NovelToon NovelToon

Celesta & Tuan Antagonis

Skripsi

Setiap hari memikirkan skripsi, skripsi, dan skripsi! Benar-benar menyebalkan. Berada di semester akhir kuliah benar-benar melelahkan. Terkadang aku merasa salah jurusan karena tidak juga bisa menyelesaikan skripsi ini.

Belum lagi dosen yang seenaknya mencoret-coret hasil dari skripsi yang Aku buat dengan susah payah. Tidak bisakah aku lulus tanpa skripsi saja? TENTU SAJA TIDAK! Sebenarnya, bisa saja jika aku memiliki prestasi yang bisa membuatku bebas dari skripsi dan langsung saja lulus dengan nyaman, namun sayangnya murid biasa sepertiku ini tidak memiliki prestasi.

Pusing di kepalaku bertambah saat keluargaku, Tante dan para sepupu jahanam mulai bertanya tentang 'kabar'. Kalian pasti tau kabar macam apa yang akan ditanyakan olehnya kepada keponakan tercinta yang sudah berumur 24 tahun namun belum juga lulus skripsi.

Tentu bukan hal baik. 'Kabar' yang dimaksud bukan seperti "kamu baik-baik saja? Sehat?" Tidak! Tidak mungkin. Setiap bertemu atau bertamu, mereka akan mulai merecoki ku dengan berbagai pertanyaan yang menyayat hati.

Padahal kami ini keluarga kan? Atau mungkin bukan? Bukannya wajar ya, di umur 24 tahun ini aku belum menyelesaikan skripsi ku? Banyak orang malah baru wisuda setelah menjalani 9-10 semester.

Namun sepertinya tanteku ini sangat senang memamerkan berbagai kelebihan dari anak-anaknya.

Seperti saat ini, saat tanteku, adik dari ayahku bertamu kerumah kami. Bersama dengan anaknya yang telah lulus S1 dan sudah bekerja sebagai pegawai negri. Aku tidak yakin dia lulus dengan murni.

"Rin, kamu kapan lulus kuliah? Kok lama banget ya? Anak Tante kuliah cuman 3 setengah tahun"

"Kamu kan sudah berumur 24 tahun loh Rin, biaya kuliahmu kan mahal, makanya cepet-cepet wisuda"

"Di umurmu ini seharusnya sudah menikah dan memiliki suami"

"Mau Tante kenalkan sama anak teman Tante? Ganteng loh Rin"

"Kalau lama-lama begini kamu bisa jadi perawan tua, kalo udah tua, sedikit laki-laki yang mau menikahi kamu. Fase di mana kamu bisa memilih pasangan hidup sebentar lagi akan terlewati"

"Anak Tante saja tidak selama ini kuliahnya"

Mulut jahanamnya mulai mengeluarkan berbagai sindiran yang menyakiti hati kecilku. Lagian kenapa sih harus bertanya masalah sensitif?!

Apa dia tidak bisa membicarakan hal yang positif saja? Seperti, apa aku baik-baik saja, apa kamu sehat, atau kalau bisa diam saja deh sudah cukup.

"Lagian kamu perempuan nggak perlu sekolah tinggi, nanti juga balik ke dapur"

"Tante waktu seumuran kamu ini udah punya anak 1, lihat sekarang, hidup Tante bahagia kan"

Habis, kesabaranku habis. Aku cakar wajahnya, aku jambak rambutnya sambil berteriak 'PANTAS SAJA TANTE DI JADIKAN PEMBANTU DI RUMAH' andai aku bisa.

Sialan, tentu saja itu hanya angan-angan. Sopan dan santun ajaran orang tuaku akan sia-sia tidak berguna jika aku melakukan hal seperti itu. Bisa-bisa bapak akan memotong ku menjadi beberapa bagian jika aku berani berperilaku seperti itu.

Rasanya aku ingin hidup di dunia Harry Potter saja dan menjadi burung hantunya, tugasku hanya mengantarkan surat dan tidak menerima pertanyaan atau pernyataan yang tidak enak di hati.

Atau jadi batu bata untuk ke Diagon Alley saja deh, aku ikhlas, tidak perlu menghadapi Tanteku yang cerewet ini.

Setelah beberapa jam bertamu akhirnya Tanteku pulang, aku mengantarnya sampai ke depan pintu rumah dengan senyum bahagia mempersilahkan kepulangannya. Suasana bahagia sangat terasa saat dia sudah masuk ke mobilnya, berpamitan dengan Bapak dan Ibuku, Aku juga bersalaman dengannya cepat-cepat, agar dia cepat pergi.

Dengan kata lain 'Pulanglah dan jangan kesini lagi!'

---*

Ternyata kepulangan Tante tidak mengurangi sakit kepalaku. Benar kata pepatah 'Kalau kau bahagia saat kau tak punya masalah, mungkin kau tak akan pernah bahagia, karena dalam hidup pasti punya masalah.'Tapi bukankah masalahku ini kebanyakan? Atau aku saja yang banyak mengeluh ya? Dan masalahku sekarang, skripsi yang ku kerjakan tidak juga selesai.

Otakku buntu, mencari referensi lain di internet dan buku tidak membuat otakku encer. Lelah! Tidak bisakah skripsi ini selesai dengan sendirinya? Atau mungkin jika aku tinggal tidur akan selesai keesokannya?

Oke, hentikan omong kosong ini. Aku mulai berpikir ngalur-ngidul tidak jelas, seharusnya aku mulai mengerjakannya saja, siapa tau dosenku baru saja dapat undian TV ukuran 55 inci dan sedang dalam suasana hati bahagia, sehingga dia mau meluluskan skripsiku.

Walaupun, tentu saja itu tidak mungkin.

Seandainya masalah tentang skripsi ini bisa selesai dengan mengucapkan mantra Pak Tarno 'Bimsalabim ada apa prok prok prok' atau mungkin mantra 'avada kedavra' lalu Tara! Skripsi sudah selesai.

Baiklah, aku tau mantra itu bukan digunakan untuk hal seperti ini, jika aku menggunakannya bisa-bisa ada tikus yang lewat lalu mati seketika jika ku ucapkan mantra itu.

"Bagaimana cara menyelesaikan ini?! Andai saja Mbah Dukun bisa membantuku menyelesaikan skripsi"

"Atau aku menikah dengan orang kaya saja ya, kan aku bisa hidup damai tentram tanpa skripsi"

Lagi-lagi pikiran bodohku muncul, kenapa jadi ke Dukun sih? Memangnya mau pakai pelet? Terus kenapa ada kepikiran untuk menikah dengan orang kaya sih, mana mau orang kaya sama aku, wajah biasa saja, pengangguran, skripsi belum selesai.

Setelah sekian lama duduk di depan Laptop yang sebenarnya tidak ku sentuh sedari tadi dan hanya aku pelototi saja, tumpukan kertas hasil dari skripsi yang kemarin sudah ku serahkan juga berserakan membuat kamarku sangat berantakan.

Aku melihat ke arah laci di dekat tempat tidur, membukanya dan menemukan sebatang cokelat yang sudah kubuka, lalu memakannya. Untung saja ada yang namanya cokelat di dunia ini, makanan yang bisa mengembalikan mood.

Setelah selesai mengembalikan mood, aku kembali duduk menghadapi skripsi yang harus segera aku selesaikan. Tapi entah kenapa aku selalu sial.

Kepalaku semakin sakit, benar-benar sakit bahkan lebih sakit ketika Tanteku datang. Hidungku terasa panas, darah menetes ke skripsi yang sudah susah-susah ku kerjakan.

Sial, ini hari tersialku. Dengan panik menghapus darah di kertas, namun sakit di kepala bertambah.

Mata mulai buram, pandangan semakin lama semakin menghitam.

Sialan, kenapa jadi begini? Apa mungkin cokelat yang ku makan tadi sudah kadaluwarsa? Tapi cokelat itu baru saja aku beli malam tadi. Oh, atau mungkin karena terlalu pusing menghadapi skripsi dan tanteku yang baru saja datang ya?

'aku tidak akan mati kan?'

'sialan, aku belum wisuda'

'Bagaimana perasaan Bapak saat melihatku mati karena lelah mengerjakan skripsi ya? Mungkin jika Bapak memiliki anak lagi, dia tidak akan menyuruhnya kuliah dan menghadapi skripsi yang melelahkan'

'Aku tidak mau mati!'

Siapapun tolong aku, skripsiku belum selesai dasar sialan! Apa yang sedang kupikirkan, Bapak, Ibu, maafkan anakmu yang tidak berprestasi ini.

Bertemu bajingan

"Celesta"

Aku mendengar suara, apa itu malaikat maut? Siapa yang dipanggilnya? Benar, aku sudah mati, mungkin saja itu malaikat maut yang ingin membawa jiwaku ke neraka.

Perlahan kubuka mata, terlihat sosok gadis cantik dan rupawan sedang tersenyum lebar. Bagaimana mungkin ada manusia seperti ini? Atau ini bidadari di surga, jadi aku masuk surga.

Benar-benar cantik! Bahkan lebih cantik dari ibuku, oke, aku melebih-lebihkan, ibuku tidak terlalu cantik, tapi dia yang paling cantik di mataku. Aku tidak berbohong! Matanya seperti kristal biru yang memancarkan sinar, ugh sungguh menyilaukan! Rambut berwarna merah muda semanis permen kapas dengan bibir merah kecil yang sedang tersenyum.

'SANGAT MANIS!'

"Celesta, hei!"

Dia melambaikan tangan di depan wajahku.

Aku melihat sekeliling, hei?! Dimana ini? Perabotan mewah yang menghiasi ruangan ini, kasur empuk yang pastinya BUKAN MILIKKU!

"Cel, siapa yang mengganggumu? Akan aku jambak orang itu!"

Apakah gadis ini gila? Dengan siapa dia bicara?

"Hentikan Av, jangan membuat kekacauan lagi di sekolah"

Aku baru sadar ada laki-laki yang duduk di sofa dekat jendela, sedang memegang buku. Sangat tampan dan seksi.

Laki laki berambut coklat dengan mata berwarna biru, kacamata membuatnya terlihat seperti orang yang cerdas, dia mengenakan kemeja putih yang dua kancing diatasnya dibuka! SEKSI!

"Diam saja Kai, atau kamu yang akan aku jambak. Tidak ada yang boleh mengganggu adik kesayanganku!"

Tunggu. Tunggu sebentar! Siapa tadi mereka bilang?! Kai? Dan gadis itu adalah Av?!

Aku bingung.

Terdiam.

Menutup wajahku dengan telapak tangan, bahuku bergetar, aku tertawa seperti orang gila. Sialan! Aku mati sebelum kuliahku selesai, semua usahaku sia-sia, dan sekarang malah nyangkut di tokoh figuran yang masih SMA.

Aku tidak ingin mengulang dari awal!

Menangis.

Lalu tertawa.

Aku tidak perduli jika dua orang di dekatku ini mengira aku gila. AKU AKAN GILA!

Atau bisa jadi aku memang sudah gila dan kemudian berkhayal masuk ke dalam novel yang baru saja beberapa hari lalu aku baca, karena ini sangat tidak masuk akal.

Aku tidak ingin belajar lagi.

Aku lelah belajar matematika, aku tidak mau belajar fisika lagi, dan aku tidak mau mengerjakan tugas-tugas sekolah lagi.

"Cel, apa yang terjadi? Siapa yang menyakitimu? Aku akan menghajarnya"

Pria bernama Kai berdiri dari duduknya, menghampiriku mengelus rambutku. Av mengelus pundak ku.

Aku tidak membutuhkan itu, aku tidak akan tenang hanya dengan elusan di rambut atau di pundak ku!

Aku benar-benar butuh berpikir. Aku butuh mencerna semua kejadian ajaib yang menyebalkan ini.

Aku berdiri dan berlari ke arah cermin besar di dekat lemari pakaian, benar, wajah polos, rambut merah muda yang sama seperti Av, dan mata abu-abu yang berasal dari Papanya. Jika Av sangat mirip dengan Mamanya, maka aku dan Kai adalah perpaduan antara Mama dan Papa.

Setelah selesai melihat penampilan menakjubkan ini, aku melihat ke arah Kai dan Av yang sedari tadi memandangku khawatir.

Ku katakan kepada Kai dan Av bahwa aku ingin tidur, mereka mengatakan semua akan baik-baik saja dan mereka menyayangiku, sebelum akhirnya mereka keluar dari kamarku.

Mereka juga bilang akan mendengarkan saat aku ingin bercerita. Tentu saja aku hanya mengangguk.

Tidak mungkin aku akan bercerita jika ini adalah dunia novel, dan aku tiba-tiba masuk ke tubuh adiknya yang adalah seorang figuran. TIDAK MUNGKIN!

Aku akan mati lebih awal jika mengatakan itu.

Av, Si tokoh utama. Sangat cantik. Sangat manis. Tapi terlalu posesif kepada Cel, adiknya.

Kai, dia mengerikan. Semua yang mengganggu Avery dan Celesta akan berakhir tidak baik, semua itu berkat Kai.

Dan itu menyebalkan! Aku tidak suka dilarang. Aku tidak suka diperintah! Dan aku tidak suka belajar.

"SIALAN"

*

Baik. Sekarang sudah tenang, aku sudah menerima semua ini. Semudah itu?

Tentu saja, TIDAK!

Tidak semudah mengatakannya.

Apalagi seseorang yang berada di kamarku ini membuatku semakin ingin mengumpat lebih banyak.

"Apa sudah selesai pura-pura pingsannya?" Dia melihatku dengan tatapan meremehkan. Aku. Tidak. Suka!

Selain tanteku, tidak pernah ada yang meremehkan aku sebelumnya. Mereka akan mendapatkan jambakan rambut jika berani melakukannya

Aku menatapnya. Tajam, lalu mendengus, mendecitkan lidah.

Aku mengangkat tanganku dan mengacungkan jari tengah, sambil menatapnya remeh.

HAHAHA, rasakan.

Dia mengernyit tidak suka, mendengus tidak senang, lalu berjalan ke arahku.

Walaupun takut, tentu saja aku tidak mau kalah! Ku angkat tangan satunya lagi dan mengacungkan jari tengah.

"Jangan mendekat! Bajingan, brengsek, buruk rupa!"

Aku puas! Hahaha ini menyenangkan, sangat menyenangkan! Wajah bajingan itu sangat jelek sekarang.

Dia mengepalkan tangan, dia sudah sangat dekat denganku. "Turunkan tanganmu, Cel, atau ku patahkan"

Kau pikir ancamanmu mempan?! HAH!

"Lalu aku akan menyuruh Kai mematahkan lenganmu juga! Lalu kakimu, kalau perlu lehermu sekalian!"

Sepertinya ancaman ku mempan. Dia berhenti. Aku tau, banyak karakter di sini takut kepada Kai yang notabenenya sangat kejam.

Dia menatapku lama, lalu menghela nafas. "Apapun yang kamu lakukan, aku tidak akan berubah pikiran. Aku tetap akan membatalkan pertunangan kita"

Dia pikir aku mau tunangan dengan bajingan seperti dia?! PD BANGET!

Kalau saja bisa, aku ingin mengatakan 'MEMANGNYA SIAPA YANG INGIN BERTUNANGAN DENGAN PRIA BRENGSEK BURUK RUPA!'

Yah, dia sebenarnya tidak buruk, apalagi buruk rupa. Hanya saja wajah tampan itu adalah wajah seorang bajingan! Lagipula wajah Kai lebih tampan!

Oke, ku perjelas siapa dia.

Theodoric milles, dia Second Lead di Novel 'Avery like a fairy'. YA! Dia bajingan yang mendekati Celesta karna Avery, kakak Celesta.

Sampai akhirnya Celesta yang bodoh setengah mati menyukai bujuk rayunya, bahkan sampai bertunangan.

Namun, saat mereka bertunangan dan Celesta sudah membuka hatinya untuk Theodor, laki-laki itu malah bersikap tidak baik padanya dan memperlakukan Celesta seenaknya.

Hei! Siapa yang salah di sini.

Dan sekarang Theodor, laki-laki bajingan itu, membatalkan pertunangan seenaknya, karna berpikir bahwa Avery menyukainya.

Mengapa dia berpikir demikian? Karena Avery marah kepadanya saat dia ketahuan berpelukan dengan wanita lain.

Padahal jelas Avery marah karna Theodor menyelingkuhi adik kesayangannya!

Dibanding Second Lead, aku lebih suka memanggilnya penjahat.

Saat aku membaca novel ini, aku merasa bahwa Theodor adalah penjahatnya, dia adalah Second Lead yang mengandalkan segala cara untuk mendapatkan Avery, bahkan dengan cara jahat sekalipun.

"Putus, ya putus! Nggak ada yang larang. Emang kamu pikir aku bakal ngemis nangis-nangis demi kamu?! HA"

HAHA lihat wajahnya! Seperti habis makan makanan basi!

Dia pikir aku mau bertunangan dengan laki-laki brengsek, mesum, dan bajingan seperti dia? tentu saja, TIDAK.

Demi kaos kaki wol Dumbledore, aku tidak akan mau menjadi tunangannya! Lihat saja, aku akan membatalkan pertunangan ini secepatnya, lalu bebas dari cengkraman iblis Theodor.

Dia ingin membalas perkataan ku, tapi suara ketukan pintu menyela terlebih dahulu.

Kai.

Sangat tampan. Sialan! Kenapa dia harus jadi kakakku.

"Kak, dia menggangguku!"

MAMPUS! Aku berlari ke arah Kai, memeluknya. Melihat ke arah Theodor lagi, lalu memeletkan lidah.

Theodor menatapku tajam, wajahnya busuk sekali, seperti kotoran.

Kai menatap tajam Theodor. "Sepertinya kau sudah cukup 'menjenguknya' tuan Milles" itu sindiran! Itu artinya, KAU DIUSIR THEODOR!

Kai yang terbaik!

Hush, pergi dan jangan kembali lagi!

Dasar bajingan.

Tuan Antagonis, tolong jangan menatapku!

Setelah kejadian di mana Theodor 'diusir' oleh Kai, dia semakin sering mendatangiku. Lebih tepatnya mengganggu, mengikuti aku seperti anak bebek yang mengikuti induknya.

Seperti saat ini, aku sedang duduk di bangku kelas dan Theodor di depanku. Sudah lebih dari satu jam dia di sini, memandangiku dengan mata menyipit dan alis mengernyit.

Dia tambah jelek!

Dan makin terlihat brengsek pastinya.

Awalnya aku mengabaikannya, namun karena sudah satu jam dia berperilaku seperti itu, tentu saja aku tidak ingin kalah. Kami saling beradu pandangan. jangan salah paham! ini bukan sesuatu yang romantis. Sama sekali BUKAN!

Akan menjadi konyol sekali jika seorang Theodor dapat memandang Celesta dengan pandangan romantis.

Aku memandangnya remeh dengan tangan disilang di depan dada.

HAH! Nantangin.

"Aku nggak akan menarik ucapanku tentang pembatalan pertunangan. Ingat itu"

Kenapa malah membahas pertunangan sih? kalau mau membatalkan pertunangan batalkan saja, aku tidak melarangnya. Memuakkan.

Aku benar-benar ingin menjambak rambut putih seperti uban itu! Narsis sekali dia!

"Aku juga nggak ngelarang kamu. Bodoh"

Theodor sepertinya terkejut dengan ucapanku, mungkin karena Celesta sebelumnya tidak pernah mengumpat atau membicarakan hal buruk tentangnya. Tentu saja aku tidak akan seperti itu, aku akan membalas!

Wajahnya tambah jelek setelah mendengar omonganku. MAMPUS! Jadi orang jangan terlalu narsis. Itu menyebalkan.

"Theodoric Milles, ingat, dunia nggak berputar di sekitar kamu! Jangan terlalu percaya diri. Aku nggak ada larang kamu untuk membatalkan pertunangan!"

"Kamu nggak pantas buat aku kejar-kejar. Kai lebih tampan dari kamu! Itu artinya kamu buruk rupa! Dia lebih pandai dari kamu, itu artinya kamu bodoh! Bahkan dia lebih seksi dari kamu!"

"Nggak ada satupun hal di dalam dirimu yang bisa mengalahkan kakakku, jadi, JANGAN NARSIS!"

Dengan satu tarikan nafas aku selesai mengucapkan kalimat panjang itu, Theodore sepertinya merasa malu sekarang.

Aku tidak perduli walau semua orang di kelas sedang menatap kami, bodo amat! Aku senang karna bisa membuat Theodor tidak berkutik hahaha.

Lihat wajahnya yang jelek itu tambah jelek. Seluruh badannya tegang, seolah semua yang baru ku katakan tadi adalah petir yang menyambarnya.

Aku tidak mengerti kenapa Celesta di dalam novel sangat menyukainya. Baiklah, aku tarik kata-kataku yang mengatakan bahwa dia jelek, Theodor sangat tampan, namun apalah arti wajah tampan jika pemiliknya adalah jelmaan setan brengsek. Dia bahkan tidak bisa menyamai ketampanan dan keseksian Kai, tidak. Bahkan 50% pun TIDAK.

Rambutnya putih, memang sangat cantik dan berkilau seperti rambut peri. Tapi karna itu rambut Theodor, itu malah terlihat seperti uban! Benar-benar tidak cocok dengan kelakuan kasar dan pemaksanya.

Mungkin mata merah darahnya lebih cocok dengannya. Mengerikan, seperti ingin melahap semua mahkluk yang menentang perintahnya. Seperti vampir yang haus darah.

"Lebih baik kamu pergi ke kelasmu deh, orang-orang nggak nyaman dengan kehadiranmu disini. Bikin Suasana sesak saja!" Aku mengusirnya, namun sepertinya Theodor tidak mengerti dan tidak mau mengerti. Dia tetap keras kepala menetap di kelasku dan terus memandangiku.

Habis. Habis sudah kesabaranku. Aku mulai berdiri dan menjambak rambut putih Theodor, dia berteriak dan mencengkram tanganku yang menjambak rambutnya. Kali ini aku benar-benar melakukannya, bukan hanya sekedar anganku. Theodore yang tidak siap pun merasa kesakitan, rasakan!

"Lepaskan."

Sialan! Cengkraman tangannya sangat sakit. Sudah kubilang, dia sangat kasar! Benar-benar bukan tipeku. Aku lebih suka laki-laki yang lembut daripada kasar dan memaksa, seperti saat Kai memperlakukanku.

Aku tidak mengerti kenapa Celesta bisa menyukai laki-laki kasar ini, apa dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia menikahi laki-laki seperti ini? Mungkin dia akan menjadi korban KDRT setiap harinya.

"Lepaskan tanganku dulu!"

Tentu saja aku tidak mau kalah. Enak saja! Kalau ada yang harus mengalah terlebih dahulu, itu pasti bukan aku!

Mungkin aku akan mengalah dengan tanteku, tapi tidak mungkin dengan Theodore.

Untung saja Theodor melepaskan tanganku yang sudah merah karna cengkeramannya, aku semakin kesal. Aku jauhkan tanganku dari rambutnya, lalu pergi menjauh. Kemanapun, asal tidak ada setan' berwujud manusia seperti Theodor!

Hariku selalu saja sial jika bertemu dengan Theodore makhluk jadi-jadian itu.

Wahai penulis yang sudah menciptakan karakter menyebalkan seperti Theodor, bisakah kau buat dia menjauh dariku? Biarkan saja dia mengejar kakakku.

Kalau perlu, hilangkan saja dia!

**

Tentu saja Theodor tidak menghilang.

Dia masih ada, dan sekarang berada di kantin bersama teman-temannya. Namun matanya terus memandangiku. Akan aku congkel matanya! Aku pelototi dia, lalu kembali makan bersama Av dan Kai, tidak lupa pula seorang laki-laki tampan di samping Av.

Dia pemeran utama pria! Tentu saja dia tampan, sangat tampan. Mata berwarna hijau emerald dan rambut yang sewarna dengan matanya. Hidung mancung dan bibir tebal merah mudanya terlihat sangat seksi.

Dia benar-benar cocok dengan kak Av, aku akan setuju dan mendukungnya. Daripada Theodor yang kasar, pria ini lebih lembut dan memperlakukan Av dengan manis.

"Kak, pulang nanti temani aku beli cokelat!"

Kai melihatku, dan mengangguk "Jangan banyak-banyak, nanti Diabetes"

 

Aku merenggut. Menyebalkan! Di dunia asli dan novel sekalipun aku tidak bisa makan cokelat sampai puas. Dulu setiap melihat bungkus coklat di kamarku, ibu akan mulai mengomel.

"Lima" kataku, yang tentu saja mendapat gelengan dari Kai dan Av.

"Dua, tidak lebih." Tidak! Itu terlalu sedikit. Dengan keras kepala aku menggeleng dengan wajah kesal. "Lima! Kenapa sih, aku beli pakai uang jajanku kok, aku nggak minta dibayarin."

"Tiga, Cel. Tiga atau nggak"

"Oke, tiga. Tapi pakai uangmu"

Aku kembali memakan bakso yang baru ku makan sedikit, aku tidak suka pedas. Tapi bakso ini terlalu pedas, tidak tau siapa yang memberikan sambal.

"Kak, bakso kakak pedas nggak?"

"Nggak pedas"

Setelah mendengar itu aku langsung menukar bakso yang baru akan disantap oleh Kai dengan bakso milikku, lalu nyengir. Tidak peduli mau dia bilang apa, aku benar-benar nggak mau makan pedas!

Tiba-tiba ada seseorang yang meletakkan mangkok berisi bakso dan air mineral di hadapanku, lalu orang itu duduk persis di depanku.

Uhuk! Aku tersedak, Av dengan panik mengambilkan air untukku lalu diserahkannya ke Kai Karna jaraknya agak jauh dariku. Kai sibuk memberiku minum sambil mengelus punggung ku. SIALAN! Bajingan mana yang tiba-tiba muncul dan membuatku tersedak.

Saat mendongak untuk melihat orang yang duduk di hadapanku, aku malah kembali tersedak.

ANTAGONIS! Di hadapanku sekarang adalah antagonis yang mengganggu hubungan Av dan pemeran utama.

Apa Kematianku sudah dekat? Tidak! Aku masih mau hidup.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!