janji padanya untuk menjadikan Esme sebagai calon istri lalu menikahinya. Esme pun tidak menolak. Apalagi niatnya memang untuk membalas dendam pada Axton.

Bab 2. Balasan

Seperti janji Bastian, hari ini mereka siap melangsungkan pernikahan. Esme menggunakan gaun pengantin yang begitu indah. Bastian benar-benar membuatnya menjadi seorang ratu di mansionnya. Pernikahan pun dilangsungkan tanpa menunggu kedua putranya.

"Terima kasih, Sayang. Kau membuatku semakin bergairah," ujar Bastian.

Kecupan mesra mendarat tepat di bibir Esme. Dia tidak peduli lagi siapa pun yang akan menjamah tubuhnya. Apalagi Bastian bukan orang yang pertama melakukan itu. Jadi, Esme sudah tidak canggung lagi.

Pria perawakan tambun itu memang masih terlihat tampan. Hanya saja bila disandingkan dengan Esme, istrinya itu lebih mirip menjadi sugar baby-nya ketimbang sebagai istri.

"Harusnya aku yang berterima kasih. Setidaknya aku layak di hadapan semua orang," ujar Esme.

"Kau adalah wanita sempurna untukku, Esme. Buat aku bergairah sepanjang hari," ujar Bastian.

"Tentu, Suamiku. I'm yours. You're mine," ujar Esme.

Esme melakukan tugasnya sebagai istri dengan baik. Anggap saja dia membayar ganti uang yang sudah dikeluarkan oleh Bastian.

Kehidupan Bastian semakin menarik. Hingga suatu hari pernikahannya sampai ke telinga Axton. Hal itu membuatnya segera kembali ke mansion untuk menemui mama tirinya.

Pertemuan perdana Axton membuatnya terkejut. Dia tidak menyangka bila papanya telah menikahi Esme, gadis yang dijual dengan harga tinggi pada Madam Stella. Itu artinya, Esme memiliki niat buruk pada papanya.

"Kau?" ujar Axton saat bertemu dengan Esme.

"Selamat datang kembali di mansion ini, Putraku," balas Esme dengan tatapan mengejek.

"Kau pasti merayu Papaku, kan? Dasar ******!" geram Axton.

"Jaga bicaramu, Axton! Dia Mamamu! Jangan buat papa semakin emosi padamu!" balas Bastian.

"Papa menikahinya?" tanya Axton yang masih dalam keadaan terkejut. "Dia itu pelacur, Pa! Di mana harga diri Papa sebagai seorang pemimpin perusahaan dan mansion sebesar ini?"

"Jaga bicaramu, Axton! Di mana harga dirimu yang sudah menjual gadis baik-baik lalu kau jadikan seorang pelacur, hah?" Bastian tentu tidak terima. Walaupun masa lalu Esme adalah seorang pelacur, dia tidak peduli karena Bastian sudah jatuh cinta sejak pertemuan pertamanya.

"Dia memang pantas menjadi pelacur, Pa. Aku tidak bisa terima, Pa. Papa boleh menikah dengan siapa saja, asalkan tidak dengannya!" balas Axton dengan emosional.

Bastian menampar Axton. Ini pertama kalinya pria itu bersikap kasar pada putranya. Selama ini Bastian paling anti dengan kekerasan, tetapi semenjak Axton menjadi pria yang kejam di luaran sana, Bastian perlu memberikan pelajaran.

Terlebih seringkali Esme mengadukan semua perbuatan buruk Axton di masa lalu. Putra bungsunya itu ternyata sosok yang konsumtif. Berbeda dengan putra sulungnya yang lebih wibawa dan bisa membawa diri. Pembawaannya tenang dan teduh. Sayang, sosoknya begitu dingin dibandingkan dengan Bastian ataupun Axton.

"Papa menamparku? Papa akan membayar mahal setelah melakukan itu padaku. Aku ini anakmu, Pa. Dia hanyalah sampah yang tidak pantas berada di sini." Axton memaki Esme.

"Terlambat, Axton. Kami sudah menikah. Jadi, mau atau tidak, kau adalah anakku sekarang. Jangan bersikap kurang ajar padaku. Aku bisa saja mengajarimu tentang sopan santun, tetapi itu adalah tugas suamiku. Iya kan, Sayang?" ujar Esme penuh dengan kemenangan. Ini baru beberapa persen dari rencana balas dendamnya.

Axton maju berniat untuk menyakiti Esme, tetapi Bastian mencegahnya. "Jangan kurang ajar padanya!"

"Papa! Jangan sampai pernikahan ini membuat Papa menyesal. Dia hanya wanita yang menginginkan harta Papa saja. Bagaimana Papa bisa bertemu dengannya? Jangan-jangan dia yang merayu Papa?" Axton masih terus saja menuduh Esme yang menjadi penyebab semua ini.

"Tidak. Papa memang bertemu dengannya. Lalu, papa pikir tidak ada salahnya membina rumah tangga lagi setelah kepergian mamamu," ujar Bastian.

"Aku tidak bisa terima ini. Cepat atau lambat, aku akan mendepaknya dari mansion ini. Itu janjiku!" ujar Axton yakin.

Kalau sudah seperti ini, cara yang tepat bagi Axton adalah untuk memisahkan papanya dari Esme. Hanya saja dia belum memiliki teman untuk membantunya memisahkan Esme dari papanya.

Setelah pernikahan itu, perlahan Esme sudah menguasai hati Bastian. Ini cara yang tepat untuk membuat Axton membayar semua kesalahannya di masa lalu.

Seperti saat ini, Axton berniat untuk pergi ke suatu tempat. Dia menyampaikan pesan itu pada Esme supaya disampaikan pada suaminya.

"Katakan pada papaku kalau aku akan pergi selama beberapa hari," pamit Axton.

"Kau mau kemana, Putraku? Apakah kau akan menjual para gadis itu lagi? Cukup aku saja, Axton! Jangan sampai karena kelakuanmu itu, para wanita akan semakin liar dan membuatmu tertekan," ujar Esme.

Semula dia menjadi wanita yang baik, pemaaf, dan murah hati. Namun, setelah menjadi pelacur, Esme bukan lagi seperti yang dulu. Dia berubah menjadi sosok wanita yang kejam dan tidak peduli pada siapa pun. Bahkan dia tidak peduli telah menikah dengan pria tua seperti Bastian.

Sejujurnya Axton merasa jijik mendengar ucapan mama tirinya itu. Namun, bagaimanapun yang membuat Esme masuk ke lembah hitam adalah ulahnya sendiri.

"Jangan panggil aku seperti itu! Sangat menjijikkan! Lagi pula itu tidak ada urusannya denganmu," geram Axton.

"Wow, anak laki-laki pembangkang. Aku akan mengadukan ini pada suamiku. Ya, setidaknya agar kau mendapatkan balasan yang pantas karena menghina mama tirimu."

Axton tidak peduli. Berniat kabur dari mansion, tetapi Bastian keburu datang. Entah, papanya seperti menjadi robot yang sudah dikendalikan oleh Esme.

Esme bergelayut manja di lengan Bastian. Sementara posisi Axton saat ini benar-benar terjebak.

"Selama ini papa diam bukan berarti tidak peduli. Papa sudah cukup lelah dengan pengaduan yang disampaikan Mamamu. Sebagai gantinya, hari ini kau harus di kurung dalam gudang. Kau sudah membuat Mamamu kesal terus. Papa tidak bisa terima itu," ujar Bastian. Janjinya pada Esme adalah membuat istrinya merasa nyaman di mansion. Jika sampai Bastian tidak bisa membuatnya nyaman, dia juga harus memberikan pelajaran pada Axton.

"Kau benar, Sayang. Jangan biarkan pembangkang itu menang. Apa kau tidak akan malu mendapati kelakuannya seperti itu?" ujar Esme.

Saat beberapa bodyguard membawa Axton masuk ke dalam gudang, pria itu sempat memberontak. Semenjak kehadiran Esme, kehidupan Axton bagaikan terpenjara. Tidak hanya itu, semua kegiatannya pun dibatasi.

"Lepaskan aku, Pa! Papa akan menyesal sudah membuatku terpenjara seperti ini. Papa akan menyesal telah menikah dengan Esme. Dia penjahatnya! Tolong jangan percaya begitu saja!" teriak Axton memberontak.

Sayang, Bastian tidak bisa memberikan ampun atas penghinaan yang dilakukan Axton pada Esme. Bastian merasa gagal mendidik putranya menjadi sosok yang bertanggung jawab dan berjalan pada koridor yang seharusnya.

"Terima kasih, Sayang. Jangan kau manjakan anak nakal itu. Kau harus membuatnya jera," ujar Esme. Ini adalah balas dendam terbaiknya selama ini.

Bab 3. Pendekatan

Hari-hari mansion sangatlah berwarna. Jika Axton sudah membuat Bastian naik darah, tetapi lain halnya dengan putra sulungnya, Axel Brylee.

"Sayang, lakukan persiapan untuk menyambut kedatangan putra sulungku, Axel," ujar Bastian.

"Axel? Kakaknya Axton?"

Esme penasaran. Dia memang tahu dari cerita Bastian kalau Axel ini memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan Axton.

"Iya. Hari ini dia akan kembali dan menetap di sini. Kau pasti akan langsung suka saat bertemu dengannya."

Esme menyiapkan segala keperluan anak sulungnya. Mulai dari menyiapkan kamar yang sudah lama tidak ditempati, kemudian menyiapkan makanan kesukaannya yang diketahui dari Bastian.

Esme sempat melihat foto-foto putra sulungnya yang terlihat tampan. Apalagi ini pertama kalinya Esme masuk ke kamar itu.

Tampan sekali, Axel.

Tepat waktu yang sudah ditentukan, sebuah taksi berhenti di halaman mansion. Para maid langsung saja menyambut kedatangan tuan mudanya. Pria yang sudah lama pergi dan baru kembali hari ini.

Baik Bastian maupun Esme, mereka menyambut kedatangan Axel dengan sukacita. Jangan tanya di mana keberadaan Axton. Setelah mendapatkan hukuman dari Bastian, pria itu sama sekali tidak lagi menginjakkan kakinya di mansion.

Seorang pria perawakan jangkung dengan menggunakan jas berwarna biru dongker dan kacamata hitam turun dari taksi. Sopir taksi segera membukakan bagasi lalu menurunkan koper-koper tersebut.

Menilik usia Axel, dia sudah berumur 32 tahun. Dibandingkan dengan Esme, keduanya masih cocok menjadi sepasang kekasih ketimbang mama dan anak.

Dari balik kacamata hitamnya, Axel memandang ke arah wanita muda yang menurutnya pantas menjadi adiknya. Menurut kabar, Axel juga tahu pernikahan kedua papanya. Namun, dia tidak bisa mencegah keinginan pria middle age itu karena posisi Axel yang masih berada di luar negeri. Jika dilarang pun, maka Bastian akan memberontak. Dia cukup keras kepala, sama seperti adiknya, Axton.

"Bagaimana perjalananmu, Nak?" tanya Bastian.

"Lancar, Pa. Bagaimana kabar Papa? Aku dengar kalau Papa sudah menikah kembali," ujar Axel tanpa mau melirik ke arah mama tirinya.

"Perkenalkan ini Mamamu, Esme. Semoga kau bisa berinteraksi dengan baik. Jangan seperti adikmu. Dia benar-benar menjengkelkan," keluh Bastian.

Kalau masalah kehadiran Esme, baik Axton maupun Axel, responnya akan tetap sama. Axel tidak suka dari pandangan pertama. Sejujurnya tidak setuju dengan pernikahan ini.

Axel membuka kacamata hitamnya. Pandangan Axel dan Esme beradu. Namun, tatapan Axel telah terlukis sebuah kebencian yang mendalam. Terlebih mamanya dulu bercerai karena mencintai pria lain. Sementara Esme, degup jantungnya terasa cepat. Sangat aneh, bukan? Padahal saat bersama dengan Bastian, suaminya tidak bereaksi seperti itu.

"Hai, Axel. Aku mama tirimu, Esme. Selamat datang kembali di mansion, Nak," ucap Esme ramah.

Axel sama sekali tidak peduli. Dia malah meminta maid untuk membawa masuk beberapa barangnya.

"Sayang, sabar, ya. Axel memang seperti itu. Siang ini aku harus kembali ke kantor. Ada beberapa masalah yang harus aku selesaikan. Aku titip Axel padamu, ya. Layani dia seperti anakmu sendiri," pesan Bastian.

"Iya, Sayang. Hati-hati kalau pergi."

Bastian mengecup kening istrinya. Hal itu tidak luput dari pandangan Axel yang sebenarnya belum jauh.

Setelah Axel masuk ke kamar, Esme menyusul anak tirinya. Dia ingin mencoba lagi getaran jantungnya apakah sama seperti sebelumnya atau berbeda.

Esme mengetuk pintu kamar.

"Masuk!" jawab Axel. Dia mengira kalau yang datang adalah maid. Saat tahu mama tirinya, sikap Axel berubah. "Kenapa Anda ke sini?"

"Axel, aku mendapat pesan dari papamu untuk melayanimu," ujar Esme tanpa ragu. Kebiasaan Esme yang dekat dengan pria liar membuatnya penasaran dengan sikap Axel yang cukup dingin. Dibandingkan dengan Bastian, Axel adalah sosok yang membuatnya semakin tertarik.

"Banyak maid di sini. Lebih baik kau keluar!" Axel tidak segan mengusir Esme dari kamarnya.

"Axel, jangan seperti itu, Nak. Nanti papamu bisa marah padaku," ujar Esme mengiba. Ternyata di dunia ini masih ada pria setampan Axel, anak tirinya.

Axel enggan berdebat dengan mama tirinya. Dia pun mengalihkan perhatiannya dengan membuka koper, mengeluarkan barang-barang, lalu menatanya.

Esme merasa tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. Dia pun maju untuk membantu menata barang-barang milik putra sulungnya. Namun, tangannya segera ditepis oleh Axel.

"Jangan coba-coba cari perhatian. Aku tidak suka keberadaanmu di sini! Lebih baik kau keluar sekarang, sebelum kesabaranku habis."

Esme tidak peduli. Dia terus saja mencoba membantu Axel. Sehingga membuatnya meninggalkan kamar begitu saja.

Esme terus merapikan kamar itu. Tidak lama, semuanya terlihat kembali seperti semula. Rapi dan tidak ada sisa-sisa barang berserakan.

Setelah selesai, Esme segera mencari keberadaan Axel. Rupanya pria itu berada di meja makan. Dia sengaja makan lebih dulu supaya tidak melihat lagi wajah Esme yang membuatnya semakin benci.

"Kau tidak menunggu mama, Nak. Harusnya kita makan bersama-sama. Semua makanan ini mama siapkan atas permintaan papa."

Axel meneguk segelas air kemudian beranjak dari tempat duduknya. Dia berniat kembali ke kamar, tetapi dicegah oleh Esme. Dia memegangi tangan anak sulungnya seperti pada pasangannya sendiri.

"Lepaskan tangan Anda!" perintah Axel dengan suara dinginnya.

"Axel, tolong jangan seperti ini. Aku ingin kau bisa mengenalku lebih baik. Aku takut papamu akan salah paham karena aku tidak bisa memerhatikanmu."

Dalam diri Esme bukan selayaknya mama kepada anak, tetapi dia memiliki perasaan lain lebih dari itu. Ibarat kata, Esme sudah jatuh cinta saat pandangan pertama. Semakin mendapatkan penolakan, Esme akan semakin getol mengejarnya.

"Tolong jangan ganggu aku!" Axel menarik tangan Esme kemudian melepaskannya begitu saja.

Kau adalah pembangkang yang sesungguhnya, Axel. Semakin kau menjauhi aku, maka jangan salahkan aku jika aku akan terus mengejarmu.

Esme selalu memanfaatkan kesempatan untuk bisa dekat dengan Axel. Sesekali dengan memberikan perhatian lebih, yaitu menyiapkan pakaian Axel. Terkadang membangunkan anak sulungnya itu dengan caranya sendiri. Masuk ke kamarnya dengan menggunakan kunci cadangan. Seringkali Axel mengunci pintunya, tetapi ketika ada kesempatan bagus, Esme bisa masuk dengan mudah dan membuat Axel semakin membenci Esme.

"Sayang, bangun, Nak," ujar Esme. Itu dilakukan saat Bastian dan Axton tidak berada di mansion. Jika suami atau anak keduanya ada di sana, Esme harus menjaga jarak lebih dulu.

"Keluar!" bentak Axel.

Esme tidak peduli. Dia terus saja berada di kamar Axel untuk menyiapkan pakaian kerja lengkap. Tidak hanya itu, sesekali Esme mendekati Axel dengan memberikan sentuhan kecil, misalnya saat memberikan pakaian. Tanpa sengaja kulit tangannya bersentuhan hingga membuat Esme lupa diri jika sudah bersuamikan papa Axel.

"Jaga batasanmu!" bentak Axel.

"Maaf, Sayang. Mama tidak sengaja. Lebih baik kau bersiap. Kita akan bertemu di meja makan. Jangan buat papa menunggu karena pagi ini dia ada di mansion."

Esme seakan lupa tujuannya untuk menghancurkan Axton. Dia malah sibuk melakukan pendekatan dengan putra sulungnya, Axel yang jauh lebih menarik ketimbang urusan balas dendam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!